Hitstat

30 November 2006

Kejadian Volume 9 - Minggu 1 Jumat

Istri Pemberian Allah (1)
Kejadian 29:28
“Maka Yakub berbuat demikian; ia menggenapi ketujuh hari perkawinannya dengan Lea, kemudian Laban memberikan kepadanya Rahel, anaknya itu, menjadi isterinya.”

Demi mendapatkan Rahel, Yakub melayani Laban tujuh tahun. Tetapi akhirnya ia ditipu oleh Laban, karena ternyata yang ia nikahi adalah Lea. Walaupun Yakub tidak bersedia sehari pun bekerja bagi Lea, namun ia justru diberikan kepadanya sebagai hadiah cuma-cuma, sebagai suatu tambahan. Dalam hal ini kita nampak bahwa Allah mau membiarkan kita memiliki kesayangan kita, hanya saja kita harus membayar harga untuk itu. Disamping mengaruniakan kesayangan kita, Allah akan memberi kita suatu tambahan. Hari-hari sebelumnya, Yakub menipu orang; sekarang ia ditipu orang lain. Kini ia harus melayani Laban tujuh tahun lagi sebagai harga untuk mendapatkan Rahel.
Ada orang berkata bahwa ia lelah menjadi orang Kristen dan tidak mau lagi menjadi orang Kristen. Tetapi sekali kita menjadi seorang Kristen, tidak mungkin lagi berhenti menjadi orang Kristen. Alam semesta ini bukan berada di bawah pengendalian kita. Kita adalah ciptaan dan keputusan-keputusan tertentu mengenai kita telah dibuat sebelum kita lahir. Bukanlah kita yang memutuskan untuk lahir ke dalam dunia ini. Ini adalah perkara yang berasal dari Allah. Ini adalah alam semesta-Nya dan bumi-Nya, dan kita adalah umat-Nya. Sebagai orang-orang Kristen, kita telah melihat bahwa kita harus berada di dalam kehidupan gereja. Karena kita tidak punya pilihan di dalam perkara ini, maka marilah kita menempatkan diri kita ke dalam tangan pengubahan Allah dan membiarkan Dia mengerjakan pekerjaan pengubahan-Nya di dalam kita.

Istri Pemberian Allah (2)
Kej. 49:31; 29:32

Rahel adalah istri pilihan Yakub sendiri, yang disayang dan disanjung, sedangkan Lea adalah istrinya seturut konsepsi dan kehendak Allah. Ini terbukti dalam Kejadian 49:32, di mana kita diberi tahu bahwa Yakub menguburkan Lea dalam gua Makhpela, gua pilihan di mana Abraham beserta Sara, Ishak dan Ribka dikuburkan di sana. Allah itu teguh dalam ketetapan-Nya. Dalam pandangan-Nya, seorang suami hanya mempunyai seorang istri. Allah tidak mengakui Rahel sebagai istri Yakub. Lea itulah istri Yakub yang sejati, bukan Rahel.
Misalkan kita adalah seorang yang melayani Tuhan, seorang pekerja Allah. Kita mungkin cenderung memilih saudara tertentu sebagai rekan kerja kita. Namun rekan itu kita pilih menurut kesukaan kita, bukan oleh Allah menurut kesukaan kehendak-Nya. Allah kita itu agung adanya. Bila kita menghendaki kesukaan kita, Allah mungkin akan berkata, “Aku akan membiarkan kau memiliki pilihanmu. Namun ini kesempatan yang baik bagi-Ku untuk menanggulangi, mengubah dan memberimu pelajaran. Akhirnya, Aku akan mengaruniakan kau rekan yang sejati yang Kupilih dan yang tidak kau sukai.” Allah menghadiahkan Lea kepada Yakub. Tetapi apakah Yakub mengasihinya? Mungkin tidak. Dalam Kejadian 29:31 kita tahu bahwa “Lea dibenci”. Mula-mula, ia dibenci oleh Rahel dan kemudian ia dibenci oleh Yakub yang sudah pasti dipengaruhi oleh Rahel. Ada orang mengatakan bahwa Allah selamanya tidak memperbolehkan kita mempunyai pilihan kita. Ajaran ini tidak benar. Allah mengizinkan kita mempunyai pilihan, namun sebagai kompensasinya, kita akan menerima sejumlah penanggulangan dan pengubahan.
Sebagian dari antara kita yang telah menikah harus yakin bahwa kita memiliki istri atau suami yang betul-betul kita perlukan. Lagi pula, di dalam kehidupan gereja kita memiliki saudara dan saudari. Semua orang yang kekasih di dalam kehidupan gereja diperlukan untuk mengubah kita. Tuhan itu berdaulat, dan kita harus menyembah Dia untuk kedaulatan-Nya. Dia tidak pernah salah. Kadang-kadang kita dicobai untuk menjadi tidak sabar terhadap kelambanan seorang saudara atau terhadap kesalahan yang ia perbuat di bawah kedaulatan Tuhan. Pada waktu-waktu demikian, Roh yang berhuni mengingatkan kita bahwa semuanya ini adalah demi pengubahan kita. Pada waktu-waktu lainnya kita diingatkan, mungkin oleh istri kita, bahwa Allah membuat segala sesuatu bekerja sama demi kebaikan kita. Segala sesuatu bekerja sama untuk mendatangkan kebaikan bagi kita dengan cara pengubahan. Kita memerlukan proses pengubahan ini supaya kita diselamatkan dari alamiah kita.

Penerapan:
Tanpa menempuh kehidupan gereja yang tepat, kita tidak akan memiliki kesadaran akan pentingnya pengubahan di atas diri kita. Keperluan akan pengubahan itu menjadi lebih terasa jika kita hidup dan bersekutu bersama-sama dengan kaum beriman yang lain. Kehidupan gereja yang tepat merupakan wadah yang terbaik bagi Allah untuk mengubah kita.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, Engkau yang mengetahui keperluanku. Apa pun yang Kau beri, ajarlah aku untuk menerimanya dengan sukacita dan penuh ucapan syukur, karena pemberian-Mu tidak pernah salah dan tidak pernah sia-sia. Tuhan, aku kembali mempersembahkan diriku kepada-Mu.

29 November 2006

Kejadian Volume 9 - Minggu 1 Kamis

Yakub Mencintai Rahel
Kejadian 29:15
“Kemudian berkatalah Laban kepada Yakub: ‘Masakan karena engkau adalah sanak saudaraku, engkau bekerja padaku dengan cuma-cuma? Katakanlah kepadaku apa yang patut menjadi upahmu.’”

Setelah lewat satu bulan Yakub tinggal di rumah pamannya, pamannya berkata kepadanya, “Masakan karena engkau adalah sanak saudaraku, engkau bekerja padaku dengan cuma-cuma? Katakanlah kepadaku apa yang patut menjadi upahmu” (Kej. 29:15). Yakub yang mencintai Rahel, lalu berterus terang kepada Laban dan menyahut, “Aku mau bekerja padamu tujuh tahun lamanya untuk mendapatkan Rahel, anakmu yang lebih muda itu” (Kej. 29:18). Cinta selalu membuat orang buta dan tolol. Seharusnya ia berkata mau bekerja selama tujuh bulan. Orang yang secerdik Yakub, mengapa bisa menjadi setolol itu? Mungkin Yakub khawatir kalau-kalau ia kehilangan Rahel bila menawarkan ikatan kerja jangka pendek. Karena itu, ia menawarkan untuk bekerja tujuh tahun bagi Laban agar ia dapat memperistri Rahel. Cintanya kepada Rahel telah membuat Yakub tidak mempertimbangkan tujuh tahun itu sebagai waktu yang lama.
Di aspek yang rohani, selama berabad-abad ini, banyak orang Kristen telah terpikat oleh Kristus sehingga mereka rela melakukan apa pun bagi-Nya, melakukan hal-hal yang dianggap bodoh oleh orang dunia. Tidak sedikit dari mereka yang bahkan rela kehilangan nyawanya karena iman mereka. Bukankah hal ini menakjubkan? Paulus dalam suratnya kepada orang-orang di Korintus berkata, “Sebab kasih Kristus yang menguasai (mendesak, TL.) kami...” (2 Kor. 5:14). Kasih Kristus telah membuat Paulus melupakan segalanya. Seluruh hidupnya hanya bagi Kristus dan kehendak Allah.

Ditipu oleh Laban
Kej. 29:16-27

Kejadian 29:16-20 mengatakan, “Laban mempunyai dua anak perempuan; yang lebih tua namanya Lea dan yang lebih muda namanya Rahel. Lea tidak berseri matanya, tetapi Rahel itu elok sikapnya dan cantik parasnya. Yakub cinta kepada Rahel, sebab itu ia berkata: ‘Aku mau bekerja padamu tujuh tahun lamanya untuk mendapat Rahel, anakmu yang lebih muda itu.’ Sahut Laban: ‘Lebih baiklah ia kuberikan kepadamu dari pada kepada orang lain; maka tinggallah padaku.’ Jadi bekerjalah Yakub tujuh tahun lamanya untuk mendapat Rahel itu, tetapi yang tujuh tahun itu dianggapnya seperti beberapa hari saja, karena cintanya kepada Rahel.’” Laban itu serakah, sehingga memeras kemenakannya selama tujuh tahun.
Alkitab tidak mengatakan bahwa setelah genap tujuh tahun, Laban kemudian memberi tahu Yakub bahwa tibalah waktunya memperistri Rahel. Tidak, melainkan Yakub yang mengajukan kepada Laban, “Berikanlah kepadaku bakal istriku itu, sebab jangka waktuku telah genap, supaya aku akan kawin dengan dia” (Kej. 29:21). Laban memang penuh akal. Setelah mengundang semua orang di tempat itu dan mengadakan perjamuan, kemudian pada waktu malam diambilnya Lea, putrinya, lalu dibawanya kepada Yakub, “maka Yakub pun menghampiri dia” (Kej. 29:22-23). Perjamuan diselenggarakan di siang hari, namun pernikahannya diselenggarakan di malam hari. Pada malam itu Laban menipu Yakub, sehingga memberinya Lea, anak perempuannya yang sulung sebagai pengganti Rahel. Keesokan harinya Yakub mengetahui bahwa Laban telah menipu dia, kemudian katanya, “Apakah yang kauperbuat terhadap aku ini? Bukankah untuk mendapat Rahel aku bekerja padamu? Mengapa engkau menipu aku?” (Kej. 29:25).
Yakub tidak menyukai Lea, karena matanya tidak berseri; ia cinta kepada Rahel yang elok sikapnya dan cantiknya parasnya (Kej. 29:17). Setelah Yakub menggerutu, Laban lalu membela, “Tidak biasa orang berbuat demikian di tempat kami ini, mengawinkan adiknya lebih dahulu daripada kakaknya. Genapilah dahulu tujuh hari perkawinanmu dengan anakku ini, kemudian anakku yang lain pun akan diberikan kepadamu sebagai upah, asal engkau bekerja pula padaku tujuh tahun lagi” (Kej. 29:26-27). Laban benar-benar pisau pengukir. Tetapi Yakub menyetujui pengaturan ini. Demi Rahel, ia telah tertipu oleh Laban sehingga harus bekerja selama tujuh tahun lagi. Dalam perkara ini tangan kedaulatan Allah ada di dalamnya. Yakub cinta kepada Rahel, namun kedaulatan Allah membuat Yakub sulit mendapatkan Rahel.

Penerapan:
Segala aktivitas dalam kehidupan rohani kita seharusnya dimotivasi oleh kasih kita kepada Tuhan. Berdoa, membaca Alkitab, menghadiri pertemuan ibadah, memberitakan Injil, menggembalakan saudara seiman, semuanya harus dimotivasi oleh kasih Tuhan, bukan oleh motivasi yang lain. Oleh karena itu, marilah kita melakukan segala hal dalam kesungguhan, seperti bukan untuk manusia, tetapi untuk Allah.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, aku bersyukur pada-Mu atas waktu yang Engkau berikan, bukan agar aku bebas melakukan keinginanku, melainkan agar aku dapat lebih mengasihi dan melayani-Mu. Biarlah hari ini aku lebih mengasihi-Mu daripada kemarin.

28 November 2006

Kejadian Volume 9 - Minggu 1 Rabu

Berjumpa dengan Laban
Kejadian 29:13
“Segera sesudah Laban mendengar kabar tentang Yakub, anak saudaranya itu, berlarilah ia menyongsong dia, lalu mendekap dan mencium dia, kemudian membawanya ke rumahnya. Maka Yakub menceritakan segala hal ihwalnya kepada Laban.”

Begitu Yakub menceritakan kepada Rahel bahwa ia sanak saudara ayahnya dan anak Ribka, maka berlarilah Rahel sambil menceritakannya kepada ayahnya (Kej. 29:12). Dalam Kejadian 29:13-14, Laban “berlari menyongsong dia, lalu mendekap dan mencium dia, kemudian membawanya ke rumahnya.” Lalu Laban berkata kepada Yakub, “Sesungguhnya engkau sedarah daging dengan aku” (Kej. 29:14). Laban itu seorang politikus. Setelah Yakub tinggal bersama dia selama sebulan, Laban kemudian berpikir bahwa Yakub berguna baginya, katanya, “Masakan karena engkau adalah sanak saudaraku, engkau bekerja padaku dengan cuma-cuma? Katakanlah kepadaku apa yang patut menjadi upahmu” (Kej. 29:15). Laban sedang mencari akal untuk mendapatkan, menahan dan menggunakan Yakub.
Dalam Kitab Kejadian tidak ada orang yang lebih cerdas daripada Laban. Bahkan Yakub pun bukan tandingannya. Laban bukan dilahirkan secara kebetulan, ia dilahirkan menurut takdir Allah demi kepentingan mengubah Yakub. Sebelum operasi dilakukan dalam kamar bedah, telah disediakan banyak alat-alat. Laban bagaikan alat yang telah disiapkan Allah bagi Yakub. Allah dapat memakai berbagai orang atau situasi untuk mengubah kita. Misalnya, Allah dapat memakai anak-anak untuk menanggulangi orang tua. Dia dapat memakai segala sesuatu untuk menggarap kita supaya serupa dengan gambar Kristus. Allah harus menaruh kita ke dalam suatu situasi untuk meremukkan kita supaya Dia bisa menggarapkan diri-Nya ke dalam kita.

Sarana Penanggulangan Allah
Kej. 29:14-15

Allah di atas diri Yakub akan melakukan suatu pekerjaan. Kini ia sudah sampai ke rumah pamannya, Laban. Maka tinggallah Yakub dengannya genap satu bulan lamanya (Kej. 29:14). Setelah lewat satu bulan, kelihatannya pamannya dengan sopan berkata kepadanya, “Masakan karena engkau adalah sanak saudaraku, engkau bekerja padaku dengan cuma-cuma? Katakanlah kepadaku apa yang patut menjadi upahmu” (Kej. 29:15). Pemikiran Laban adalah pemikiran bisnis. Laban dan Yakub adalah orang yang satu model. Ketika Esau bertemu dengan Yakub, Esau tidak berdaya menghadapi Yakub, tetapi ketika Yakub bertemu dengan Laban, Yakub juga sulit menghadapi Laban. Orang yang sifatnya cepat, bertemu dengan orang yang sifatnya cepat; orang yang sifatnya kikir, bertemu dengan orang yang sifatnya kikir; orang yang sombong, bertemu dengan orang yang sombong; orang yang suka mencari keuntungan dari orang lain, bertemu dengan orang yang suka mencari keuntungan dari orang lain. Karena hal ini, Yakub selalu akan mendapat kesulitan, selalu akan mengalami penggesekan. Inilah yang kini mulai dialami oleh Yakub.
Allah menanggulangi Yakub, menaruh dia di bawah orang yang seperti Laban. “Masakan karena engkau adalah sanak saudaraku, engkau bekerja padaku dengan cuma-cuma? Katakanlah kepadaku apa yang patut menjadi upahmu” (Kej. 29:15). Perkataan ini kelihatannya enak didengar. Sebetulnya maksud Laban, “Engkau seharusnya tidak dengan cuma-cuma makan di rumahku. Engkau harus bekerja sedikit untuk aku.” Dulu Yakub di rumah ayahnya sebagai anak, sekarang di sini sebagai orang upahan! Inilah penanggulangan Allah kepadanya, melalui situasi lingkungan Allah hendak mengubah Yakub.
Mungkin kita adalah orang-orang Kristen yang “baik” di dalam gereja, yang telah disisihkan dan dilindungi oleh Tuhan. Tetapi, adakah suatu proses pengubahan pada diri kita? Apakah kita tetap sama dari hari ke hari dan dari tahun ke tahun? Sungguh menyedihkan jika kita sudah melalui banyak penderitaan tetapi masih tetap sama. Untuk menyempurnakan pekerjaan pengubahan-Nya di dalam kita, Allah tidak segan-segan memakai lingkungan di sekitar kita untuk mengubah kita. Mungkin kita mengatakan, karena kita telah berbuat salah, maka Allah menghukum kita dengan mengganjar dan mengoreksi kita. Di satu pihak, memang demikian. Tetapi jika kita mengenal prinsip Alkitab, terlepas dari apakah kita benar atau salah, Allah tetap akan mengubah kita. Inilah cara Allah dalam mengubah kita.

Penerapan:
Pengubahan yang Allah lakukan di atas diri kita bertujuan menjadikan kita serupa dengan gambar Kristus. Entahkah kita ini merasa diri kita orang yang baik atau tidak, Allah tetap akan mengubah kita menjadi gambar Kristus. Karena itu, marilah kita terbuka kepada-Nya, membiarkan Dia bekerja di dalam kita. Cara yang paling konkrit adalah dengan menyediakan waktu lebih banyak bagi perkara-perkara rohani: Berdoa, baca Alkitab, memuji, dan berhimpun.

Pokok Doa:
Ya Tuhan Yesus, aku bersyukur atas rencana-Mu bagiku, bahwa Engkau ingin mengubah aku. Jangan biarkan aku melarikan diri dari tangan penanggulangan-Mu. Peganglah aku dengan tangan kuasa-Mu, sehingga aku semakin diubah sesuai dengan kehendak-Mu.

27 November 2006

Kejadian Volume 9 - Minggu 1 Selasa

Mengalami Kesetiaan Allah
Kejadian 29:10-11
“Ketika Yakub melihat Rahel, anak Laban saudara ibunya, serta kambing domba Laban, ia datang mendekat, lalu menggulingkan batu itu dari mulut sumur, dan memberi minum kambing domba itu. Kemudian Yakub mencium Rahel serta menangis dengan suara keras.”

Kedaulatan Allah menggiring Yakub sehingga bertemu dengan Rahel dan Laban (Kej. 29:1-14). Setelah menempuh perjalanan yang jauh, Yakub tiba di tempat di mana Laban tinggal. Setelah bercakap sepintas dengan beberapa orang di tepi sumur, Yakub bertemu dengan Rahel, putri Laban, pamannya. Ini adalah pengaturan Allah yang Mahakuasa, karena dalam Kejadian 28:15 Allah berjanji, “Sesungguhnya Aku menyertai engkau dan Aku akan melindungi engkau, ke mana pun engkau pergi dan Aku akan membawa engkau kembali ke negeri ini, sebab Aku tidak akan meninggalkan engkau, melainkan tetap melakukan apa yang Kujanjikan.” Allah itu setia janji.
Jika Allah telah menjanjikan sesuatu, mungkinkah Ia berdusta dan berubah? Tidak mungkin. Iman adalah percaya, bahwa Allah akan melakukan sesuai dengan apa yang telah dikatakan-Nya. Iman adalah percaya, bahwa Allah itu setia dan pasti melaksanakan apa yang telah difirmankan-Nya. Roma 4:21 mengatakan, “Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah la janjikan.” Allah berkuasa, dan dengan kuasa-Nya Ia menepati janji-Nya. Seandainya Allah tidak dapat menepati janji-Nya, lalu apa gunanya Ia berjanji? Allah sanggup menepati apapun yang telah dijanjikan-Nya. Roma 14:4 menegaskan, “Karena Tuhan berkuasa menjaga dia terus berdiri.” Kemudian, “Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu “ (2 Kor. 9:8), dan “Dia berkuasa memeliharakan…” (2 Tim. 1:12). Dia berjanji dan Dia sanggup menepatinya.

Masuk ke dalam Ruang Pengubahan (Transformasi)
Kej. 29:9-11; 25:27-28; 2 Kor. 4:16

Kejadian pasal 29 memberitahu kepada kita, setelah Yakub sampai ke negeri timur, di pinggir perigi ia nampak sekelompok gembala dari Haran datang. “Selagi ia berkata-kata dengan mereka, datanglah Rahel dengan kambing domba ayahnya, sebab dialah yang menggembalakannya. Ketika Yakub melihat Rahel, anak Laban saudara ibunya, serta kambing domba Laban, ia datang mendekat, lalu menggulingkan batu itu dari mulut sumur, dan memberi minum kambing domba itu. Kemudian Yakub mencium Rahel serta menangis dengan suara keras” (Kej. 29:9-11). Ketika bertemu dengan Allah di jalan, Yakub sudah kuatir tentang makan apa dan memakai pakaian apa. Sekarang sampai ke negeri baru di timur, begitu berjumpa dengan sanak keluarganya sendiri, perkara pertama yang ia lakukan adalah menangis. Menangis ini telah mengungkapkan keadaan yang ia alami di jalan serta perkara yang ia pikirkan di kemudian hari. Seorang yang penuh dengan rencana dan perhitungan tidak begitu mudah menangis, selain sampai tidak ada jalan baru bisa menangis, Tetapi kini Yakub menangis.
Kita menyadari betapa Yakub menderita dalam perjalanannya menuju Haran. Alkitab tidak mencatat berapa jauh perjalanan tersebut, tetapi dari tangisan Yakub ini kita mengetahui kegundahan hatinya. Yakub adalah seorang yang tenang, suka tinggal di kemah dan disayangi ibunya (Kej. 25:27-28). Tetapi sekarang ia harus menempuh suatu perjalanan jauh seorang diri, suatu perjalanan yang belum pernah ia lakukan sebelumnya. Ia kuatir akan banyak hal. Karena itu, begitu ia berjumpa dengan Rahel, saudara sepupunya, ia tidak dapat menahan diri lagi. Ia menangis dengan suara yang keras. Perjumpaan ini di satu sisi sangatlah mengharukan, tetapi sesungguhnya merupakan sebuah pintu bagi Yakub untuk masuk ke dalam tangan penanggulangan Allah. Kini ia betul-betul telah masuk ke dalam sebuah ruangan, yakni ruang pengubahan. Di dalam ruang pengubahan ini, Allah telah siap sedia untuk mengubah Yakub.
Pengubahan menuntut manusia lahiriah kita diakhiri agar manusia batin kita dapat diperbarui hari demi hari (2 Kor. 4:16). Tuhan akan bekerja melalui lingkungan kita untuk mengakhiri manusia lahiriah kita. Ketika manusia lahiriah kita habis, manusia batin kita diperbarui hari demi hari. Dalam kehidupan gereja, tidak semua saudara atau saudari sesuai dengan kesukaan kita. Tuhan telah mengatur keadaan semacam ini agar manusia lahiriah kita dapat diakhiri sehingga manusia batiniah kita dapat diperbarui. Dengan demikian, kita diubah.

Penerapan:
Janji Allah hanya tertulis dalam firman Allah yaitu Alkitab. Untuk mengetahui janji Allah, kita harus mengetahui firman Allah. Melalui kita membaca dan menikmati firman Allah, dihasilkanlah iman terhadap janji-janji Allah. Iman yang tidak percaya akan janji Allah, bukanlah iman yang sejati. Iman yang sejati hanya berasal dari firman Allah, karena janji-janji Allah hanya ada dalam firman-Nya.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, Engkau adalah Allah yang setia janji, namun aku bukanlah orang yang setia janji. Tuhan, tambahkanlah diri-Mu ke dalam diriku agar aku menjadi orang yang setia, dan dikuatkan dalam janji-Mu.

26 November 2006

Kejadian Volume 9 - Minggu 1 Senin

Dipimpin dalam Kedaulatan Allah
Kejadian 29:1
“Kemudian berangkatlah Yakub dari situ dan pergi ke negeri Bani Timur.”

Setelah Yakub bermalam di Betel, mendirikan tugu, dan bernazar kepada Allah, berangkatlah ia dari situ dan pergi ke negeri Bani Timur (Kej. 28:18-22; 29:1). Sebelumnya Allah telah lebih dulu berjanji kepada Yakub, “Sesungguhnya Aku menyertai engkau dan Aku akan melindungi engkau, ke manapun engkau pergi, dan Aku akan membawa engkau kembali ke negeri ini,...” (Kej. 28:15). Berdasarkan janji ini, Yakub berangkat ke timur, ke negeri asal ibunya untuk menjumpai pamannya, Laban. Walaupun kepergian Yakub ini sepertinya adalah akibat dari kesalahan yang dilakukannya terhadap Esau, tetapi kita harus nampak bahwa ini adalah kedaulatan Allah untuk mengubah Yakub menjadi seorang yang berguna di tangan-Nya.
Kita semua adalah umat pilihan Allah. Bila kita percaya bahwa kita ini dipilih oleh Allah, maka kita harus percaya bahwa apa saja yang menimpa kita adalah atas seijin Allah. Apa yang terjadi pada kita pada masa lampau atau sekarang, semuanya diijinkan oleh Allah. Jangan menggerutu atas keadaan sekeliling kita. Sebagai seorang pilihan Allah, nasib kita terletak di tangan Allah dan masa depan kita berada di bawah bimbingan Allah. Kita masuk ke dalam kehidupan gereja bukanlah kebetulan, melainkan digiring oleh tangan Allah yang memilih kita. Kita berada di dalam tangan-Nya. Kapankala kita ingin membereskan sesuatu, tentunya kita memegang erat-erat di dalam tangan kita. Janganlah takut berada di bawah jari Allah, karena ini menandakan kita di dalam tangan-Nya. Sebagai Yakub hari ini, kita semua di dalam tangan Allah.

Penanggulangan dan Penyusunan Roh Kudus
Gal. 5:22-23; 4:19

Di bawah kedaulatan Allah, Ishak, Ribka dan Esau bekerja sama untuk memaksa Yakub lari meninggalkan rumahnya. Ishak berwatak sederhana dan tidak pandai membedakan. Ribka cerdik, lincah dan pandai memanipulasi. Ia adalah seorang istri dan ibu yang berwatak kuat, mengatur seluruh rumah tangganya. Esau, abangnya, tidak begitu pintar, namun tubuhnya kuat. Ketiga orang ini bekerja sama menghalau Yakub pergi, mendesaknya meninggalkan ibunya yang terkasih dan rumah ayahnya. Peristiwa ini merupakan awal dari pekerjaan Allah dalam merampungkan pekerjaan-Nya di atas diri Yakub. Pekerjaan ini meliputi penanggulangan, pemberesan hidup alamiahnya, dan penyusunan Roh Kudus sehingga Kristus terbentuk di dalamnya dan menghasilkan buah-buah Roh Kudus (Gal. 5:22-23).
Di atas diri kaum beriman, Allah hanya memiliki satu pekerjaan, yaitu menyusun diri-Nya sendiri ke dalam mereka sampai Ia terbentuk di dalam mereka. Demi tujuan ini, Allah perlu menanggulangi kita, membereskan hidup alamiah kita. Begitu kita ditanggulangi, hidup alamiah kita dibereskan, dengan sendirinya karakter Kristus mulai tersusun ke dalam diri kita. Walau Allah dalam pekerjaan penanggulangan dan penyusunan ini sering memakai atau mengizinkan kesulitan menimpa kita, tetapi proses ini akan menghasilkan buah-buah damai sejahtera. Buah-buah damai sejahtera ini merupakan ekspresi dari Kristus yang terbentuk di dalam kita. Sebab itu, kita harus nampak bahwa hari ini Allah sedang menanggulangi kita, membereskan kehidupan alamiah kita, agar Kristus tersusun dan terbentuk di dalam kita. Hanya melalui jalan inilah, kita dapat menghasilkan buah-buah damai sejahtera yang sejati.
Pengalaman kaum beriman akan penyusunan Roh Kudus di dalam mereka, jauh lebih maju dan lebih dalam daripada pengalaman akan Kristus sebagai hayat. Mengalami Kristus sebagai hayat, itu adalah pengalaman dasar yang harus dimiliki oleh setiap kaum beriman, tetapi mengalami Kristus tersusun di dalam kita, itu berarti Kristus telah menjadi satu dengan kita dalam segala aspek hidup kita, karakter-Nya menjadi karakter kita. Sebab itu, penyusunan Roh Kudus lebih maju daripada Kristus menjadi hayat kita. Mengalami Kristus sebagai hayat, itu penting, tetapi kita harus maju hingga mencapai kematangan, mengalami Kristus tersusun dan terbentuk di dalam kita. Inilah proses yang harus dilalui oleh setiap anak-anak Allah, sehingga pada akhirnya kita bisa berkata seperti rasul Paulus, “...namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku” (Gal. 2:20a).

Penerapan:
Betapa sukacitanya bila kapan pun dan di mana pun kita berada, Allah beserta dengan kita. Walau kita sering melakukan kesalahan, demi tujuan-Nya, Allah pun tetap menyertai kita. Bukan berarti bahwa untuk selanjutnya kita boleh terus melakukan kesalahan. Ketika kita diterangi oleh Tuhan bahwa kita sudah melakukan kesalahan, kita seharusnya bertobat, mengakui kesalahan kita, dan berusaha untuk hidup menurut hati nurani yang bersih.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, kami bersyukur kepada-Mu karena dalam situasi apa pun, Engkau tetap beserta dengan kami. Biarlah penyertaan-Mu membuat kami sadar bahwa hidup kami harus dipimpin dan dikendalikan oleh Engkau semata.

24 November 2006

Kejadian Volume 8 - Minggu 4 Sabtu

Mendapatkan Janji Allah
Kejadian 28:15
“Sesungguhnya Aku menyertai engkau dan Aku akan melindungi engkau, ke manapun engkau pergi, dan Aku akan membawa engkau kembali ke negeri ini, sebab Aku tidak akan meninggalkan engkau, melainkan tetap melakukan apa yang Kujanjikan kepadamu.”

Janji Allah kepada Yakub, melebihi janji Allah kepada Abraham, juga melebihi janji Allah kepada lshak. Apa yang tidak bisa didapatkan Abraham maupun Ishak, di hadapan Allah, telah didapatkan oleh Yakub — selanjutnya Allah berkata kepada Yakub, “Sesungguhnya Aku menyertai engkau dan Aku akan melindungi engkau, ke manapun engkau pergi, dan Aku akan membawa engkau kembali ke negeri ini, sebab Aku tidak akan meninggalkan engkau, melainkan tetap melakukan apa yang Kujanjikan kepadamu” (Kej. 28:15). Haleluya! Puji Allah! Allah memberikan janji ini kepada Yakub tanpa syarat apapun. Janji yang tanpa syarat ini berarti: entah Yakub itu baik atau jelek, jujur atau licik, Allah mempunyai cara untuk membereskannya. Allah tahu pada satu hari Ia pasti akan menggenapkan janji-Nya kepada Yakub. Allah kita adalah Allah yang tidak bisa gagal. Kita tidak bisa menghalang-halangi Allah, kita juga tidak bisa membuat Allah berhenti di tengah jalan. Sekali Allah telah memilih kita, Allah pasti akan merampungkan janji-Nya di atas diri kita.
Betel di pandangan orang yang milik daging sungguh-sungguh menakutkan (Kej. 28:16-17). Ketahuilah, Betel adalah rumah Allah. Bagi orang-orang yang dagingnya belum pernah dibereskan, rumah Allah sungguh menakutkan. Dalam rumah Allah ada wewenang Allah, dalam rumah Allah ada para pelayan Allah, dalam rumah Allah ada pengaturan Allah, ada kemuliaan Allah, ada kekudusan Allah, ada keadilan Allah. Bagi orang yang dagingnya belum dibereskan, rumah Allah adalah tempat yang menakutkan. Inilah reaksi Yakub ketika ia bermalam di Betel.

Nazar Yakub
Kej. 28:18-22

Keesokan harinya pagi-pagi Yakub mengambil batu yang dipakainya sebagai alas kepala dan mendirikan itu menjadi tugu dan menuang minyak ke atasnya” (Kej. 28:18). Ini berarti memisahkan batu itu. “la menamai tempat itu Betel, dahulu nama kota itu Lus” (ayat 19). Kemudian Yakub bernazar kepada Allah, “Jika Allah menyertai dan akan melindungi aku di jalan yang kutempuh ini memberikan kepadaku roti untuk dimakan dan pakaian untuk dipakai, sehingga aku selamat kembali ke rumah ayahku, maka TUHAN akan menjadi Allahku. Dan batu yang kudirikan sebagai tugu ini akan menjadi rumah Allah. Dari segala sesuatu yang Engkau berikan kepadaku akan selalu kupersembahkan sepersepuluh kepada-Mu” (Kej. 28:20-22).
Dari permintaan Yakub, kita bisa melihat dan mengetahui apa yang ia perhatikan. la berkata, “Memberikan kepadaku roti untuk dimakan dan pakaian untuk dipakai . . .” Yang ia perhatikan adalah hal sandang dan pangan, ia tidak nampak rencana Allah. Sepatah kata Yakub ini juga memperlihatkan kepada kita penanggulangan yang diterima oleh Yakub. Sejak saat itu ia tidak tahu dari mana mendapatkan makanan, juga tidak tahu dari mana mendapatkan pakaian. Dalam hal sandang dan pangan, Yakub menerima penanggulangan. Kini ia nampak, karena ia dengan cara yang tidak wajar mendapatkan berkat, malah membuatnya tidak mempunyai makanan, tidak mempunyai pakaian, juga tidak ada rumah. Sebab itu dia berkata kepada Allah, “Jika Allah menyertai dan melindungi aku di jalan yang kutempuh ini, memberikan aku roti untuk dimakan dan pakaian untuk dipakai, sehingga aku selamat kembali ke rumah ayahku . . . “ Yang diharapkan Yakub adalah ada makanan, ada pakaian, dengan selamat kembali ke rumah ayahnya. Kalau Allah berbuat demikian terhadapnya, ia akan berbuat demikian: “Batu yang kudirikan sebagai tugu ini akan menjadi rumah Allah. Dari segala sesuatu yang Engkau berikan kepadaku akan selalu kupersembahkan sepersepuluh kepadaMu.” Inilah Yakub. Inilah taraf awal Yakub mengenal Allah. Pikiran Yakub adalah pikiran jual beli, dia berhubungan dengan Allah seperti hanya berdagang saja. Kalau Allah menyertai dia, Allah melindungi dia, Allah memberikan dia makanan dan pakaian, Allah membuat dia dengan selamat kembali ke rumah ayahnya, maka dia akan memberi sepersepuluh dari apa yang diterimanya untuk membalas kebaikan Allah. Ini adalah gambaran umum dari nazar kebanyakan orang Kristen hari ini. Siapakah kita sehingga bisa berjual beli dengan Allah? Keselamatan Allah selamanya tidak dapat kita beli dengan persepuluhan, karena itu adalah suatu anugerah! Anugerah tidak dijual, tetapi diberikan dengan cuma-cuma menurut janji Allah!

Penerapan:
Bagi orang yang mengasihi Tuhan, kehilangan segala-galanya namun memperoleh Allah merupakan “keuntungan” yang terbesar. Sebaliknya, bagi orang yang tidak mengasihi Tuhan, itu merupakan kerugiannya yang terbesar. Kalau kita meninggalkan segalanya demi mengasihi Tuhan, maka dalam segala kesulitan Allah selalu meneguhkan kita, dan dalam kepungan badai, Allah selalu memberi ketenangan yang sempurna.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, Engkau telah menempuh jalan yang menderita demi keselamatanku, Engkau telah menjadi miskin karena aku yang berdosa. Tuhan, berilah aku suatu tekad yang kuat untuk meninggalkan kesenangan dunia dan mengikuti Engkau ke manapun Engkau pergi.

23 November 2006

Kejadian Volume 8 - Minggu 4 Jumat

Meninggalkan Rumah Ayahnya
Kejadian 28:10-11
“Maka Yakub berangkat dari Bersyeba dan pergi ke Haran. Ia sampai di suatu tempat, dan bermalam di situ, karena matahari telah terbenam. Ia mengambil sebuah batu yang terletak di tempat itu dan dipakainya sebagai alas kepala, lalu membaringkan dirinya di tempat itu.”

Sekarang Allah akan menanggulangi diri Yakub. Sebab itu, setelah Yakub mendapatkan berkat dengan cara menipu, dia tidak lagi dapat tinggal di rumah. Dia tahu kakaknya akan membunuhnya, terpaksa dia pergi, terpaksa dia melarikan diri meninggalkan rumah. Aktivitas dagingnya menghasilkan penanggulangan Allah. Terhadap orang yang pandai, terhadap orang yang cakap, terhadap orang yang penuh tipu muslihat, penanggulangan dan pendisiplinan Allah cukup banyak. Tetapi kita tetap harus bersyukur kepada Allah, karena pendisiplinan Allah membuat kita mendapatkan berkat. Allah terus menanggulangi Yakub, supaya demi penanggulangan itu, dia mendapatkan berkat. Sekarang dia mau tidak mau harus meninggalkan rumah bapanya, dia terpaksa meninggalkan ibu bapanya, dan seorang diri pergi ke Padan Aram.
Allah telah mengatur banyak urusan kecil dalam kehidupan sehari-hari kita, agar kita terlatih. Setiap peristiwa yang terjadi dalam kehidupan kita adalah bagian dari pengaturan Allah yang berdaulat. Tanpa bantuan keadaan dan lingkungan sekitar, kita tidak dapat mengenal diri sendiri. Kita selalu menganggap diri sendiri seperti malaikat, mengira diri sendiri baik dan hebat, padahal kita tidaklah sebaik yang kita pikirkan. Kita memerlukan orang-orang di sekeliling kita dan berbagai keadaan untuk memotret kita dari setiap sudut, sehingga kita disingkapkan dari berbagai pihak. Perginya Yakub meninggalkan rumah ayahnya merupakan salah satu penanggulangan Allah atas dirinya agar ia nampak akan dirinya sendiri. Hanya orang yang sudah mengalami penanggulangan Allah yang betul-betul mengenal dirinya sendiri.

Bermalam di Betel dan Menerima Janji Allah
Kej. 28:10-14

Kejadian 28:10-11 mengatakan, “Maka Yakub berangkat dari Bersyeba dan pergi ke Haran. !a sampai di suatu tempat, dan bermalam di situ, karena matahari telah terbenam. la mengambil sebuah batu yang terletak di tempat itu dan dipakainya sebagai alas kepala, lalu membaringkan dirinya di tempat itu.” Sekarang dia bermalam beratapkan langit di padang dengan batu sebagai alas kepalanya. Ia mulai menempuh penghidupan penanggulangan. Kejadian 28:12-14 mengatakan, “Maka bermimpilah ia, di bumi ada didirikan sebuah tangga yang ujungnya sampai di langit, dan tampaklah malaikat-malaikat Allah turun naik di tangga itu. Berdirilah TUHAN di sampingnya dan berfirman: Akulah TUHAN, Allah Abraham, nenekmu, dan Allah Ishak; tanah tempat engkau berbaring ini akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu. Keturunanmu akan menjadi seperti debu tanah banyaknya, dan engkau akan mengembang ke sebelah timur, barat, utara dan selatan, dan olehmu serta keturunanmu, semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.” Perkataan-perkataan ini adalah perkataan-perkataan yang pernah kita lihat dalam Kejadian pasal 12. Sekarang janji Allah kepada Abraham diberikan kepada Yakub.
Kapan Allah memberi janji kepada Yakub? Saat Yakub licik, penuh tipu muslihat, saat kehidupan dagingnya, kehidupan alamiahnya belum dibereskan. Pada saat itu Allah bisa berkata demikian kepadanya, karena Allah sangat dapat diandalkan, Allah tahu, bahwa Yakub ini tidak bisa luput dari tangan-Nya. Pada suatu hari, Allah pasti dapat membawa Yakub mencapai satu tingkat, hingga ia bisa menjadi bejana-Nya dalam rencana-Nya yang kekal. Allah kita patut dipercaya, Allah bisa mencapai tujuan-Nya sendiri. Kita mungkin merasa bahwa Yakub ini tidak bisa diandalkan. Tetapi Allah mempunyai keyakinan yang mutlak. Allah berkata, “Olehmu serta oleh keturunanmu, semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.” Allah telah menetapkan demikian, sebab itu harapan kita tergantung pada dapat dipercayanya Allah, bukan tergantung apakah kita bisa dipercaya; fungsi kita tergantung pada kehendak Allah, bukan tergantung pada kuatnya tekad kita. Saudara saudari, kita harus belajar mengenal, bahwa Allah adalah Allah yang selamanya tidak pernah gagal. Allah memegang Yakub di tangan-Nya sendiri, Allah bisa melalui situasi mengikis Yakub sedikit di sini, mengikis sedikit di sana, mengukir sedikit di sini, mengukir sedikit di sana. Kalau tidak selesai dalam waktu satu tahun, bisa jadi dua tahun kemudian selesai; kalau sepuluh tahun belum rampung, dua puluh tahun lagi pasti rampung. Allah bisa merampungkan perkara ini. Haleluya!

Penerapan:
Allah itu berdaulat. Ia tahu apa yang paling berfaedah bagi kita. Hak memilih ada pada-Nya, bukan pada kita. Segala yang bertalian dengan kita telah dipersiapkan oleh Bapa kita. Kita berdoa saja demikian, “Ya Tuhan, perbuatlah menurut kehendak-Mu. Aku hanya menginginkan apa yang Kauinginkan. Aku meletakkan segala perkara ke dalam tangan-Mu.”

Pokok Doa:
Tuhan,aku bersyukur atas kedaulatan-Mu dalam setiap aspek hidupku. Bagaimanapun keadaanku saat ini, biarlah aku menjadi orang yang selalu mengucap syukur terhadap-Mu, karena tidak ada satu hal pun yang luput dari pengaturan-Mu.

22 November 2006

Kejadian Volume 8 - Minggu 4 Kamis

Tidak Mengambil Isteri dari Perempuan Kanaan (1)
Kejadian 28:1-2
“Kemudian Ishak memanggil Yakub, lalu memberkati dia serta memesankan kepadanya, katanya: ‘Janganlah mengambil isteri dari perempuan Kanaan. Bersiaplah, pergilah ke Padan-Aram, ke rumah Betuel, ayah ibumu, dan ambillah dari situ seorang isteri dari anak-anak Laban, saudara ibumu.’”

Sebelum Yakub pergi meninggalkan rumah, Ishak berpesan kepadanya dan memberkatinya, “Janganlah mengambil isteri dari perempuan Kanaan. Bersiaplah, pergilah ke Padan-Aram, ke rumah Betuel, ayah ibumu, dan ambillah dari situ seorang isteri dari anak-anak Laban, saudara ibumu. Moga-moga Allah Yang Mahakuasa memberkati engkau, membuat engkau beranak cucu dan membuat engkau menjadi banyak, sehingga engkau menjadi sekumpulan bangsa-bangsa. Moga-moga Ia memberikan kepadamu berkat yang untuk Abraham, kepadamu serta kepada keturunanmu, sehingga engkau memiliki negeri ini yang kaudiami sebagai orang asing, yang telah diberikan Allah kepada Abraham” (Kej. 28:1-4). Perkataan Ishak di sini mirip dengan apa yang dikatakan oleh Abraham kepada hambanya ketika ia hendak mencarikan seorang isteri bagi Ishak, anaknya (Kej. 24:3-4). Baik Abraham maupun Ishak menyadari benar akan bahaya bila anaknya menikah dengan perempuan dari bangsa yang tidak mengenal Allah. Bukan hanya anak laki-lakinya akan mendapatkan kesulitan, tetapi generasi berikutnya juga akan berada dalam masalah besar.
Paulus berkata dalam 1 Korintus 7:39, “ia bebas untuk kawin dengan siapa saja yang dikehendakinya, asal orang itu seorang yang percaya.” Jika orang yang percaya dengan orang tidak percaya bersama-sama menanggung kewajiban keluarga, akibatnya pasti sangat sulit. Bagi yang belum menikah, janganlah sekali-kali mencari orang kafir sekehendak hati. Jika kita dengan sekehendak hati mencari orang kafir, kelak pasti akan sangat menyulitkan kita.

