Hitstat

30 December 2017

Matius - Minggu 13 Sabtu

Pembacaan Alkitab: Mat. 8:16-21
Doa baca: Mat. 8:17
Hal itu terjadi supaya digenapi firman yang disampaikan melalui Nabi Yesaya: "Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita.”


Pada masa seribu tahun, kekuatan untuk mengusir setan dan menyembuhkan penyakit akan ternyata sampai puncaknya. Maka, semua orang yang kerasukan setan dan semua orang yang sakit akan disembuhkan. Nubuat Yesaya membuktikan hal ini (Yes. 35:5-6). Akan terdapat pemulihan yang sejati. Pengusiran setan dan penyembuhan orang sakit pada zaman ini hanyalah suatu pencicipan dari kekuatan ekstensif dari zaman yang akan datang. Dalam ayat 16, setelah Tuhan menyembuhkan ibu mertua Petrus, ketika menjelang malam, Ia menyembuhkan banyak orang yang dirasuk setan dan semua yang sakit. Ini menunjukkan bahwa setelah Kristus kembali dan orang Yahudi diselamatkan, masa seribu tahun akan dimulai. Selama masa itu, semua orang sakit akan disembuhkan. Karena itu, tanda mukjizat yang tercatat dalam ayat 2-17 mempunyai makna yang bersifat zaman.

Semua kesembuhan yang dirampungkan atas orang-orang yang telah jatuh adalah hasil dari penebusan Tuhan. Di atas salib, Dia memikul kelemahan kita, menanggung penyakit kita, dan merampungkan kesembuhan yang sempurna bagi kita. Namun, dalam zaman ini, penerapan kekuatan kesembuhan ilahi ini hanya merupakan suatu pencicipan bagi kita; pada zaman yang akan datang, kita akan mengalami kenikmatan yang penuh.

Dalam ayat 18-22, kita nampak jalan untuk mengikuti Raja surgawi. Jalan itu diwahyukan melalui kisah dua orang yang datang kepada Raja. Yang pertama, seorang ahli Taurat berkata kepadanya, “Guru, aku akan mengikuti Engkau, ke mana saja Engkau pergi.” Dengan mengatakan hal ini, dia tidak mempertimbangkan membayar harga. Karena itu, Raja menjawab dalam ayat 20, dengan cara yang menyebabkannya mempertimbangkan membayar harga. Tuhan berkata kepada ahli Taurat yang ingin mengikuti-Nya, “Rubah mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.” Bahkan rubah dan burung memiliki tempat istirahat, tetapi Raja kerajaan itu tidak memiliki tempat istirahat. Ini membuktikan bahwa kerajaan yang didirikan-Nya bukanlah kerajaan material, bukan bersifat bumiah, melainkan kerajaan rohani, bersifat surgawi. Saya percaya bahwa ahli Taurat itu kecewa sehingga ia tidak mau mengikuti-Nya. Prinsip ikut Tuhan hari ini juga sama. Kita harus mempertimbangkan harganya. Dalam hal mengikuti Raja ini, tidak ada kenikmatan materi.

Murid dalam ayat 21, yang bukan ahli Taurat, terlalu berlebihan dalam mempertimbangkan harga yang harus dikeluarkan untuk mengikuti Raja Kerajaan Surga. Karena murid ini meninggikan harga yang harus ia keluarkan dalam mengikuti Raja, Ia menjawabnya dengan mendorongnya mengikuti Dia, melepaskan pertimbangannya akan harga, dan menyerahkan penguburan ayahnya kepada orang lain. Betapa ajaibnya Tuhan Yesus! Ia dengan sengaja mengecewakan orang yang pertama dan dengan tenang mendorong orang yang kedua. Dalam hal memperlakukan orang, Tuhan sangat bijaksana. Ia membuat orang yang berkedudukan tinggi ini kecil hati. Tetapi kepada murid yang telah diperingatkan oleh hal ini agar tidak mengikuti Tuhan secara ringan atau kendur, Tuhan memberi dorongan. Perkataan Tuhan mendorong dia melupakan segala persiapan yang ia lakukan, membiarkan orang-orang yang mati menguburkan orang-orang mati mereka; ia hanya perlu mengikuti Dia.



Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 2, Berita 25

29 December 2017

Matius - Minggu 13 Jumat

Pembacaan Alkitab: Mat. 8:5-15
Doa baca: Mat. 8:8
Tetapi jawab perwira itu kepada-Nya, "Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, tetapi katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh.”


Setelah Tuhan masuk ke Kapernaum, “datanglah seorang perwira mendapatkan Dia dan memohon kepada-Nya, ‘Tuan, hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh dan ia sangat menderita’” (Mat. 8:5-6). Seorang perwira ialah opsir yang mengepalai seratus orang prajurit dalam pasukan Romawi. Perwira dalam ayat 5-13 mewakili orang bukan Yahudi. Di hadapan Allah, orang Yahudi telah menjadi kusta, najis, karena pemberontakan dan ketidaktaatan mereka. Penyelamat rajani mulai datang kepada orang Yahudi, kemudian kepada orang bukan Yahudi (Kis. 3:26; 13:46; Rm. 1:16; 11:11). Orang Yahudi yang percaya diselamatkan oleh sentuhan langsung-Nya (ayat 3), sedangkan orang bukan Yahudi yang percaya diselamatkan melalui iman pada perkataan-Nya (ayat 8, 10, 13).

Perwira bukan Yahudi itu mengenal kekuasaan Penyelamat rajani dan menyadari bahwa perkataan-Nya memiliki kekuasaan untuk menyembuhkan (ayat 8). Jadi dia percaya bukan hanya kepada Penyelamat rajani, tetapi juga percaya kepada perkataan-Nya, dan meminta agar Tuhan sendiri tidak usah pergi, melainkan hanya mengucapkan sepatah kata saja. Ini adalah iman yang lebih kuat, dan hal ini mengherankan Penyelamat (ayat 10). Karena itu dalam ayat 11-12 Tuhan berkata bahwa “banyak orang akan datang dari timur dan barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak, dan Yakub di dalam Kerajaan Surga, sedangkan anak-anak Kerajaan itu akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap.” Ini menunjukkan bahwa orang bukan Yahudi akan berbagian dalam Injil kerajaan (Ef. 3:6, 8; Gal. 2:8-9; Rm. 1:13-16). Keterangan mengenai Kerajaan Surga dalam ayat 11 menunjukkan manifestasi Kerajaan Surga. Dalam manifestasi kerajaan, para pemenang dari kaum beriman bukan Yahudi akan berpesta dengan Abraham, Ishak, dan Yakub.

Ibu mertua Petrus mewakili orang Yahudi yang hidup pada akhir zaman ini yang akan diselamatkan dengan menerima Penyelamat rajani. Pada saat itu, selama kesengsaraan besar, orang Yahudi dalam pandangan Allah akan terkena “demam” (ayat 14), “panas” terhadap hal-hal lain yang bukan Allah. Setelah keselamatan orang bukan Yahudi genap, Penyelamat rajani akan kembali kepada sisa orang Yahudi supaya mereka dapat diselamatkan (Rm. 11:25-26; Za. 12:10). Pada akhir zaman ini, semua sisa orang Yahudi akan diselamatkan di rumah Israel. Selanjutnya mereka akan diselamatkan oleh sentuhan langsung Penyelamat rajani (ayat 15), seperti orang kusta Yahudi (ayat 3). Pada akhir zaman ini keselamatan akan kembali dari orang bukan Yahudi kepada orang Yahudi. Namun, tidak akan kembali kepada orang Yahudi yang berserakan, tetapi kepada orang Yahudi yang di dalam rumah Israel. Pada saat itulah orang Yahudi akan menderita sakit demam. Suhu orang Yahudi hari ini sangat tinggi dalam semangat mereka terhadap politik, industri, pertanian, dan peperangan. Tetapi dalam kegairahan dan semangat mereka, mereka tidak bersandar kepada Allah atau mempedulikan moralitas. Sama seperti Tuhan menyembuhkan ibu mertua Petrus, Ia pun akan kembali lagi pada akhir zaman ini untuk menyembuhkan orang Yahudi yang bergairah, terbakar, dan sakit demam. Ia tidak akan menyembuhkan mereka melalui iman mereka, tetapi melalui sentuhan langsung-Nya. Pada kedatangan Tuhan kali kedua, orang Yahudi akan langsung tersentuh oleh kedatangan-Nya dan akan diselamatkan.



Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 2, Berita 25

28 December 2017

Matius - Minggu 13 Kamis

Pembacaan Alkitab: Mat. 8:1-4
Doa baca: Mat. 8:3
Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menyentuh orang itu dan berkata, "Aku mau, jadilah tahir." Seketika itu juga tahirlah orang itu dari kustanya.


Setelah Sang Raja turun dari gunung untuk melaksanakan ministri rajani-Nya, hal pertama yang dilakukan-Nya adalah mentahirkan orang yang najis, menyembuhkan orang yang sakit, dan mengusir setan dari orang yang kerasukan agar mereka dapat menjadi umat Kerajaan Surga (8:2-17). Mukjizat atau tanda-tanda yang tercatat dalam ayat 21 pasal 7 mempunyai makna zaman. Tujuan keempat perumpamaan yang tercatat dalam Matius 8:2-16 membuktikan bahwa Kristus adalah Raja Kerajaan Surga yang sesuai dengan doktrin. Dalam Matius 8:1-17 terdapat tiga mukjizat: pentahiran kusta, penyembuhan budak laki-laki kafir yang lumpuh, dan penyembuhan ibu mertua Petrus serta penyembuhan orang banyak. Semua perkara ini dikelompokkan bersama untuk menampilkan suatu doktrin yang bermakna zaman.

Turunnya Raja dari gunung menunjukkan bahwa Raja Surgawi telah turun dari surga ke bumi. Ia mula-mula datang kepada orang Yahudi karena jelas bahwa orang yang sakit kusta di sini mewakili umat Yahudi. Raja Surgawi turun dari surga membawakan keselamatan pertama-tama kepada orang Yahudi yang kena kusta. Orang yang sakit kusta menyembah Raja baru dan memanggil-Nya Tuhan (ayat 2), mengenal bahwa Dialah Tuhan Allah. Dalam realitas, Raja baru adalah Allah Yehova (Mat. 1:21, 23).

Orang golongan pertama yang diselamatkan oleh Penyelamat Rajani untuk menjadi umat kerajaan diwakili oleh orang kusta. Menurut contoh dalam Alkitab, kusta adalah akibat dari pemberontakan dan ketidaktaatan. Miriam terkena kusta karena dia memberontak terhadap wakil kekuasaan Allah (Bil. 12:1-10). Kusta Naaman dibersihkan karena ketaatannya (2 Raj. 5:1, 9-14). Dalam pandangan Allah, semua manusia yang jatuh telah terkena kusta karena pemberontakan mereka. Kusta ialah suatu ekspresi pemberontakan. Pemberontakan adalah batiniah dan kusta adalah manifestasi lahiriahnya. Kini Penyelamat rajani datang untuk menyelamatkan manusia dari pemberontakan mereka dan mentahirkan mereka dari kusta agar mereka dapat menjadi umat kerajaan-Nya.

Kusta ialah penyakit yang najis. Dalam Perjanjian Lama orang yang terkena kusta harus diasingkan dari perkemahan umat Israel sampai ia ditahirkan. Ini menunjukkan bahwa setiap orang di antara umat Allah yang memberontak sehingga menjadi kusta, akan dikucilkan dari persekutuan umat Allah sampai ia disembuhkan. Orang yang sakit kusta di sini mewakili orang Yahudi. Orang Yahudi menjadi pemberontak terhadap Allah. Jadi, dalam pandangan Allah, mereka berpenyakit kusta. Bagaimanapun, Raja surgawi mula-mula datang kepada mereka, bukan untuk menghakimi mereka, tetapi untuk menyembuhkan mereka. Ia datang dahulu kepada orang Yahudi untuk menyembuhkan mereka dan membawakan keselamatan kepada mereka.

Raja baru, sebagai seorang manusia dan bahkan Penyelamat rajani, menyentuh orang kusta itu. Benar-benar penuh rahmat dan simpatik! Dengan sentuhan-Nya satu kali saja, orang yang sakit kusta itu segera menjadi tahir. Pentahiran yang sungguh ajaib! Kemudian Raja baru memberi tahu orang kusta yang ditahirkan bahwa untuk pentahirannya, dia perlu melakukan hal-hal yang sesuai dengan peraturan hukum Taurat lama, karena masa peralihan masih berlaku, hukum Taurat lama belum digenapi oleh kematian penebusan-Nya.



Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 2, Berita 25

27 December 2017

Matius - Minggu 13 Rabu

Pembacaan Alkitab: Mat. 7:22-29
Doa baca: Mat. 7:29
Sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka


Pada hari penghakiman ketika semua orang beriman akan berdiri di depan takhta penghakiman Kristus, banyak orang akan berkata kepada Tuhan bahwa mereka bernubuat, mengusir setan, dan mengadakan banyak mukjizat demi nama-Nya, tetapi mereka akan ditolak oleh Tuhan. Tuhan tidak pernah memperkenan orang-orang yang bernubuat, mengusir setan, dan melakukan banyak mukjizat (ayat 22) dalam nama-Nya, tetapi tidak melakukan hal-hal itu menurut kehendak Bapa surgawi (ayat 21). Tuhan tidak menyangkal bahwa mereka melakukan hal-hal itu. Tetapi Ia menganggap hal-hal itu sebagai kejahatan, karena hal-hal itu tidak dilakukan berdasarkan kehendak Bapa surgawi, tidak dilakukan sejalan dengan kehendak ilahi. Jadi, orang-orang yang melakukan hal-hal itu, walaupun melakukannya dalam nama Tuhan, tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan akan diusir dari Tuhan, yaitu dikucilkan dari manifestasi kerajaan pada zaman yang akan datang.

Kita nampak dari perkataan Tuhan di sini bahwa beberapa pekerjaan dapat dilakukan demi nama Tuhan, tetapi bukan dilakukan menurut kehendak Allah. Apakah Anda melakukan pekerjaan semacam ini, atau apakah Anda melakukan kehendak Allah? Bahkan bernubuat dalam nama Tuhan, tetapi bukan menurut kehendak Bapa, juga suatu macam kejahatan. Tidak hanya demikian, mengusir setan dalam nama Tuhan dan melakukan banyak mukjizat demi nama Tuhan, tetapi tidak menurut kehendak Allah, dalam pandangan Raja Surgawi juga sebagai kejahatan.

Kata batu dalam ayat 24 tidak mengacu kepada Kristus, melainkan kepada perkataan hikmat-Nya, perkataan yang mewahyukan kehendak Bapa-Nya yang di surga. Kehidupan dan pekerjaan umat Kerajaan harus didirikan di atas perkataan Raja baru untuk menggenapkan kehendak Bapa surgawi. Inilah yang dimaksud dengan masuk melalui pintu yang sempit dan menempuh jalan yang sesak yang menuju kepada hayat.

Hujan yang turun dari langit berasal dari Allah; banjir (sungai) yang datang dari bumi berasal dari manusia; dan angin yang bertiup dari angkasa berasal dari Iblis (ay. 25). Semuanya itu akan menguji kehidupan dan pekerjaan umat kerajaan. Walaupun hujan datang, banjir melanda, angin menerpa, rumah yang dibangun di atas batu tidak akan rubuh, sebab rumah itu dibangun menurut jalan sesak, jalan melakukan kehendak Bapa. Rumah yang dibangun di atas batu, rumah yang tidak rubuh, sama seperti pekerjaan yang dibangun dengan emas, perak, dan batu permata, pekerjaan yang dapat bertahan terhadap api penguji (1 Kor. 3:12-13).

Pasir mengacu kepada konsepsi manusia dan cara alamiah. Jika kita hidup dan bekerja berdasarkan konsepsi manusia dan cara alamiah kita, berarti kehidupan dan pekerjaan kita didirikan di atas pasir, bisa rubuh. Inilah yang dimaksud dengan masuk melalui pintu yang lebar dan menempuh jalan yang luas yang menuju kepada kebinasaan. Rumah yang dibangun di atas pasir, yang rubuh (ay. 27), sama seperti pekerjaan yang dibangun dengan kayu, rumput kering, dan jerami, pekerjaan yang akan terbakar oleh api penguji. Namun, orang yang membangun itu sendiri akan diselamatkan (1 Kor. 3:12-15). Membangun rumah kita di atas opini dan konsepsi kita ialah membangun rumah di atas pasir yang “tenggelam”. Ketika hujan, banjir, dan angin menguji rumah yang dibangun di atas pasir itu, rumah yang tidak mempunyai fondasi yang kukuh itu akan rubuh. Inilah kesimpulan Tuhan tentang konstitusi Kerajaan Surga.



Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 2, Berita 24

26 December 2017

Matius - Minggu 13 Selasa

Pembacaan Alkitab: Mat. 7:13-21
Doa baca: Mat. 7:21
Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan orang yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di surga.


Jika kita mengambil jalan yang sesak, kita harus membedakan siapa nabi palsu (ay. 15). Ini berarti bahwa pada jalan yang sesak kita harus waspada terhadap setiap macam kepalsuan. Tentang nabi-nabi yang palsu Tuhan berkata, “Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka” (ayat 16). Kita mengenal seorang nabi bukan dari perkataannya, khotbahnya, atau pekerjaannya, melainkan dari buahnya. Seorang pembicara yang fasih dengan kata-kata yang membujuk dapat menyesatkan banyak orang. Janganlah mendengarkan kata-kata yang fasih atau kata-kata yang membujuk. Sebaliknya, tunggu dan lihatlah buah macam apa yang dihasilkan. Inilah cara untuk membedakan seorang nabi benar atau palsu. Gereja terus maju, dan kesaksian Tuhan tersebar luas ke seluruh dunia. Sebab pintu terbuka lebar, maka beberapa orang yang mengaku diri sebagai nabi mencoba masuk, menyatakan bahwa mereka mengetahui beberapa perkara dan dapat melakukan banyak pekerjaan. Biarlah mereka mengatakan semau mereka, sebab kita akan memandang kepada Tuhan untuk membuktikan mereka dari buah mereka. Kita perlu menerapkan prinsip ini pada setiap perkara demikian. Jangan mendengarkan perkataan yang membujuk, tetapi lihatlah buahnya. Setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, tetapi pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik pula. Setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik akan ditebang dan dibuang ke dalam api (7:17-19).

Ayat 21 bukan menunjukkan realitas Kerajaan Surga hari ini, melainkan manifestasi kerajaan yang akan datang. Untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga, kita perlu melakukan dua hal: menyeru nama Tuhan dan melakukan kehendak Bapa yang di surga. Menyeru nama Tuhan melayakkan kita untuk diselamatkan (Rm. 10:13), tetapi untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga, kita juga perlu melakukan kehendak Bapa yang di surga. Karena masuk ke dalam Kerajaan Surga menuntut kita melakukan kehendak Bapa surgawi, hal ini jelas berbeda dengan masuk ke dalam Kerajaan Allah melalui kelahiran kembali (Yoh. 3:3, 5). Masuk Kerajaan Allah diperoleh melalui dilahirkan dari hayat ilahi; masuk Kerajaan Surga diperoleh melalui memperhidupkan hayat itu.

Dalam bagian yang terakhir dari konstitusi dasar ini, bukan lagi masalah negatif untuk menanggulangi temperamen, hawa nafsu, ego (diri), daging, dan kekhawatiran kita; melainkan mutlak adalah suatu perkara positif dalam melakukan kehendak Bapa yang di surga. Umat kerajaan tidak untuk yang lain, melainkan untuk melakukan kehendak Bapa. Untuk melakukan kehendak Bapa, kita perlu berjalan pada jalan yang sesak. Dalam ajaran-ajaran ahli filsafat dunia, tidak ada hayat ilahi dan sifat ilahi, juga tidak ada jalan ilahi. Tetapi di sini, kesimpulan akhir konstitusi dasar Kerajaan Surga ini ialah kehendak Bapa yang di surga. Ini menunjukkan bahwa kita mempunyai seorang Bapa yang di Surga dan kita adalah anak-anak Bapa. Namun, bagian akhir konstitusi dasar ini tidak hanya menyinggung masalah hayat, tetapi juga masalah kehendak Bapa. Bapa kita mempunyai satu kehendak yang harus dirampungkan, dan kita dapat merampungkan-Nya hanya oleh hayat-Nya. Kita perlu hidup di dalam hayat dan berdasarkan hayat Bapa yang di surga. Kehidupan semacam ini adalah untuk melakukan kehendak Bapa.



Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 2, Berita 24

25 December 2017

Matius - Minggu 13 Senin

Pembacaan Alkitab: Mat. 7:12-29
Doa baca: Mat. 7:13
Masuklah melalui pintu yang sempit, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya.


Konstitusi Kerajaan Surga mula-mula mewahyukan hakiki umat kerajaan, seperti yang tersirat dalam sembilan berkat dalam 5:3-12. Bagian yang kedua mengungkapkan pengaruh umat kerajaan atas dunia, dan ketiga mengenai hukum Taurat Kerajaan Surga. Mulai dari pasal 6, konstitusi dasar Kerajaan Surga melanjutkan membicarakan cara umat kerajaan melaksanakan perbuatan benar mereka. Bagian selanjutnya memberi tahu kita bahwa umat kerajaan hendaklah hidup di bumi tanpa kekhawatiran apa pun. Dalam 7:1-12, konstitusi ini menunjukkan sikap yang harus kita miliki terhadap orang lain, bagaimana kita memperlakukan orang lain, dan bagaimana kita harus memperhatikan kepentingan mereka. Namun, masih ada satu perkara yang perlu disinggung yaitu umat kerajaan berada di bumi untuk melakukan kehendak Allah Bapa. Dalam bagian ini kita membaca perihal masuk melalui pintu yang sempit dan jalan yang sesak (7:13-14). Kita nampak pula bahwa kita harus mendirikan rumah dan melakukan kehendak Bapa yang di surga (ayat 24-27, 21).

Siapakah yang dapat masuk melalui pintu yang sempit, yang disebutkan dalam ayat 13? Hanya umat kerajaan yang memiliki hakiki yang diuraikan dalam sembilan berkat yang disinggung dalam pasal 5. Orang yang masuk melalui pintu yang sempit adalah orang yang miskin dalam roh, berdukacita, lemah lembut, lapar dan haus akan kebenaran, berbelaskasihan, murni dalam hati, suka berdamai dengan semua orang, rela dianiaya demi kebenaran, dan mau dicela karena Kristus. Hanya mereka yang memiliki hakiki sedemikian yang bisa masuk melalui pintu yang sempit. Selain itu, orang yang masuk melalui pintu yang sempit haruslah orang yang melakukan hukum yang lebih tinggi dari kerajaan, hukum yang telah dilengkapi dan diubah, dan mereka tidak seharusnya mempunyai kekhawatiran apa pun tentang kehidupan mereka. Sebaliknya, mereka harus percaya bahwa Bapa Surgawi mereka akan memperhatikan mereka. Tambahan pula, mereka tidak boleh malas, kendur, melainkan harus rajin dan giat. Inilah orang-orang yang masuk melalui pintu yang sempit dan berjalan di atas jalan yang sesak.

Jalan ini sesak, terbatas di setiap sisi. Pintu itu sempit dan jalan itu sesak, sebab hukum Taurat baru kerajaan lebih ketat dan permintaan kerajaan lebih tinggi daripada hukum Taurat dan permintaan perjanjian yang lama. Pintu yang sempit bukan hanya menanggulangi perbuatan lahiriah, tetapi juga menanggulangi motivasi batiniah. Manusia lama, ego (diri), daging, konsepsi manusia, dan dunia dengan kemuliaannya, semuanya disingkirkan; hanya yang berhubungan dengan kehendak Allah baru dapat masuk. Umat kerajaan pertama-tama perlu masuk melalui pintu yang sempit, dan kemudian berjalan di jalan yang sesak. Masuk melalui pintu adalah memulai berjalan di jalan yang berlangsung seumur hidup. Setelah melalui keenam bagian konstitusi yang di depan, dalam bagian yang terakhir kita diantarkan ke pintu yang sempit dan kita berada pada jalan yang sesak.



Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 2, Berita 24

23 December 2017

Matius - Minggu 12 Sabtu

Pembacaan Alkitab: Mat. 7:7-12
Doa baca: Mat. 7:12
Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.


Untuk mengerti Matius 7:7-8 perlu pengalaman. Dengan membaca ayat-ayat ini berulang kali dalam terang pengalaman kita, kita dapat memahami bahwa ayat-ayat ini menunjukkan bahwa kita harus menengadah kepada Bapa Surgawi kita ketika kita memperlakukan orang lain. Kita harus meminta, mencari, dan mengetuk. Sering kali kita tidak berbuat demikian. Namun, ayat-ayat ini menunjukkan bahwa ketika kita berkontak dengan orang lain, berhubungan dengan orang lain, kita harus menengadah kepada Tuhan dan berkata, “Tuhan, beri tahukanlah kepadaku bagaimana berkontak dengan mereka. Tuhan, tunjukkanlah kepadaku bagaimana memperlakukan mereka.” Kadang kala hanya meminta saja tidaklah cukup. Kita harus mencari dan bahkan mengetuk. Ini menunjukkan bahwa berkontak dengan orang lain merupakan suatu masalah yang serius. Jangan mengira itu suatu perkara yang tidak bermakna. Kita, umat kerajaan harus menghadapi perkara ini dengan serius, jangan melakukannya dengan ringan, sembarangan atau semata-mata hanya menurut perasaan kita. Sebaliknya, kita harus memperlakukan orang lain dengan memperhatikannya. Kita harus minta satu jalan, mencari jalan, dan bahkan mengetuk pintu surgawi untuk mendapatkan satu jalan. Jadi, kita harus meminta, mencari, dan mengetuk agar kita mempunyai jalan yang tepat untuk berkontak dengan orang-orang.

Dalam Matius, jalan yang tepat untuk berkontak dengan orang ialah menurut prinsip kerajaan. Karena Matius ialah kitab berdasarkan kerajaan, tidak diragukan bahwa “pemberian yang baik” dalam ayat 11 adalah barang-barang kerajaan. Namun, dalam Lukas 11:13 “memberikan yang baik” diganti dengan “Roh Kudus”. Jika kita menaruh dua ayat ini bersama, kita akan nampak bahwa jalan yang paling baik bagi umat kerajaan untuk berkontak dengan orang lain ialah menurut kerajaan dan menurut Roh Kudus. Baik kerajaan maupun Roh Kudus adalah jalan untuk berkontak dengan orang. Hikmat yang kita perlukan secara tepat untuk berkontak dengan orang lain berasal dari kerajaan dan Roh. Ketika kita berhubungan dengan orang lain, kita harus meminta, mencari, dan mengetuk. Pada akhirnya, kita akan menerima pimpinan untuk berhubungan dengan orang menurut kerajaan dan menurut Roh. Jadi, prinsip pengendalian untuk hubungan kita dengan orang lain ialah kerajaan dan Roh. Jika hubungan kita dengan orang lain berdasarkan prinsip ini, kita tidak akan keliru.

Meminta adalah berdoa secara umum, mencari adalah memohon secara khusus, dan mengetuk adalah meminta dengan cara yang paling akrab dan paling sungguh-sungguh. Meminta dan menerima dalam ayat 8 bersesuaian dengan doa umat kerajaan bagi pemeliharaan hukum Taurat baru kerajaan. Dengan doa sedemikian, mereka akan menerima. Mencari dan menemukan adalah bersesuaian dengan 6:33. Umat kerajaan yang mencari Kerajaan Bapa dan kebenaran-Nya akan menemukan keduanya. Mengetuk dan pintu akan dibukakan bersesuaian dengan 7:14. Pintu yang sempit akan dibukakan bagi umat kerajaan karena ketukan mereka.



Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 2, Berita 23

22 December 2017

Matius - Minggu 12 Jumat

Pembacaan Alkitab: Mat. 7:3-6
Doa baca: Mat. 7:6
Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak-injaknya dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu.


Sebagai umat kerajaan, yang hidup di dalam roh yang rendah hati di bawah pemerintahan surgawi kerajaan, kita harus mengetahui (memikirkan) balok di mata kita sendiri, ketika kita melihat serpihan kayu di mata saudara kita (ay. 3). Serpihan kayu di mata saudara kita seharusnya mengingatkan kita kepada balok di mata kita sendiri. Asalkan balok mata itu masih berada di mata kita, pandangan kita kabur dan kita tidak akan nampak jelas. Dalam hal menunjukkan kesalahan saudara, kita harus menyadari bahwa kita mempunyai kesalahan yang lebih besar. Kesalahan saudara kita diibaratkan seperti serpihan dan kesalahan kita seperti balok. Jadi, sekali lagi saya katakan, maksud Tuhan ialah agar kita memperhatikan orang lain. Setiap kali Anda mencoba menunjukkan kesalahan seseorang, Anda mungkin hanya memperhatikan kesalahannya, namun tidak memperhatikan orangnya. Jika Anda menjadikan kesalahan orang lain sebesar balok, itu menunjukkan bahwa Anda hanya memperhatikan kesalahannya, bukan memperhatikan orangnya. Jika Anda memperhatikan saudara, Anda tidak akan hanya memperhatikan kesalahannya, sebaliknya Anda akan mengatakan, “Kesalahannya hanyalah serpihan kayu jika dibandingkan dengan kesalahanku yang sebesar balok. Karena itu aku senang melupakan kesalahannya.”

Matius 7:6 juga bersangkutan dengan hal memperhatikan orang lain. Sering kali ketika Anda nampak sesuatu kebenaran, doktrin, atau terang, Anda memberi tahu orang lain tanpa mengindahkan apakah mereka itu “anjing”, “domba”, atau “serigala”. Anda hanya memperhatikan perasaan senang Anda. Anda mungkin mengatakan, “Oh, aku telah nampak terang mengenai hidup gereja! Gereja adalah mulia dan ajaib!” Dalam kegirangan Anda, mungkin Anda membagikan nikmat ini kepada orang yang tidak layak menerimanya. Inilah arti memberikan barang yang kudus kepada anjing. Jika Anda hendak memberikan sesuatu yang kudus kepada orang lain, Anda harus memikirkan orang tersebut. Jangan memberikan barang yang kudus kepada anjing, atau melemparkan mutiara di depan babi. Jika Anda berbicara kepada orang lain tentang sesuatu yang kudus, kebenaran, mutiara, atau pengalaman-pengalaman, Anda harus memperhatikan prinsip dasar mengenai memperhatikan orang lain. Anda harus memastikan apakah orang itu dapat (layak) menerima apa yang Anda ingin bagikan. Anda pun harus mengerti berapa banyak mereka mampu menerimanya. Dengan perkataan lain, ketika Anda berbicara kepada orang lain tentang hal-hal rohani, jangan berbicara menurut perasaan atau kesenangan Anda, melainkan berbicara kepada mereka sesuai dengan kapasitas mereka untuk menerima apa yang harus Anda katakan.

Umat kerajaan seharusnya merupakan umat yang paling berhikmat. Ketika kita berkontak dengan orang lain, kita harus mengetahui temperatur mereka, juga memperhatikan situasi mereka. Kita harus berbuat dengan tepat, agar tidak menyebabkan anjing-anjing menggigit kita atau babi-babi menyerang kita. Jika tidak, bisa jadi mereka berpaling dan merobek-robek kita.



Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 2, Berita 23

21 December 2017

Matius - Minggu 12 Kamis

Pembacaan Alkitab: Mat. 7:1-12
Doa baca: Mat. 7:2
Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.


Pengaturan surgawi atas umat kerajaan menuntut mereka memperhatikan kepentingan orang lain. Dalam hal apa pun yang kita lakukan, kita harus memikirkan kepentingan orang lain. Kita sungguh-sungguh kurang dalam hal ini, sebab dalam hayat alamiah kita, kita tidak memikirkan kepentingan orang lain. Pemikiran dan pertimbangan kita tertuju pada diri sendiri. Sebab itu, kita selalu memusatkan pada diri sendiri dan tidak pernah memikirkan orang lain. Jika kita memikirkan orang lain ketika hendak mengkritik atau menghakimi mereka, kita tidak akan mengkritik atau menghakimi mereka. Kita bisa menghakimi dan mengkritik orang lain, karena kita tidak memperhatikan mereka. Bila kita memperhatikan kepentingan orang lain, kita akan bersimpati kepada mereka.

Umat kerajaan, yang hidup di dalam roh yang rendah hati di bawah pemerintahan surgawi kerajaan, selalu menghakimi diri sendiri, bukan menghakimi orang lain. Perkataan Tuhan mengenai jangan menghakimi supaya kita tidak dihakimi (7:1) seolah-olah bukan merupakan kata-kata yang yang memikirkan orang lain. Namun, jika kita mendalami kata-kata ini, kita nampak bahwa sesungguhnya berarti memperhatikan orang lain. Ketika Anda hendak menghakimi orang lain, Anda harus memperhatikan kepentingan mereka.

Di bawah pemerintahan surgawi kerajaan, umat kerajaan akan dihakimi dengan penghakiman yang mereka terapkan kepada orang lain (ay. 2). Jika mereka menghakimi orang lain dengan adil, mereka akan dihakimi dengan adil oleh Tuhan; jika mereka menghakimi orang dengan belas kasihan, mereka akan dihakimi dengan belas kasihan oleh Tuhan. Belas kasihan menang atas penghakiman (Yak. 2:13). Jangan mudah menghakimi orang lain, sebab Anda akan dihakimi dengan taraf yang sama sebagaimana Anda menghakimi orang lain. Bila Anda memperhatikan orang lain, Anda tidak akan dihakimi oleh mereka.

Ayat 2 mengatakan bahwa ukuran yang kita pakai un-tuk mengukur orang lain akan dipakai untuk mengukur kita. Secara permukaan, sepertinya dalam ayat ini Tuhan tidak menyuruh kita memperhatikan orang lain. Tetapi sesungguhnya, ayat-ayat ini berarti bahwa kita harus memperhatikan orang lain. Apakah Anda takut diukur oleh orang lain? Jika demikian, Anda harus memperhatikan orang lain, sebab mereka pun takut diukur oleh Anda. Bila Anda memperhatikan orang lain, Anda tidak akan menghakimi mereka, mengkritik mereka, atau mengukur mereka.

Belas kasihan tidak melakukan pengukuran apa pun. Ini berarti belas kasihan tidak mengenakan tuntutan apa pun. Segala sesuatu yang menuntut suatu ukuran bukanlah belas kasihan. Belas kasihan tidak tahu matematika, tidak tahu bagaimana menambahi atau mengurangi. Belas kasihan sama sekali buta. Mengapa Anda begitu baik terhadap saya ketika saya begitu kasihan? Sebab, Anda berbelaskasihan kepada saya.



Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 2, Berita 23

20 December 2017

Matius - Minggu 12 Rabu

Pembacaan Alkitab: Mat. 6:19-34
Doa baca: Mat. 6:33
Karena itu, janganlah kamu khawatir tentang hari esok, karena hari esok mempunyai kekhawatirannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.


Beban saya dalam berita ini ialah menggali butir dasar ini. Kita semua mempunyai kewajiban kita masing-masing. Ketika kita menunaikan kewajiban kita, kita tidak boleh melakukannya karena kekhawatiran kita, sebab kita mempunyai hayat ilahi yang tidak mengenal kekhawatiran. Dan kita memiliki Bapa Surgawi yang mahabisa dan almuhit, yang memperhatikan kita dalam berbagai aspek. Dunia hari ini penuh dengan kekhawatiran, tetapi umat kerajaan seyogianya tidak mengkhawatirkan apa pun. Kita tidak dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidup kita dengan kekhawatiran kita (ayat 27). Mengenai moralitas, kita memiliki hayat dan sifat Bapa kita di dalam kita untuk membuat kita dapat menggenapkan tuntutan moral yang tertinggi. Mengenai kehidupan kita, kita mempunyai Bapa Surgawi sendiri yang memelihara kita. Namun, ini bukan berarti kita tidak perlu menunaikan kewajiban kita. Sekalipun kita harus menunaikan kewajiban kita, kita tidak boleh khawatir. Seperti umat Israel yang hidup berkecukupan dan yang memberikan bagian tertentu untuk berbagai keperluan, kita pun harus mempunyai tuaian dan mau memberikan sejumlah tertentu untuk berbagai keperluan. Pada akhirnya, semua yang kita berikan akan terkumpul dalam bank di surga dan harta kita akan berada di sana.

Ini pun berhubungan dengan pertumbuhan kita dalam hayat setiap hari. Baik kemalasan maupun kekhawatiran akan menunda pertumbuhan Anda dalam hayat. Tidak seorang pun yang bermalas-malasan dan tidak mau menunaikan kewajibannya dapat bertumbuh dalam hayat. Setiap orang yang bertumbuh dalam hayat ialah orang-orang yang rajin dan giat. Sudah selayaknyalah kerajinan dan kegiatan ini akan menghasilkan pahala dan sejumlah kekayaan materi yang Anda peroleh. Semua kekayaan ini harus digunakan bukan untuk kekhawatiran Anda, melainkan untuk pemberian Anda. Kekhawatiran harus pergi. Janganlah memperbolehkan kekhawatiran menduduki hidup Anda sehari-hari. Karena hayat Bapa yang di dalam Anda tidak mengenal kekhawatiran, Anda harus pula tidak mempunyai kekhawatiran apa pun. Setiap kelebihan yang Anda miliki jangan Anda gunakan untuk kekhawatiran Anda. Gunakanlah untuk menambah tabungan di bank di surga. Saya meyakinkan Anda jika Anda demikian, Anda akan bertumbuh dalam hayat. Satu-satunya orang yang bertumbuh dalam hayat ialah orang yang rajin, dan yang tidak menggunakan kelebihannya untuk kekhawatirannya. Anda perlu rajin belajar, mencapai nilai yang baik, dan meraih gelar yang tertinggi. Namun, kekayaan yang Anda peroleh jangan Anda gunakan untuk kekhawatiran Anda. Kita bekerja dan menunaikan kewajiban kita, tanpa kekhawatiran sedikit pun. Inilah jalan yang tepat untuk bertumbuh dalam hayat Bapa.

Kerajaan Bapa adalah realitas Kerajaan Surga hari ini, realitas hidup gereja hari ini, dan akan menjadi manifestasi Kerajaan Surga pada zaman yang akan datang. Kebenaran Bapa adalah kebenaran yang dinyatakan dengan memelihara hukum baru kerajaan, seperti yang disebutkan dalam 5:20. Karena umat kerajaan mencari kerajaan dan kebenaran Bapa Surgawi lebih dulu, maka tidak saja Kerajaan-Nya dan kebenaran-Nya akan diberikan kepada mereka, tetapi juga semua keperluan mereka akan di-tambahkan kepada mereka (ay. 33).



Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 2, Berita 22

19 December 2017

Matius - Minggu 12 Selasa

Pembacaan Alkitab: Mat. 6:19-34
Doa baca: Mat. 6:31
Karena itu, janganlah kamu khawatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai?


Dalam Matius 6:19-34 seolah-olah menjamah kekayaan kita, harta kita; tetapi sesungguhnya, maksud hati Tuhan di sini ialah menjamah kekhawatiran, sumber masalah penghidupan sehari-hari kita. Seluruh dunia terlibat dalam kekhawatiran. Kekhawatiran itulah roda gigi yang membuat dunia berputar. Itulah perongrong seluruh kebudayaan manusia. Bila tidak ada kekhawatiran tentang hidup kita, tidak seorang pun akan berbuat apa-apa. Sebaliknya semua orang akan malas. Jadi, dengan menjamah kekhawatiran kita, Tuhan menjamah roda gigi kehidupan manusia.

Marilah kita sekarang mempertimbangkan maksud Tuhan dalam ayat 19-34. Mempunyai kekhawatiran itu keliru, sebab kekhawatiran bukan milik hayat ilahi. Tidak ada kekhawatiran dalam hayat Allah. Namun, Tuhan bukan bermaksud bahwa kita tidak seharusnya melakukan kewajiban kita. Ketika Tuhan membawa umat Israel masuk ke dalam tanah permai, mereka harus bekerja di atas tanah itu. Itulah kewajiban mereka. Tanah subur menghasilkan panen yang berlimpah atau tidak tergantung pada sejumlah masalah: udara, sinar matahari, banyaknya hujan, dan suhu yang tepat. Semua masalah ini tidak satu pun di bawah penguasa umat Israel. Kewajiban mereka hanyalah bekerja di atas tanah.

Mereka bekerja tidak hanya untuk diri mereka, tetapi juga untuk burung-burung. Jika mereka tidak bertani, burung-burung pun akan sulit hidup. Melakukan kewajiban mereka adalah benar dan perlu, tetapi mempunyai kekhawatiran itu keliru. Demikian pula, kita harus melakukan kewajiban kita hari ini, tetapi melakukannya tanpa mengkhawatirkan hidup kita. Alasan Anda begitu enggan memberi kepada yang lain ialah karena kekhawatiran Anda. Karena kekhawatiran, Anda akan menyukai benda-benda materi. Apabila Anda tidak mempunyai kekhawatiran, Anda tidak akan mempedulikan benda-benda materi. Sebaliknya, Anda akan membiarkan orang lain memilikinya. Kekhawatiranlah yang menyusahkan kita.

Dalam ekonomi Allah, kita semua harus bekerja. Kita tidak sama seperti orang Israel, sebab kita tidak bisa secara harfiah bekerja pada tanah permai. Orang muda hari ini harus belajar dan mendapat pendidikan yang baik. Belajar sama dengan menggarap tanah dan lulus dari perguruan tinggi sama dengan menuai hasil panen. Anak-anak muda, belajar ialah kewajiban Anda dan Anda harus melakukannya. Pada zaman kuno, umat Israel harus bekerja menggarap tanah, menabur benih, mengairi, dan menuai. Inilah kewajiban mereka. Tetapi mereka menerima hasil tuaian atau tidak itu tergantung pada Allah. Kewajiban mereka ialah bekerja tanpa kekhawatiran apa pun. Jika mereka khawatir, itu bersalah kepada Allah; mereka tidak perlu khawatir. Mereka hanya semata-mata melakukan apa saja yang diperintahkan Allah. Misalnya, menurut Kitab Bilangan, Allah meminta mereka mendirikan satu kemah bagi diri-Nya. Kemah yang lain bagi suku Lewi, dan masih ada satu kemah lagi untuk tujuan yang lain. Mereka tidak diperbolehkan menyimpan semua hasil mereka untuk kenikmatan mereka. Mereka tidak boleh mempunyai kekhawatiran apa pun. Jika mereka tidak mempunyai kekhawatiran, mereka dapat bermurah hati, mau memberi orang lain dan menaruh benda-benda materi mereka ke dalam tangan Tuhan.



Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 2, Berita 22

18 December 2017

Matius - Minggu 12 Senin

Pembacaan Alkitab: Mat. 6:19-34
Doa baca: Mat. 6:25
Karena itu, Aku berkata kepadamu: Janganlah khawatir tentang hidupmu, mengenai apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah khawatir pula tentang tubuhmu, mengenai apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting daripada makanan dan tubuh itu lebih penting daripada pakaian?


Dalam ayat 19-20 Raja mengumumkan bahwa umat kerajaan tidak boleh mengumpulkan harta bagi diri mereka sendiri, melainkan mengumpulkan harta di surga. Mengumpulkan harta di surga ialah memberi benda materi kepada orang miskin (Mat. 19:21), memperhatikan orang kudus yang kekurangan (Kis. 2:45; 4:34-35; 11:29; Rm. 15:25), dan hamba-hamba Tuhan (Flp. 4:16-17). Umat kerajaan harus mengirim harta mereka ke surga, sehingga hati mereka juga berada di surga. Sebelum mereka pergi ke sana, harta dan hati mereka harus terlebih dulu pergi ke sana.

Kedua mata kita hanya dapat berfokus pada satu benda pada satu saat. Jika kita berusaha melihat dua hal sekaligus, penglihatan kita akan kabur. Jika kita memfokuskan mata kita pada satu hal, penglihatan kita akan tulus dan seluruh tubuh kita akan penuh dengan terang. Jika kita mengumpulkan harta kita di surga dan di bumi, penglihatan rohani kita akan kabur. Agar penglihatan kita tulus, kita harus menyimpan harta kita di satu tempat saja. Memandang dua benda pada saat yang sama, tidak berfokus pada satu benda, berarti membuat mata kita jahat (lihat Mat. 20:15; Ul. 15:9; Ams. 28:22). Jika hati kita terpaut pada harta yang dikumpulkan di bumi, terang yang ada di dalam kita akan menjadi gelap, dan kegelapan itu akan menjadi sangat gelap.

Dalam ayat 25 Tuhan memberi tahu kita jangan mengkhawatirkan hidup kita. Hidup kita lebih penting daripada makanan dan tubuh kita lebih penting daripada pakaian. Hidup dan tubuh kita itu ada karena Allah, bukan karena kekhawatiran kita. Karena Allah menciptakan kita dengan hidup dan tubuh, Dia pasti akan memperhatikan keperluan hidup dan tubuh kita. Umat kerajaan tidak perlu khawatir tentang hal ini. Secara permukaan, kelihatannya dalam bagian ini, Tuhan berbicara tentang harta benda umat kerajaan. Pada faktanya, Dia menyinggung tentang kekhawatiran. Tuhan penuh hikmat. Setelah Dia menjamah temperamen kita, nafsu daging, manusia alamiah, ego, dan daging kita, Ia lalu menjamah kekhawatiran kita. Dalam ayat-ayat ini, kata “khawatir” dipakai tujuh kali, (ayat 25, 27, 28, 31, 34). Boleh jadi Tuhan juga menjamah hati kita, sebab di mana harta kita, di situlah juga hati kita. Namun, hati kita tidak hanya terpaut pada harta, bahkan pada banyak perkara lain.

Konstitusi Kerajaan Surga terbentuk dari hayat dan sifat Bapa. Tidak seorang pun dapat menggenapkan tuntutan Kerajaan Surga tanpa adanya hayat dan sifat Bapa. Konstitusi yang diberikan oleh Tuhan Yesus di atas gunung adalah untuk anak-anak Allah, yang didasarkan pada hayat dan sifat Bapa. Dan ayat dalam pasal 5 menunjukkan fakta ini (ay. 9, 48).

Dalam hayat ilahi dan sifat ilahi tidak terdapat kekhawatiran. Kekhawatiran bukan dari hayat ilahi, melainkan dari hayat manusia, sama seperti menyalak berasal dari hayat anjing bukan dari hayat burung. Hayat manusia adalah hayat kekhawatiran, sedangkan hayat Allah ialah hayat kenikmatan, perhentian, penghiburan, dan kepuasan. Bagi Allah, kekhawatiran ialah istilah asing. Pada Dia tidak ada hal semacam kekhawatiran. Meskipun Allah mempunyai banyak kedambaan, tetapi Ia tidak mempunyai kekhawatiran. Sebaliknya hayat insani kita, sebetulnya terdiri dan tersusun dengan kekhawatiran.



Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 2, Berita 22

16 December 2017

Matius - Minggu 11 Sabtu

Pembacaan Alkitab: Mat. 6:5-18
Doa baca: Mat. 6:18
Supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.


Dalam ayat 9-13 kita nampak pola doa. Namun itu bukan pola untuk semua doa. Dalam pola doa yang diberikan dengan teladan oleh Tuhan, tiga permohonan yang pertama menyiratkan Trinitas Ke-Allahan: “Dikuduskanlah nama-Mu” terutama berhubungan dengan Bapa; “Datanglah Kerajaan-Mu” terutama berhubungan dengan Putra; dan “Jadilah kehendak-Mu” terutama berhubungan dengan Roh. Hal ini sedang digenapi dalam zaman ini, dan akan sepenuhnya digenapi dalam zaman kerajaan yang akan datang, ketika nama Allah menjadi indah di seluruh bumi (Mzm. 8:2), kerajaan dunia akan menjadi Kerajaan Kristus (Why. 11:15), dan kehendak Allah akan rampung.

Sebagai pola, doa ini pertama memperhatikan nama Allah, Kerajaan Allah, dan kehendak Allah; kedua memperhatikan keperluan kita (ay. 11). Ini mewahyukan bahwa dalam doa peperangan ini Tuhan masih memperhatikan keperluan kita. Menurut ayat 11 hendaklah kita mohon “pada hari ini makanan [kita] yang secukupnya”. Raja tidak menghendaki umat-Nya khawatir akan hari esok (ayat 34). Dia menghendaki mereka berdoa hanya untuk keperluan mereka hari ini. Istilah “makanan yang secukupnya” menunjukkan suatu kehidupan yang ditempuh demi iman. Umat kerajaan tidak seharusnya hidup bersandarkan apa yang mereka simpan, sebaliknya, mereka seharusnya hidup demi iman, bersandarkan suplai harian Bapa.

Ketiga, pola doa ini memperhatikan kegagalan umat kerajaan di hadapan Allah dan memperhatikan hubungan mereka dengan orang lain. Mereka harus meminta Bapa mengampuni kesalahan-kesalahan mereka, kegagalan mereka, dan pelanggaran mereka, seperti mereka mengampuni orang yang bersalah kepada mereka untuk memelihara damai sejahtera.

Pola doa ini memperhatikan perkara yang keempat, kelepasan umat kerajaan dari si jahat dan dari hal-hal yang jahat (ay. 3). Mereka harus meminta Bapa agar tidak membawa mereka ke dalam pencobaan, tetapi melepaskan mereka dari si jahat, Iblis, dan dari kejahatan yang berasal dari dia. Kadang-kadang Bapa membawa kita ke dalam situasi di mana kita diuji dan dicobai. Karena itu, ketika kita berdoa kepada Bapa, kita harus menyadari kelemahan kita dengan berkata, “Ya Bapa, aku sangat lemah. Janganlah membawa aku ke dalam pencobaan.” Jika Anda tidak mengakui kelemahan Anda, Anda mungkin tidak berdoa demikian. Sebaliknya, Anda mungkin merasa bahwa Anda kuat. Justru inilah saatnya bagi Bapa membawa Anda ke dalam pencobaan untuk menunjukkan kepada Anda bahwa Anda sama sekali tidak kuat. Karena itu lebih baik doa kita menunjukkan kepada Bapa bahwa kita tahu kelemahan kita.

Menurut pola doa ini, umat kerajaan harus mengenal kerajaan, kuasa, dan kemuliaan Allah. Kerajaan adalah ruang lingkup tempat Allah melaksanakan ku-asa-Nya sehingga Dia dapat mengekspresikan kemuliaan-Nya.



Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 2, Berita 21

15 December 2017

Matius - Minggu 11 Jumat

Pembacaan Alkitab: Mat. 6:1-4
Doa baca: Mat. 6:4
Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.


Bapa kita melihat yang tersembunyi. Ketika Anda berdoa sendiri dalam kamar Anda, tidak seorang pun melihat Anda, Bapa Surgawi melihatnya. Berdoalah di tempat yang tersembunyi yang akan dilihat oleh Bapa Anda yang melihat yang tersembunyi. Kemudian Anda juga akan menerima jawaban dari Dia secara tersembunyi. Kita harus senantiasa mengerjakan sesuatu secara tersembunyi agar dapat menolak si aku dan menyingkirkan daging. Jika mungkin, lakukanlah segala sesuatu secara tersembunyi, untuk tidak memberi kesempatan apa pun kepada ego Anda dan tidak memberi tempat sedikit pun kepada daging Anda.

Perkara yang penting di sini bukanlah pahala, melainkan pertumbuhan dalam hayat. Orang beriman yang bertumbuh secara terbuka tidak bertumbuh secara sehat. Kita semua perlu beberapa pertumbuhan yang tersembunyi dalam hayat, beberapa pengalaman yang tersembunyi dalam Kristus. Kita perlu berdoa kepada Tuhan, menyembah Tuhan, bersentuhan dengan Tuhan, dan bersekutu dengan Tuhan secara tersembunyi. Boleh jadi bahkan tidak ada satu pun orang yang dekat dengan kita mengetahui atau memahami apa yang sedang kita lakukan. Kita perlu pengalaman-pengalaman terhadap Tuhan yang tersembunyi ini, sebab pengalaman-pengalaman ini akan membunuh ego dan daging kita. Sekalipun temperamen dan nafsu daging adalah buruk, tetapi yang paling merusak kita dalam pertumbuhan hayat kita ialah ego. Ego paling terlihat saat senang melakukan sesuatu secara terbuka untuk umum, di hadapan banyak orang. Orang yang kuat egonya senang melakukan suatu kebenaran di depan orang. Kita semua mengakui bahwa kita, tanpa terkecuali, memiliki ego seperti ini.

Alam semesta menunjukkan bahwa Allah itu tersembunyi, Allah itu rahasia. Sekalipun Ia telah melakukan banyak hal, orang tidak sadar bahwa Ia telah melakukannya. Kita telah nampak hal-hal yang dilakukan oleh Allah, tetapi tidak ada satu pun di antara kita yang pernah nampak Dia, sebab Ia selalu tersembunyi, selalu rahasia. Hayat Allah memiliki sifat yang begitu rahasia dan tersembunyi. Jika kita mengasihi orang lain dengan hayat kita sendiri, hayat ini akan pamer diri di hadapan orang. Tetapi jika kita mengasihi orang lain dengan kasih Allah, kasih ini akan selalu tetap tersembunyi. Jika kita hidup oleh hayat ilahi ini, kita mungkin banyak berdoa, tetapi orang lain tidak akan tahu berapa banyak kita telah berdoa. Kita mungkin memberi banyak untuk membantu orang lain, tetapi tidak seorang pun akan tahu berapa banyak kita telah memberi. Kita mungkin memiliki banyak di dalam kita, tetapi amat sedikit yang termanifestasikan. Inilah hakiki umat Kerajaan Surga dalam melakukan perbuatan benar mereka.

Jika kita serius menjadi umat kerajaan, kita harus belajar hidup oleh hayat Bapa kita yang tersembunyi. Jika kita hidup berdasarkan hayat Bapa kita yang tersembunyi, kita akan melakukan banyak perkara tanpa memamerkannya. Sebaliknya, semua yang akan kita lakukan secara rahasia, tersembunyi dari mata orang. Biografi banyak orang beriman menunjuk-kan bahwa mereka melakukan beberapa perkara tertentu secara tersembunyi, perkara yang hanya orang ketahui setelah mereka meninggal dunia. Inilah jalan yang benar.



Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 2, Berita 21

14 December 2017

Matius - Minggu 11 Kamis

Pembacaan Alkitab: Mat. 6:1-18
Doa baca: Mat. 6:1
Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di surga.


Melakukan kebenaran dalam Matius 6:1 menyatakan perbuatan benar, seperti memberi sedekah (ayat 2-4), berdoa (ayat 5-15), dan berpuasa (ayat 16-18). Memang benar ayat-ayat ini membicarakan perbuatan benar umat kerajaan. Namun sebenarnya ayat-ayat ini menyingkapkan diri (ego) dan daging. Di dalam kita ada sesuatu yang lebih buruk daripada amarah dan hawa nafsu. Banyak orang Kristen bahkan tidak tahu betapa buruknya ego dan daging. Dalam kedelapan belas ayat ini Tuhan menggunakan tiga ilustrasi: memberi sedekah, berdoa, dan berpuasa — untuk mewahyukan betapa kita ini dipenuhi dengan ego dan daging.

Daging manusia mencari kemuliaan bagi diri sendiri, selalu ingin melakukan perbuatan baik di hadapan manusia untuk mendapatkan pujian manusia. Tetapi umat kerajaan, yang hidup dalam roh yang dikosongkan, merendah, serta berperilaku dalam hati yang murni dan tidak bercabang di bawah pengaturan surgawi dan kerajaan, tidak dibolehkan melakukan apa pun di dalam daging untuk mendapatkan pujian manusia, tetapi harus melakukan segala hal di dalam roh untuk menyenangkan Bapa Surgawi mereka.

Mengenai tiga ilustrasi ini Tuhan menggunakan kata “tersembunyi” dalam tiap-tiap ilustrasi (ayat 4, 6, 18). Kita harus melakukan perbuatan benar kita secara tersembunyi, sebab Bapa kita tersembunyi. Dalam ayat 4 Tuhan mengatakan bahwa Bapa kita melihat segala sesuatu yang tersembunyi. Umat kerajaan, sebagai anak-anak Bapa Surgawi, harus hidup dalam hadirat Bapa dan memperhatikan kehadiran Bapa. Apa pun yang mereka lakukan secara tersembunyi untuk Kerajaan Bapa, dilihat secara tersembunyi oleh Bapa dan Dia akan membalasnya. Bapa surgawi mereka melihat secara tersembunyi. Hal ini merupakan suatu pendorong bagi perbuatan benar mereka di tempat yang tersembunyi. Ini mungkin terjadi dalam zaman ini (2 Kor. 9:10-11), atau sebagai upah (pahala) dalam zaman yang akan datang (Luk. 14:14).

Jadi, prinsip dasar kita sebagai umat kerajaan dalam melakukan perbuatan benar ialah tidak memamerkan diri kita. Sedapat mungkin, sembunyikanlah diri Anda, tutupilah diri Anda, dan lakukanlah segala kebajikan yang tersembunyi. Hendaklah kita tersembunyi sedemikian rupa sehingga tak ubahnya seperti yang Tuhan Yesus katakan, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu (ayat 3). Ini berarti kita tidak boleh memberi tahu orang lain apa yang sedang kita lakukan. Umpamanya, Anda berpuasa tiga hari, janganlah memburukkan rupa Anda dengan menunjukkan air muka yang sedih. Sebaliknya, berilah kesan kepada orang lain bahwa Anda ti-dak berpuasa sehingga puasa Anda tersembunyi. Jangan berpuasa di hadirat manusia, tetapi secara tersembunyi di hadirat Bapa Surgawi. Berbuat demikian berarti membunuh ego dan daging.


Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 2, Berita 21

13 December 2017

Matius - Minggu 11 Rabu

Pembacaan Alkitab: Mat. 5:48
Doa baca: Mat. 5:48
Karena itu, haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di surga sempurna.


Roma 8:16 menunjukkan bahwa roh kita yang di dalamnya kita berperilaku demi genapnya tuntutan kebenaran hukum Taurat dibentuk dari kesaksian Roh Kudus dengan roh kita. Ini menunjukkan bahwa Roh Kudus Allah telah masuk ke dalam roh kita. Ini terjadi pada saat kelahiran kembali kita. Roh Allah masuk ke dalam roh kita untuk melahirkan kita kembali. Sejak saat itu, Roh Kudus bersaksi bersama-sama dengan roh kita bahwa kita adalah anak-anak Allah. Karena itulah, ayat 14 mengatakan, “Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah.”

Kita ini bukan hanya ciptaan Allah, tetapi juga anak-anak-Nya yang dilahirkan kembali yang memiliki hayat dan sifat-Nya. Jadi, kita bukanlah ciptaan Allah yang coba-coba mencontoh dan menirukan Dia, kita ini adalah anak-anak Bapa yang hidup berdasarkan hayat Bapa. Bagaimana kita menjadi anak-anak Allah? Melalui masuknya Roh Allah ke dalam roh kita untuk melahirkan kita kembali dan untuk menjadikan roh kita tempat kediaman Allah sendiri (Ef. 2:22). Di sini, di dalam roh kita, kita telah menjadi anak-anak Allah yang mempunyai hayat dan sifat Allah. Jika kita hidup (berjalan) menurut roh yang dilahirkan kembali, kita adalah anak-anak Allah, yang hidup berdasarkan hayat Allah. Bila kita hidup dan berperilaku di dalam roh, dengan spontan kita akan menjadi sempurna seperti Bapa kita yang di surga sempurna.

Kini kita dapat mengerti mengapa dalam Matius 5 Tuhan menyebut kita sebagai anak-anak Allah atau putra-putra Allah. Dia tidak berbicara kepada orang-orang yang tidak percaya, kepada mereka yang hanya ciptaan Allah, tetapi Ia berbicara kepada anak-anak Allah. Allah tidak lagi hanya Pencipta kita, Dia pun Bapa kita yang di surga. Karena Dia adalah Bapa kita, maka kita mempunyai hayat dan sifat-Nya. Pada akhirnya, melalui pertumbuhan kita dalam hayat, kita akan menjadi sama seperti Dia. Tunggulah suatu saat lagi, Anda akan nampak bahwa banyak di antara kita akan menjadi sempurna seperti Bapa yang sempurna.

Mungkin ada orang bertanya-tanya bagaimana murid-murid di atas gunung dapat dilahirkan kembali. Bukankah Roh pemberi-hayat belum masuk ke dalam mereka, bagaimana mungkin kita mengatakan bahwa murid-murid itu telah dilahirkan kembali? Ingatlah bahwa tidak ada unsur waktu di dalam Allah; sebaliknya hanya ada prinsip. Ketika Tuhan Yesus berkata-kata dengan murid-murid di atas gunung, mengumumkan kepada mereka konstitusi kerajaan, Ia mengatakan menurut prinsip, bukan menurut unsur waktu. Allah tidak memiliki unsur waktu, Dia mengerjakan sesuatu sekali untuk selamanya. Dalam pikiran kita terdapat perkara sebelumnya dan sesudahnya, tetapi dalam pikiran Allah tidak ada. Memang benar, pada suatu hari Kristus menggenapkan karya penebusan di atas salib, dan pada suatu hari Roh pemberi-hayat “terjadi”. Tetapi dalam pandangan Allah sulit untuk menentukan kapan perkara-perkara ini terjadi, sebab dalam ekonomi Allah kedua-duanya adalah kekal. Baik salib maupun Roh pemberi-hayat adalah kekal. Karena murid-murid di atas gunung telah percaya dalam Tuhan Yesus dan telah berketetapan untuk mengikuti Dia, pada prinsipnya, mereka telah dilahirkan kembali, dan Tuhan memperhitungkan mereka sebagai umat yang telah dilahirkan kembali.


Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 2, Berita 20

12 December 2017

Matius - Minggu 11 Selasa

Pembacaan Alkitab: Rm. 8:3-4
Doa baca: Rm. 8:4
Supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh.


Setelah membaca semua tuntutan ini, kita semua akan mengatakan bahwa kita sama sekali tidak mungkin menggenapi tuntutan-tuntutan ini. Selanjutnya kita melihat ayat 48 yang memberi tahu kita bahwa kita harus sempurna sama seperti Bapa yang di surga adalah sempurna. Ayat ini merupakan bukti bahwa kita mempunyai hayat dan sifat Bapa di dalam kita. Kita dilahirkan oleh Dia dan kita adalah anak-anak-Nya yang memiliki hayat dan sifat-Nya. Kita tidak perlu meniru Dia atau mencontoh-Nya. Asalkan kita bertumbuh dalam hayat-Nya, kita akan sama seperti Dia. Jadi, semua tuntutan hukum Taurat Kerajaan Surga mewahyukan berapa banyaknya hayat dan sifat ilahi ini dapat melakukannya bagi kita. Kita hanya perlu disingkapkan agar kita melepaskan semua pengharapan atas diri kita. Jika kita telah disingkapkan, kita akan menyadari bahwa hayat alamiah kita tidak ada harapan. Kemudian, kita akan mengesampingkan hayat alamiah kita, seraya berpaling kepada hayat Bapa kita dan menetap di dalam sifat ilahi. Dengan spontan, hayat ini akan bertumbuh di dalam kita dan menggenapi tuntutan hukum Taurat yang tertinggi ini. Apa yang kita butuhkan hari ini ialah kembali ke roh kita dan hidup di dalam roh kita. Bila kita berbuat demikian, kita hidup berdasarkan hayat dan sifat Bapa kita, kemudian dengan spontan kita menggenapi tuntutan kebenaran hukum Taurat. Memahami hal ini sangatlah penting bagi kita, sebab sama sekali berbeda dengan konsepsi alamiah kita.

Dari pengalaman, saya dapat bersaksi bahwa hari ini saya tidak berada di bawah prinsip hukum Taurat. Haleluya saya berada di bawah prinsip iman dan saya mempunyai hayat Bapa surgawi di dalam saya! Hayat ini tidak lain adalah Putra terkasih Bapa. Kini saya hidup berdasarkan hayat ini di dalam roh saya dan hidup menurut roh. Dengan adanya hayat ini di dalam roh saya, dengan spontan saya mampu menggenapi tuntutan tertinggi hukum Taurat Kerajaan Surga. Ini bukan berarti saya congkak, melainkan inilah kesaksian kerendahan hati saya untuk memuliakan Tuhan. Ini juga tidak berarti bahwa saya mampu berbuat segala sesuatu, melainkan Dia sajalah yang mampu, sebab Dia di dalam saya sebagai hayat saya. Dia pun mampu berbuat hal yang sama di dalam Anda dan bagi Anda. Agar hal ini menjadi pengalaman Anda, Anda perlu visi bahwa hayat alamiah Anda tidak berpengharapan. Setelah seluruh hayat alamiah Anda digali keluar dan disingkapkan, Anda akan menyadari bahwa alamiah merupakan suatu hal yang tidak berpengharapan, sehingga Anda tidak lagi mengandalkannya, Anda harus berpaling kepada hayat dan sifat ilahi Bapa di dalam Anda. Berpalinglah kepada hayat Bapa, tinggal bersama hayat Bapa dan hidup berdasarkan hayat Bapa. Anda dapat dengan mudah berpaling kepada hayat Bapa, sebab pada saat ini ia berada dalam roh Anda. Semata-mata hidup menurut roh Anda, semua tuntutan kebenaran hukum Taurat akan tergenapi di dalam Anda.

Karena kelemahan daging kita, kita tidak mungkin menggenapi hukum Taurat. Kita tidak dapat berbuat apa pun. Kapan saja kita menghadapi hukum Taurat, kita tidak berkutik. Karena itu, Allah mengutus putra-Nya sendiri dalam rupa tubuh daging yang berdosa dan menghakimi dosa dalam daging sehingga “tuntutan hukum Taurat dige-napi di dalam kita yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh” (Rm. 8:4). Karena ketidakmampuan yang disebabkan oleh kelemahan tubuh daging kita, maka Allah telah mengutus Putra-Nya untuk menaati hukum Taurat di aspek positif dan mati untuk kelemahan kita di aspek negatif, agar tuntutan hukum Taurat terpenuhi. Tujuan-Nya berbuat demikian ialah agar tuntutan kebenaran hukum Taurat dapat digenapi di dalam kita.


Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 2, Berita 20

11 December 2017

Matius - Minggu 11 Senin

Pembacaan Alkitab: Mat. 5:17
Doa baca: Mat. 5:17
Janganlah kamu menyangka bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.


Untuk memahami masalah hukum Taurat ini, kita harus mengenal tiga aspek dari hukum Taurat: prinsip hukum Taurat, perintah hukum Taurat, dan ritual (tata cara) hukum Taurat. Jika Anda tidak membedakan antara ketiga hal ini, Anda tidak akan mempunyai pengertian yang tepat tentang hukum Taurat. Sebagaimana telah kita nampak, prinsip hukum Taurat telah berlalu. Hari ini dalam zaman anugerah (kasih karunia), Allah tidak memperlakukan kita berdasarkan prinsip hukum Taurat, sebaliknya Ia memperlakukan kita berdasarkan prinsip iman (kepercayaan). Apakah kita akan dibenarkan, diselamatkan, dan diterima oleh Allah tergantung pada prinsip iman, bukan prinsip hukum Taurat. Asalkan kita percaya kepada Kristus, kita dibenarkan oleh Allah, diterima oleh Dia, dan diselamatkan. Inilah yang dimaksud dengan terhapusnya prinsip hukum Taurat dalam Kristus di bawah zaman anugerah.

Sekalipun prinsip hukum Taurat telah dihapus, namun perintah hukum Taurat belum ditiadakan. Sebaliknya taraf perintah ini telah ditingkatkan. Jadi perintah yang menyangkut standar moral belum dilenyapkan, melainkan akan tetap ada sampai kekal. Bahkan sampai pada kekekalan kita tidak boleh menyembah berhala, membunuh, mencuri, atau berdusta. Dalam Kerajaan Surga-Nya Sang Raja telah meningkatkan taraf hukum Taurat dalam dua cara: dengan menyempurnakan hukum Taurat yang lebih rendah, dan menggantikannya dengan hukum Taurat yang lebih tinggi. Dengan demikian moralitas dalam perintah hukum Taurat telah ditingkatkan ke taraf yang lebih tinggi.

Juruselamat Rajani sendiri menjalani semua perintah hukum Taurat ketika Ia berada di bumi. Kemudian Ia pergi ke salib untuk mati bagi kita. Melalui kematian penggantian-Nya, Ia menggenapi hukum Taurat pada aspek yang negatif. Tidak hanya demikian, melalui kematian penggantian-Nya, Ia membebaskan hayat kebangkitan-Nya ke dalam kita, sehingga kini kita memiliki hayat kebangkitan di dalam roh kita. Karena kita dapat hidup berdasarkan hayat kebangkitan ini, maka kita mempunyai tenaga, kekuatan untuk memiliki moralitas taraf tertinggi. Jika kita hidup menurut roh (Rm. 8:4), kita menggenapi tuntutan (permintaan) kebenaran hukum Taurat, bahkan menggenapi lebih daripada tuntutan hukum Taurat. Karena itu, kita bukan menghapus hukum Taurat sebaliknya kita menggenapinya dengan cara tertinggi.

Aspek ketiga hukum Taurat ialah ritual (tata cara) hukum Taurat. Sebagai contoh: mempersembahkan kurban persembahan dan memelihara hari Sabat adalah ritual lahiriah hukum Taurat. Ritual ini pun telah diakhiri, sebab semuanya adalah bagian dari bayang-bayang, lambang, dan tanda-tanda zaman lama, semuanya ini telah digenapi oleh Kristus sebagai realitas. Kita tidak lagi diharuskan memperhatikan ritual hukum Taurat. Karena itu, prinsip hukum Taurat dan ritual hukum Taurat telah tamat, tetapi perintah hukum Taurat, yang menuntut taraf moral yang tinggi, belum tamat. Sebaliknya, perintah ini telah ditingkatkan. Dengan melalui Kristus sebagai hayat kebangkitan dalam roh kita, kita dapat menggenapi taraf moralitas yang dituntut oleh hukum Taurat yang lebih tinggi dari Kerajaan Surga. Perkataan ini seharusnya membuat kita jelas tentang hukum Taurat menurut ketiga aspeknya; prinsip hukum Taurat, perintah hukum Taurat, dan ritual hukum Taurat.


Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 2, Berita 20