Hitstat

26 December 2017

Matius - Minggu 13 Selasa

Pembacaan Alkitab: Mat. 7:13-21
Doa baca: Mat. 7:21
Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan orang yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di surga.


Jika kita mengambil jalan yang sesak, kita harus membedakan siapa nabi palsu (ay. 15). Ini berarti bahwa pada jalan yang sesak kita harus waspada terhadap setiap macam kepalsuan. Tentang nabi-nabi yang palsu Tuhan berkata, “Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka” (ayat 16). Kita mengenal seorang nabi bukan dari perkataannya, khotbahnya, atau pekerjaannya, melainkan dari buahnya. Seorang pembicara yang fasih dengan kata-kata yang membujuk dapat menyesatkan banyak orang. Janganlah mendengarkan kata-kata yang fasih atau kata-kata yang membujuk. Sebaliknya, tunggu dan lihatlah buah macam apa yang dihasilkan. Inilah cara untuk membedakan seorang nabi benar atau palsu. Gereja terus maju, dan kesaksian Tuhan tersebar luas ke seluruh dunia. Sebab pintu terbuka lebar, maka beberapa orang yang mengaku diri sebagai nabi mencoba masuk, menyatakan bahwa mereka mengetahui beberapa perkara dan dapat melakukan banyak pekerjaan. Biarlah mereka mengatakan semau mereka, sebab kita akan memandang kepada Tuhan untuk membuktikan mereka dari buah mereka. Kita perlu menerapkan prinsip ini pada setiap perkara demikian. Jangan mendengarkan perkataan yang membujuk, tetapi lihatlah buahnya. Setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, tetapi pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik pula. Setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik akan ditebang dan dibuang ke dalam api (7:17-19).

Ayat 21 bukan menunjukkan realitas Kerajaan Surga hari ini, melainkan manifestasi kerajaan yang akan datang. Untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga, kita perlu melakukan dua hal: menyeru nama Tuhan dan melakukan kehendak Bapa yang di surga. Menyeru nama Tuhan melayakkan kita untuk diselamatkan (Rm. 10:13), tetapi untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga, kita juga perlu melakukan kehendak Bapa yang di surga. Karena masuk ke dalam Kerajaan Surga menuntut kita melakukan kehendak Bapa surgawi, hal ini jelas berbeda dengan masuk ke dalam Kerajaan Allah melalui kelahiran kembali (Yoh. 3:3, 5). Masuk Kerajaan Allah diperoleh melalui dilahirkan dari hayat ilahi; masuk Kerajaan Surga diperoleh melalui memperhidupkan hayat itu.

Dalam bagian yang terakhir dari konstitusi dasar ini, bukan lagi masalah negatif untuk menanggulangi temperamen, hawa nafsu, ego (diri), daging, dan kekhawatiran kita; melainkan mutlak adalah suatu perkara positif dalam melakukan kehendak Bapa yang di surga. Umat kerajaan tidak untuk yang lain, melainkan untuk melakukan kehendak Bapa. Untuk melakukan kehendak Bapa, kita perlu berjalan pada jalan yang sesak. Dalam ajaran-ajaran ahli filsafat dunia, tidak ada hayat ilahi dan sifat ilahi, juga tidak ada jalan ilahi. Tetapi di sini, kesimpulan akhir konstitusi dasar Kerajaan Surga ini ialah kehendak Bapa yang di surga. Ini menunjukkan bahwa kita mempunyai seorang Bapa yang di Surga dan kita adalah anak-anak Bapa. Namun, bagian akhir konstitusi dasar ini tidak hanya menyinggung masalah hayat, tetapi juga masalah kehendak Bapa. Bapa kita mempunyai satu kehendak yang harus dirampungkan, dan kita dapat merampungkan-Nya hanya oleh hayat-Nya. Kita perlu hidup di dalam hayat dan berdasarkan hayat Bapa yang di surga. Kehidupan semacam ini adalah untuk melakukan kehendak Bapa.



Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 2, Berita 24

No comments: