Hitstat

20 November 2006

Kejadian Volume 8 - Minggu 4 Selasa

Menanggulangi Dusta (1)
Kejadian 27:9
“Pergilah ke tempat kambing domba kita, ambillah dari sana dua anak kambing yang baik, maka aku akan mengolahnya menjadi makanan yang enak bagi ayahmu, seperti yang digemarinya.”

Hayat lahiriah selalu menyebabkan kesulitan. Kasih yang berat sebelah di dalam keluarga Ishak menimbulkan desakan untuk merampas. Ribka menghendaki anak kesayangannya menerima berkat. Dia mengajar Yakub taktik atau siasat merampas. Ribka menyiapkan makanan yang lezat sambil membalutkan kulit anak kambing pada kedua tangan dan leher Yakub. Ketika Ishak merabanya, kemudian berkata dengan ragu-ragu, “Kalau suara, suara Yakub; kalau tangan, tangan Esau” (Kej. 27:22). Di sini kita nampak bahwa kelicikan Yakub dalam merampas adalah pelajaran yang diperolehnya dari ibunya. Dalam pengertian ini, sang isteri mendustai suaminya. Akhirnya, setiap anggota dari keluarga ini sendiri yang tertipu. Ribka yang berusaha membantu anaknya, akhirnya justru kehilangan dia. Kitab Kejadian tidak menjelaskan berapa lama Ribka hidup. Kemungkinan ia sudah meninggal sebelum Yakub kembali dari rumah Laban. Ribka kehilangan anaknya karena dustanya.
Dalam dunia ini dusta lebih populer daripada perkara apa pun. Setiap orang yang dilahirkan oleh Iblis pandai berdusta dan pandai melakukan pendustaan. Karena itu kapan seseorang diselamatkan Allah, menjadi umat Allah, pelajaran pertama yang harus ia pelajari di hadapan Allah ialah menanggulangi tutur katanya. Kita harus menolak segala dusta yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Pendeknya, segala jenis dusta harus dilenyapkan dari antara anak-anak Allah. Dusta selalu mengakibatkan kerugian bagi kesaksian Allah dan bagi diri sendiri.

Menanggulangi Dusta (2)
Kej. 27:15-16, 19-20

Kejadian 27:15-16 mengatakan, “Kemudian Ribka mengambil pakaian yang indah kepunyaan Esau, anak sulungnya, pakaian yang disimpannya di rumah, lalu disuruhnyalah dikenakan oleh Yakub, anak bungsunya. Dan kulit anak kambing itu dipalutkannya pada kedua tangan Yakub dan pada lehernya yang licin itu.” Sebagai seorang ibu, Ribka seharusnya mendidik anak-anaknya dalam kebenaran. Tetapi di sini kita melihat seorang ibu yang sedang mengajari anaknya untuk menipu ayahnya sendiri. Lalu bagaimanakah hasilnya? Kejadian 27:19-20 mencatat, “Kata Yakub kepada ayahnya: ‘Akulah Esau, anak sulungmu. Telah kulakukan, seperti yang bapa katakan kepadaku. Bangunlah, duduklah dan makanlah daging buruan masakanku ini, agar bapa memberkati aku.’ Lalu Ishak berkata kepada anaknya itu: ‘Lekas juga engkau mendapatnya, anakku!’ Jawabnya: ‘Karena TUHAN, Allahmu, membuat aku mencapai tujuanku.’” Lihatlah, Yakub telah menjadi seorang pendusta yang ulung. Tidak perlu waktu yang lama, Ribka sudah berhasil membentuk Yakub, anaknya sendiri, menjadi seorang yang pandai berdusta. Luar biasa!
Pelajaran ini bukan hanya untuk para orang tua Kristen, tetapi juga untuk semua anak-anak Allah. Setelah kita beroleh selamat, kita harus belajar dengan ketat di hadapan Allah dalam hal tutur kata kita. Setiap orang harus menolak dusta, sekali demi sekali menolak dusta. Dusta, ketidaktepatan tutur kata merupakan penyakit umum orang Kristen. Setiap orang dalam dunia pernah menjadi pengikut Iblis, maka setiap orang pandai berdusta. Baik orang pintar maupun orang yang bodoh, semua pandai berdusta. Ada yang berdusta tanpa teknik, ada pula yang berdusta dengan tehnik, tapi semua itu dusta. Kita harus senantiasa menanggulangi dusta di hadapan Allah.
Kita harus nampak betapa pentingnya kejujuran. Tabiat kita memang tidak jujur. Kita sudah bisa berdusta sejak kita dilahirkan. Dusta adalah penyakit yang sangat umum, dosa yang paling gelap, juga yang paling lazim. Banyak orang menyepelekannya. Jika tutur kata kita ada penyakitnya, maka ada dua kesulitan yang akan terjadi. Pertama, dalam gereja akan timbul banyak kematian rohani. Kedua, Allah tak dapat memilih seorang pendusta menjadi pelayan firman. Mungkin ia bisa menafsirkan Alkitab, menguraikan kebenaran, berkhotbah dan berpidato, tetapi tak dapat menjadi pelayan firman Allah. Setiap pelayan firman Allah haruslah orang yang jujur dalam tutur kata. Jika tidak, ia tak mungkin dipakai. Kita harus belajar tidak berdusta, tidak berbicara menurut keinginan sendiri, dan menolak dusta dengan tuntas.

Penerapan:
Kita harus menolak dusta yang mana pun, menolak perkataan-perkataan yang tidak tepat, menolak perkataan-perkataan yang ditambah-tambah atau dikurangi, dan menolak segala dusta yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Pendeknya, segala jenis dusta harus dilenyapkan dari antara anak-anak Allah. Jika masih ada dusta, maka Iblis masih ada alasan untuk mencengkeram kita.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, aku bertobat atas segala perkataan dusta yang keluar dari mulutku, atas segala perkataan yang tidak tepat, perkataan yang sia-sia. Tuhan, biarlah Kau basuh mulutku sehingga dapat berkata benar dan bersaksi bagi-Mu.

No comments: