Hitstat

31 May 2016

1 Petrus - Minggu 13 Selasa



Pembacaan Alkitab: 1 Ptr. 3:16-18
Doa baca: 1 Ptr. 3:18
Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk dosa-dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia, tetapi telah dibangkitkan menurut Roh.


Jika kita ingin memiliki perilaku yang baik dan menguduskan Tuhan dalam kehidupan kita sehari-hari, kita harus memperhatikan hati nurani kita. Tidaklah cukup kita dibenarkan oleh orang lain. Kita perlu dibenarkan oleh hati nurani kita sendiri. Kita tidak boleh puas bahwa kita dibenarkan oleh masyarakat, oleh saudara-saudara, atau oleh seluruh gereja. Tidak seorang pun mengenal kita sepenuhnya selain hati nurani kita sendiri. Ini khususnya berlaku bagi hati nurani yang diterangi dari roh yang dilahirkan kembali. Hati nurani yang diperbarui diterangi oleh roh yang dilahirkan kembali. Hati nurani yang diterangi oleh Roh yang berhuni dapat dipercaya dalam kesaksian dan akurat dalam penilaian. Penilaian dari hati nurani kita yang diterangi lebih akurat daripada penilaian siapa pun.

Hati nurani yang diterangi dari roh kita yang dilahirkan kembali adalah hakim yang batiniah. Hakim yang batiniah yaitu hati nurani kita, bekerja sama dengan Allah yang berhuni. Hati nurani yang diterangi dari roh kita yang dilahirkan kembali dapat menjadi hakim yang batiniah karena ia bekerja sama dengan Allah yang berhuni. Itulah sebabnya penilaian hati nurani yang diterangi sangat cermat dan akurat. Karena itu, kita harus memperhatikan hati nurani kita.

Dalam ayat 17 Petrus melanjutkan, "Sebab lebih baik menderita karena berbuat baik, jika hal itu dikehendaki Allah, daripada menderita karena berbuat jahat." Kembali Petrus berbicara mengenai penderitaan yang tidak adil. Dia membahas butir ini sebelumnya dalam 2:18-21, di mana dia mengatakan bahwa Kristus adalah teladan bagi kita sebagai orang yang menderita karena ketidakadilan dan kita harus mengikuti jejak-Nya.

Ayat 18 mengatakan, "Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk dosa-dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia, tetapi yang telah dihidupkan dalam Roh." Kristus adalah Ia yang Benar dan kita adalah orang-orang yang tidak benar, tetapi Dia telah mati untuk dosa-dosa kita. Kristus mati untuk dosa-dosa kita agar Dia dapat membawa kita kepada Allah. Kematian-Nya menghapus semua rintangan, khususnya rintangan dosa-dosa dan ketidakbenaran kita. Karena kematian-Nya telah menghapus rintangan dosa-dosa dan ketidakbenaran, maka kita mempunyai satu jalan untuk mencapai Allah. Kristus mati untuk membawa kita kepada Allah.

Dosa-dosa dalam ayat 18, 2;24, 1 Korintus 15:3, dan Ibrani 9:28 mengacu kepada perbuatan-perbuatan dosa lahiriah kita, sedangkan dosa dalam 2 Korintus 5:21 dan Ibrani 9:26 mengacu kepada dosa yang ada dalam sifat kita sejak lahir. Kristus mati karena dosa-dosa kita, memikul dosa-dosa kita di atas salib, agar dosa-dosa kita bisa diampuni Allah. Tetapi Dia dijadikan dosa dan menghapus dosa dunia, agar persoalan dosa (tunggal) kita bisa dibereskan. Petrus tidak menanggulangi dosa dalam sifat kita lebih dulu, melainkan dosa-dosa dalam perbuatan, tindakan kita. Penekanan kitab ini adalah kematian Kristus menebus kita dari cara hidup kita sia-sia yang kita warisi (1:18-19).

Sesungguhnya, Kristus itu, orang yang benar, mati "untuk orang-orang yang tidak benar" menunjukkan bahwa kematian Kristus adalah untuk penebusan, bukan untuk mati sebagai martir. Di atas salib, Dia adalah Pengganti kita, memikul dosa-dosa kita; Dia yang benar, menggantikan kita yang tidak benar, dihakimi oleh Allah yang adil berdasarkan keadilan-Nya, guna menyingkirkan rintangan dosa kita, dan membawa kita masuk ke hadapan Allah. Inilah menebus kita terlepas dari dosa-dosa, berpaling kepada Allah, lepas dari perilaku kita yang tidak benar, berpaling kepada Allah yang adil.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Petrus, Buku 2, Berita 24

30 May 2016

1 Petrus - Minggu 13 Senin



Pembacaan Alkitab: 1 Ptr. 3:14-15
Doa baca: 1 Ptr. 3:14
Tetapi sekalipun kamu harus menderita juga karena kebenaran, kamu akan berbahagia. Sebab itu janganlah kamu takuti apa yang mereka takuti dan janganlah gentar.


Jika kita takut dan cemas karena penganiayaan, itu menyatakan sepertinya kita tidak memiliki Tuhan di dalam hati kita (ay. 14-15). Karena itu, ketika kita menderita aniaya, kita harus memperlihatkan kepada orang lain bahwa kita memiliki Kristus sebagai Tuhan di dalam kita. Inilah yang dimaksud dengan menguduskan Dia, memisahkan Dia dari ilah-ilah, tidak merendahkan Dia sehingga Dia terlihat seperti berhala yang tidak berhayat.

Pengharapan yang dikatakan dalam ayat 15 adalah pengharapan yang hidup dari warisan hayat kekal. Ini adalah satu pengharapan untuk kelak dalam pengembaraan kita hari ini; bukan pengharapan akan hal-hal yang obyektif, melainkan pengharapan hayat, yaitu hayat yang kekal dengan segala berkat ilahi yang tidak ada habisnya. "Rasa takut" (hormat, LAI) yang dimaksudkan oleh Petrus dalam ayat 15 adalah rasa takut yang ibadah, yang kudus. Petrus membicarakan rasa takut beberapa kali dalam surat ini, sebab pengajaran surat ini menyinggung pemerintahan Allah.

Dalam penderitaan-penderitaan yang berasal dari penentangan dan penganiayaan, kita harus menguduskan Kristus sebagai Tuhan di dalam hati kita. Dalam penderitaan penganiayaan, kita harus mengkhususkan Kristus; kita harus memperlihatkan bahwa Dia cemerlang, mutlak berbeda dari berhala-berhala. Menguduskan Kristus sebagai Tuhan di dalam hati kita bukanlah satu masalah aktivitas lahiriah untuk menyisihkan Dia dari hal-hal yang biasa atau umum. Ini adalah masalah yang batiniah. Menguduskan Kristus sebagai Tuhan di dalam hati kita berarti ketika kita berada di bawah penganiayaan, kita memiliki Tuhan di dalam hati kita. Jika kita membiarkan Tuhan menjadi Tuhan di dalam hati kita ketika kita menderita penganiayaan, kita akan mengekspresikan-Nya. Pengekspresian ini dengan spontan akan menguduskan Kristus dan menyisihkan-Nya dari berhala-berhala.

Dulu saya pernah memberi tahu Anda kisah yang saya dengar tentang seorang wanita muda yang mati martir saat "Pemberontakan Boxer" di China. Peristiwa itu terjadi di Beijing. Karena pergerakan Boxer, semua perdagangan di kota ditutup. Seorang pemuda yang baru belajar berdagang tidak berani membuka pintu rumahnya. Sambil mengintip lewat celah-celah pintu, dia melihat para Boxer berparade di jalan. Dia mendengar tangisan dan teriakan. Dia melihat beberapa Boxer dengan pedang di tangan mereka sedang mengancam seorang wanita muda. Wanita itu adalah seorang Kristen. Dia duduk di dalam sebuah kereta yang akan membawa dia ke tempat di mana dia akan dihukum mati. Walaupun para Boxer mengelilinginya, berteriak, menggertak, dan mengancam, dia tidak takut. Wajahnya bercahaya dan dia bergembira di dalam Tuhan dan memuji-Nya. Orang muda ini sangat terkesan dengan apa yang dilihatnya. Sebagai orang yang belum percaya pada saat itu, dia lalu memutuskan bahwa dia akan mempelajari kepercayaan orang Kristen. Dia berkata kepada dirinya sendiri, "Jika hal ini tidak lebih daripada agama orang Barat, mengapa wanita muda ini tidak takut terhadap ancaman dan gertakan? Mengapa dia tidak takut mati? Mengapa wajahnya bercahaya, dan mengapa dia bergembira?" Pemuda ini tidak tahu bahwa wanita ini memuji Tuhan. Di kemudian hari, pemuda ini percaya Tuhan dan menjadi seorang penginjil.



Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Petrus, Buku 2, Berita 24

28 May 2016

1 Petrus - Minggu 12 Sabtu



Pembacaan Alkitab: 1 Ptr. 3:8-13
Doa Baca: 1 Ptr. 3:10
Siapa yang mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik, ia harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat dan bibirnya terhadap ucapan-ucapan yang menipu.


Dalam ayat 7 Petrus mengatakan bahwa suami-suami dan istri-istri adalah "teman pewaris dari anugerah hayat". Anugerah hayat adalah Allah dalam ketritunggalan-Nya menjadi hayat dan suplai hayat kita -- Bapa adalah sumber hayat, Putra adalah saluran hayat, dan Roh adalah aliran hayat yang mengalir di dalam kita, dengan Putra dan Bapa sebagai anugerah bagi kita (1 Yoh. 5:11-12; Yoh. 7:38-39; Why. 22:1). Semua orang beriman adalah pewaris anugerah ini. Pendeknya, anugerah hayat adalah Allah Tritunggal melalui proses menjadi Roh yang almuhit, Roh pemberi-hayat, Roh yang berhuni. Allah Tritunggal sekarang ada di dalam kita sebagai anugerah hayat. Para suami dan para istri adalah teman pewaris dari anugerah hayat ini. Kita mewarisi anugerah hayat bersama-sama.

Warisan ini adalah bagian dari "warisan yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar, dan tidak dapat layu" (1:4). Semua butir dari warisan kekal kita berhubungan dengan hayat ilahi yang kita terima melalui kelahiran kembali dan yang kita alami dan nikmati sepanjang hidup kita sebagai orang Kristen. Semua suami dan istri perlu melihat bahwa dalam kehidupan pernikahan mereka, suami dan istri adalah ahli waris bersama dari warisan semacam itu, khususnya anugerah hayat.

Dalam 3:8-13 Petrus membicarakan kehidupan Kristiani dan penderitaannya berkenaan dengan hidup bersama. Ayat 8 mengatakan, "Akhirnya, hendaklah kamu semua seia sekata, seperasaan, mengasihi saudara-saudara seiman, penyayang dan rendah hati." Ayat ini diisi dengan istilah-istilah yang baik. Paulus juga menggunakan istilah semacam ini, tetapi dia tidak menjajarkannya seperti cara Petrus.

Ayat 9 melanjutkan, "Dan janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat." Pada bagian pertama ayat ini "memberkati", petunjuk waktu dalam bahasa Yunaninya berarti "selalu memberkati". Bila yang lain mencaci maki kita, kita jangan membalas mencaci maki mereka. Sebaliknya, kita harus memberkati mereka. Perkataan Petrus di sini sesuai dengan apa yang dikatakan Tuhan Yesus dalam Matius 5:44 dan apa yang dikatakan Paulus dalam Roma 12:14.

Dalam ayat 10 Petrus melanjutkan, "Siapa yang mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik, ia harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat dan bibirnya terhadap ucapan-ucapan yang menipu." Hari-hari baik adalah hari-hari yang penuh kebaikan, mengacu kepada hal-hal yang baik sebagai berkat. Jika kita ingin melihat hari-hari baik, kita harus menjaga lidah kita terhadap yang jahat dan bibir kita terhadap ucapan-ucapan yang menipu. Mengenai hal ini, Kristus adalah teladan untuk kita ikuti. Dalam 2:22 Petrus mengatakan kepada kita bahwa Kristus "tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya". Tetapi bibir kita dan lidah kita mendatangkan banyak masalah. Banyak hal negatif telah diakibatkan dari pemakaian lidah dan bibir kita dengan tidak tepat.

Dalam ayat 11 Petrus mengatakan tentang menjauhi yang jahat, melakukan yang baik, mencari perdamaian dan berusaha mendapatkannya. Dalam ayat 12 dia mengatakan bahwa mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar dan telinga-Nya kepada permohonan mereka yang minta tolong, tetapi wajah Tuhan menentang orang-orang yang berbuat jahat. Kemudian dalam ayat 13 Petrus mengatakan, "Lagi pula, siapa yang akan berbuat jahat terhadap kamu, jika kamu rajin berbuat baik?" Menurut ayat ini, kita jangan hanya rajin berbuat baik, tetapi harus menjadi orang yang rajin berbuat baik. Kata "orang yang rajin" menunjukkan semacam orang yang khusus. Kita semua harus menjadi orang yang rajin berbuat baik.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Petrus, Buku 1, Berita 23