Tidak Mengambil Isteri dari Perempuan Kanaan (2)
Kej. 28:5

Kejadian 28:5 mencatat, “Demikianlah Ishak melepas Yakub, lalu berangkatlah Yakub ke Padan-Aram, kepada Laban anak Betuel, orang Aram itu, saudara Ribka ibu Yakub dan Esau.” Jadi Yakub pergi ke Padan-Aram, ke rumah Laban, saudara ibunya. Ia pergi ke sana dengan beberapa tujuan yaitu mencari perlindungan dari amarah Esau, mempertahankan kelangsungan hidupnya, dan mencari seorang isteri dari rumah sanak keluarganya sendiri. Berkenaan dengan hal yang terakhir, kita bisa belajar sebuah prinsip bahwa Allah menghendaki umat pilihan-Nya tidak bercampur baur dengan bangsa-bangsa kafir, terlebih percampuran melalui ikatan pernikahan. Percampuran umat Allah dengan bangsa kafir akan mengakibatkan kerugian yang besar bagi kesaksian Allah.
Prinsip ini juga berlaku bagi kita, umat Allah dalam Perjanjian Baru. Kalau kita hendak menikah dengan orang yang tidak percaya, mata kita harus terbuka lebar-lebar, dan harus mengetahui bahwa kesulitannya sangat besar. Setelah seorang percaya Tuhan, kalau ia menikah dengan orang yang tidak percaya, maka kesulitannya akan luar biasa besarnya. Kesulitan itu jauh lebih besar dibanding dengan sepasang suami istri yang tidak percaya, dan kemudian ada salah seorang yang percaya.
Seorang kaum imani yang menikah dengan orang yang tidak percaya harus waspada, jangan sampai terbawa oleh pihak pasangan. Jika seseorang menikah dengan orang yang tidak percaya, begitu ia kurang hati-hati sedikit saja, sangat mudahlah ia terbawa oleh pasangannya. Memang orang yang telah menikah atau telah bertunangan juga harus waspada, tetapi yang satu ini harus luar biasa waspadanya. Dengan kata lain, ia harus luar biasa menjaga dan memelihara diri, dan harus luar biasa berdoa, agar tidak sampai tertawan oleh pihak pasangannya yang belum percaya.
Jika seorang kaum imani terpaksa harus menikah dengan orang yang tidak percaya, ia harus terlebih dulu membereskan persyaratannya. Ia harus berkata kepada orang yang tidak percaya itu demikian, “Aku sudah percaya Tuhan, kamu percaya atau tidak, aku tidak memaksa kamu, tetapi kamu tidak dapat mencampuri kepercayaanku, kamu harus memberiku kebebasan penuh. Dan kelak kepercayaan anak-anak pun, kamu harus memberiku kebebasan untuk membawa mereka percaya Tuhan. Aku menginginkan anak-anakku percaya Tuhan, tidak menginginkan mereka menyembah berhala, atau menuruti model orang dunia.” Jika perkataan-perkataan tersebut ia ucapkan dengan cukup memadai, mungkin dapat mengurangi persoalan di kemudian hari.

Penerapan:
Dalam masalah pernikahan, kita sebagai orang Kristen hanya dapat melompat ke dalam, tidak dapat melompat ke luar. Kalau orang dunia dapat melompat ke dalam dan dapat pula melompat ke luar, namun kita tidak dapat melompat ke luar. Sebab itu, sebelum kita melompat ke dalam, hendaklah kita dengan tenang mempertimbangkannya sebaik-baiknya.

Pokok Doa:
Ya Tuhan,terima kasih atas ketetapan-Mu berkenaan dengan masalah pernikahan. Biarlah melalui pengaturan-Mu, setiap keluarga di dalam gereja boleh menjadi berkat dan kesaksian yang hidup bagi tergenapinya kehendak kekal-Mu.

21 November 2006

Kejadian Volume 8 - Minggu 4 Rabu

Ishak Memberkati Yakub
Kejadian 27:27
“Lalu datanglah Yakub dekat-dekat dan diciumnyalah ayahnya. Ketika Ishak mencium bau pakaian Yakub, diberkatinyalah dia, katanya: ‘Sesungguhnya bau anakku adalah sebagai bau padang yang diberkati TUHAN.’”

Kejadian 27:27-29 mengatakan, “Lalu datanglah Yakub dekat-dekat dan diciumnyalah ayahnya. Ketika Ishak mencium bau pakaian Yakub, diberkatinyalah dia, katanya: ‘Sesungguhnya bau anakku adalah sebagai bau padang yang diberkati TUHAN. Allah akan memberikan kepadamu embun yang dari langit dan tanah-tanah gemuk di bumi dan gandum serta anggur berlimpah-limpah. Bangsa-bangsa akan takluk kepadamu, dan suku-suku bangsa akan sujud kepadamu; jadilah tuan atas saudara-saudaramu, dan anak-anak ibumu akan sujud kepadamu. Siapa yang mengutuk engkau, terkutuklah ia, dan siapa yang memberkati engkau, diberkatilah ia.’” Ishak ingin memberkati Esau, tetapi dia mencampuradukkan berkat Allah dengan selera alamiahnya (Kej. 27:4). Sekarang, Ishak memberkati Yakub, tetapi dia memberkati secara buta, baik secara jasmani (Kej. 27:1), dan secara rohani, karena dia telah dibutakan oleh selera alamiahnya. Ini menunjukkan bahwa Ishak tidak memiliki cukup banyak kematangan dalam hayat. Namun Ishak memberkati anak-anaknya oleh iman, dan Allah menghormati berkatnya dan berkat ini kemudian menjadi suatu nubuat (Ibr. 11:20).
Sikap Esau yang memandang ringan hak kesulungannya (Kej. 25:34), kemahiran Ribka dalam pilih kasihnya, dan kebutaan Ishak dalam memberkati anaknya, turut bekerja untuk kebaikan Yakub, supaya Allah secara berdaulat dapat menggenapkan tujuan pemilihan-Nya (bd. Rm. 8:28-30). Jadi, segala sesuatu itu berada di bawah pengaturan Allah, dan bertujuan mendatangkan kebaikan bagi kita.

Ribka Menderita Kerugian Akibat Perkataannya
Kej. 27:31, 33, 41, 46

Setelah Ishak memberkati Yakub, kemudian datanglah Esau dengan daging buruan masakannya sendiri dan memberikannya kepada Ishak, ayahnya (Kej. 27:31). Setelah mengetahui bahwa yang datang kemudian adalah Esau, terkejut Ishak dan berkata, “Siapakah gerangan dia, yang memburu binatang itu dan yang telah membawanya kepadaku? Aku telah memakan semuanya, sebelum engkau datang, dan telah memberkati dia; dan dia akan tetap orang yang diberkati” (Kej. 27:33). Menyadari bahwa semua berkat telah diberikan ayahnya kepada Yakub, adiknya, Esau menangis dengan suara keras.
Karena kasih yang berat sebelah di dalam keluarga ini, Esau membenci Yakub serta hendak membunuhnya. Kejadian 27:41 mengatakan, “Esau menaruh dendam kepada Yakub karena berkat yang telah diberikan oleh ayahnya kepadanya, lalu ia berkata kepada dirinya sendiri: ‘Hari-hari berkabung karena kematian ayahku itu tidak akan lama lagi; pada waktu itulah Yakub, adikku, akan kubunuh.’” Mendengar hal ini, Ribka segera memberi tahu Yakub supaya melarikan diri ke rumah pamannya, Laban dan tinggal bersamanya untuk beberapa saat, sampai kemarahan dan kegeraman Esau surut.
Tetapi Ribka melaporkan cerita yang lain kepada Ishak (Kej. 27:46). Dia berkata, “Aku telah jemu hidup karena perempuan-perempuan Het itu; jikalau Yakub juga mengambil seorang isteri dari antara perempuan negeri ini, semacam perempuan Het itu, apa gunanya aku hidup lagi?” (Kej. 27:46). Ribka menceritakan hal yang sama dalam dua cara yang berbeda. Banyakn istri yang pandai berbuat hal yang sama, yaitu menceritakan satu hal dalam dua cara. Ribka mendustai Ishak dengan cerita yang benar. Ia berniat menyuruh Yakub pergi untuk melindungi dia dari Esau. Tetapi dia tidak mengatakan demikian kepada Ishak. Sebaliknya, dia mengatakan bahwa dia telah jemu dengan menantu-menantu kafirnya dan dia tidak menginginkan Yakub mempersunting istri yang seperti ini. Ia menyarankan Ishak agar menyuruh Yakub pergi memungut seorang istri dari suku bangsa mereka sendiri. Menurut minatnya, ini merupakan sebuah dusta; menurut perkataannya, ini memang hal yang benar. Justru inilah yang kemudian menjadi penyebab penderitaannya. Dusta selalu berakhir pada kesulitan dan penderitaan, bukan hanya di atas diri kita tetapi juga dapat menyebabkan kekacauan yang besar atas diri orang lain. Kita perlu berhati-hati dalam berbicara, karena begitu perkataan itu keluar dari bibir, sudah tidak dapat ditarik kembali. Kita seharusnya bertobat atas banyak perkataan yang kurang tepat yang telah keluar dari mulut kita, karena perkataan-perkataan itu tidak akan menghasilkan buah yang baik.

Penerapan:
Tutur kata manusia adalah suatu hal yang sangat besar dan penting dalam kehidupan manusia. Apa yang terkandung dan memenuhi hati manusia akan diucapkan dari mulutnya. Oleh sebab itu, setelah kita percaya Tuhan haruslah kita dari semula belajar bagaimana menjadi manusia, bagaimana bertutur kata dengan benar dan menanggulangi dusta. Jika tutur kata kita ada penyakitnya, pasti akan timbul kesulitan.

Pokok Doa:
Tuhan, aku mau menguduskan mulutku sebagai senjata kebenaran bagi kemuliaan nama-Mu. Biarlah mulutku menjadi sumber yang mengalirkan perkataan sehat yang membangun orang lain di dalam kasih dan kebenaran.

20 November 2006

Kejadian Volume 8 - Minggu 4 Selasa

Menanggulangi Dusta (1)
Kejadian 27:9
“Pergilah ke tempat kambing domba kita, ambillah dari sana dua anak kambing yang baik, maka aku akan mengolahnya menjadi makanan yang enak bagi ayahmu, seperti yang digemarinya.”

Hayat lahiriah selalu menyebabkan kesulitan. Kasih yang berat sebelah di dalam keluarga Ishak menimbulkan desakan untuk merampas. Ribka menghendaki anak kesayangannya menerima berkat. Dia mengajar Yakub taktik atau siasat merampas. Ribka menyiapkan makanan yang lezat sambil membalutkan kulit anak kambing pada kedua tangan dan leher Yakub. Ketika Ishak merabanya, kemudian berkata dengan ragu-ragu, “Kalau suara, suara Yakub; kalau tangan, tangan Esau” (Kej. 27:22). Di sini kita nampak bahwa kelicikan Yakub dalam merampas adalah pelajaran yang diperolehnya dari ibunya. Dalam pengertian ini, sang isteri mendustai suaminya. Akhirnya, setiap anggota dari keluarga ini sendiri yang tertipu. Ribka yang berusaha membantu anaknya, akhirnya justru kehilangan dia. Kitab Kejadian tidak menjelaskan berapa lama Ribka hidup. Kemungkinan ia sudah meninggal sebelum Yakub kembali dari rumah Laban. Ribka kehilangan anaknya karena dustanya.
Dalam dunia ini dusta lebih populer daripada perkara apa pun. Setiap orang yang dilahirkan oleh Iblis pandai berdusta dan pandai melakukan pendustaan. Karena itu kapan seseorang diselamatkan Allah, menjadi umat Allah, pelajaran pertama yang harus ia pelajari di hadapan Allah ialah menanggulangi tutur katanya. Kita harus menolak segala dusta yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Pendeknya, segala jenis dusta harus dilenyapkan dari antara anak-anak Allah. Dusta selalu mengakibatkan kerugian bagi kesaksian Allah dan bagi diri sendiri.

Menanggulangi Dusta (2)
Kej. 27:15-16, 19-20

Kejadian 27:15-16 mengatakan, “Kemudian Ribka mengambil pakaian yang indah kepunyaan Esau, anak sulungnya, pakaian yang disimpannya di rumah, lalu disuruhnyalah dikenakan oleh Yakub, anak bungsunya. Dan kulit anak kambing itu dipalutkannya pada kedua tangan Yakub dan pada lehernya yang licin itu.” Sebagai seorang ibu, Ribka seharusnya mendidik anak-anaknya dalam kebenaran. Tetapi di sini kita melihat seorang ibu yang sedang mengajari anaknya untuk menipu ayahnya sendiri. Lalu bagaimanakah hasilnya? Kejadian 27:19-20 mencatat, “Kata Yakub kepada ayahnya: ‘Akulah Esau, anak sulungmu. Telah kulakukan, seperti yang bapa katakan kepadaku. Bangunlah, duduklah dan makanlah daging buruan masakanku ini, agar bapa memberkati aku.’ Lalu Ishak berkata kepada anaknya itu: ‘Lekas juga engkau mendapatnya, anakku!’ Jawabnya: ‘Karena TUHAN, Allahmu, membuat aku mencapai tujuanku.’” Lihatlah, Yakub telah menjadi seorang pendusta yang ulung. Tidak perlu waktu yang lama, Ribka sudah berhasil membentuk Yakub, anaknya sendiri, menjadi seorang yang pandai berdusta. Luar biasa!
Pelajaran ini bukan hanya untuk para orang tua Kristen, tetapi juga untuk semua anak-anak Allah. Setelah kita beroleh selamat, kita harus belajar dengan ketat di hadapan Allah dalam hal tutur kata kita. Setiap orang harus menolak dusta, sekali demi sekali menolak dusta. Dusta, ketidaktepatan tutur kata merupakan penyakit umum orang Kristen. Setiap orang dalam dunia pernah menjadi pengikut Iblis, maka setiap orang pandai berdusta. Baik orang pintar maupun orang yang bodoh, semua pandai berdusta. Ada yang berdusta tanpa teknik, ada pula yang berdusta dengan tehnik, tapi semua itu dusta. Kita harus senantiasa menanggulangi dusta di hadapan Allah.
Kita harus nampak betapa pentingnya kejujuran. Tabiat kita memang tidak jujur. Kita sudah bisa berdusta sejak kita dilahirkan. Dusta adalah penyakit yang sangat umum, dosa yang paling gelap, juga yang paling lazim. Banyak orang menyepelekannya. Jika tutur kata kita ada penyakitnya, maka ada dua kesulitan yang akan terjadi. Pertama, dalam gereja akan timbul banyak kematian rohani. Kedua, Allah tak dapat memilih seorang pendusta menjadi pelayan firman. Mungkin ia bisa menafsirkan Alkitab, menguraikan kebenaran, berkhotbah dan berpidato, tetapi tak dapat menjadi pelayan firman Allah. Setiap pelayan firman Allah haruslah orang yang jujur dalam tutur kata. Jika tidak, ia tak mungkin dipakai. Kita harus belajar tidak berdusta, tidak berbicara menurut keinginan sendiri, dan menolak dusta dengan tuntas.

Penerapan:
Kita harus menolak dusta yang mana pun, menolak perkataan-perkataan yang tidak tepat, menolak perkataan-perkataan yang ditambah-tambah atau dikurangi, dan menolak segala dusta yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Pendeknya, segala jenis dusta harus dilenyapkan dari antara anak-anak Allah. Jika masih ada dusta, maka Iblis masih ada alasan untuk mencengkeram kita.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, aku bertobat atas segala perkataan dusta yang keluar dari mulutku, atas segala perkataan yang tidak tepat, perkataan yang sia-sia. Tuhan, biarlah Kau basuh mulutku sehingga dapat berkata benar dan bersaksi bagi-Mu.

19 November 2006

Kejadian Volume 8 - Minggu 4 Senin

Berkat Allah dan Selera Lahiriah
Kejadian 27:3-4
“Maka sekarang, ambillah senjatamu, tabung panah dan busurmu, pergilah ke padang dan burulah bagiku seekor binatang; olahlah bagiku makanan yang enak, seperti yang kugemari, sesudah itu bawalah kepadaku, supaya kumakan, agar aku memberkati engkau, sebelum aku mati.”

Ketika Ishak sudah tua, dan matanya telah kabur, sehingga ia tidak dapat melihat lagi, ia memberkati Esau. Tetapi ia mencampuradukkan antara berkat dan selera lahiriahnya. Dalam Kejadian 27:3-4, Ishak berkata kepada Esau, “Maka sekarang, ambillah senjatamu, tabung panah dan busurmu, pergilah ke padang dan burulah bagiku seekor binatang; olahlah bagiku makanan yang enak, seperti yang kugemari, sesudah itu bawalah kepadaku, supaya kumakan, agar aku memberkati engkau, sebelum aku mati.” Ishak seakan-akan berkata, “Esau, sebelum aku mati, aku ingin makan daging buruan itu sekali lagi. Bila kau membuatkan aku makanan dari daging buruan, maka nanti kau akan kuberkati.” Di sini kita menemukan Ishak mencampuradukkan antara berkat Allah dan selera lahiriahnya.
Misalkan kita ini seorang ayah yang ingin memberkati salah seorang anak kita, tentu kita akan sangat berhati-hati, tidak berani secara sembrono memberkati menurut selera lahiriah kita. Ishak seorang yang terus-menerus menikmati anugerah Allah, memberkati dengan membabi buta. Tetapi Ishak memberkati di dalam iman, dan pemberkatannya dihargai oleh Allah (Ibr. 11:20). Allah tentu tidak menghargai selera lahiriah Ishak, tetapi Allah menghargai motivasinya. Saudara Watchman Nee pernah berkata, “Segala sesuatu tergantung pada motivasi.” Pada orang yang bersih, segalanya bersih; pada orang yang kotor, segalanya juga kotor (Tit. 1:15). Tuhan tidak saja menilik apa yang kita lakukan, tetapi juga menilik motivasi yang di dalam kita. Tuhan menghendaki kita memiliki motivasi yang murni. Bila hati kita tidak murni, pada suatu hari pasti akan timbul masalah dan kesulitan.

Ditakdirkan Menerima Anugerah
Kej. 27:3-4; 1 Ptr. 1:10, 13; 2:2

Ishak memberi tahu Esau bahwa ia akan memberkatinya asal Esau menyediakan makanan daging buruan (Kej. 27:3-4). Ia hanya tahu dua perkara: ia ingin memenuhi kebutuhan seleranya dan ia ingin memberkati Esau, anaknya. Setelah ia makan daging, maka ia akan memberkati anaknya. Ia hanya tahu bahwa ia adalah seorang ayah, dan Esau adalah anaknya. Sebagai orang yang lebih besar, ia harus memberkati yang lebih kecil. Dari hal ini kita perlu jelas bahwa anugerah tidak tergantung kepada apa adanya kita. Allah telah menakdirkan kita sebagai orang yang menerima anugerah-Nya.
Anugerah adalah sesuatu yang telah diperuntukkan bagi kita. Satu Petrus 1:10 mengatakan, “Keselamatan itulah yang diselidiki dan diteliti oleh nabi-nabi, yang telah bernubuat tentang anugerah yang diuntukkan bagimu.” Petrus menunjukkan bahwa nabi-nabi bernubuat mengenai “anugerah yang diuntukkan bagimu”. “Anugerah” adalah sinonim dari kata “keselamatan” dalam ayat ini. Dalam 1 Petrus 1:13 anugerah juga mengacu kepada keselamatan Allah. Keselamatan ini mengacu kepada keselamatan jiwa, menunjukkan keselamatan sempurna. Hal itu tidak mengacu kepada keselamatan awal; melainkan keselamatan yang sempurna, keselamatan yang penuh. Ini berarti anugerah mengacu kepada keselamatan sempurna Allah. Banyak orang Kristen mendefinisikan anugerah sebagai kebaikan yang tidak patut diterima. Pengertian ini kurang memadai. Anugerah dalam Alkitab tidak terbatas hanya pada beberapa jenis kebajikan yang tidak patut diterima. Anugerah dalam Alkitab sama dengan keselamatan yang sempurna. Kita telah ditakdirkan oleh Allah untuk berbagian dalam anugerah, yakni keselamatan yang sempurna ini.
Dalam 1 Petrus 2:2 Petrus berkata, “Jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu menginginkan air susu yang murni dan rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan.” Di satu pihak, kita telah diselamatkan; di pihak lain, kita masih perlu bertumbuh sampai kepada keselamatan. Ini berarti di sini masih ada keselamatan yang lebih lanjut yang belum kita raih. Kita perlu terus-menerus bertumbuh sampai kita mencapai, sampai kepada, keselamatan yang sempurna. Di satu pihak, kehidupan orang Kristen adalah kehidupan yang penuh kenikmatan. Tetapi kita semua juga setuju bahwa di pihak lain, kehidupan orang Kristen adalah kehidupan yang penuh kesulitan, terutama kesulitan karena watak alamiah kita. Ini menunjukkan bahwa kita perlu Juruselamat dan bahwa kita perlu bertumbuh sampai kepada keselamatan. Pertumbuhan kita yang sampai kepada keselamatanlah yang akan menyelamatkan kita dari hal-hal negatif di dalam watak alamiah kita.

Penerapan:
Walaupun kita telah dilahirkan kembali oleh Allah, kita masih memiliki selera lahiriah, kesukaan-kesukaan, dan kecenderungan atas sesuatu hal. Kalau tidak hati-hati, hal-hal tersebut dapat menghalangi kita dalam menikmati anugerah, bahkan dapat membuat hati kita tidak murni lagi terhadap Tuhan dan kebenaran firman-Nya. Karena itu, dalam mengikuti Tuhan, jangan mengedepankan selera lahiriah kita.

Pokok Doa:
Ya Tuhan,dalam mengikuti Engkau, aku sering mempertimbangkan selera lahiriahku sebagai hal utama yang harus terpenuhi. Tuhan, kini aku mau belajar meletakkan selera lahiriahku dan mengikuti-Mu demi iman, bukan demi terpenuhinya kesenangan-kesenangan pribadiku.

17 November 2006

Kejadian Volume 8 - Minggu 3 Sabtu

Pergi ke Bersyeba
Kejadian 26:22-23
"Ia pindah dari situ dan menggali sumur yang lain lagi, tetapi tentang sumur ini mereka tidak bertengkar. Sumur ini dinamainya Rehobot, dan ia berkata: “Sekarang TUHAN telah memberikan kelonggaran kepada kita, sehingga kita dapat beranak cucu di negeri ini.” Dari situ ia pergi ke Bersyeba."

Walaupun Ishak telah mendapatkan kekayaan yang sangat besar, namun kedudukannya belum tepat karena ia menetap di negeri orang Filistin. Kenikmatan yang ia peroleh tidak pada kedudukan yang tepat. Mungkin Ishak mengira bahwa kedudukannya pasti betul. Dalam benaknya mungkin ia berpikir, “Kalau salah mana mungkin Tuhan memberkatinya dengan semua kekayaan ini?” Walau ia berpikir demikian, Allah tetap tidak setuju dengan kedudukannya. Allah kemudian membangkitkan suasana sekeliling yang memaksa Ishak untuk meninggalkan tempat itu. Allah memakai orang-orang Filistin yang cemburu kepada Ishak untuk memaksanya kembali ke Bersyeba (Kej. 26:14-23). Bersyeba adalah kedudukan yang tepat bagi Ishak, kedudukan yang diperkenan oleh Allah.
Kita jangan menganggap bahwa dalam setiap situasi yang kita hadapi tidak ada pekerjaan Allah; sebaliknya kita benar-benar percaya bahwa setiap situasi menimpa kita karena Allah akan melaluinya berbicara kepada kita. Dalam situasi sekeliling tersembunyi perkataan yang akan Allah sampaikan kepada kita. Kita mutlak percaya bahwa dalam situasi setiap hari pasti ada perkataan untuk masing-masing orang Kristen. Kalau kita hidup dalam terang Allah, kita akan nampak, untuk jalan-Nya di bumi, Allah mengatur satu situasi menimpa kita; untuk mendapatkan sesuatu di atas diri anak-anak Allah, Ia mengatur satu situasi menimpa anak-anak-Nya. Kita jangan hanya bisa melihat satu perkara dari permukaannya saja, kita harus melihat pengaturan Allah di balik tirai. Melalui situasi yang diatur-Nya, Allah berbicara kepada anak-anak-Nya.

Berkat di dalam Rumah Allah
Kej. 26:23-33; Ef. 2:22; Mzm. 84:5-8

Ketika Ishak kembali ke Bersyeba (Kej. 26:23-33), Tuhan segera menampakkan diri dan berfirman kepadanya, sambil meneguhkan janji-Nya, kata-Nya, “Akulah Allah ayahmu Abraham; janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau; Aku akan memberkati engkau dan membuat banyak keturunanmu karena Abraham, hamba-Ku itu” (Kej. 26:24). Kemudian di Bersyeba Ishak mulai mempunyai kesaksian yang benar. Ia mendirikan mezbah, menyeru nama Tuhan dan membangun kemahnya (Kej. 26:25). Di sini di Bersyeba ia menempuh hidup menggenapi maksud tujuan kekal Allah. Akhirnya, di Bersyeba ini musuh-musuh ditaklukkan (Kej. 26:26-31).
Sebagai umat Perjanjian Baru Allah, di manakah kedudukan kita yang tepat? Bagi penggenapan tujuan Allah, kedudukan kita haruslah di dalam kehidupan gereja yang normal. Apakah gereja? Gereja adalah tempat kediaman Allah di dalam roh (Ef. 2:22). Di dalam pengalaman kita, hanya ketika kita berada di dalam kehidupan gereja yang normal kita dapat berlatih hidup di dalam roh. Di sinilah kita bisa mendirikan mezbah, bersekutu dengan Allah, menyeru nama Tuhan, membangun kemah, dan menaklukkan musuh-musuh.
Dalam Mazmur 84:5 dikatakan, “Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah-Mu, yang terus-menerus memuji-muji Engkau.” Berbahagialah jika kita diam di rumah Allah. Kita bahkan bisa terus-menerus memuji Allah sepanjang hari. Dalam kehidupan gereja kita mungkin melintasi lembah air mata, tetapi kita bisa membuat lembah itu menjadi sumur, bahkan menjadi mata air (Mzm. 84:7). Bukan itu saja, dalam hidup gereja kita juga akan berjalan makin lama makin kuat untuk menghadap Allah (Mzm. 84:8). Dalam gereja kita akan menyadari bahwa “lebih baik satu hari di pelataran-Mu daripada seribu hari di tempat lain.” Orang-orang yang menikmati hidup gereja dapat berkata, “Lebih baik berdiri di ambang pintu (sebagai penjaga) rumah Allahku daripada diam di kemah-kemah orang fasik” (ayat 11).
Mazmur 84:12 menunjukkan bahwa hidup gereja adalah tempat yang penuh dengan berkat: “Sebab Tuhan Allah adalah matahari dan perisai; kasih dan kemuliaan Ia berikan; Ia tidak menahan kebaikan dari orang yang hidup tidak bercela.” Di dalam hidup gereja, Tuhan adalah suplai dan pelindung kita. Selain itu, di sini kita menikmati anugerah dan kemuliaan-Nya. Terakhir, di dalam kehidupan gereja kita dapat bersandar kepada Allah. Mazmur 84:13 mengatakan: “Ya TUHAN semesta alam, berbahagialah manusia yang percaya (bersandar) kepada-Mu!” Kita dapat bersaksi bahwa bersandar kepada Allah di dalam gereja adalah sangat mudah. Rumah Allah adalah tempat yang wajar untuk kita belajar bersandar kepada Allah.

Penerapan:
Kalau perkataan/firman Allah yang lembut tidak dapat membuat kita melakukan kehendak-Nya, maka Allah akan membangkitkan suatu situasi tertentu dalam hidup kita, bukan untuk menghukum tetapi untuk memaksa kita agar kembali berpaling kepada Dia dan kehendak-Nya. Jangan menunggu datangnya situasi sulit baru bertobat, tetapi marilah kita mulai hari ini belajar mendengar suara-Nya dan memahami kehendak-Nya, dan melakukannya.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, terima kasih atas berkat yang Kau sediakan di dalam rumah-Mu bagiku. Biarlah seumur hidupku,aku tinggal di dalam rumah-Mu, berbagian di dalam kehendak kekal-Mu.

16 November 2006

Kejadian Volume 8 - Minggu 3 Jumat

Hidup dalam Berkat Allah (1)
Kejadian 26:12-13
“Maka menaburlah Ishak di tanah itu dan dalam tahun itu juga ia mendapat hasil seratus kali lipat; sebab ia diberkati TUHAN. Dan orang itu menjadi kaya, bahkan kian lama kian kaya, sehingga ia menjadi sangat kaya.”

Apakah yang disebut berkat? Berkat adalah pekerjaan Allah yang tanpa dasar. Berkat Allah adalah pekerjaan Allah yang tidak ada dasarnya, melebihi apa yang seharusnya kita dapat. Lima ketul roti memberi makan lima ribu orang sampai kenyang, bahkan sisa dua belas bakul! Inilah yang disebut berkat. Seluruh pekerjaan kita dibangun di atas berkat Allah. Berkat adalah mendapatkan hasil yang tidak selayaknya kita terima. Menurut karunia yang kita miliki sebenarnya tidak bisa mendapatkan hasil yang sebanyak itu, inilah berkat. Menurut kemampuan kita seharusnya tidak bisa mendapatkan hasil yang sebanyak itu, inilah berkat. Atau kita tekankan lebih berat lagi, menurut kegagalan dan kelemahan kita seharusnya tidak bisa mendapatkan hasil, tetapi kita mendapatkan hasil yang banyak, inilah berkat. Sebab itu, kalau kita mengharapkan mendapatkan berkat Allah, Allah akan memberi kepada kita hasil yang di luar dugaan kita.
Apakah dalam pelayanan kita, kita memiliki hati yang menaruh pengharapan, yaitu mengharapkan Allah memberi kita banyak buah? Kita harus berhati-hati supaya tidak kehilangan berkat Allah. Kita harus menaruh diri kita ke dalam suatu lingkaran yang bisa diberkati Allah. Kita harus berkata kepada Tuhan, “Berdasarkan hasil yang tidak sepantasnya kami terima, Tuhan, untuk nama-Mu, untuk gereja-Mu, untuk jalan-Mu, kami mengharapkan Engkau memberkati kami.” Dalam pekerjaan kita, kita harus memiliki iman, yakni iman yang percaya dan mengharapkan berkat Allah. Ketika kita demikian, Allah akan memberkati kita. Oleh karena itu, kita semua harus belajar senantiasa hidup dalam berkat Allah.

Hidup dalam Berkat Allah (2)
Yoh. 21:3; Rm. 9:13

Adakalanya Allah tidak saja tidak memberkati, bahkan sepertinya sengaja tidak memberkati. Perihal Allah tidak memberkati itu lebih serius daripada tidak ada berkat. Berdasarkan kemampuan kita, berdasarkan karunia kita, seharusnya kita mendapatkan yang lebih banyak dari ini, tetapi kita tidak mendapatkannya. Berjerih lelah semalam suntuk, seharusnya mendapatkan hasil tertentu, tetapi karena Allah tidak memberkati, hasilnya lebih sedikit daripada yang seharusnya kita dapatkan. Berjerih lelah sekian lama, tetapi tidak mendapatkan hasil. Sudah rajin bekerja, tetapi tidak ada buahnya. Karena Allah sama sekali tidak memberkati.
Sering kali yang kita lakukan sangat benar, tetapi Allah tidak memberkati. Semalam suntuk menjala ikan, itu benar, tetapi Allah tidak memberkati (Yoh. 21:3). Kita hidup di bumi bukan untuk melakukan pekerjaan yang benar, tetapi untuk melakukan pekerjaan yang diberkati Allah. Daud melakukan pekerjaan yang sangat salah, Abraham juga melakukan kesalahan, Ishak tidak terlalu berguna, Yakub sangat licik, tetapi mereka semua diberkati Allah. Sebab itu masalahnya bukan salah atau benar, masalahnya adalah Allah memberkati atau tidak. Kita yang ada di sini sekarang, mungkin lebih baik daripada Yakub, tetapi kalau tidak diberkati Allah, apa gunanya. Kita harus menjadi orang yang bisa diberkati Allah. Hari depan semua pekerjaan berada dalam berkat Allah, tidak tergantung pada benar salah kita. Kalau Allah memberkati, banyak orang dosa bisa beroleh selamat. Kalau Allah memberkati, banyak orang dapat diutus bagi Tuhan ke tempat yang terpencil. Kalau tidak ada berkat, orang tidak bisa beroleh selamat. Kalau berkat tidak datang, orang tidak bisa terbina. Kalau berkat tidak datang, orang tidak mau mempersembahkan diri. Kalau berkat tidak datang, tidak ada orang yang mau pergi untuk Tuhan. Begitu berkat datang, meskipun perkara itu kelihatannya salah, tetapi masih tidak salah. Ketika Allah memberi berkat, yang kelihatannya salah pun tidak menjadi salah. Dalam berkat Allah, kita tidak akan berbuat salah. Sepertinya kita dengan kesalahan menghalanginya, namun berkat itu tetap tidak terhalang. Allah berkata: Aku mencintai Yakub dan membenci Esau (Rm. 9:13). Allah senang lalu memberkati. Perkara ini sangat serius. Kita sekali-kali jangan mengira berkat adalah satu perkara yang kecil. Berkat adalah jiwa-jiwa yang diselamatkan; berkat adalah persembahan. Kita harus mohon kepada Allah, supaya batin kita tertusuk begitu rupa sehingga tidak bisa tidak memperoleh berkat Allah. Kita harus berharap kepada berkat Allah, jangan membiarkan berkat itu pergi.

Penerapan:
Perkataan, sikap, dan opini kita, bisa membuat berkat Allah berhenti. Ada orang bisa diberkati oleh Allah. Ada orang tidak bisa diberkati oleh Allah. Hal-hal ini jangan membuat kita marah atau iri. Hal-hal ini seharusnya membuat kita dengan hebat menghakimi diri sendiri. Karena kita ingin diberkati oleh Allah, maka kita perlu membatasi banyak perkataan kita, juga perlu banyak membatasi kehidupan kita, sebaliknya belajar tunduk pada pimpinan Allah.

Pokok Doa:
Tuhan, aku mau menjadi orang yang menabur benih dan menyiram. Tetapi apakah aku memperoleh tuaian yang baik atau tidak, itu tergantung kepada berkat-Mu, karena Engkaulah yang menumbuhkan.

15 November 2006

Kejadian Volume 8 - Minggu 3 Kamis

Menabur dan Menuai 100 Kali Lipat
Kejadian 26:12-13
“Maka menaburlah Ishak di tanah itu dan dalam tahun itu juga ia mendapat hasil seratus kali lipat; sebab ia diberkati TUHAN. Dan orang itu menjadi kaya, bahkan kian lama kian kaya, sehingga ia menjadi sangat kaya.”

Ishak menabur dan mendapat hasil seratus kali lipat sehingga ia menjadi kaya (Kej. 26:12-14). Ishak menjadi kaya, bahkan kian lama kian kaya, sampai- sampai ia menjadi kaya luar biasa. Ia menjadi kaya disebabkan menunaikan tugas menabur dan menuai berkat Allah. Dalam Kejadian pasal tiga, Allah menentukan bahwa manusia akan mengolah tanah untuk mendapatkan sesuatu untuk hidup. Penaburan benih adalah untuk kehidupan manusia. Ini adalah cara yang sesuai dengan hukum alam yang ditentukan oleh Allah. Tidak ada ras atau bangsa yang dapat bertahan tanpa menabur, tanpa bercocok tanam. Bercocok tanam meliputi menabur benih dan menuai tuaian.
Ishak mendapatkan hasil 100 kali lipat dari hasil ladangnya. Hasil ini merupakan jerih lelah Ishak ditambah dengan berkat Allah. Tanpa berkat Allah, jerih lelah Ishak pasti sia-sia. Semua pekerjaan tergantung pada berkat Allah. Sering kali kita setia, tetapi tidak peduli seberapa besar kesetiaan kita, jika tidak ada berkat, tidak ada buahnya. Sering kali kita rajin, tetapi tidak peduli seberapa besar kerajinan kita, jika tidak ada berkat, tidak ada buahnya. Sering kali kita beriman, kita sungguh percaya Allah dapat melakukan sesuatu, kita juga berdoa agar Dia mau bekerja, tetapi jika Allah tidak memberkati, segala sesuatu berada dalam kesia-siaan. Cepat atau lambat, orang-orang yang melayani Allah harus dibawa ke satu tahap, yaitu mengharapkan berkat Allah. Tanpa berkat Allah, kesetiaan kita, kerajinan, iman, dan doa-doa kita tidak bermanfaat, tidak akan ada buahnya. Karena itu, semua perkara tergantung pada berkat Allah.

Cara Umat Allah Mempertahankan Hidup
Mal. 3:10

Dalam Alkitab ada dua cara umat Allah mempertahankan hidup. Cara yang pertama adalah menurut hukum alam yang ditentukan oleh Allah. Ini adalah untuk menabur benih dan menuai tuaian. Cara yang kedua dari umat Allah untuk mempertahankan hidup adalah cara mujizat-mujizat dari tangan Allah. Ketika bangsa Israel berada di Mesir, mereka hidup dengan bercocok tanam – menabur dan menuai. Tetapi ketika mereka keluar dari Mesir dan berkelana di padang gurun, mereka hidup dengan cara lainnya, dengan cara mujizat-mujizat Allah. Umat itu tidak menabur benih apa pun, tetapi mereka mengumpulkan manna. Kita dapat mengatakan bahwa mereka menuai tanpa menabur. Di padang gurun itu bangsa Israel secara terus-menerus menuai tanpa menabur. Turunnya manna dari langit merupakan satu pengganti bagi penaburan. Manusia dapat menabur benih, tetapi hanya Allahlah yang dapat membuat hujan manna. Di padang gurun bangsa Israel mengumpulkan manna.
Di dalam kondisi yang normal, Allah merawat anak-anak-Nya bukan dengan cara mujizat, melainkan dengan prinsip yang pertama – menabur dan menuai. Penaburan kita ditambah dengan berkat Allah akan menghasilkan penuaian yang berlimpah. Hari ini persoalan yang mendasar adalah harus belajar tidak menghalangi berkat Allah. Bila di atas diri kita ada kecenderungan yang tidak bisa diberkati oleh Allah, harus segera kita singkirkan; bila ada temperamen yang tidak bisa diberkati oleh Allah, harus kita buang. Kita harus belajar percaya kepada berkat Allah, harus belajar bersandar kepada berkat Allah, di samping itu juga harus belajar menyingkirkan rintangan yang menghalangi berkat Allah.
Kita harus nampak, Tuhan tidak menyisakan satu perkara yang baik yang tidak diberikan kepada kita. Ketika pekerjaan tidak bisa maju, keadaan saudara saudari tidak baik, jumlah orang yang beroleh selamat tidak bertambah, kita jangan menyalahkan situasi, juga jangan menyalahkan orang lain, menyalahkan saudara ini tidak baik, menyalahkan saudara itu tidak baik. Mungkin di atas diri kita ada hal-hal yang menghalangi berkat Allah. Kalau Tuhan bisa berjalan lancar pada diri kita, berkat Allah pasti akan berkelimpahan sampai tidak tertampung. Dulu Allah berkata kepada orang Israel, “. . .Ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan” (Mal. 3:10). Sampai hari ini Allah masih mengucapkan perkataan yang sama. Kehidupan menerima berkat seharusnya adalah kehidupan sehari-hari orang Kristen. Pekerjaan yang diberkati Allah seharusnya adalah pekerjaan yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari kita.

Penerapan:
Apakah kita
sungguh-sungguh memustikakan berkat Allah? Ketika Allah ingin melakukan suatu mujizat kecil, Dia terlebih dulu akan menaruh kita dalam situasi yang sulit. Ketika Dia ingin melakukan suatu mujizat yang besar, Dia terlebih dulu akan menaruh kita dalam keadaan yang kelihatannya tidak mungkin. Mujizat-mujizat dihasilkan oleh berkat Allah. Karena itu janganlah kita bersandar pada pengertian dan jalan kita sendiri.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, ampunilah semua kegagalanku yang telah menghalangi mengalirnya berkat-Mu. Tuhan, terangilah aku agar aku nampak hal-hal dalam hidupku yang membuat Engkau tidak dapat memberkati aku, dan berilah aku kekuatan untuk menanggulanginya dengan tuntas.

14 November 2006

Kejadian Volume 8 - Minggu 3 Rabu

Memiliki Kelemahan Lahiriah seperti Abraham
Kejadian 26:3
“Tinggallah di negeri ini sebagai orang asing, maka Aku akan menyertai engkau dan memberkati engkau, sebab kepadamulah dan kepada keturunanmu akan Kuberikan seluruh negeri ini, dan Aku akan menepati sumpah yang telah Kuikrarkan kepada Abraham, ayahmu.”

Kejadian 26:1-2 mengatakan, “Maka timbullah kelaparan di negeri itu. —Ini bukan kelaparan yang pertama, yang telah terjadi dalam zaman Abraham. Sebab itu Ishak pergi ke Gerar, kepada Abimelekh, raja orang Filistin. Lalu TUHAN menampakkan diri kepadanya serta berfirman: ‘Janganlah pergi ke Mesir, diamlah di negeri yang akan Kukatakan kepadamu.‘“ Setelah mendapat penampakan dan perkataan TUHAN, Ishak tinggal di Gerar (Kej. 26:6). Selanjutnya Kejadian 26:7 mengatakan, “Ketika orang-orang di tempat itu bertanya tentang isterinya, berkatalah ia: ‘Dia saudaraku,’ sebab ia takut mengatakan: ‘Ia isteriku,’ karena pikirnya: ‘Jangan-jangan aku dibunuh oleh penduduk tempat ini karena Ribka, sebab elok parasnya.’” Ishak memiliki kelemahan lahiriah yang sama dengan Abraham, yaitu berdusta dengan mengatakan bahwa isterinya adalah saudaranya. Tidakkah kita juga mempunyai kelemahan lahiriah? Kita semua mempunyai kelemahan lahiriah.
Walau kita semua memiliki kelemahan lahiriah kita masing-masing, namun anugerah Allah tidak pernah meninggalkan kita. Anugerah itu tetap bersama dengan kita. Anugerah tidak tergantung pada apa adanya kita. Setiap orang yang menikmati anugerah masih mempunyai kelemahannya masing-masing. Rasul Paulus tentu mempunyai kelemahan. Petrus, Yohanes dan Paulus juga mempunyai kelemahan-kelemahannya sendiri, tetapi kelemahan-kelemahan mereka tidak menghalangi mereka dari menikmati anugerah Allah. Janganlah kita tertipu oleh kelemahan kita sehingga tidak datang kepada Allah dan menikmati anugerah-Nya.

Tetap Menikmati Anugerah
Kej. 26:1-11

Ishak meninggalkan Bersyeba, jalan menurun ke selatan, tidak menuju ke Mesir, tetapi menuju ke tempat yang berdekatan dengan Mesir (26:1-2). Sedangkan tujuan Allah ialah umat pilihan-Nya tinggal di tanah permai. Kapan saja kelemahan lahiriah umat-Nya terwujud, mereka selalu jalan menurun. Kita tidak dapat menemukan sebuah contoh, di mana umat Allah pergi menanjak ke sebelah utara ketika mereka lemah. Hal yang paling celaka itulah turun ke Mesir. Inilah yang dilakukan oleh Abraham (Kej. 12:10). Kedua kalinya Abraham menuju ke selatan, ia hanya pergi sejauh tanah Filistin (Kej. 20:1). Ishak mengulangi cerita Abraham berjalan menurun, di tengah ia menuju ke selatan, Allah datang mencegah dan memperingatinya, kata-Nya, “Janganlah pergi ke Mesir, diamlah di negeri yang akan Kukatakan kepadamu” (Kej. 26:2). Maksud Ishak mungkin turun menuju ke Mesir, tetapi Allah perintahkan dia agar tinggal di tempat di mana Dia akan memberitahukan kepadanya. Meskipun Ishak tidak tinggal di tempat yang tepat, tetapi ia masih dengan sentosanya menikmati anugerah Allah. Ishak tidak hanya tidak berdiam di tempat yang tepat; ia pun berdusta, sampai-sampai mengorbankan istrinya (Kej. 26:6-7), sama seperti apa yang dilakukan oleh Abraham. Bagaimanapun juga, ia berikut istrinya dilindungi oleh kuasa penjagaan Allah (Kej. 26:8-11). Anugerah Allah yang melindungi dia daripada pengorbanan istrinya.
Ishak adalah model atau pola seorang yang menikmati anugerah Allah. Dalam seluruh Alkitab hampir tidak ada orang lain lagi yang menikmati anugerah sebanyak yang dinikmati oleh Ishak. Sepanjang hidupnya, Ishak tidak mengerjakan lainnya kecuali menikmati anugerah Allah. Hidupnya adalah menikmati anugerah. Kapankah kita menikmati anugerah lebih banyak? Ketika kita merasa diri kita rohani dan baik di pandangan Allah ataukah ketika kita jatuh dan merasa kita sama sekali tidak patut? Justru sewaktu kita jatuh, saat itulah kita menikmati anugerah paling banyak.
Lihatlah pengalaman kita sendiri. Walaupun kita tidak pernah berbohong sehingga mengorbankan istri kita, namun kita seringkali berdusta kepada istri kita. Ada konsepsi yang mengatakan bahwa orang-orang Kristen, khususnya orang-orang Kristen yang disebut rohani, mustahil berdusta. Betulkah demikian? Sejujurnya kita justru sering menemukan orang-orang Kristen termasuk orang-orang yang disebut rohani juga berkata dusta. Bukan hanya orang-orang dunia yang berdusta; bahkan orang-orang Kristen dan rohaniwan-rohaniwan pun ada yang berdusta. Inilah kondisi manusia yang jatuh. Lalu apa yang harus kita perbuat? Yang harus kita lakukan hanyalah menikmati anugerah terus-menerus.

Penerapan:
Karena kita semua memiliki kelemahan lahiriah masing-masing, maka kita tidak bisa bermegah atas diri sendiri selain di atas diri Tuhan. Tanpa anugerah Allah, kita bisa melakukan sesuatu yang lebih buruk daripada apa yang dilakukan Ishak terhadap isterinya sendiri. Karena itu, marilah kita senantiasa belajar tinggal dalam persekutuan yang intim dengan Tuhan demi menikmati anugerah-Nya.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, tidak ada yang dapat kumegahkan dalam hidupku, selain anugerah-Mu semata. Tanpa anugerah-Mu, aku pasti gagal dan tidak bisa melakukan apa pun bagi-Mu. Tuhan, berikan anugerah-Mu menurut keperluanku hari ini.

13 November 2006

Kejadian Volume 8 - Minggu 3 Selasa

Esau Menjual Hak Kesulungannya
Kejadian 25:32-33
“Sahut Esau: ‘Sebentar lagi aku akan mati; apakah gunanya bagiku hak kesulungan itu?’ Kata Yakub: ‘Bersumpahlah dahulu kepadaku.’ Maka bersumpahlah ia kepada Yakub dan dijualnyalah hak kesulungannya kepadanya.”

Sebagai anak pertama, Esau mewarisi hak kesulungan. Apakah keistimewaan dari hak kesulungan ini? Menurut wahyu Alkitab, hak kesulungan ini terdiri atas hak untuk menjabat sebagai imam, hak untuk menjabat sebagai raja, dan hak atas dua bagian tanah. Hak ini sangat bernilai. Walaupun demikian, Esau memandangnya ringan. Berkebalikan dengan Esau, Yakub sangat menginginkan hak kesulungan itu. Yakub mengetahui bahwa hak itu sangat berharga karena di dalamnya terdapat berkat bagi dia dan keturunannya kelak. Yang seorang memandang ringan, yang lain memandangnya sangat bernilai. Yang seorang menjual, yang lain dengan licik membayarnya dengan memberikan sepiring makanan. Demikianlah Esau menjual hak kesulungannya.
Di dalam pengamatan dan pengalaman kita, tidak sedikit orang Kristen yang rela “menukarkan” hal-hal rohani dengan sepiring makanan. Dengan alasan mencari nafkah, kerohanian ditelantarkan, kasih karunia diabaikan. Sebagai umat kerajaan, kita tidak perlu kuatir akan makanan kita (Mat. 6:25). Jika kita sebagai orang Kristen karena kuatir akan makanan kita lalu mengabaikan Kerajaan Allah dan kebenarannya, kita akan menderita kerugian yang sangat besar. Suatu hari kelak mungkin kita ingin mendapatkannya kembali, tetapi pada saat itu sudah terlambat. Apa yang hendak kita peroleh telah kita jual demi memperoleh sedikit kenikmatan di dunia ini. Inilah pengalaman Esau. Kiranya pengalaman Esau menjadi suatu pelajaran berharga bagi kita untuk tidak menjual, menukarkan, atau memandang ringan hal-hal rohani.

Kehilangan Anugerah Allah
Kej. 25:34; Ibr. 12:15-17

Kejadian 25:34 mengatakan, “Lalu Yakub memberikan roti dan masakan kacang merah itu kepada Esau; ia makan dan minum, lalu berdiri dan pergi. Demikianlah Esau memandang ringan hak kesulungan itu.” Esau telah menjual hak kesulungannya demi sepiring makanan. Hak kesulungan di dalam Kristus, yang meliputi jabatan raja dalam kerajaan yang akan datang, sangat besar kaitannya bagi orang beriman. Namun mungkin kita bisa karena tamak akan sedikit kenikmatan materi lalu menjual hak kesulungan kita, seperti Esau menjualnya demi sepiring makanan. Bila orang Kristen karena sesuatu dari dunia lalu meninggalkan anugerah Kristus, mereka akan kehilangan hak kesulungan di dalam Kristus. Kehilangan hak kesulungan berarti kehilangan kenikmatan atas kerajaan yang akan datang.
Ibrani 12:15-16 mengatakan, “Jagalah supaya jangan ada seorang pun kehilangan anugerah Allah, agar jangan tumbuh akar pahit yang menimbulkan kerusuhan dan mencemarkan banyak orang. Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau mempunyai nafsu rendah seperti Esau yang menjual hak kesulungannya demi sepiring makanan.” Apa artinya “kehilangan anugerah Allah”? Artinya, kita telah memiliki anugerah Allah, tetapi sekarang tidak lagi memilikinya. Jika orang Kristen kembali ke dunia, mereka akan kehilangan anugerah Allah, yang menjadi kenikmatan semua orang yang percaya.
Hak kesulungan terutama mengacu kepada hubungan kita dengan Kristus dan partisipasi kita dalam Kristus. Cara Yakub yang licik dalam merebut hak kesulungan tentu tidak dapat dibenarkan, namun apresiasi dan kedambaannya terhadap hak kesulungan tentu saja dihargai oleh Allah. Esau memandang rendah hak kesulungan dan menjual haknya dengan murah (Kej. 25:29-34). Sebab itu, ia kehilangan hak kesulungan dan tidak dapat memperolehnya kembali, sekalipun dengan menyesal dan menangis (Kej. 27:34-38; Ibr. 12:16-17). Dia kehilangan berkat untuk berbagian dalam Kristus. Ini seharusnya menjadi peringatan bagi kita. Yakub menghormati dan menuntut hak kesulungan, dan ia pun memperolehnya. Ia mewarisi berkat yang dijanjikan Allah, berkat mengenai Kristus (Kej. 28:4, 14). Ibrani 12:16-17 memperingatkan kita agar jangan kehilangan hak kesulungan kita seperti Esau. Kita semua perlu waspada. Kita memiliki posisi mempunyai hak kesulungan dan kita justru telah memilikinya, namun pemeliharaannya tergantung pada apakah kita menjaga diri dari keduniawian dan kecemaran. Ibrani 12:15-17 memperingatkan kita untuk berhati-hati karena ada kemungkinan hilangnya hak kesulungan. Kita sudah memilikinya, tetapi kita juga mungkin kehilangannya.

Penerapan:
Allah tidak suka bila kita memandang rendah akan segala karunia yang telah Ia berikan kepada kita, apalagi bila kita menukarnya dengan hal-hal duniawi. Kalau kita memandang rendah karunia Allah, Allah juga akan memandang rendah kita, sehingga kita tidak diperkenan masuk ke dalam manifestasi Kerajaan-Nya. Jangan mengulangi apa yang telah dilakukan oleh Esau!

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, sering aku mengabaikan Alkitab, Doa, gereja, dan pelayanan demi mendapatkan sedikit kenikmatan duniawi. Ampunilah aku ya Tuhan, dan jadikanlah aku seorang yang menghargai setiap perkara rohani dengan tepat.

12 November 2006

Kejadian Volume 8 - Minggu 3 Senin

Kelicikan Yakub
Kejadian 25:30-31
“Kata Esau kepada Yakub: ‘Berikanlah kiranya aku menghirup sedikit dari yang merah-merah itu, karena aku lelah.’ Itulah sebabnya namanya disebutkan Edom. Tetapi kata Yakub: ‘Juallah dahulu kepadaku hak kesulunganmu.’”

Pada suatu hari, Esau pulang dari berburu di padang. ia lelah, lalu berkata kepada Yakub, “Berikanlah kiranya aku menghirup sedikit dari yang merah-merah itu, karena aku lelah.” Yakub berkata, “Juallah dahulu kepadaku hak kesulunganmu.” Kebetulan Esau sangat lelah, lalu dengan sembarangan menjawab, “Sebentar lagi aku akan mati, apakah gunanya bagiku hak kesulungan itu!” Akhirnya Esau menjual hak kesulungannya kepada Yakub (Kej. 25:29-34). Hal ini menyatakan betapa liciknya Yakub. Cara Yakub untuk memperoleh hak kesulungan ini sangat tidak wajar. Dengan berbuat demikian, Yakub berdasarkan kekuatannya sendiri mendapatkan apa yang Allah kehendaki dia dapatkan. Di sini kita melihat ada satu orang yang licik, yang penuh tipu muslihat, yang bisa menipu orang. Dia memegang tumit kaki kakaknya, tetapi dia tetap sebagai adik dan dengan semangkok sup kacang merah dia menipu kakaknya.
Kita seharusnya tidak mengambil keuntungan dari orang lain dengan cara apapun. Seorang Kristen seharusnya menyadari bahwa mengambil keuntungan dari orang lain selama berada di bumi adalah memalukan. Mengambil keuntungan dari saudara-saudara adalah salah dan mengambil keuntungan dari siapapun adalah sama salahnya. Sikap dasar Tuhan adalah Ia tidak pernah bermaksud mengambil keuntungan dari manusia. Ia tidak membiarkan diri-Nya dilayani oleh manusia, tetapi justru melayani manusia, bahkan memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang (Mat. 20:28). Ia sama sekali tidak memiliki keinginan sedikitpun untuk mengambil keuntungan dari siapapun.

Kelicikan Hati Manusia
Mzm. 51:7; Kej. 8:21; Yer. 17:9; Rm. 7:20

Manusia diperanakkan dalam kesalahan, dalam dosa dikandung ibunya (Mzm. 51:7). Begitu lahir, manusia sudah berdosa, sifat alamiahnya jahat. Karena sifat alamiahnya jahat, maka manusia bisa berbuat dosa. Orang berbuat dosa tidak perlu belajar, karena sejak lahir sudah mempunyai kemampuan itu. Perbuatan dosa manusia bukan hasil belajar dari luar, melainkan bertumbuh dari dalam. Begitu dilahirkan, benih dosa sudah ada di dalam manusia. Sampai waktu tertentu, dosa itu tumbuh dari dalam manusia. Karena manusia diperanakkan dalam kesalahan, maka dari sejak kecil hatinya sudah penuh kejahatan (Kej. 8:21). Manusia tidak perlu menunggu sampai tua baru hatinya penuh kejahatan, dari sejak kecil, ketika masih polos, hatinya sudah mengandung angan-angan jahat.
Sejak kecil, hati manusia bukan saja sudah menjadi sumber pikiran jahat, bahkan lebih licik daripada segala sesuatu (Yer. 17:9). Di antara segala sesuatu tidak ada satu hal yang lebih licik daripada hati manusia. Hati manusia paling licik! Telah sedemikian rusak! Bukan rusak sedikit, melainkan rusak sekali sehingga tidak ada tandingannya. Bahkan kerusakan hati manusia ini bukan dari luar menjalar ke dalam, melainkan dari dalam menjalar ke luar. Sering kali secara luaran kelihatannya tidak rusak, tetapi dalamnya sudah rusak, sampai waktu tertentu akan muncul ke permukaan.
Lihatlah keadaan manusia di dalam dirinya sendiri! Dalam daging manusia tidak ada yang baik! Karena manusia dilahirkan di dalam kesalahan, hatinya lebih licik daripada segala sesuatu, sudah sangat rusak, bagaimana mungkin dalam daging manusia mengandung kebaikan? Siapa yang bisa berkata, aku mau berbuat baik, lalu ia bisa berbuat? Bukankah manusia sering dalam keadaan, “Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik”? Karena dalam daging manusia tidak ada kebaikan, sebab itu kebaikan yang dikehendakinya malah tidak dilakukan (Rm. 7:20).
Selain masalah di atas, kita juga harus tahu bahwa setiap orang yang licik akan diganjar menurut kelicikannya. Alkitab mengatakan bahwa Allah akan memperlakukan orang seperti ia memperlakukan orang lain; menanggulangi dengan kejam orang-orang yang kejam. Orang yang menipu orang lain akhirnya akan menyakiti dirinya sendiri. Hasil dari kelicikan adalah diganjar dengan kelicikan. Tidak seorang pun yang mendapatkan hasil dari kelicikan dapat bertahan lama. Ganjaran kelicikan ada pada masa kini, sedangkan kebinasaan itu kekal. Kiranya kita nampak keadaan manusia alamiah kita yang sesungguhnya dan berpaling kepada Kristus.

Penerapan:
Disadari atau tidak, setiap orang memiliki kecenderungan untuk mengambil keuntungan bagi diri sendiri, tanpa mempertimbangkan kerugian yang akan diderita oleh orang lain. Inilah ekspresi dari kelicikan manusia. Di antara anak-anak Allah, kita harus menanggulangi motivasi yang demikian, sebaliknya harus belajar saling melayani satu dengan yang lain. Inilah teladan yang ditinggalkan oleh Tuhan Yesus.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, murnikanlah aku dari setiap motivasi yang jahat, yang mencari keuntungan di atas kerugian orang lain. Tuhan, aku mau belajar mengasihi dan melayani sesamaku manusia, sebagaimana Engkau juga telah mengasihi dan melayani semua manusia.

10 November 2006

Kejadian Volume 8 - Minggu 2 Sabtu

Akibat Kasih yang Alamiah
Kejadian 25:27-28
“Lalu bertambah besarlah kedua anak itu: Esau menjadi seorang yang pandai berburu, seorang yang suka tinggal di padang, tetapi Yakub adalah seorang yang tenang, yang suka tinggal di kemah. Ishak sayang kepada Esau, sebab ia suka makan daging buruan, tetapi Ribka kasih kepada Yakub.”

Jika kita mengalami kasih Allah, kita akan mempunyai pengertian yang dalam bahwa kasih alamiah kita adalah satu hal dan kasih Allah yang menjadi kasih kita melalui pengalaman adalah satu hal yang lain. Kasih Alah sangat berbeda dengan kasih alamiah. Bila kita mengasihi seseorang namun ia tidak membalasnya dengan memadai dan kita sakit hati, itu berarti kasih kita alamiah. Karena itu, orang-orang yang kita kasihi secara alamiah akhirnya menjadi musuh-musuh kita. Orang yang bijaksana biasanya lamban dan berhati-hati dalam mengasihi orang lain. Mereka menyadari bahwa jika mereka mengasihi orang lain secara buta, cepat atau lambat kasih itu akan menyebabkan masalah.
Banyak perceraian dan perpisahan adalah akibat dari kasih alamiah yang bodoh yang dengan mudah menyakiti dan memimpin kepada permusuhan. Proses perkenalan dan pernikahan yang terlalu singkat biasanya mengandung perpisahan dan perceraian yang tinggi. Pada mulanya mereka saling mengasihi, tetapi tidak lama setelah mereka menikah mereka menjadi musuh. Inilah akibat saling mengasihi secara alamiah. Jika mereka tidak pernah saling mengasihi secara alamiah, mereka tidak akan menjadi musuh.
Kasih alamiah kita harus diletakkan di atas salib. Kita perlu mengasihi orang lain dengan kasih Allah yang telah kita alami dan nikmati. Jika kita mengalami kasih Allah, kita akan mengasihi Allah dengan kasih ini. Kita juga akan mengasihi saudara-saudara dengan kasih yang sama ini. Kasih semacam ini pasti tidak akan menyebabkan masalah. Segala masalah justru timbul dari kasih yang alamiah.

Kasih yang Mulia
Yes. 49:15; Mat. 5:44-47

Allah mengasihi manusia! Allah itu kasih! Dari dulu hingga sekarang, ada satu perkara yang sangat ajaib dan mengherankan, yaitu Allah mengasihi manusia. Begitu manusia berdosa dan jatuh, kasihlah yang pertama-tama Allah nyatakan. Terhadap manusia, hati Allah penuh dengan kebaikan. Dengan perantaraan hamba-hambaNya, Allah berulang-ulang mencurahkan isi hati-Nya dengan mengatakan, “Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau” (Yes.49:15). Demikianlah kasih Allah kepada kita.
Dalam Matius 5:44-47 Tuhan Yesus berkata, “Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di surga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya daripada perbuatan orang lain? Bukankah bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian?” Sebagaimana Allah mengirimkan hujan baik ke atas orang benar maupun orang yang tidak benar, kita seharusnya tidak hanya mengasihi saudara-saudara kita tetapi juga musuh-musuh kita. Mengasihi saudara sendiri tidak memerlukan banyak kekuatan dan tenaga. Tetapi mengasihi musuh-musuh kita memerlukan satu kekuatan dan tenaga yang khusus. Kita semua perlu memiliki kasih yang mulia ini.
Kadang-kadang kita dapat mengasihi saudara-saudara yang dekat dan terbatas. Dalam kasih kita, kita mungkin mempunyai pilihan dan mengasihi saudara tertentu melebihi yang lain. Kita perlu memiliki kasih yang lebih dalam dan lebih mulia. Kasih ini adalah agape. Bila kita memiliki kasih semacam ini, kita mengasihi semua saudara dengan kasih yang sama, tidak peduli saudara-saudara macam apakah mereka itu.
Hayat yang ada di dalam setiap anak-anak Allah sangat kaya limpah, sedemikian rupa sehingga membuat anak-anak Allah dapat mengasihi setiap saudara saudari. Asalkan seseorang itu milik Tuhan, kasih yang terkandung di dalamnya pasti akan mengalir keluar. Mengasihi seorang saudara sama dengan mengasihi semua saudara. Hati yang mengasihi saudara ini tidak pilih bulu, terhadap saudara mana saja tak ada bedanya. Asalkan saudara, pasti dikasihinya. Alangkah indahnya kasih yang demikian itu.

Penerapan:
Marilah kita belajar untuk tidak membeda-bedakan orang menurut penilaian-penilaian yang lahiriah. Kalau Allah memilih kita menurut penilaian yang lahiriah, tidak seorangpun dari kita yang layak untuk diselamatkan. Karena itu, sebagaimana Allah telah menerima seseorang, marilah kita juga menerima dia menurut penerimaan Allah, mengasihi dia sebagaimana Allah juga telah mengasihi dia.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, bukalah mata hatiku agar aku nampak bahwa semua manusia layak dikasihi, karena semua manusia adalah ciptaan-Mu sendiri. Aku ingin kasih-Mu mengalir melalui aku dan menjangkau ke orang-orang di sekitarku.

09 November 2006

Kejadian Volume 8 - Minggu 2 Jumat

Orang Tua yang Pilih Kasih
Kejadian 25:27-28
“Lalu bertambah besarlah kedua anak itu: Esau menjadi seorang yang pandai berburu, seorang yang suka tinggal di padang, tetapi Yakub adalah seorang yang tenang, yang suka tinggal di kemah. Ishak sayang kepada Esau, sebab ia suka makan daging buruan, tetapi Ribka kasih kepada Yakub.”

Ishak lebih mengasihi Esau, disebabkan Esau pandai berburu dan bisa memperoleh daging perburuan kesukaan ayahnya (Kej. 25:27-28). Dan karena itulah, Esau menjadi anak kesayangan ayahnya. Atas diri Ishak bukan hanya ada kelemahan lahiriah saja, tetapi juga terdapat hidup lahiriah. Ia masih tetap hidup di dalam hayat lahiriahnya. Ia tidak selalu menempuh hidup yang disebut hidup rohani. Setelah Ishak berdoa, Allah memberinya dua anak, Esau dan Yakub. Ishak mengasihi Esau karena ia pandai berburu dan kebetulan Ishak suka makan daging buruan (Kej. 25:27-28). Kasih sayang Ishak terhadap anak sulungnya sama sekali di dalam hayat alamiahnya dan menuruti selera alamiahnya.
Dikarenakan suami telah memelopori kasih yang berat sebelah, maka sang istri pun mengikuti. Yakub, seorang sangat pendiam yang tinggal di kemah lebih disayang ibunya. Setiap ibu menyayangi anaknya yang tenang tinggal di sekitarnya. Tidak ada ibu yang menyayangi anaknya yang berkeliaran sepanjang hari. Dalam keluarga Ishak sang ayah lebih menyukai Esau, sedangkan sang ibu lebih menyukai Yakub. Hidup macam apakah ini?
Apakah ini kehidupan yang rohani, atau kehidupan kebangkitan? Tidak, meskipun ini bukan kehidupan dosa, tetapi ini kehidupan alamiah. Jangan mengira kita berbeda karena setiap orang tua mempunyai kasih yang berat sebelah. Kasih yang menyebelah ini bukan berasal dari roh kita; melainkan berasal dari selera alamiah kita. Kita lebih menyukai salah seorang anak disebabkan dia cocok dengan selera alamiah kita. Inilah hayat alamiah.

Mengasihi dengan Kasih yang Sama
Kej. 22:7-8

Adakalanya kita sering bisa pilih kasih terhadap saudara tertentu. Ini memperlihatkan kepada kita, bahwa kita tidak dengan kasih yang sama mengasihi kaum saleh, kita selalu mengasihi orang lain berdasarkan kesenangan kita dan citarasa kita. Filipi 2:2 mengatakan, bahwa terhadap semua orang saleh kita harus memiliki kasih yang sama. Kita perlu mengasihi semua anggota….dengan kasih yang sama dalam kasih Allah (Flp. 2:2). Sangat sulit menemukan seorang yang mengasihi orang lain dengan kasih yang sama. Kita selalu mengasihi menurut pilihan dan selera kita.
Jika kita sehat dalam iman, secara otomatis kita akan sehat dalam kasih. Mungkin sekali kita mencintai orang lain terlalu berlebihan atau terlalu sedikit. Dalam kedua keadaan ini, kasih kita tidaklah sehat. Sebaliknya, kita agak sakit dalam kasih kita. Mengapa kita sangat mengasihi saudara tertentu dan tidak mengasihi saudara yang lain sama sekali? Hal itu dikarenakan kita mengasihi orang lain menurut selera kita sendiri. Dalam Filipi 2:2 Paulus berkata bahwa kita harus memiliki kasih yang sama. Hal ini berarti kasih kita terhadap semua orang kudus harus sama. Mempunyai kasih yang berbeda-beda terhadap berbagai orang kudus berarti tidak sehat dalam kasih. Tetapi memiliki kasih yang sama untuk semua orang berarti sehat dalam kasih.
Dalam Filipi 2:2 Paulus berkata tentang “satu kasih”. Satu kasih berhubungan dengan satu pikiran. Karena perbedaan dalam pikiran, kaum beriman di Filipi memiliki tingkat kasih yang berbeda-beda. Mereka tidak mempunyai kasih yang sama terhadap semua orang kudus untuk menjaga keesaan. Dalam hidup gereja hari ini juga ada kemungkinan kita tidak memiliki kasih yang sama terhadap semua orang kudus. Kasih kita mungkin berbeda-beda tingkatannya. Kita boleh jadi mengasihi seorang saudara melebihi saudara yang lain. Karena kita kurang mengasihi seorang saudara maka kita tidak begitu suka melayaninya dengan baik. Namun, karena kita sangat mengasihi seorang saudara lain, kita akan melayaninya secara berlebihan. Dalam hidup gereja mungkin terdapat tingkat kasih yang berbeda-beda terhadap orang kudus yang berbeda-beda.
Kita perlu mengasihi orang lain dengan kasih Allah yang telah kita alami dan nikmati. Jika kita mengalami kasih Allah, kita akan mengasihi Allah dengan kasih ini. Kita juga akan mengasihi saudara-saudara dengan kasih yang sama ini. Kasih semacam ini tidak menyebabkan masalah. Semoga kita semua melihat bahwa kita perlu mengasihi Allah dan orang-orang lain dengan kasih ilahi yang telah menjadi pengalaman dan kenikmatan kita.

Penerapan:
Allah mengasihi kita dengan kasih yang sama karena Ia adalah Allah yang adil dan benar. Ia ingin kita dengan kasih yang demikian mengasihi sesama. Tetapi kita harus mengakui bahwa kita tidak memiliki kasih yang demikian, yang kita miliki justru adalah kasih yang alamiah, kasih yang tidak sama. Karena itu marilah kita tidak menilai orang lain menurut ukuran selera alamiah kita, tetapi menurut penerimaan Tuhan atas mereka.

Pokok Doa:
Tuhan, ampuni aku yang selama ini sering menilai orang lain menurut selera alamiahku, sehingga aku tidak bisa memiliki kasih yang sama terhadap mereka. Tuhan, penuhi aku dengan kasih-Mu yang mulia, kasih yang sanggup mengasihi semua orang berdosa.

08 November 2006

Kejadian Volume 8 - Minggu 2 Kamis

Terlahir sebagai yang Kedua
Kejadian 25:24-25
“Setelah genap harinya untuk bersalin, memang anak kembar yang di dalam kandungannya. Keluarlah yang pertama, warnanya merah, seluruh tubuhnya seperti jubah berbulu; sebab itu ia dinamai Esau.”

Allah yang Mahakuasa telah mengatur keadaan sekeliling dan peristiwa-peristiwa sepanjang hidup Yakub. Selagi dalam rahim ibu, Yakub dan Esau sudah saling bertengkar hendak dilahirkan duluan (Kej. 25:22-26). Maka, Yakub mulai bertengkar. Di bawah pengaturan Allah, Yakub memiliki otak yang cerdik, namun tidak memiliki tubuh yang tangguh. Esau justru terbalik, ia tidak begitu cerdik, tetapi tubuhnya tangguh kekar sehingga mengalahkan saudaranya, serta menggagalkan saudaranya untuk dilahirkan duluan. Andaikan Yakub cerdas ditambah kuat, niscaya Esau tidak akan berdaya dan Yakub akan semena-mena dan berlaku sekehendak hatinya. Sebelum Yakub dilahirkan, ia sudah dikalahkan oleh Esau, sehingga terlahir sebagai nomor kedua.
Yakub sudah kalah, tetapi ia tidak mau mengaku kalah, malahan ia memegang tumit Esau (Kej. 25:26), ini menunjukkan bahwa ia menolak mengakui kekalahannya. Keadaan kita hari ini juga sama. Kita semua adalah Yakub, Allah telah memilih kita dan kita sekalian di dalam tangan penanggulangan-Nya. Segalanya telah diatur oleh Allah Bapa untuk mengubah kita. Kristus di dalam kita sedang bekerja untuk mengubah dan menguduskan kita. Orang alamiah kita perlu dikuduskan, diubah, dan diserupakan. Karena itu, Allah mendatangkan berbagai kesulitan dan penderitaan untuk kebaikan kita. Hal ini dengan jelas tercantum dalam Roma 8:28-29. Di situ dikatakan bahwa Allah membuat segala sesuatu bekerja sama untuk kebaikan kita, agar kita dapat digarap menjadi serupa dengan gambar Putra-Nya. Karena itu, kesulitan dan penderitaan adalah untuk mengubah kita.

Dua Pribadi yang Berbeda
Kej. 25:19-34; 27:1-46; 28:1-5

Dalam Kejadian 25:19-34; 27:1-46, dan 28:1-5, kita nampak empat orang — Yakub, Esau, Ishak, dan Ribka — mereka berbeda satu sama lain. Yakub dan Esau adalah anak kembar, namun mereka sangat berbeda. “Esau menjadi seorang yang pandai berburu, seorang yang suka tinggal di padang, tetapi Yakub adalah seorang yang tenang, yang suka tinggal di kemah” (Kej. 25:27). Yakub itu tenang, licin, dan banyak main akal, sedangkan Esau liar, kasar, dan berbadan kekar. Ketika Yakub dan Esau bertengkar dalam rahim ibu mereka, Esau menang karena kekuatannya. Sewaktu Yakub ingin merebut keluar dahulu, Esau seakan-akan berkata, “Apa yang kaulakukan ini? Biarlah aku keluar duluan.” Yakub cerdik, Esau besar tenaganya. Ketika Esau mendengar bahwa Yakub telah menipunya, ia lantas mengancam ingin membunuh dia. Esau seolah menantang; “Yakub, kau telah merampas milikku. Dalam akal aku memang tidak berdaya mengalahkanmu, namun pada suatu hari aku harus membunuh engkau.” Dari sini tertampaklah Yakub dan Esau sangat berbeda.
Jangan merasa tidak puas akan pernikahan kita, karena suami atau istri kita itulah pasangan kita yang paling bagus. Dari seratus pasang suami istri, boleh jadi tidak ada seorang suami yang mengatakan ia puas dengan istrinya. Demikian pula tidak ada seorang istri yang mengatakan ia puas dengan suaminya. Terhadap hidup pernikahan, masing-masing memeluk impiannya tersendiri. Akhirnya, hidup pernikahan kita berkebalikan dengan impian kita. Tidak peduli siapa suami atau istri kita, ia jelas pemberian Allah kepada kita yang bertepatan dengan kebutuhan kita. Pernikahan orang yang dipilih oleh Allah adalah penentuan sang Mahakuasa. Ribka dibawa ke hadapan Ishak dan menjadi istrinya. Entah ia baik atau buruk, ia sudah ditakdirkan sebagai istri Ishak. Ishak tidak ada pilihan lain.
Allah tidak memilih orang yang baik. Jika kita yang disuruh memilih, mungkin kita semua akan memilih Esau daripada Yakub. Kalau dibandingkan, Esau lebih baik daripada Yakub. Tetapi Allah tidak memilih Esau; Ia malah memilih Yakub. Setiap orang yang dipilih Allah asalnya sedikit banyak mirip dengan Yakub. Tetapi perhatian Allah bukanlah mengubah kita dari yang buruk menjadi baik, dari tidak sabar menjadi sabar, atau dari penuh kebencian menjadi mengasihi. Cara Allah adalah dengan menaruh Putra-Nya (Kristus) sebagai benih ke dalam kita. Meskipun kita ini mirip Yakub, tetapi benih ini akan menghasilkan satu perubahan di dalam kita secara batini, bukan perubahan yang luaran. Apa saja yang diubah dengan cara ini akan menjadi kudus.

Penerapan:
Allah lebih mengetahui apa yang kita perlukan. Karena itu Dia telah mengatur berbagai situasi, orang, dan perkara di sekitar kita demi mengubah kita.Tidak ada satu hal pun yang terjadi dengan kebetulan. Kalau kita nampak akan tangan Allah yang mengatur demikian, kita akan segera tunduk di bawah kaki-Nya. Jangan menyalahkan situasi atau orang lain, tetapi letakkanlah diri kita di bawah tangan Allah yang sedang memproses kita.

Pokok Doa:
Ya Tuhan, ampunilah aku yang sering tidak puas dengan pengaturan-Mu. Selama ini aku merasa bahwa cara dan tindakankulah yang benar. Saat ini aku berpaling kepada-Mu dan sekali lagi meletakkan diriku di bawah tangan kedaulatan-Mu. Tuhan, lakukanlah pekerjaan-Mu atasku.