Pembacaan Alkitab: 1 Ptr. 3:7
Doa Baca: 1 Ptr. 3:7
Demikian juga kamu, hai
suami-suami, hiduplah bijaksana dengan istrimu, sebagai kaum yang lebih lemah!
Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari anugerah, yaitu kehidupan, supaya
doamu jangan terhalang.
Suami-suami, hubungan Anda
dengan istri Anda harus diatur oleh pengetahuan rohani, tidak boleh diatur oleh
pengetahuan yang telah Anda capai lewat pendidikan tinggi Anda. Pengetahuan
rohani mengakui hakiki hubungan pernikahan. Dalam kehidupan pernikahan,
suami-suami perlu memiliki pengetahuan rohani yang mengenal kelemahan perempuan.
Jika kita memiliki pengetahuan ini, kita akan tahu bahwa Allah menciptakan
perempuan sebagai bejana yang lemah tidak lain untuk hakiki hubungan pernikahan.
Kalau mau hubungan pernikahan yang tepat, kedua pihak tidak boleh sama kuat.
Satu pihak harus lebih kuat daripada yang lain. Sebab itu, saudara-saudara
tidak boleh mengira bahwa kelemahan istri mereka adalah sesuatu yang boleh
diremehkan. Tidak, kita harus jelas bahwa kelemahan istri kita diciptakan oleh
Allah khusus untuk tujuan hubungan pernikahan. Karena itu, kita perlu memahami
kelemahan perempuan, dan kita perlu memahami hakiki hubungan pernikahan. Inilah
yang dimaksud kehidupan pernikahan yang tidak ditentukan oleh pengetahuan dari
pendidikan manusiawi, tetapi oleh pengetahuan rohani.
Dalam ayat 7 Petrus juga
mengatakan bahwa suami-suami harus memberi kehormatan kepada (LAI: hormatilah)
istri mereka sebagai bejana yang lebih lemah. "Memberi" dalam bahasa
Yunaninya adalah aponemo, berarti
membagi secara adil, membagi-bagikan, memberikan kepada. Bahasa Yunani untuk
kata "kehormatan" adalah time berarti mustika, berharga,
bernilai tinggi. Suami harus menghargai kemustikaan, nilai tinggi dari istri,
dan memberikan penghargaan yang seharusnya diberikan kepada mereka sebagai teman
pewaris anugerah hayat.
Manusia (termasuk perempuan), diciptakan sebagai bejana untuk
menampung Allah (Rm. 9:21, 23), dan kaum beriman dalam Kristus adalah bejana
untuk menampung Kristus sebagai harta (2 Kor. 4:7). Meskipun istri, sebagai
bejana perempuan, lebih lemah, mereka tetap bejana Tuhan dan dapat menjadi
bejana yang terhormat (2 Tim. 2:21).
Seorang suami tidak seharusnya mendebat bahwa karena istrinya
adalah bejana yang lemah, maka ia tidak perlu menghormati istrinya. Sekali lagi
saya ingin mengatakan bahwa para suami perlu mengenal bahwa kelemahan istri
mereka dipersiapkan oleh Allah untuk hubungan pernikahan mereka. Walaupun istri
adalah bejana yang lebih lemah, dalam beberapa aspek dia patut dihormati
suaminya. Sebab itu, suami harus menghormati istrinya.
Penghormatan suami kepada istrinya harus bijaksana. Frase
"bijaksana" berkaitan dengan "menghormati bejana yang lebih
lemah". Tentu saja "bijaksana" juga berkaitan dengan masalah
hidup bersama dengan istri. Hidup kita dengan istri kita harus bijaksana dan
juga disertai dengan menghormati istri kita. Inilah cara memiliki satu keseimbangan
yang tepat dalam kehidupan pernikahan kita. Jika kehidupan pernikahan kita kekurangan
keseimbangan ini, akan seperti sebuah neraca dengan satu kaki di atas dan yang lain
di bawah. Ketidakseimbangan semacam ini menyebabkan satu kehidupan pernikahan
yang sangat kasihan. Yang penting di sini adalah keseimbangan dalam kehidupan pernikahan
terutama berasal dari suami menghormati istrinya.
Sumber: Pelajaran-Hayat 1
Petrus, Buku 1, Berita 23
No comments:
Post a Comment