Hitstat

27 June 2009

Yohanes Volume 3 - Minggu 4 Minggu

Keperluan Orang Buta
Yohanes 9:1-2
Waktu Yesus sedang lewat, Ia melihat seorang yang buta sejak lahirnya. Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: “Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?”

Ayat Bacaan: Yoh. 9:1-3

Kebutaan merupakan suatu kondisi yang sangat tidak diharapkan oleh siapa pun. Tak seorang pun yang senang menjadi buta, atau sengaja memilih menjadi buta. Namun, kalau kebutaan itu merupakan kondisi bawaan sejak lahir, apa hendak dikata. Demikian pula, tidak seorang pun senang menjadi orang berdosa, atau sengaja memilih menjadi orang berdosa. Namun, Alkitab memberitahu kita bahwa kita dikandung di dalam dosa; begitu terlahir ke dunia, kita dengan sendirinya telah menjadi orang dosa. Mazmur 51:7 berkata, “Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku.” Inilah keadaan kita yang sebenarnya.
Kebutaan sudah ada di dalam pembawaan alamiah manusia sejak lahir. Kita, orang-orang dosa; adalah buta sejak semula karena kita dilahirkan sebagai orang-orang yang demikian. Pernahkah Anda menyadari bahwa setiap orang dosa dilahirkan buta? Jika kita mengakui bahwa kita adalah orang dosa, kita juga harus mengakui bahwa kita adalah orang buta. Kebutaan itu telah membuat kita kehilangan penglihatan rohani, sehingga tidak dapat melihat hal-hal rohani, tidak dapat melihat perkara-perkara milik Allah.
Dosa menyebabkan kebutaan, dan kebutaan menghasilkan maut. Hukum Taurat agama Yahudi tak berfaedah sedikitpun bagi orang buta. Agama hanya mencari siapa yang benar atau salah, namun tidak dapat memberi penglihatan bagi yang buta. Murid-murid bertanya, “Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?” Pertanyaan ini kedengarannya sangat religius, namun sebenarnya hanya mencari siapa yang benar dan siapa yang salah, tidak memberikan solusi apa pun.
Berbeda dengan konsepsi agama, Tuhan Yesus, sebagai terang dunia, justru tidak mempermasalahkan siapa yang berdosa. Dia berkata, “Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia” (Yoh. 9:3). Artinya, sejak lahir kita semuanya ini sama sekali tidak bisa melihat perkara rohani, karena di atas diri kita kekurangan satu bagian dari pekerjaan Allah. Tidak peduli kita baik atau jahat, kalau Allah tidak pernah bekerja di atas diri kita, mata batiniah kita tidak bisa terbuka.

No comments: