Hitstat

01 November 2006

Kejadian Volume 8 - Minggu 1 Rabu

Wafat Tanpa Kematangan Hayat
Kejadian 25:7-8
“Abraham mencapai umur seratus tujuh puluh lima tahun, lalu ia meninggal. Ia mati pada waktu telah putih rambutnya, tua dan suntuk umur, maka ia dikumpulkan kepada kaum leluhurnya.”

Kejadian pasal 25 memperlihatkan bahwa Abraham belum matang dalam hayat. Ia telah meninggal tanpa kematangan, ia meninggal tanpa memberkati seorang pun. Ia mempunyai kekurangan yang besar. Ia telah dipanggil, memiliki iman dan hidup dalam persekutuan dengan Allah, namun Ia tidak mengalami transformasi (pengubahan) yang cukup. Sudah tentu Abraham meninggal di dalam iman. Kedua putranya Ishak dan Ismael membaringkannya di dalam gua Makhpela (Kej. 25:9-10), tempat di mana Sara telah lebih dulu dimakamkan.
Abraham mengalami panggilan Allah, hidup bersandarkan iman kepada Allah, dan hidup dalam persekutuan dengan Allah. Walau demikian, pada diri Abraham tidak terlihat banyak kenikmatan. Meskipun Abraham telah diberkati dan diperluas, tetapi ia tidak banyak kenikmatan. Ia kehilangan ayahnya, Lot menjadi kesusahan terhadap dirinya, Eliezer yang dipercayainya ditolak, dan Ismael, anak yang diperoleh atas usahanya sendiri bersama gundiknya, dibuang. Setelah Ishak dilahirkan, Allah menghendaki Abraham supaya mempersembahkannya sebagai kurban bakaran. Tidak lama setelah Ishak dikembalikan, Abraham kehilangan istri terkasihnya. Seluruh hidupnya menampakkan kita sebuah aspek kehilangan. Alkitab tidak mencatat bahwa Abraham banyak menderita, tetapi ia hampir kehilangan semuanya. Apakah ini merupakan seluruh kehidupan Kristen? Tidak. Perihal kehilangan hanyalah salah satu aspek dalam kehidupan orang Kristen. Di aspek yang lain, kehidupan orang Kristen adalah kehidupan yang menikmati anugerah (Rm. 5:2).

Pengalaman Abraham Dilengkapi dengan Pengalaman Ishak
Kej. 24:36; 25:5

Terpanggil, hidup beriman kepada Allah, dan hidup dalam persekutuan dengan Allah, semua ini adalah untuk menikmati Allah. Kita telah terpanggil supaya dapat menikmati Allah. Kita harus belajar hidup bersandarkan iman kepada Allah sehingga kita boleh menikmati Allah. Dan kita pun perlu hidup dalam persekutuan dengan Allah sehingga kita mempunyai bagian dalam kelimpahan-Nya. Semuanya ini tidak lain untuk satu hal, yaitu menikmati Allah. Kita tidak nampak hikmat ini pada Abraham, melainkan pada Ishak. Kita semua paling tidak sudah mempunyai pengalaman dipanggil Allah, hidup bersandarkan iman pada Allah, hidup dalam persekutuan dengan Allah dan menderita kerugian. Kita ini betul-betul Abraham hari ini. Tetapi di samping itu kita dapat pula memberi kesaksian bahwa heran sekali, justru di dalam kerugian terkandunglah kenikmatan. Ketika kita menderita suatu kerugian kita pun mengalami kenikmatan, walau tanpa kita sadari. Ketika kita mengalami pemberesan Allah, saat itu pula kita mengalami kenikmatan. Selama kita berperan sebagai Abraham yang menderita, kita pun sekaligus berperan sebagai Ishak yang menikmati.
Kita membutuhkan kedua-duanya, yakni pengalaman Abraham dan pengalaman Ishak. Bahkan hari ini mungkin kita sedang mengalami suatu kesulitan serta berkata, “Mengapa hal ini terjadi padaku?” Tetapi di lubuk kita yang terdalam kita mengetahuinya. Di tengah-tengah kesulitan, kita malah menikmati Kristus. Inilah pengalaman Ishak. Jika kita sekadar mempunyai Abraham, pastilah kita akan dibuat kecewa. Coba perhatikan catatan mengenai Abraham. Kita akan mengatakan, “Apa baiknya menjadi bapa iman jika melulu menderita kerugian?” Namun begitu kita melihat pengalaman Ishak kita mulai mengerti mengapa Abraham menderita kerugian sebanyak itu. Semua pengalaman Abraham yang negatif adalah untuk kenikmatan Ishak. Abraham adalah untuk Ishak. Abraham telah banyak mendapat, diberkati dan telah diperbesar, tetapi ia memberikan semuanya ini kepada Ishak (Kej. 24:36; 25:5). Abraham menderita demi keuntungan Ishak. Kita semua harus menyadari bahwa hari ini kita bukan saja Abraham, malahan juga Ishak. Kita menderita kehilangan seperti Abraham, namun kita pun banyak memperoleh seperti Ishak. Kita semua ini Abraham pun Ishak. Sebagai Abraham, kita telah dipanggil oleh Allah, belajar hidup bersandar iman kepada Allah dan belajar hidup dalam persekutuan dengan Allah. Pada saat yang sama, kita pun sebagai Ishak, tidak perlu berbuat apa-apa kecuali menikmati anugerah yang telah Allah wariskan bagi kita di dalam Kristus.

Penerapan:
Bagaimanakah cara kita memandang berbagai kesulitan dan penderitaan yang kita alami? Bagi orang yang tidak mengasihi Allah, semuanya itu dianggap kesialan belaka. Tetapi bagi kita yang mengasihi Dia, berbagai kesulitan dan penderitaan adalah jelmaan dari anugerah yang Allah sediakan bagi kita agar kita diubah ke dalam gambar Kristus.

Pokok Doa:
Terima kasih ya Tuhan atas semua situasi sekeliling yang Kau aturkan bagiku. Apakah aku lebih banyak kehilangan atau menerima, itu terserah pada-Mu. Namun aku berdoa, jadikanlah aku seorang yang mengasihi-Mu.

No comments: