Hitstat

27 December 2017

Matius - Minggu 13 Rabu

Pembacaan Alkitab: Mat. 7:22-29
Doa baca: Mat. 7:29
Sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka


Pada hari penghakiman ketika semua orang beriman akan berdiri di depan takhta penghakiman Kristus, banyak orang akan berkata kepada Tuhan bahwa mereka bernubuat, mengusir setan, dan mengadakan banyak mukjizat demi nama-Nya, tetapi mereka akan ditolak oleh Tuhan. Tuhan tidak pernah memperkenan orang-orang yang bernubuat, mengusir setan, dan melakukan banyak mukjizat (ayat 22) dalam nama-Nya, tetapi tidak melakukan hal-hal itu menurut kehendak Bapa surgawi (ayat 21). Tuhan tidak menyangkal bahwa mereka melakukan hal-hal itu. Tetapi Ia menganggap hal-hal itu sebagai kejahatan, karena hal-hal itu tidak dilakukan berdasarkan kehendak Bapa surgawi, tidak dilakukan sejalan dengan kehendak ilahi. Jadi, orang-orang yang melakukan hal-hal itu, walaupun melakukannya dalam nama Tuhan, tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan akan diusir dari Tuhan, yaitu dikucilkan dari manifestasi kerajaan pada zaman yang akan datang.

Kita nampak dari perkataan Tuhan di sini bahwa beberapa pekerjaan dapat dilakukan demi nama Tuhan, tetapi bukan dilakukan menurut kehendak Allah. Apakah Anda melakukan pekerjaan semacam ini, atau apakah Anda melakukan kehendak Allah? Bahkan bernubuat dalam nama Tuhan, tetapi bukan menurut kehendak Bapa, juga suatu macam kejahatan. Tidak hanya demikian, mengusir setan dalam nama Tuhan dan melakukan banyak mukjizat demi nama Tuhan, tetapi tidak menurut kehendak Allah, dalam pandangan Raja Surgawi juga sebagai kejahatan.

Kata batu dalam ayat 24 tidak mengacu kepada Kristus, melainkan kepada perkataan hikmat-Nya, perkataan yang mewahyukan kehendak Bapa-Nya yang di surga. Kehidupan dan pekerjaan umat Kerajaan harus didirikan di atas perkataan Raja baru untuk menggenapkan kehendak Bapa surgawi. Inilah yang dimaksud dengan masuk melalui pintu yang sempit dan menempuh jalan yang sesak yang menuju kepada hayat.

Hujan yang turun dari langit berasal dari Allah; banjir (sungai) yang datang dari bumi berasal dari manusia; dan angin yang bertiup dari angkasa berasal dari Iblis (ay. 25). Semuanya itu akan menguji kehidupan dan pekerjaan umat kerajaan. Walaupun hujan datang, banjir melanda, angin menerpa, rumah yang dibangun di atas batu tidak akan rubuh, sebab rumah itu dibangun menurut jalan sesak, jalan melakukan kehendak Bapa. Rumah yang dibangun di atas batu, rumah yang tidak rubuh, sama seperti pekerjaan yang dibangun dengan emas, perak, dan batu permata, pekerjaan yang dapat bertahan terhadap api penguji (1 Kor. 3:12-13).

Pasir mengacu kepada konsepsi manusia dan cara alamiah. Jika kita hidup dan bekerja berdasarkan konsepsi manusia dan cara alamiah kita, berarti kehidupan dan pekerjaan kita didirikan di atas pasir, bisa rubuh. Inilah yang dimaksud dengan masuk melalui pintu yang lebar dan menempuh jalan yang luas yang menuju kepada kebinasaan. Rumah yang dibangun di atas pasir, yang rubuh (ay. 27), sama seperti pekerjaan yang dibangun dengan kayu, rumput kering, dan jerami, pekerjaan yang akan terbakar oleh api penguji. Namun, orang yang membangun itu sendiri akan diselamatkan (1 Kor. 3:12-15). Membangun rumah kita di atas opini dan konsepsi kita ialah membangun rumah di atas pasir yang “tenggelam”. Ketika hujan, banjir, dan angin menguji rumah yang dibangun di atas pasir itu, rumah yang tidak mempunyai fondasi yang kukuh itu akan rubuh. Inilah kesimpulan Tuhan tentang konstitusi Kerajaan Surga.



Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 2, Berita 24

No comments: