Hitstat

30 June 2009

Yohanes Volume 3 - Minggu 4 Rabu

Akulah Gembala Yang Baik
Yohanes 10:10-11
Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan. Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya.

Ayat Bacaan: Yoh. 10:10-18, 28

Dalam Yohanes 10:10, Tuhan berkata, “Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup (zoe), dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.” Kemudian dalam ayat berikutnya Tuhan berkata, “Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya (psuche) bagi domba-dombanya.” Dalam kedua ayat ini, dua kata Yunani yang digunakan untuk hayat memiliki perbedaan makna. Dalam ayat 10, kata Yunaninya adalah “zoe”, yakni kata yang dipakai untuk hayat ilahi, hayat kekal Allah. Dalam ayat 11 kata Yunaninya adalah “psuche”, kata yang sama untuk nyawa, yang berarti hayat jiwani, yakni hayat insani.
Kedua ayat di atas membuktikan bahwa Tuhan Yesus memiliki dua macam hayat. Sebagai seorang manusia Tuhan mempunyai hayat psuche, hayat insani; dan sebagai Allah Dia mempunyai hayat zoe, hayat ilahi. Dia menyerahkan hayat psuche-Nya untuk menggenapkan penebusan bagi domba-domba-Nya (Yoh. 10:15, 17-18), supaya mereka memiliki hayat zoe-Nya (Yoh. 10:10), yakni hayat yang kekal (Yoh. 10:28). Melalui menerima hayat zoe-Nya, kita dikelompokkan menjadi satu kawanan di bawah diri-Nya sebagai seorang gembala. Sebagai gembala yang baik, Kristus menyerahkan nyawa-Nya melalui penebusan agar di dalam kebangkitan-Nya Dia dapat memberi makan domba-domba-Nya (kita) dengan hayat ilahi-Nya. Puji Tuhan!
Memiliki hidup dalam segala kelimpahan bukanlah seperti yang dibayangkan oleh kebanyakan orang Kristen dewasa ini. Orang-orang mungkin mengira ini mengacu kepada kelimpahan harta benda materi, kedudukan, atau semacam kemakmuran. Namun, memiliki hidup dalam segala kelimpahan yang disebutkan dalam Yohanes 10:10 bukan berarti demikian. Tuhan ingin kita memiliki hayat kekal-Nya (zoe), dan memilikinya secara berkelimpahan.
Anda mungkin sudah memiliki hayat kekal Allah di dalam Anda. Namun dapatkah Anda berkata bahwa Anda sudah memiliki hayat-Nya dalam segala kelimpahan? Mungkin sulit untuk mengatakan demikian. Untuk memiliki hayat-Nya secara berlimpah, setiap hari kita perlu sering-sering datang kepada-Nya dan menikmati Dia sebagai padang rumput kita.

29 June 2009

Yohanes Volume 3 - Minggu 4 Selasa

Akulah Pintu
Yohanes 10:9
Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput.

Ayat Bacaan: Yoh. 9:34-38; 10:1-9; Gal. 3:23-25; 4:3-5

Memperoleh penglihatan merupakan perkara yang baik. Akan tetapi dunia agama yang buta seringkali menganiaya mereka yang telah beroleh penglihatan. Orang buta yang memperoleh penglihatannya itu diusir (Yoh. 9:34), dikucilkan, diasingkan. Namun, meskipun ia dikucilkan dari agama Yahudi, ia diterima oleh Tuhan Yesus. Orang buta tersebut percaya kepada Yesus sebagai Putra Allah (Yoh. 9:35-38).
Tuhan sebagai gembala, masuk ke dalam kandang domba, melihat domba kecil, buta, kemudian dicelikkan-Nya matanya, dan dipimpin-Nya domba itu keluar dari kandang. Pada pengertian yang satu, domba itu diusir; tetapi pada pengertian yang lain, Tuhan membawanya keluar dari kandang domba. Kandang domba adalah agama Yahudi. Tuhan Yesus datang, bukan saja sebagai hayat dan terang dunia, tetapi juga sebagai gembala, yang memimpin domba-domba-Nya keluar dari kandang agama.
Dalam Yohanes 10:7 Tuhan berkata, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Akulah pintu ke domba-domba itu.” Apakah artinya mengatakan Kristus adalah pintu? Tuhan adalah pintu kandang domba, berarti Dia adalah pintu untuk masuk ke dalam hukum Taurat, juga pintu untuk keluar dari hukum Taurat. Kristus adalah pintu, tidak hanya untuk orang-orang pilihan Allah masuk ke dalam asuhan hukum Taurat, sama seperti yang dilakukan Musa, Daud, Yesaya, Yeremia dan lain-lainnya dalam Perjanjian Lama sebelum Kristus datang; tetapi juga untuk umat pilihan Allah, seperti Petrus, Yakobus, Yohanes dan Paulus, untuk keluar dari kandang hukum Taurat sesudah Kristus datang.
Tuhan adalah pintu, lalu gembala, dan akhirnya padang rumput. Gembala membawa semua domba keluar dari kandang melalui diri-Nya sebagai pintu dan membawa mereka kepada-Nya sebagai padang rumput. Dialah gembala yang membawa domba-domba keluar dari kandang. Dialah pintu yang melalui-Nya domba-domba dibawa keluar; dan Dia pun padang rumput tempat domba-domba dibawa. Padang rumput yang hijau melambangkan Kristus sebagai tempat jamuan bagi domba. Yang kita perlukan adalah datang kepada-Nya dan menikmati Dia sebagai padang rumput kita (Gal. 3:23-25; 4:3-5).

28 June 2009

Yohanes Volume 3 - Minggu 4 Senin

Jalan untuk Mendapatkan Penglihatan
Yohanes 9:5-6
“Selama Aku di dalam dunia, Akulah terang dunia.” Setelah Ia mengatakan semuanya itu, Ia meludah ke tanah, dan mengaduk ludah-Nya itu dengan tanah, lalu mengoleskannya pada mata orang buta tadi.

Ayat Bacaan: Yoh. 9:5-7; 6:63; Rm. 9:21; Luk. 4:18, 2 Kor. 1:21-22, 1 Yoh. 2:27

Setelah Tuhan Yesus berkata bahwa kebutaan orang yang sejak lahir itu adalah untuk menyatakan pekerjaan Allah, dan Allah mengutus Dia ke bumi untuk melakukan pekerjaan Allah, untuk mencelikkan mata manusia supaya manusia bisa melihat, selanjutnya Dia berkata bahwa ketika Dia di bumi, Dia adalah terang dunia (Yoh. 9:5). Sebagai terang dunia, Dia datang untuk memulihkan penglihatan manusia.
Apa yang Tuhan lakukan terhadap orang yang buta sangatlah unik. “Setelah Ia mengatakan semuanya itu, Ia meludah ke tanah, dan mengaduk ludahnya itu dengan tanah, lalu mengoleskannya pada mata orang buta tadi” (Yoh. 9:6). Bila kita tidak mengerti makna ayat ini, tentu kita akan merasa geli dengan apa yang Tuhan perbuat, sebab apa yang diperbuat-Nya sangat aneh. Tak seorang pun yang suka menjamah ludah seseorang, tetapi Tuhan Yesus mencampur ludah-Nya dengan tanah dan dijadikannya suatu campuran tanah liat, kemudian mengoleskannya ke mata orang buta itu.
Tanah liat dalam Yohanes 9:6 sama seperti dalam Roma 9:21, menyatakan keinsanian. Manusia adalah tanah liat. Apakah ludah itu? Ludah di sini adalah sesuatu “yang keluar dari mulut” Tuhan (Mat. 4:4). Ini menyiratkan “Perkataan-perkataan yang ... adalah roh dan hidup” (Yoh. 6:63). Jadi secara kiasan, ludah adalah firman, juga adalah roh dan hayat yang keluar dari mulut Tuhan. Mencampur ludah dengan tanah liat berarti membaurkan keinsanian dengan firman Tuhan yang hidup. Perkataan “mengolesi” membuktikan bahwa Roh Tuhan adalah Roh yang mengurapi (Luk. 4:18, 2 Kor. 1:21-22, 1 Yoh. 2:27). Segera sesudah Anda menerima Tuhan melalui firman-Nya, terjadilah pengurapan Roh hayat di batin Anda.
Perbauran antara keilahian dengan keinsanian merupakan “salep mata” yang paling mujarab di seluruh bumi. Setelah mata orang buta itu diolesi dengan tanah liat, Tuhan berkata kepadanya, “Pergilah, basuhlah dirimu dalam kolam Siloam” (Yoh. 9:7). Orang itu pergi, membasuh dan kemudian celiklah matanya. Pergi dan membasuh berarti mentaati firman hayat. Ketaatan kita kepada pengurapan Roh hayat di batin kita akan memulihkan penglihatan kita.

27 June 2009

Yohanes Volume 3 - Minggu 4 Minggu

Keperluan Orang Buta
Yohanes 9:1-2
Waktu Yesus sedang lewat, Ia melihat seorang yang buta sejak lahirnya. Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: “Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?”

Ayat Bacaan: Yoh. 9:1-3

Kebutaan merupakan suatu kondisi yang sangat tidak diharapkan oleh siapa pun. Tak seorang pun yang senang menjadi buta, atau sengaja memilih menjadi buta. Namun, kalau kebutaan itu merupakan kondisi bawaan sejak lahir, apa hendak dikata. Demikian pula, tidak seorang pun senang menjadi orang berdosa, atau sengaja memilih menjadi orang berdosa. Namun, Alkitab memberitahu kita bahwa kita dikandung di dalam dosa; begitu terlahir ke dunia, kita dengan sendirinya telah menjadi orang dosa. Mazmur 51:7 berkata, “Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku.” Inilah keadaan kita yang sebenarnya.
Kebutaan sudah ada di dalam pembawaan alamiah manusia sejak lahir. Kita, orang-orang dosa; adalah buta sejak semula karena kita dilahirkan sebagai orang-orang yang demikian. Pernahkah Anda menyadari bahwa setiap orang dosa dilahirkan buta? Jika kita mengakui bahwa kita adalah orang dosa, kita juga harus mengakui bahwa kita adalah orang buta. Kebutaan itu telah membuat kita kehilangan penglihatan rohani, sehingga tidak dapat melihat hal-hal rohani, tidak dapat melihat perkara-perkara milik Allah.
Dosa menyebabkan kebutaan, dan kebutaan menghasilkan maut. Hukum Taurat agama Yahudi tak berfaedah sedikitpun bagi orang buta. Agama hanya mencari siapa yang benar atau salah, namun tidak dapat memberi penglihatan bagi yang buta. Murid-murid bertanya, “Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?” Pertanyaan ini kedengarannya sangat religius, namun sebenarnya hanya mencari siapa yang benar dan siapa yang salah, tidak memberikan solusi apa pun.
Berbeda dengan konsepsi agama, Tuhan Yesus, sebagai terang dunia, justru tidak mempermasalahkan siapa yang berdosa. Dia berkata, “Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia” (Yoh. 9:3). Artinya, sejak lahir kita semuanya ini sama sekali tidak bisa melihat perkara rohani, karena di atas diri kita kekurangan satu bagian dari pekerjaan Allah. Tidak peduli kita baik atau jahat, kalau Allah tidak pernah bekerja di atas diri kita, mata batiniah kita tidak bisa terbuka.

26 June 2009

Yohanes Volume 3 - Minggu 3 Sabtu

Tuhan Yesus, Sang Aku Adalah
Yohanes 8:57-58, Tl.
Maka kata orang-orang Yahudi itu kepada-Nya: “Umur-Mu belum sampai lima puluh tahun dan Engkau telah melihat Abraham?” Kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku Adalah.”

Ayat Bacaan: Yoh. 8:24, 28, 31, 58; Kel. 3:14; Kej. 2:7

Melalui penyinaran hayat yang di dalam dan melalui penggarapan elemen ilahi dalam batin kita, kita dibebaskan dari perbudakan dosa. Ketika kita menerima-Nya, Dia menjadi hayat kita, dan hayat ini menjadi terang yang membawa kita keluar dari kegelapan dosa. Hanya terang hayat yang dapat membebaskan kita dari belenggu dan perbudakan dosa. Tuhan dapat mengampuni kita, sebab Dia adalah Anak Manusia yang mati bagi kita dengan ditinggikan di atas kayu salib. Sekarang, Tuhan dapat membebaskan kita dari belenggu dosa karena Dia adalah Sang Aku Adalah (I Am that I Am, KJV) yang berhuni di dalam kita.
Tuhan adalah Yehova, Sang Aku Adalah (Yoh. 8:24, 28, 58). “Aku Adalah”, itulah arti nama Yehova (Kel. 3:14) dan Yehova ialah nama Allah dalam hubungan-Nya dengan manusia (Kej. 2:7). Jadi, sebutan Yehova menunjukkan bahwa Tuhan sebagai Allah yang kekal dalam hubungan-Nya dengan manusia. Tuhan sebagai Sang Aku Adalah sesungguhnya adalah Sang kekal selamanya, yang ada sejak kekekalan lampau hingga kekekalan yang akan datang. Dia adalah perwujudan dan jawaban atas segala perkara positif yang kita perlukan!
Sebutan “Aku Adalah” menunjukkan bahwa Dialah kebutuhan kita. Ini seperti memiliki sebuah buku cek yang belum terisi, yang boleh kita isi sejumlah yang kita butuhkan. Kalau kita perlu terang, isilah saja dengan terang, dan Tuhan akan menjadi terang kita. Kalau kita perlu hiburan, Tuhan akan menjadi hiburan kita. Cek semacam ini takkan ditolak, sebab deposit dalam rekening sorgawi takkan pernah bernilai negatif. Tuhan adalah jawaban atas segala kebutuhan kita, sebab Dia adalah Sang Aku Adalah.
Seluruh Injil Yohanes juga mewahyukan bahwa Tuhan adalah Firman dan Roh. Tuhan ada di dalam Firman dan Dia juga adalah Roh. Kini kita memiliki kedua-duanya - Firman dan Roh. Kalau kita menjamah Roh itu dan menerima Firman, kita akan memperoleh Tuhan sendiri. Kita dapat memiliki segalanya dengan cara tinggal secara berkesinambungan di dalam Firman Tuhan (Yoh. 8:31). Hanya dengan menjamah Firman, kita menjamah sumber hayat yang kekal dan tak berkesudahan. Haleluya!

25 June 2009

Yohanes Volume 3 - Minggu 3 Jumat

Pergilah, Dan Jangan Berbuat Dosa Lagi
Yohanes 8:11b-12a
Lalu kata Yesus: “Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.” Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: “Akulah terang dunia;....”

Ayat Bacaan: Yoh. 8:11-12; 32, 36; 14:6

Setelah Tuhan berkata bahwa Dia pun tidak menghukum perempuan berdosa itu, Tuhan lalu membebaskan dia. Tuhan berkata, “Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.” Firman Tuhan ini menyiratkan bahwa Tuhan masih akan menyelamatkan dia dari dosa, supaya dia tidak berbuat dosa lagi. Sebab itu Tuhan Yesus selanjutnya mengatakan bahwa semua orang yang berdosa adalah budak (hamba) dosa, tidak bisa terlepas dari dosa, semuanya telah terbelenggu oleh dosa. Tetapi Dia bisa memerdekakan orang, supaya orang itu mendapatkan kemerdekaan yang sejati. Dia dapat melepaskan orang dari dosa, bisa menyelamatkan orang dari dosa, tidak lagi menjadi budak dosa, tidak lagi dikekang oleh dosa, tidak lagi dibelenggu oleh dosa, dan mendapatkan kemerdekaan yang sesungguhnya.
Bagaimana Tuhan Yesus membebaskan kita dari dosa? Bagaimana agar kita dapat tidak berbuat dosa lagi? Dia melakukannya dengan jalan masuk ke dalam kita sebagai terang hayat (Yoh. 8:12). Terang ini bukan di luar kita, tetapi di dalam kita. Ketika kita menerima Tuhan, Ia masuk ke dalam kita sebagai hayat kita guna menerangi batin kita. Secara bertahap, terang hayat yang tinggal di dalam kita membebaskan kita.
Kita dibebaskan dari dosa tidak saja oleh sinar terang hayat, tetapi juga oleh Putra sebagai realitas (Yoh. 8:32, 36). Realitas itu bukan apa yang disebut kebenaran teori, melainkan realitas kebenaran yakni Tuhan sendiri (Yoh. 14:6, 1:14, 17). Dalam Yohanes 8:32 disebutkan bahwa “kebenaran (realitas) itu akan memerdekakan kamu.” Dalam ayat 36 dikatakan pula, “Jadi, apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka.”
Tuhan berkata, “Akulah terang dunia.” Untuk terlepas dari dosa, harus terlebih dulu terlepas dari kegelapan. Mengapa orang dunia tidak bisa terlepas dari dosa? Karena tidak memiliki terang. Kalau tidak memiliki terang, pasti berjalan dan hidup di dalam kegelapan. Sekarang Tuhan Yesus telah datang, Dia berkata, “Akulah terang dunia; siapa saja yang mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan” (Yoh. 8:12). Begitu terang hayat ini menerangi kita, kita segera keluar dari kegelapan, keluar dari dosa.

24 June 2009

Yohanes Volume 3 - Minggu 3 Kamis

Aku Pun Tidak Menghukum Engkau
Yohanes 8:10-11a
Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: “Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?” Jawabnya: “Tidak ada, Tuhan.” Lalu kata Yesus: “Aku pun tidak menghukum engkau.”

Ayat Bacaan: Yoh. 8:7-11

Burung gagak di bumi sama hitamnya. Kalau Anda menyalahkan burung gagak lain karena terlalu hitam, itu sama dengan menyalahkan diri Anda sendiri. Hanya Tuhan Yesus yang tidak berdosa, dan hanya Dia yang layak menyalahkan orang. Betapa bijaksananya Tuhan Yesus! Setelah kaum agama pergi, perhatikanlah, Tuhan dengan penuh kasih dan lemah lembut berkata kepada perempuan yang berdosa. Ia bertanya, apakah ada seorang yang menghukum dia dan jawabnya: “Tidak ada, Tuan.” Lalu kata Yesus, “Aku pun tidak menghukum engkau” (Yoh. 8:11). Perkataan Tuhan ini bagaikan musik yang terindah bagi perempuan yang sangat ketakutan itu.
Di seluruh alam semesta, adakah orang yang tidak berdosa? Hanya Tuhan Yesus sendiri. Hanya Dia satu-satunya yang tidak berdosa (Yoh. 8:7, 9). Siapa yang layak menghukum Anda? Siapakah yang mempunyai kedudukan ini? Hanya seorang yang tidak berdosa. Orang satu-satunya yang layak dan berkedudukan untuk mengutuk Anda adalah Tuhan Yesus sendiri, sebab Ia tidak berdosa sedikit pun. Berita baiknya, walau Ia layak menghukum Anda, namun Ia tidak melakukannya. Tuhan layak mengampuni dosa manusia dan membebaskan kita dari perbudakan dosa (Yoh. 8:32-34). Tuhan tidak saja memberi kita hayat, Ia pun masuk ke dalam kita sebagai hayat kita.
Tuhan Yesus berkata kepadanya, “Aku pun tidak menghukum engkau.” Perhatikan kata “pun” yang dipakai Tuhan Yesus. Maksud Tuhan, orang-orang itu tidak ada satu pun yang menghukum engkau, Aku pun tidak menghukum engkau! Mereka tidak menghukum engkau, karena mereka berdosa. Aku tidak berdosa, Aku tidak mempunyai dosa, Aku bisa menghukum engkau, tetapi Aku tidak menghukum engkau! Inilah Injil, berita baik yang amat besar!
Sang “Aku” di sini adalah Allah yang di surga! Dia telah menjadi manusia, datang ke bumi, berdiri di hadapan orang yang berbuat dosa besar, tetapi berkata kepadanya, “Aku pun tidak menghukum engkau!” Seluruh umat manusia, tidak ada satu orang pun yang memenuhi syarat untuk menghakimi dosa orang, hanya Dia yang sebagai Tuhan yang bisa menghukum dosa orang. Tetapi puji Tuhan, Dia tidak menghukum kita. Ini adalah Injil dalam alam semesta!

23 June 2009

Yohanes Volume 3 - Minggu 3 Rabu

Siapakah yang Tidak Berdosa?
Yohanes 8:7
Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Ia pun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.”

Ayat Bacaan: Yoh. 8:1-9

Kaum agamawan Yahudi berusaha untuk mencari kesalahan Tuhan Yesus. Mereka mencoba menyulitkan Yesus dengan pertanyaan-pertanyaan. Dalam suatu kesempatan, mereka menangkap seorang perempuan yang berdosa dan membawanya kepada Tuhan Yesus. Menurut hukum Taurat, perempuan berdosa yang demikian harus dilempari dengan batu hingga mati, namun mereka tidak melakukannya. Mereka membawanya kepada Tuhan, mencoba untuk menjebak-Nya. Mereka berkata, “Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berzina. Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian dengan batu. Bagaimana pendapat-Mu tentang hal itu?” (Yoh. 8:4-5).
Kalau Tuhan berkata bahwa mereka harus melempari batu kepada perempuan berdosa itu sampai mati, maka Dia akan kehilangan kedudukan-Nya sebagai Juruselamat dan Penebus. Dapatkah seorang Juruselamat mengatakan bahwa perempuan berdosa yang demikian harus dilempari batu sampai mati? Sudah barang tentu sebagai Penebus dan Juruselamat Tuhan tak dapat mengatakan demikian. Tetapi di lain pihak, kalau Dia mengatakan bahwa mereka tidak boleh melemparinya dengan batu hingga mati, maka mereka akan mengatakan bahwa Dia melanggar hukum Taurat. Mereka mengira bahwa Tuhan Yesus akan sulit menjawab, dan mereka dapat menjebak-Nya.
Setelah Yesus membungkuk, menulis dengan jari-Nya di tanah, dan orang-orang Yahudi terus-menerus bertanya kepada-Nya, Dia pun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu” (Yoh. 8:6-7). Seolah-olah Tuhan berkata, “Engkau boleh melemparinya dengan batu hingga mati, tetapi harus ada seorang yang mendahului, dan orang itu haruslah orang yang tak berdosa.” Perkataan ini menusuk hati nurani mereka sehingga mereka pergi seorang demi seorang, mulai dari yang tertua sampai yang termuda (Yoh. 8:9). Siapa yang tidak berdosa? Tak seorang pun. Sebab itu jangan menyalahkan orang lain, sebab tatkala Anda menyalahkan orang lain, Anda pun sama seperti mereka. Anda tidak layak menyalahkan orang lain.

22 June 2009

Yohanes Volume 3 - Minggu 3 Selasa

Aliran-Aliran Air Hayat
Yohanes 7:38
Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup.

Ayat Bacaan: Yoh. 7:38-39; 4:4; Luk. 24:26

Ada seorang wanita muda yang hidup dalam keluarga yang sangat kaya dan mewah. Dia terus menerus mencari kenikmatan. Pada suatu hari, ia menghadiri pesta dansa dengan orang-orang lapisan paling atas di Inggris. Ia sangat merasa nikmat dalam saat yang menarik itu. Anehnya, usai pesta, ia pulang ke rumah, ia merasa hampa. Ia melontarkan semua pakaian dan sepatu dansanya, sambil menjerit: “Apa gunanya barang-barang ini bagiku!” Setelah bersenang-senang dalam segala kenikmatan, ia tetap merasa amat dahaga. Kemudian suatu suara berbisik di dalam batinnya: “Engkau harus berdoa kepada Allah.” Namun ia menjawab sendiri: “Aku tak percaya kalau Allah itu ada; bagaimana aku bisa berdoa kepada-Nya?” Tetapi suara itu terus membisik, “Cobalah mengatakan sesuatu kepada Allah. Katakan demikian: Ya Allah, kalau memang ada Allah, puaskanlah daku.” Akhirnya, ia berdoa demikian. Hari berikutnya seluruh hidupnya telah berubah. Ia merasa puas. Dahaganya telah dileraikan oleh air hayat yang Tuhan karuniakan.
Tuhan Yesus berkata, “Siapa saja yang percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup” (Yoh. 7:38). Dalam Yohanes 4:4, Tuhan berkata, siapa saja minum air yang Ia berikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang memancar terus sampai kepada hidup yang kekal. Namun di sini, Tuhan berbicara lebih lanjut, yakni siapa saja minum Dia, akan mempunyai aliran-aliran sungai air hayat. Tuhan bukan menyinggung satu aliran saja, melainkan aliran-aliran. Yang satu ialah aliran kedamaian, dan aliran-aliran yang lainnya ialah sukacita, hiburan, kebenaran, hayat, kekudusan, kasih, kesabaran dan kerendahan hati. Aliran-aliran air hayat ini keluar dari lubuk batin kita, dan aliran-aliran ini tak lain adalah Kristus sebagai hayat.
Yohanes 7:39 mengatakan, “Yang dimaksudkan-Nya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepada-Nya; sebab Roh itu belum datang, karena Yesus belum dimuliakan.” Yesus baru dimuliakan ketika Ia dibangkitkan (Luk. 24:26). Dalam kebangkitan-Nya, Kristus menjadi Roh yang dihembuskan ke dalam kita yang percaya, menjadi aliran-aliran air hayat di dalam kita!

21 June 2009

Yohanes Volume 3 - Minggu 3 Senin

Seruan Hayat Pada Hari terakhir
Yohanes 7:37
Dan pada hari terakhir, yaitu pada puncak perayaan itu, Yesus berdiri dan berseru: “Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum!"

Ayat Bacaan: Yoh. 7:37; 1 Kor. 10:4

Pesta apakah yang sedang Anda tempuh? Pesta Paskah ataukah pesta Pondok Daun? Tak peduli pesta mana yang Anda tempuh, Anda tetap lapar ataupun dahaga. Entah keadaan Anda miskin atau kaya, kekurangan atau berkelimpahan, Anda akan menyadari bahwa batin Anda tetap lapar dan dahaga. Setelah Anda mencapai keberhasilan-keberhasilan; setelah Anda menikmati segala kepunyaan Anda, dan setelah Anda bersenang-senang di dalam suasana Anda yang paling baik, niscaya Anda akan menyadari bahwa dahaga Anda belum juga terlerai. Mengapa? Sebab tidak ada satu barang pun yang mampu melenyapkan dahaga Anda kecuali Tuhan sendiri. Hanya Dia yang sanggup meleraikan dahaga Anda, yakni dengan memberikan diri-Nya sendiri sebagai air hayat kepada Anda.
Pada hari terakhir, yaitu pada puncak perayaan itu, Yesus berdiri dan berseru: “Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum!” Hari terakhir mengisyaratkan berakhirnya semua kenikmatan atas suksesnya manusia. Bagaimanapun suksesnya Anda, pada suatu hari, pasti akan berakhir juga. Pakaian yang Anda sukai itu, ada hari terakhirnya; pernikahan Anda pun ada hari terakhirnya. Segala sesuatu mempunyai hari terakhirnya. Pesta Pondok Daun berlangsung tujuh hari, namun hari ketujuh itulah hari terakhir. Terakhir artinya tamat. Betapapun kayanya Anda, tetap akan berakhir. Kekayaan Anda ada hari terakhirnya, kesehatan Anda pun ada hari terakhirnya, keluarga Anda ada hari terakhirnya, Anda dengan suami atau istri Anda yang tercinta ada hari terakhirnya, Anda dengan orang tua ataupun anak-anak Anda ada hari terakhirnya. Semua yang Anda jumpai dan alami, ada hari terakhirnya.
Menjelang orang-orang bubar pada hari terakhir pesta itu, Tuhan berdiri dan berseru, “Siapa saja yang haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum!” Apa yang orang-orang Yahudi nikmati selama tujuh hari itu tidaklah mampu meleraikan dahaga mereka. Hanya jika mereka mau datang dan minum Kristus, barulah mereka memiliki sungai air hayat yang mengalir dari lubuk batin mereka. Air hayat itu sesungguhnya adalah Roh Kudus yang mengalir keluar dari Kristus, “batu karang” yang terpukul itu (1 Kor. 10:4).

20 June 2009

Yohanes Volume 3 - Minggu 3 Minggu

Hari Raya Pondok Daun
Yohanes 7:1-2
Sesudah itu Yesus berjalan keliling Galilea, sebab Ia tidak mau tetap tinggal di Yudea, karena di sana orang-orang Yahudi berusaha untuk membunuh-Nya. Ketika itu sudah dekat hari raya orang Yahudi, yaitu hari raya Pondok Daun.

Ayat Bacaan: Yoh. 7:1-2; Im. 23:5, 34; Kel. 12:2-3, 6; 23:16; Ul. 16:13-14

Menurut tradisi orang Yahudi, di antara pesta tahunan, pesta Paskah merupakan hari raya yang pertama, sedang pesta Pondok Daun merupakan hari raya yang terakhir (Im. 23:5, 34). Pesta Paskah sebagai hari raya tahunan yang pertama, mengisyaratkan permulaan hidup manusia (bd. Kel. 12:2-3, 6), termasuk hal manusia mencari kepuasan dan menjurus kepada kelaparan manusia. Pesta Pondok Daun sebagai hari raya tahunan yang terakhir, mengisyaratkan kelengkapan dan keberhasilan hidup manusia (bd. Kel. 23:16), yang berakhir pada kedahagaan manusia. Dalam suasana pesta Paskah, Tuhan memberikan diri-Nya sebagai roti hayat untuk mengenyangkan manusia; dalam suasana pesta Pondok Daun, Tuhan berjanji akan mengalirkan air hayat untuk meleraikan dahaga manusia.
Paskah muncul pada permulaan tahun, tatkala orang-orang sibuk bekerja untuk meleraikan rasa lapar mereka. Namun tidak peduli betapa sibuknya manusia bekerja, berjerih payah, semua usaha itu tidak dapat memuaskan rasa lapar mereka. Hanya Kristus sebagai roti hayat yang dapat memuaskan rasa lapar kita. Hari raya Pondok Daun tiba setelah masa menuai, sesudah orang-orang menyimpan hasil tuaian dan anggur (Ul. 16:13-14). Sesudah semua hasil ladang tertuai, dan orang-orang berkumpul pada pesta Pondok Daun, mulailah mereka bersenang-senang merayakan kesuksesan mereka. Namun, tidak peduli betapa besarnya pesta itu, mereka tetap dahaga. Rasa dahaga di dalam manusia takkan dapat dileraikan oleh keberhasilan mereka. Hanya Kristus sebagai air hayat yang dapat meleraikan dahaga manusia.
Pesta Pondok Daun mengisyaratkan kesuksesan dalam pekerjaan Anda, pencapaian dan karier Anda. Mungkin saja Anda berhasil dalam usaha dan karier Anda, namun perlu Anda ketahui bahwa ini akan berakhir pada rasa dahaga di batin Anda. Setelah Anda berjerih-payah seumur hidup, Anda akan merasa dahaga, sebab tidak ada satu pun benda di dunia yang kekal. Pada saatnya nanti, semua benda-benda yang dengan susah payah Anda kumpulkan ternyata malah mengecewakan Anda. O, Anda memerlukan sesuatu yang lebih baik dan bersifat kekal untuk memuaskan Anda. Anda memerlukan air hayat!

19 June 2009

Yohanes Volume 3 - Minggu 2 Sabtu

Perkataan-Mu adalah Hidup yang Kekal
Yohanes 6:67-69
Maka kata Yesus kepada kedua belas murid-Nya: “Apakah kamu tidak mau pergi juga?” Jawab Simon Petrus kepada-Nya: “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah hidup yang kekal.”

Ayat Bacaan: Yoh. 6:57-60; Ul. 12:6-7

Sebagaimana pada waktu itu banyak orang yang bersungut-sungut setelah mendengar perkataan Tuhan perihal makan Dia, hari ini pun banyak orang yang demikian (Yoh. 6:59-60). Kalau kita katakan bahwa kita harus menyembah Yesus, semua orang Kristen tentu setuju. Namun bila kita katakan bahwa kita harus makan Yesus, banyak orang akan menyalahkan kita. Sesungguhnya, istilah “makan Yesus” bukanlah penemuan kita, melainkan tersirat dengan jelas di dalam Alkitab (Yoh. 6:57).
Sebagai Raja, Yesus patut kita sembah. Namun sebagai roti yang turun dari surga, Dia patut kita makan. Bukankah hal ini cukup sederhana untuk dipahami? Bahkan di dalam Alkitab, penyembahan yang sejati adalah dengan makan Dia. Dalam Perjanjian Lama, perihal penyembahan selalu bergandengan dengan perihal makan (Ul. 12:6-7). Menurut konsepsi alamiah manusia, menyembah Allah itu harus bersujud, membungkukkan badan, atau meniarapkan diri di hadapan Allah. Namun penyembahan yang dikatakan dalam Ulangan 12 bukanlah bersujud, membungkukkan badan, atau bertiarap di hadapan Tuhan. Berdasarkan pasal ini, menyembah Tuhan adalah makan di hadapan-Nya. Umat Allah yang datang ke tempat pilihan Allah harus memakan kurban persembahan yang terbaik (Kristus) di hadapan Allah.
Penyembahan yang tepat ialah memakan hasil tanah permai di hadapan Allah. Tanah permai melambangkan Kristus, sedangkan hasil yang kaya melambangkan kekayaan Kristus. Sebab itu, penyembahan yang dikehendaki Allah ialah memakan dan menikmati kekayaan Kristus di hadapan Allah. Jika kita tidak makan Kristus, kita tidak dapat menyembah Allah. Penyembahan yang dikehendaki Allah berkaitan dengan kenikmatan atas Kristus.
Sudahkah Anda nampak betapa pentingnya makan Kristus? Simon Petrus berkata, “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal.” Perkataan Tuhan dan diri Tuhan tidak terpisah. Makan firman-Nya berarti makan Tuhan sendiri, sebab Tuhan terwujud di dalam firman-Nya. Namun masalahnya, seberapa seringkah Anda datang ke hadapan-Nya dan memakan Dia? Sudahkah Anda dikenyangkan oleh-Nya?

18 June 2009

Yohanes Volume 3 - Minggu 2 Jumat

Perkataan-perkataan Tuhan Yesus adalah Roh dan Hayat
Yohanes 6:63
Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup.

Ayat Bacaan: Yoh. 6:63; Ef. 6:17-18; Yer. 15:16

Perkataan-perkataan Tuhan adalah perwujudan Roh hayat. Ketika kita menerima perkataan-perkataan-Nya dengan melatih roh kita, segera kita mendapatkan Roh itu, yang memberikan hayat. Ketika kita membaca Alkitab, kita seharusnya menerima hayat; dan ketika kita mengajar orang lain mengenai Alkitab, mereka seharusnya menerima hayat.
Jika kita tidak menerima hayat ketika kita membaca Alkitab, ada sesuatu yang tidak beres. Dalam pembacaan Alkitab kita, mungkin tidak ada roh; dan dalam pengajaran Alkitab kita kepada orang lain, mungkin juga tidak ada roh. Karena itu, jika tidak ada roh berarti tidak ada hayat. Kita mungkin membaca suatu potongan dari Alkitab, beberapa ayat atau beberapa pasal, namun tidak menerima suplai hayat. Mengapa? Sebab tidak ada roh di dalam pembacaan firman kita. Jika kita tidak merasakan Roh ketika kita sedang membaca Alkitab, kita seharusnya menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak beres, dan kemudian kita seharusnya menyesuaikan diri kita sendiri.
Firman, Roh, dan hayat adalah tiga hal, namun Tuhan membicarakannya sebagai satu hal. Jika firman hanya berupa firman, maka firman itu hanyalah tulisan hitam di atas putih; itu bukanlah Roh. Namun ketika firman masuk ke dalam pikiran kita melalui mata dan kita mulai mendoakannya dengan roh, maka firman itu menjadi Roh. Ketika firman menjadi Roh, firman itu menyuplaikan hayat. Ketika kita berdoa dalam pembacaan firman, kita memindahkan ayat-ayat itu ke dalam doa. Ketika kita berdoa, kita harus melupakan segala yang lain. Kita seharusnya hanya memperhatikan Tuhan dan firman-Nya.
Oleh karena itu, ketika kita datang kepada firman, kita perlu menggunakan roh kita, sama seperti mata dan pikiran kita. Dengan menggunakan roh kita, kita dapat bersekutu dengan Tuhan ketika kita datang kepada firman-Nya. Dengan menggunakan roh kita, kita mendoakan firman itu ketika kita membacanya (Ef. 6:17-18), dan bahkan mendoa-bacakan untuk menerima perkataan Alkitab sebagai perawatan rohani kita (Yer. 15:16). Hasilnya, kehidupan kita berubah bukan karena usaha kita sendiri, tetapi berubah karena unsur ilahi Allah telah masuk ke dalam kita. Dialah yang mengubah kita.

17 June 2009

Yohanes Volume 3 - Minggu 2 Kamis

Barangsiapa Makan Aku, akan Hidup oleh Aku
Yohanes 6:57
Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku.

Ayat Bacaan: Yoh. 6:56-57

Ketika kita makan Kristus, kita hidup oleh Dia (Yoh. 6:57). Karena Kristus adalah perwujudan Allah Tritunggal, makan Kristus berarti makan Allah Tritunggal. Yesus Kristus, Juruselamat kita, perwujudan Allah Tritunggal, adalah roti hayat juga manna sehari-hari kita, makanan sehari-hari kita. Melalui makan Dia, kita mengekspresikan Dia. Ekspresi ini adalah kepenuhan Dia yang memenuhi semua dan di dalam segala sesuatu. Melalui makan Dia, akhirnya kita menjadi kepenuhan Allah Tritunggal. Kita dapat menjadi ekspresi yang sedemikian adalah melalui makan Yesus.
Makan Yesus sangatlah sederhana, yaitu dengan menerima Dia dan membiarkan Dia diasimilasi di dalam kita. Makan berarti menerima makanan ke dalam kita; makan Yesus berarti menerima Dia ke dalam kita. Hasil dari kita memakan Dia adalah kepenuhan Dia yang memenuhi semua dan dalam segala sesuatu dan juga dari Allah Tritunggal. Kepenuhan ini adalah gereja. Jadi, gereja bukan hanya sekumpulan orang, juga bukan hanya rumah Allah, keluarga Allah; gereja juga adalah Tubuh, organisme dari Kristus yang hidup, yang akhirnya menjadi kepenuhan Allah Tritunggal.
Seseorang hidup dari apa yang dia makan, dan apa yang dia makan itulah yang akan dia ekspresikan. Saudara saudari kekasih, “makanan” apakah yang Anda makan setiap hari? Siaran televisi, tabloid, hiburan duniawi, bukanlah makanan yang sehat bagi manusia batiniah kita. Seringkali kita temukan bahwa ekspresi negatif seseorang, khususnya pada anak-anak muda, ucapan maupun tindakannya betul-betul mirip dengan apa yang ada di televisi, tabloid, dan dunia hiburan lainnya. Mengapa? Sebab hal-hal itulah yang dia “makan” setiap hari. Kita benar-benar perlu mengganti “menu” makan kita!
Kita memerlukan Kristus yang terwujud di dalam firman sebagai makanan yang bergizi bagi roh kita. Semakin kita makan Dia, semakin kita mengekspresikan Dia. Inilah yang dimaksud Tuhan dengan perkataan, “Barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku.” Jangan katakan tidak ada waktu. Kalau Anda ada waktu untuk makan makanan jasmani sebanyak tiga kali sehari, Anda pasti juga punya waktu untuk makan Dia setiap hari.

16 June 2009

Yohanes Volume 3 - Minggu 2 Rabu

Jalan untuk Memakan Tuhan sebagai Roti Hayat
Yohanes 6:35
Kata Yesus kepada mereka: “Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.”

Ayat Bacaan: Yoh. 1:14, 29; 6:35; 1 Kor. 15:45b; 2 Kor. 3:17

Terhadap umat yang jatuh, Tuhan Yesus tidak hanya mewahyukan diri-Nya sebagai Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia (Yoh. 1:29), tetapi juga sebagai roti hayat untuk merawat umat-Nya (Yoh. 6:35). Anak Domba Allah berkaitan dengan pemberesan dosa-dosa, sedangkan roti hayat adalah untuk kenikmatan, kepuasan, dan suplai. Umat yang jatuh tidak hanya memerlukan penebusan, tetapi juga suplai hayat bagi kenikmatan dan kepuasan mereka. Haleluya, Kristus tidak hanya menebus kita, namun juga memberikan diri-Nya sendiri sebagai makanan kita!
Sebagai roti hayat, Kristus tentu untuk dimakan, sebab Dia datang sebagai makanan. Bila Anda lapar, lalu seorang teman memberi Anda sepotong roti, apakah yang Anda lakukan? Menyembah roti itu, mempelajari dan menganalisanya, ataukah menerima dan memakannya? Tentu Anda akan menerima roti itu dan segera memakannya. Tuhan pun ingin kita demikian menerima Dia, yakni melalui makan Dia, sehingga Dia masuk ke dalam kita dan bersatu dengan kita secara organik.
Agar dapat menjadi makanan kita, Kristus sudah melalui proses yang cukup panjang. Dia harus berinkarnasi menjadi manusia, menempuh kehidupan insani selama tiga puluh tiga setengah tahun, mati di salib, dikuburkan, lalu bangkit pada hari yang ketiga untuk menjadi Roh pemberi hayat (1 Kor. 15:45b). Setelah melalui semua proses ini, Dia kini tersedia bagi kita sebagai roti hayat, tersedia bagi semua orang yang mau datang kepada-Nya (Yoh. 6:40).
Bagaimanakah cara makan Dia? Pertama-tama, kita harus menggunakan organ yang tepat, yakni roh kita. Roti hayat adalah makanan rohani, sebab itu kita harus menggunakan roh kita memakan Dia. Cara yang paling sederhana untuk menikmati Kristus sebagai roti hayat adalah dengan berseru kepada nama-Nya (Rm. 10:12-13). Selain menyeru nama Tuhan, masih perlu diiringi dengan doa-baca firman Tuhan, sebab diri Tuhan justru terkandung di dalam firman-Nya. Hari ini, Tuhan adalah Roh, Tuhan juga adalah Firman (2 Kor. 3:17; Yoh. 1:14). Roh kita perlu terbuka kepada Tuhan, roh kita pun perlu terbuka kepada Alkitab. Hasilnya, roh kita akan dikenyangkan oleh Dia.

15 June 2009

Yohanes Volume 3 - Minggu 2 Selasa

Makanan yang Bertahan Sampai Hidup yang Kekal
Yohanes 6:35
Kata Yesus kepada mereka: “Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.”

Ayat Bacaan: Yoh. 6:34-35; 53-58; Kej. 2:9; 1 Kor. 10:3

Kita tidak hanya memerlukan makanan untuk tubuh dan jiwa, tetapi terlebih memerlukan makanan bagi roh kita. Dalam Yohanes 6:33 Tuhan mengatakan bahwa roti yang dari Allah memberi hidup kepada dunia. Mendengar hal itu, orang banyak berkata kepada-Nya, “Tuhan, berikanlah kami roti itu senantiasa” (Yoh. 6:34). Kata Yesus kepada mereka: “Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi” (Yoh. 6:35).
Tuhan Yesus berkata bahwa Dia adalah roti yang turun dari surga untuk kita makan (Yoh. 6:32, 53-54, 56-58). Dalam pasal yang sama, Tuhan dua kali berkata, “Akulah roti hidup” (ay. 35, 48). Roti hidup adalah suplai hayat dalam bentuk makanan, seperti pohon hayat (Kej. 2:9) yang juga adalah suplai hayat “yang baik untuk dimakan”. Makanan yang kita makan pada akhirnya akan berbaur dengan diri kita. Bila kita makan Dia sebagai roti hidup, kita akan hidup oleh Dia. Paulus juga berbicara tentang makan makanan rohani dalam surat-surat rasulinya. Dalam Satu Korintus 10:3 Paulus berkata, “Mereka semua makan makanan rohani yang sama.”
Pencatatan mengenai makan makanan rohani dalam Alkitab adalah suatu indikasi dan pernyataan yang kuat bahwa Allah bermaksud untuk menyalurkan diri-Nya ke dalam diri kita dengan sarana hayat, dan dengan cara makan. Allah adalah hayat bagi kita, dan cara kita menerima Dia sebagai hayat adalah makan Dia. Allah adalah makanan kita, dan kita harus makan Dia. Allah bukan hanya makanan kita, Dia bahkan adalah perjamuan kita.
Agama Kristen hanya menyuruh orang-orang percaya Yesus, mencintai Tuhan, mengikuti Kristus, melayani Kristus ... namun kehilangan satu sasaran utamanya. Mereka tidak tahu bahwa kesemuanya itu justru untuk menerima Tuhan masuk ke dalam manusia menjadi hayat manusia. Semua yang di depan hanyalah satu prosedur, sedang tujuannya ialah makan Kristus. Makan Tuhan, baru bisa menerima Allah ke dalam kita, menjadi isi kita. Bukan saja mengerti, jelas, mengenal Tuhan, mencintai-Nya, percaya kepada-Nya, mengikuti-Nya, menyembah-Nya, lebih-lebih harus pula memakan Dia.

14 June 2009

Yohanes Volume 3 - Minggu 2 Senin

Bekerjalah Bukan untuk Makanan yang Dapat Binasa
Yohanes 6:27a
Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu.

Ayat Bacaan: Yoh. 6:27; Mat. 6:19-20; 2 Kor. 4:18; Yak. 4:14; Yes. 40:6-8

Banyak orang bekerja demi mendapatkan makanan yang dapat binasa namun mengabaikan hal terpenting dalam hidup mereka. Tuhan Yesus berkata, “Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya” (Yoh. 6:27). Makanan yang dapat binasa mewakili hal-hal materi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tubuh dan jiwa manusia, sedangkan makanan yang bertahan sampai hidup yang kekal adalah Tuhan sendiri sebagai makanan bagi roh kita.
Makanan adalah untuk memberi kekenyangan kepada orang. Sebab itu, menurut prinsipnya, mencari apa saja yang dapat membuat orang kenyang, yang dapat memuaskan keperluan manusia, semuanya adalah makanan. Kalau kita mencari harta kekayaan, harta kekayaan adalah makanan kita. Kalau kita menuntut ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan adalah makanan kita. Apa saja yang kita anggap bisa memuaskan kita dan kita cari, itu adalah makanan kita. Tetapi dalam pandangan Tuhan, makanan-makanan itu adalah hal-hal yang dapat binasa. Pakaian yang bagus, meskipun tidak pernah kita pakai, lama-kelamaan akan rusak juga. Makanan yang sangat lezat, meskipun tidak kita makan, akan busuk juga. Demikian pula, kedudukan, nama besar, kekayaan, juga tidak akan bertahan terlalu lama (Mat. 6:19-20; 2 Kor. 4:18).
Segala sesuatu dalam kehidupan manusia, sekejap saja telah lenyap. Alkitab mengatakan, “Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap” (Yak. 4:14). Yesaya 40:6-8 juga menegaskan “Seluruh umat manusia adalah seperti rumput dan semua semaraknya seperti bunga di padang. Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, apabila TUHAN menghembusnya dengan nafas-Nya. Sesungguhnyalah bangsa itu seperti rumput. Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, tetapi firman Allah kita tetap untuk selama-lamanya.” Uap, rumput, dan bunga di padang, menggambarkan kehidupan manusia dan hal-hal materi yang sementara. Bila dalam hidup ini kita hanya mencari hal-hal itu, betapa sia-sianya hidup kita!

13 June 2009

Yohanes Volume 3 - Minggu 2 Minggu

Mencari Tuhan Demi Roti
Yohanes 6:26
Yesus menjawab mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang.”

Ayat Bacaan: Mrk. 6:24-26

Ketika orang banyak melihat, bahwa Yesus tidak ada lagi di tempat mereka makan roti, sesudah Tuhan mengucapkan syukur atasnya, naiklah mereka ke perahu-perahu itu lalu berangkat ke Kapernaum untuk mencari Yesus (Yoh. 6:24). Mengapa mereka begitu ingin bertemu dengan Tuhan? Ketika mereka akhirnya menemui Tuhan di seberang laut, Tuhan berkata kepada mereka, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang” (Yoh. 6:26).
Tuhan menelanjangi maksud orang banyak yang mencari Dia, bahwa mereka mencari Dia semata-mata karena berharap mendapatkan lebih banyak roti lagi. Mungkin mereka berpikir, “Ah, betapa enaknya bila setiap hari mendapatkan roti gratis dari Tuhan, aku tidak perlu lagi bekerja dengan susah payah untuk mencari nafkah.” Mereka mencari Tuhan hanya demi mendapatkan berkat-berkat jasmaniah, demi mengenyangkan perut mereka. Bila kita renungkan, bukankah situasi hari ini juga tidak jauh berbeda? Banyak orang hari ini mencari Tuhan demi mendapatkan “roti” kesembuhan, “roti” kemakmuran, dan “roti-roti” lainnya. Namun di manakah orang-orang yang sungguh-sungguh mencari diri Tuhan sendiri, tanpa embel-embel apa pun?
Seorang pelayan Tuhan yang bernama A.B. Simpson pernah menulis syair sebuah kidung yang berjudul “Once It Was The Blessings” (Dulu Adalah Berkat). Dalam salah satu syairnya, dia menuliskan: Dulu mau berkat, kini mau Tuhan / Dulu mau sembuh, kini Dia s’mata / Dulu mau kurnia, kini Pemb’rinya / Dulu mau kuasa, kini Sang Kuasa. Inilah cermin sikap seorang beriman yang tulus dan murni dalam mencari Tuhan.
Jika kebutuhan sehari-hari kita tidak mencukupi, kita tentu dapat mengingatkan Tuhan untuk memberi kita makan dan memelihara kita sesuai dengan Firman-Nya. Namun, kita seharusnya hanya mencari Tuhan sendiri, kerajaan-Nya dan kebenaran-Nya. Segala sesuatu yang kita perlukan, tentu Tuhan akan memberikan bahkan juga menambahkannya. Namun kita harus belajar berdoa dan mencari Tuhan sendiri. Inilah sikap yang benar.

12 June 2009

Yohanes Volume 3 - Minggu 1 Sabtu

Menaikkan Tuhan ke Dalam Perahu
Yohanes 6:21
Mereka mau menaikkan Dia ke dalam perahu, dan seketika juga perahu itu sampai ke pantai yang mereka tujui.

Ayat Bacaan: Yoh. 6:19-20; Rm. 16:20; Flp. 4:7

Tatkala murid-murid menyambut Tuhan ke dalam perahu mereka, seketika itu juga perahu merapat di pantai yang mereka tuju (Yoh. 6:21). Inginkah Anda mempunyai hidup yang tenang? Kalau ya, Anda wajib menyambut Yesus ke dalam “perahu” Anda. “Perahu” Anda mungkin adalah hidup perkawinan Anda, keluarga atau pekerjaan Anda. Kapankala Dia naik ke dalam “perahu” Anda, niscaya Anda akan menikmati damai sejahtera bersama-Nya dalam perjalanan kehidupan Anda.
Apabila Anda menerima Kristus ke dalam pernikahan Anda, niscaya pernikahan Anda akan penuh damai sejahtera. Bilamana Anda menerima Dia ke dalam pekerjaan Anda, pekerjaan Anda pun akan tenang dan damai. Tanpa Kristus, dunia tidak hanya akan kelaparan, dunia pun akan dirundung kesusahan. Dialah Kristus penyuplai hayat dan Kristus pemberi damai. Dalam berbagai aspek kehidupan kita, kita memerlukan Dia.
Sebenarnya Kristus ingin mendampingi kita di dalam “perahu” kehidupan kita sehingga kita bisa menikmati kedamaian bersama Dia. Namun, seringkali kita tidak mempedulikan Dia, tidak mau menaikkan Dia masuk ke dalam perahu kita. Lihatlah, tanpa Kristus, betapa susahnya murid-murid mendayung di tengah badai dan gelombang kesulitan. Namun begitu Tuhan naik ke dalam perahu, Alkitab mengatakan, “seketika” itu juga perahu mereka tiba di pantai yang mereka tuju. Kata “seketika” menunjukkan bahwa murid-murid tidak perlu bersusah payah, tidak perlu bergumul, sebab Tuhanlah yang secara ajaib membawa mereka melewati badai dan gelombang kesulitan.
Bagaimana secara riil menaikkan Tuhan ke dalam perahu kita? Satu Petrus 3:15 mengatakan, “Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan!” Filipi 4:6 mengatakan, “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.” Amsal 16:3 juga mengatakan, “Serahkanlah perbuatanmu kepada TUHAN, maka terlaksanalah segala rencanamu.” Tiga ayat di atas merupakan jalan bagi kita untuk menaikkan Tuhan ke dalam perahu kita, agar kita mengalami kedamaian bersama-Nya.

11 June 2009

Yohanes Volume 3 - Minggu 1 Jumat

Berjalan di Atas Dunia yang Penuh dengan Gangguan
Yohanes 6:16-18
Dan ketika hari sudah mulai malam, murid-murid Yesus pergi ke danau, lalu naik ke perahu dan menyeberang ke Kapernaum. Ketika hari sudah gelap Yesus belum juga datang mendapatkan mereka, sedang laut bergelora karena angin kencang.

Ayat Bacaan: Yoh. 6:16-20; Rm. 13:12

Kita hidup dalam dunia yang penuh gangguan. Di dalam dunia ini, banyak sekali permasalahan. Dalam kehidupan keluarga, dunia pendidikan, pekerjaan, dan masyarakat, semuanya penuh dengan kesulitan dan masalah. Kita semua memiliki kesulitan. Tidak peduli sebaik apa pun pernikahan Anda, pasti ada juga kekurangannya. Sebab itu, Kristus datang ke dalam dunia yang penuh gangguan ini sebagai Kristus pemberi damai (Yoh. 6:16-21). Yohanes pasal enam tidak hanya melukiskan dunia yang lapar, tetapi juga dunia yang banyak gangguan kesulitan. Kristus adalah Penyuplai hayat bagi dunia yang lapar dan Pemberi damai bagi dunia yang penuh masalah.
Yohanes 6:16-18 mencatat, “Dan ketika hari sudah mulai malam, murid-murid Yesus pergi ke danau, lalu naik ke perahu dan menyeberang ke Kapernaum. Ketika hari sudah gelap Yesus belum juga datang mendapatkan mereka, sedang laut bergelora karena angin kencang.” Laut bergolak dan angin kencang melambangkan gangguan kesulitan di dalam hidup manusia. Di bawah laut terdapat setan-setan dan di udara terdapat roh-roh jahat. Itulah sebabnya kita seringkali terbentur berbagai gangguan kesulitan.
Yohanes 6:19-20 mengatakan, “Sesudah mereka mendayung kira-kira dua tiga mil jauhnya, mereka melihat Yesus berjalan di atas air mendekati perahu itu. Maka ketakutanlah mereka. Tetapi Ia berkata kepada mereka: “Aku ini, jangan takut!” Yesus berjalan di atas air melambangkan Tuhan dapat berjalan di atas kesulitan hidup manusia. Ia mampu berjalan di atas ombak yang bergejolak di dalam hidup manusia, dan segala kesulitan hidup manusia berada di bawah kaki-Nya. Dia mampu menaklukkan kesulitan apa pun dalam hidup manusia. Tidak ada kesulitan yang terlalu besar bagi-Nya!
Menurut pandangan manusia, dunia ini semakin lama semakin terang, semakin lama semakin maju. Tetapi menurut firman Allah, “hari sudah jauh malam” (Rm. 13:12), semakin banyak kesulitan dan masalah. Dalam perjalanan kita mengikuti Tuhan, datangnya kesulitan hidup seolah tidak dapat dihindari, kadang-kadang malah muncul silih berganti. Namun satu hal yang kita tahu dengan pasti, Tuhan sanggup berjalan di atas ombak kesulitan hidup kita!

10 June 2009

Yohanes Volume 3 - Minggu 1 Kamis

Memberi Untuk Mengenyangkan Banyak Orang
Yohanes 6:11
Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dilakukan-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki.

Ayat Bacaan: Yoh. 6:9-13

Andreas berkata kepada Tuhan, “Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?” (Yoh. 6:9). Berarti atau tidaknya lima roti jelai dan dua ikan itu, tergantung di tangan siapa benda-benda itu berada. Bila tetap di tangan anak kecil itu, tentu tidak banyak artinya. Namun karena lima roti jelai dan dua ikan itu diberikan ke tangan Tuhan, makanan yang tidak berarti itu menjadi berkat yang besar, yang mengenyangkan banyak orang.
Tuhan tidak takut kita memiliki sedikit. Yang Tuhan takutkan adalah kita tidak mau menyerahkan milik kita yang sedikit itu ke tangan-Nya. Dalam hal ini, kita semua perlu belajar seperti seorang anak kecil dalam kisah ini, yang dengan rela menyerahkan miliknya yang sedikit itu demi memberkati orang lain. Namun, kebanyakan orang tidak memiliki iman untuk memberi, sebab menurut konsepsi manusia, mempersembahkan berarti milikku berkurang. Namun menurut konsepsi Alkitab, mempersembahkan berarti milikku bertambah sedemikian rupa sehingga menjadi berkat bagi banyak orang.
Yohanes 6:11 mengatakan, “Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki.” Perkataan “sebanyak yang mereka kehendaki” sungguh mengagumkan. Perkataan ini berarti Kristus sanggup menyuplai bahkan memenuhi keperluan kita, seturut dengan kapasitas rohani kita. Perkataan ini juga menjamin bahwa tidak ada seorang pun yang akan kekurangan. Seberapa banyak yang dapat kita nikmati, maka sebanyak itu pula Dia terhadap kita.
Baik roti jelai maupun ikan, keduanya melambangkan Kristus sebagai makanan kita. Kristus itu agung dan tak terbatas, namun demi menjadi makanan kita, Dia telah menjadi “kecil”, sekecil roti dan ikan. Puji Tuhan, bahwa Ia telah menjadi begitu kecilnya sehingga dapat kita nikmati! Cukup dengan lima ketul roti dan dua ikan, Tuhan mengenyangkan lima ribu orang. Sisa dua belas bakul itu melambangkan keluapan kekayaan suplai hayat Kristus (Yoh. 6:13). Puji Tuhan! Walau Dia itu kecil, namun kekayaan-Nya tak berbatas.

09 June 2009

Yohanes Volume 3 - Minggu 1 Rabu

Mengalami Suplai Hayat Kristus yang Berlimpah
Yohanes 6:5b, 7
Berkatalah Ia kepada Filipus: “Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?” Jawab Filipus kepada-Nya: “Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja.”

Ayat Bacaan:Yoh. 6:3-7

Sementara banyak orang yang kelaparan berada di tepi laut, Kristus justru naik ke atas gunung (Yoh. 6:3). Gunung berada di atas daratan dan lautan, melambangkan kedudukan yang melampaui. Gunung melampaui dunia yang dirusak setan dan bumi yang diciptakan oleh Allah. Orang yang ingin menikmati rawatan Kristus harus meninggalkan wilayah tepi laut dan naik ke atas gunung bersama Kristus. Tuhan tidak memberi makanan kepada mereka di pinggir laut melainkan mengajak mereka ke puncak sebuah gunung. Bila kita ingin menikmati suplai hayat dan dikenyangkan dengan Kristus, maka kita harus pergi bersama Dia ke tempat yang tinggi; dan hari ini, tempat yang tinggi itu melambangkan roh insani kita, sebab di sanalah Dia berada.
Ketika Yesus memandang sekeliling-Nya dan melihat, bahwa orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya, berkatalah Ia kepada Filipus: “Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?” Jawab Filipus kepada-Nya: “Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja” (Yoh. 6:5-7). Filipus lupa bahwa Tuhan sanggup menjadikan apa yang tidak mungkin menjadi mungkin, dan menjadikan apa yang tadinya tidak ada menjadi ada. Filipus hanya mempertimbangkan fakta yang ada di depan mata, tidak mempertimbangkan apa yang dapat Tuhan lakukan. Roti seharga dua ratus dinar memang tidak dapat dibandingkan dengan kekayaan Kristus sebagai suplai hayat. Roti seharga itu sangat terbatas, tidak memadai, namun suplai Kristus senantiasa cukup, bahkan berlebih.
Saudara saudari kekasih, manakah yang lebih Anda percayai, uang Anda ataukah suplai dari Kristus? Cepat atau lambat Anda akan menyadari bahwa apa yang dapat dilakukan oleh uang Anda sangat terbatas, sebaliknya apa yang dapat dilakukan oleh Kristus bagi Anda begitu ajaib, melampaui pemikiran dan dugaan kita. Uang identik dengan perkataan “tidak akan cukup”, sebaliknya suplai Kristus identik dengan kata “kenyang” dan “berlebih”. Selama dua ribu tahun ini, banyak orang Kristen dapat bersaksi bahwa mereka telah disuplai, dipuaskan, dan dikenyangkan oleh Kristus, Persona yang ajaib ini.

08 June 2009

Yohanes Volume 3 - Minggu 1 Selasa

Keperluan Orang Yang Lapar
Yohanes 6:1-2
Sesudah itu Yesus berangkat ke seberang danau Galilea, yaitu danau Tiberias. Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia, karena mereka melihat mujizat-mujizat penyembuhan, yang diadakan-Nya terhadap orang-orang sakit.

Ayat Bacaan: Yoh. 6:1-2

Ditinjau dari aspek batiniah, semua orang di dunia, tidak ada satu pun yang tidak lapar. Lapar berbeda dengan haus. Tetapi baik lapar maupun haus, semuanya menyatakan keperluan dalam batin manusia. Dalam Injil Yohanes, orang-orang yang lapar mencari Tuhan Yesus dengan mengitari tepi laut (danau, LAI). Jadi, tempat mereka berada adalah di tepi laut, tempat yang adalah kediaman setan. Dalam Alkitab, laut melambangkan dunia yang dirusak oleh Iblis, juga dunia yang penuh dengan dosa. Tepi laut bergandengan dengan laut, melambangkan tempat orang dosa yang menempuh kehidupan yang berdosa. Orang dunia pada hari ini, benar-benar di tepi laut, menempuh kehidupan yang berdosa.
Dalam kehidupan dosa yang orang tempuh, tidak ada apa pun yang bisa memuaskan orang, lebih-lebih tidak ada apa pun yang bisa membuat orang mendapatkan hidup yang kekal. Mereka benar-benar memerlukan sesuatu, memerlukan hidup yang kekal dalam hidup mereka. Keadaan mereka, di satu pihak menempuh kehidupan yang berdosa, di pihak lain merasakan ketidakpuasan kehidupan manusia, ada keperluan dalam hidup mereka. Anehnya, meskipun mereka hidup dalam dosa, menempuh kehidupan yang berdosa, tetapi tidak merasa bahwa dirinya berdosa. Namun mereka merasakan adanya ketidakpuasan dalam hidup mereka.
Bukankah demikian keadaan orang dunia pada hari ini? Coba renungkan, dalam masyarakat hari ini, selain berbuat dosa dan kejahatan, dan mencari-cari sesuatu karena lapar, masih ada perkara apa lagi? Orang-orang dunia pada hari ini, selain berbuat dosa, melakukan kejahatan, dan merasa tidak puas, lalu mengejar perkara apa lagi? Jika Anda teliti, Anda pasti menemukan bahwa keadaan semua orang pada hari ini tidak ada satu pun yang tidak tercakup dalam dua hal ini. Semua barang yang diperdagangkan hari ini, kalau bukan untuk berbuat dosa dan pelesiran, tentu untuk menyuplai keperluan manusia. Hari ini seseorang kalau tidak berbuat jahat dan dosa, pasti melakukan sesuatu pencarian. Mengapa perlu ada pencarian? Karena di dalamnya tidak ada kepuasan, di dalamnya ada keperluan.

07 June 2009

Yohanes Volume 3 - Minggu 1 Senin

Sikap yang Tepat Ketika Kita Datang Kepada Firman
Yohanes 5:39-40
Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu.

Ayat Bacaan: Yoh. 5:31-47

Dalam Yohanes 5:31-47 kita nampak empat ganda kesaksian Putra. Kesaksian itu meliputi kesaksian Yohanes Pembaptis (ayat 32-35), kesaksian pekerjaan Putra (ayat 36), kesaksian Bapa (ayat 37-38), dan kesaksian Alkitab (ayat 39-47). Meski telah melihat empat ganda kesaksian ini, orang-orang mungkin saja tetap tidak memperoleh Kristus sendiri. Orang Yahudi telah melihat pekerjaan yang dilakukan Kristus, tapi mereka enggan datang menghampiri-Nya. Mereka telah nampak mukjizat dan tanda ajaib yang dikerjakan oleh Kristus, tetapi mereka tidak mengenal siapa Dia, dan tak mau datang kepada-Nya. Bapa telah bersaksi bagi Sang Putra, namun mereka tidak membiarkan firman-Nya tinggal di dalam mereka. Semuanya ini disebabkan karena mereka tidak mau percaya kepada Putra yang diutus Bapa.
Walaupun seseorang demikian giatnya menyelidiki Kitab-kitab Suci yang memberi kesaksian tentang Putra, tapi jika ia tidak mau datang kepada-Nya, ia tetap tidak akan mendapatkan hidup yang kekal. “Menyelidiki Alkitab” mungkin sekali terpisah dengan “datang kepada-Ku”. Ahli agama Yahudi memeriksa Alkitab, namun mereka tidak mau datang kepada Tuhan. Padahal keduanya ini seharusnya bergandengan. Berhubung Kitab Suci justru telah bersaksi bagi Tuhan, maka seharusnya Alkitab tak boleh dipisahkan dengan Tuhan. Sangat besar kemungkinan kita menjamah Akitab, namun tidak menjamah Tuhan. Hanya Tuhan saja yang dapat mengaruniakan hayat. Kita tidak boleh memisahkan Alkitab dengan Tuhan sendiri. Kapan saja kita menyelidiki firman Allah, kita wajib datang ke hadapan Tuhan.
Jika kita bersandar Tuhan serta menggunakan roh kita sewaktu menjamah firman Allah, maka bagi kita Alkitab adalah suplai hayat. Namun jika kita hanya memakai otak dan menyelidiki Alkitab sebagai buku yang mengandung huruf-huruf balaka, ia akan menjadi pengetahuan. Bila kita bersandar kepada Tuhan, segala sesuatu yang kita peroleh adalah hayat. Karena itu ketika kita datang kepada firman-Nya, kita perlu terlebih dahulu berdoa, “Tuhan, firman-Mu adalah terang dan hayat. Karena itu, singkapkan segala hal yang menyelubungiku sehingga aku bisa melihat dan menjamah Engkau sebagai hayat.”

06 June 2009

Yohanes Volume 3 - Minggu 1 Minggu

Pindah dari Dalam Maut ke Dalam Hidup
Yohanes 5:24
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup.

Ayat Bacaan: Yoh. 5:21,24; Ef. 2:1-5; Kol. 2:13; Kej.2:9; 2:17

Apa yang Putra kerjakan adalah mengaruniakan hayat kepada orang mati. Di dalam Yohanes 5:21 dikatakan: “Sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan siapa saja yang dikehendaki-Nya.” Orang-orang mati yang diungkapkan dalam ayat ini bukanlah orang-orang yang mati dan dikubur secara fisik, melainkan sekelompok orang hidup yang mati. Mereka bukanlah mati jasmani, melainkan mati rohani, sama seperti yang dikatakan oleh Efesus 2:1-5 dan Kolose 2:13. Dalam pandangan Tuhan, karena telah jatuh ke dalam dosa, semua manusia di dunia telah mati di dalam rohnya.
Banyak orang pada saat itu telah mendengar perkataan Putra yang hidup sehingga dihidupkan. Kemudian dalam dua ribu tahun ini, beribu-ribu orang telah mendengar suara Putra Allah yang mengandung hayat sehingga dihidupkan. Secara rohaniah, dahulu kita semua juga termasuk dalam kumpulan orang yang lemah, lumpuh, buta, dan timpang. Singkatnya, kita semua adalah orang-orang mati. Namun, puji Tuhan, Dia datang dan membelaskasihani kita, bahkan kita boleh mendengar firman hidup yang Dia sampaikan melalui Injil. Hasilnya, kita pun dihidupkan dan beroleh hayat.
Pindah dari dalam maut ke dalam hidup juga berarti mengganti sumber kehidupan. Sumber maut ialah pohon pengetahuan, sumber hayat adalah pohon hayat (Kej. 2:9, 2:17). Melalui percaya kepada Putra Allah, kita pindah dari dalam maut ke dalam hidup. Pohon hayat mewakili hayat Allah atau Allah sebagai hayat bagi manusia, pohon pengetahuan mewakili Satan sebagai sumber maut. Dalam Kejadian 2:17, Allah memberitahu manusia bahwa pada hari dia makan pohon pengetahuan dia pasti akan mati. Ini menunjukkan bahwa pohon pengetahuan baik dan jahat sebenarnya adalah pohon maut.
Hari ini pohon hayat tidak lain adalah Kristus sendiri yang terwujud di dalam firman-Nya. Sebagai pohon hayat, Kristus menyuplaikan hayat untuk merawat kita. Melalui kita datang dan menikmati firman-Nya, Kristus menyalurkan diri-Nya sendiri ke dalam kita sebagai hayat untuk membuat kita menjadi manusia-manusia Allah, lebih dari sekedar menjadikan kita manusia-manusia yang baik.

05 June 2009

Yohanes Volume 2 - Minggu 4 Sabtu

Agama Berlawanan Dengan Hayat
Yohanes 5:16-17
... Orang-orang Yahudi berusaha menganiaya Yesus, karena Ia melakukan hal-hal itu pada hari Sabat. Tetapi Ia berkata kepada mereka: “Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga.”

Ayat Bacaan: Yoh. 5:16-20; Kej. 2:1-3; 3:6; Rm. 3:23; Mat. 11:28

Para pemimpin agama Yahudi sangat menekankan perihal memelihara hari Sabat. Mereka tidak mempedulikan hayat. Mereka juga tidak mempedulikan penderitaan umat Allah yang sedang sakit (buta, timpang, dan lumpuh). Namun, Tuhan justru bersikap sebaliknya. Tuhan tidak memperhatikan apakah hari itu Sabat atau bukan. Yang Dia perhatikan adalah membebaskan umat-Nya yang menderita di bawah naungan agama. Selama ada umat-Nya yang menderita, bagi Tuhan tidak ada hari Sabat.
Hari Sabat adalah hari perhentian, hari di mana Allah dan manusia seharusnya mendapatkan perhentian. Namun, Tuhan berkata kepada para pemimpin agama Yahudi, “Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga” (Yoh. 5:17). Perkataan ini berarti Sabat yang sejati belum ada, sebab Bapa dan Putra masih harus bekerja. Bila Sabat yang dipelihara oleh orang-orang Yahudi itu adalah sabat yang sejati, tentulah Bapa dan Putra tidak perlu bekerja lagi. Faktanya, Bapa dan Putra masih harus bekerja sampai sekarang, sebab umat-Nya telah jatuh ke dalam dosa (Kej. 3:6; Rm. 3:23).
Pekerjaan apakah yang sedang dikerjakan oleh Bapa dan Putra? Meskipun karya penciptaan Allah sudah rampung (Kej. 2:1-3), namun Bapa dan Putra tetap masih bekerja untuk penebusan dan pembangunan (Yoh. 5:17, 19-20). Bapa dan Putra bekerja untuk menebus manusia yang telah jatuh, demi mencapai tujuan Allah yang semula, yaitu membangun tempat kediaman yang kekal. Dalam Kejadian pasal satu dan dua, yang Allah kerjakan adalah ciptaan lama, sedangkan pekerjaan yang tengah dikerjakan oleh Bapa dan Putra dalam Yohanes 5:17 adalah ciptaan baru. Jadi, selama ciptaan baru belum dihasilkan dan dirampungkan, Bapa dan Putra akan terus bekerja.
Sebenarnya, Sabat yang sejati bukanlah suatu hari tertentu, melainkan seorang Persona. Tuhan Yesus berkata, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Mat. 11:28). Inilah Sabat yang sejati. Tatkala kita datang kepada-Nya, semua letih lesu, beban berat, sakit penyakit, bahkan maut, berubah menjadi hayat. Di mana ada hayat yang berlimpah, di sana ada perhentian yang sejati!

04 June 2009

Yohanes Volume 2 - Minggu 4 Jumat

Menerima Firman Hayat
Yohanes 5:24
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup.

Ayat Bacaan: Yoh. 5:24; 6:63; Ef. 6:17-18; Yer. 15:16; Mat. 4:4; Kol. 3:16

Mendengarkan perkataan Tuhan dan percaya kepada apa yang Dia katakan adalah jalan bagi kita untuk memiliki hayat yang kekal. Siapa saja yang mendengarkan dan percaya kepada perkataan Tuhan, ia pun telah pindah dari dalam maut ke dalam hidup (Yoh. 5:24). Perkataan Tuhan tidak sama dengan perkataan tokoh agama mana pun. Di dunia ini cukup banyak buku yang memuat perkataan tokoh-tokoh agama, namun semuanya tidak mengandung hayat yang kekal, hanya berisi huruf-huruf yang mati. Berbeda dengan buku-buku itu, Alkitab mengandung perkataan Tuhan yang hidup, berisi hayat yang kekal (Yoh. 6:63). Tatkala kita membaca, mendengar, dan percaya kepada perkataan Tuhan yang tertulis di dalam Alkitab, kita pun mendapatkan suplai hayat yang kekal.
Alkitab adalah obat ilahi, obat yang dapat menyembuhkan kita dari berbagai kelemahan rohani, juga dari berbagai hal negatif. Cara untuk memanfaatkan firman sebagai obat bukanlah dengan cara direnung-renungkan, dipelajari, atau dianalisis. Kita harus menerima firman Tuhan dalam segala doa (Ef. 6:17-18). Yeremia 15:16 mengatakan, “Apabila aku bertemu dengan perkataan-perkataan-Mu, maka aku memakannya” (Tl.). Kita juga harus memakan firman Allah seperti Nabi Yeremia. Tuhan Yesus sendiri berkata, “Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah” (Mat. 4:4). Dengan cara demikian, kita akan dihidupkan, dikuatkan, dan disembuhkan oleh setiap perkataan yang keluar dari mulut Allah.
Kita perlu menerima Alkitab sebagai kitab hayat. Seluruh isi Alkitab adalah firman hayat. Sebagai firman hayat, Alkitab adalah makanan kita. Bukankah bodoh sekali kalau kita hanya mempelajari makanan dan tidak memakannya? Jika kita ingin menyelidiki makanan kita, tetapi tidak memakannya, akhirnya kita akan mati kelaparan. Demikian pula, jika kita tidak memakan firman, kita akan mati secara rohani. Karenanya penting sekali kita memakan firman melalui menerimanya dalam segala doa, bahkan menyanyikannya (Kol. 3:16). Bila kita setiap hari dipenuhi dengan kekayaan firman hayat, dengan spontan kita akan menyatakan firman hayat itu kepada orang-orang di sekeliling kita.

03 June 2009

Yohanes Volume 2 - Minggu 4 Kamis

Dihidupkan Oleh Hayat
Yohanes 5:8-9
Kata Yesus kepadanya: “Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah.” Dan pada saat itu juga sembuhlah orang itu lalu ia mengangkat tilamnya dan berjalan. Tetapi hari itu hari Sabat.

Ayat Bacaan: Yoh. 5:8-9; 24-25

Untuk kesembuhan rohani kita, kita tidak memerlukan kolam agama berikut airnya, dan kita pun tidak memerlukan malaikat. Dibandingkan dengan Yesus, kolam agama dan malaikat sangat tidak memadai. Bila kita memiliki Yesus, kita sudah tidak memerlukan sesuatu yang lain. Apakah gunanya kota kudus, bait kudus, dan malaikat kudus? Baik hari raya, maupun hari Sabat, tidak berarti apa-apa bagi kita. Tiada sesuatu pun berfaedah bagi kita. Hanya Yesus yang memberikan hayat!
Yesus berkata kepada orang yang sudah tiga puluh delapan tahun lamanya sakit itu, “Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah.” Dan pada saat itu juga sembuhlah orang itu lalu ia mengangkat tilamnya dan berjalan (Yoh. 5:8-9). Kapankah orang itu benar-benar disembuhkan? Dia sudah disembuhkan sebelum dia bangun untuk mengangkat tilamnya dan berjalan. Dia disembuhkan ketika dia mendengar suara Putra Allah yang hidup. Perihal mendengar firman Tuhan yang hidup itulah yang memberi hayat. Tadinya, tilamlah yang memikul orang yang sakit itu, tetapi sekarang orang yang telah dihidupkan itulah yang mengangkat tilamnya dan berjalan. Puji Tuhan! Orang sakit tadi bukan saja bangun, tetapi juga mengangkat tilamnya serta berjalan. Dia bukan sekedar disembuhkan, dia pun dihidupkan. Menurut Yohanes 5:24-25, dia seperti orang mati yang pindah dari dalam maut ke dalam hayat. Dengan kata lain, melalui firman-Nya, maut telah diubah oleh Tuhan menjadi hayat.
Mungkin selama ini Anda menjadi orang Kristen yang rajin memelihara tata cara agama Kristen, juga selalu berusaha memenuhi kewajiban Anda terhadap ajaran-ajaran Kristen. Namun, Anda sadari atau tidak, Anda mulai letih dan tidak ada perhentian. Slogan “kemenangan rohani” yang sering Anda dengar justru tidak terjadi dalam hidup Anda; sebaliknya kekalahan demi kekalahan malah Anda alami setiap hari. Saudara saudari, inilah kelumpuhan rohani. Semakin berusaha, semakin kita tersadar bahwa kita tidak mampu. Mengapa? Sebab hukum Allah tidak dapat digenapkan di dalam daging kita yang “lemah”. Yang kita perlukan adalah hayat. Hanya hayat yang mampu menghidupkan, menguatkan, dan memampukan kita melakukan kehendak Allah.

02 June 2009

Yohanes Volume 2 - Minggu 4 Rabu

Keperluan Orang Lemah
Yohanes 5:2, 5
Di Yerusalem dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam, yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda; ada lima serambinya.... Di situ ada seorang yang sudah tiga puluh- delapan tahun lamanya sakit

Ayat Bacaan: Yoh. 5:2-6; 10:1; Rm. 7:14

Dalam hal melakukan tuntutan hukum Allah, seluruh umat manusia adalah orang yang lemah. Siapakah yang dapat mengatakan bahwa dia dapat memenuhi seluruh permintaan hukum Allah? Tidak seorang pun. Rasul Paulus berkata, “Sebab kita tahu, bahwa hukum Taurat adalah rohani, tetapi aku bersifat daging, terjual di bawah kuasa dosa” (Rm. 7:14). Tidak ada yang salah dengan hukum Allah, sebab hukum Allah itu bersifat rohani, namun kita yang bersifat daging tidak mampu melaksanakannya.
Ketidakmampuan manusia dalam memenuhi hukum Allah terlihat dengan jelas dalam kisah yang tercatat dalam Yohanes 5:1-16. Ayat dua dan tiga mengatakan, “Di Yerusalem dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam, yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda; ada lima serambinya dan di serambi-serambi itu berbaring sejumlah besar orang sakit: orang-orang buta, orang-orang timpang dan orang-orang lumpuh, ... “ Gerbang domba melambangkan pintu masuk menuju kandang domba agama, yakni hukum Taurat (Yoh. 10:1). Nama kolam Bethesda, berarti rumah rahmat. Orang-orang yang mempraktekkan hukum Taurat memerlukan rahmat Allah, sebab mereka lemah, sakit, dan tidak berdaya; mereka buta, timpang, dan lumpuh. Di dalam agama, mereka tertindas, letih lesu, dan tidak ada perhentian.
Di serambi kolam itu, ada seorang yang sudah tiga puluh delapan tahun lamanya sakit (Yoh. 5:5). Ia penuh dengan harapan ketika melihat air bergoncang, namun mustahil baginya untuk terjun ke kolam itu, sebab ia lumpuh. Tidak heran, setelah 38 tahun menderita sakit, dia tak kunjung mendapatkan kesembuhan. Apakah yang sebenarnya dia perlukan? Bukan agama, bukan pula usaha manusia, melainkan pertolongan Allah. Ketika Yesus melihat orang itu, berkatalah Ia kepadanya: “Maukah engkau sembuh?” (Yoh. 5:6). Agama terbukti tidak dapat menyembuhkan orang yang lemah, namun Putra Allah datang untuk menyembuhkan orang yang lemah dengan firman hayat-Nya. Asal kita percaya kepada firman hayat-Nya, kita pun segera mendapatkan kesembuhan yang tidak dapat diberikan oleh agama. Puji Tuhan! Apa yang tidak dapat kita lakukan, telah dilakukan Kristus bagi kita. Inilah yang disebut anugerah.

01 June 2009

Yohanes Volume 2 - Minggu 4 Selasa

Jalan Terbaik Untuk Mengalami Kesembuhan Hayat
Yohanes 4:50-51
Kata Yesus kepadanya: “Pergilah, anakmu hidup!” Orang itu percaya akan perkataan yang dikatakan Yesus kepadanya, lalu pergi. Ketika ia masih di tengah jalan hamba-hambanya telah datang kepadanya dengan kabar, bahwa anaknya hidup.

Ayat Bacaan: Yoh. 4:51-53; Rm. 10:17

Pegawai istana itu percaya terhadap perkataan yang keluar dari mulut Tuhan. Ketika ia mendengar dari hamba-hambanya bahwa anaknya itu hidup, ia dan seluruh keluarganya pun percaya (Yoh. 4:51-53). Apakah artinya percaya? Percaya tidak hanya berarti percaya bahwa Allah dapat dan Alah mau, tetapi juga percaya bahwa Allah telah melakukan, yakni Allah telah menggenapkan sesuatu bagi kita. Jika Anda percaya bahwa Anda telah menerima, maka hal itu akan diberikan-Nya kepada Anda.
Jika kita dapat percaya, kita tentu akan berkeyakinan bahwa Allah dapat dan Allah mau. Bila kita telah menerima firman Allah, kita tentu dapat bersyukur kepada-Nya, bahwa Dia telah menyembuhkan penyakit kita, Allah telah melakukan hal itu! Tetapi banyak orang yang tidak beroleh kesembuhan karena mereka terus mengharap-harapkan kesembuhan. Berharap berarti menantikan sesuatu yang akan datang, tetapi percaya berarti sudah menerima. Iman yang sejati selalu membuat orang dapat berkata, ”Syukur kepada Allah, aku telah menerima firman Allah, maka aku pun telah menerima kesembuhan.” Iman yang sejati tidak saja percaya Allah dapat dan Allah mau, bahkan percaya bahwa Allah telah melakukan sesuatu bagi kita dengan sempurna.
Dari manakah timbulnya iman yang sejati? Roma 10:17 berkata, “Jadi iman timbul dari pendengaran dan pendengaran oleh iman Kristus.” Kita semua dilahirkan tanpa iman, dan kita pun tidak dapat menyulap iman untuk percaya. Namun, ketika kita mendengar firman Allah, iman diinfuskan ke dalam roh kita. Ketika kita berdoa kepada Tuhan menurut apa yang diucapkan-Nya kepada kita, maka kita menerima realitas yang disampaikan oleh firman itu.
Jadi, iman adalah berpegang pada apa yang telah difirmankan Allah, dan mendoakannya agar janji Allah terwujud. Iman adalah percaya, bahwa Allah akan melakukan sesuai dengan apa yang telah dikatakan-Nya. Iman adalah percaya, bahwa Allah itu setia dan pasti melaksanakan apa yang telah difirmankan-Nya. Apakah iman itu besar atau kecil, itu tidaklah penting. Yang penting adalah: jika Allah telah menjanjikan sesuatu, Dia tidak mungkin berdusta atau berubah. Allah pasti melakukan apa yang telah dijanjikan-Nya!