Hitstat

30 July 2011

1 Korintus - Minggu 20 Sabtu

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 10:29-11:1


Saya ingin mengatakan sekali lagi bahwa 6:12 dan 10:23 dan 31 memberi kita empat prinsip dasar yang mengatur perilaku orang beriman Perjanjian Baru. Segala sesuatu diperbolehkan, tetapi apa pun yang kita lakukan, (1) terhadap perkara itu sendiri, harus berguna, (2) terhadap diri sendiri, tidak diperhamba oleh apa pun, (3) terhadap orang lain, harus membangun mereka; dan (4) terhadap Allah, harus memuliakan Dia. Kalau tidak, tidak ada yang boleh dilakukan atau diterima. Jika satu perkara tidak lulus ujian dari empat prinsip ini, maka kita tidak seharusnya melakukannya.

Ayat 32 mengatakan, "Janganlah kamu menjadi batu sandungan, baik terhadap orang Yahudi atau orang Yunani, maupun Jemaat Allah" (Tl.). Dalam zaman Perjanjian Baru, orang-orang terbagi atas tiga kategori: orang Yahudi--umat pilihan Allah; orang Yunani--orang kafir yang tidak percaya; gereja--susunan kaum beriman dalam Kristus. Kita tidak seharusnya menjadi penghalang, batu sandungan bagi siapa pun dalam ketiga kategori ini, supaya mereka dapat diselamatkan (ayat 33).

Beberapa orang yang salah menerapkan ayat 33 mengatakan bahwa untuk membawa orang kepada Tuhan, kita harus turun ke level mereka. Itu berarti kita harus kembali ke dunia untuk membawa orang kepada Kristus. Namun, sejarah telah membuktikan bahwa berbuat begitu tidak manjur. Sebaliknya, orang-orang yang menerapkan perkataan Paulus dengan cara itu akan lebih condong kembali ke dunia daripada membawa orang lain kepada Kristus. Dalam memberitakan Injil, kita tidak boleh merendahkan standar kita. Bukannya turun dari gunung, kita malah harus tetap tinggal di atas gunung dan memanggil orang lain untuk naik ke tempat kita berada. Kita harus sangat berhati-hati, jangan sampai menyalahgunakan ayat ini dan membentuknya menjadi satu prinsip yang bertentangan dengan maksud Paulus.

Dalam 11:1, satu ayat yang sebenarnya adalah kesimpulan pasal 10, Paulus berkata, "Ikutilah teladanku, sama seperti aku juga mengikuti teladan Kristus." Karena Paulus adalah seorang pengikut Kristus, maka adalah benar bagi kaum beriman Korintus dan semua orang lainnya, untuk mengikutinya. Jika seseorang adalah peniru Kristus, kita seharusnya menjadi penirunya. Ini membuat kita juga menjadi peniru Kristus. Kalau tidak, kita tidak seharusnya menjadi peniru siapa pun. Sebenarnya dalam mengikuti seseorang yang adalah peniru Kristus, kita tidak mengikuti orang itu, melainkan mengikuti Kristus.

Saya tidak berbeban untuk membicarakan tentang empat prinsip dasar yang mengatur perilaku orang beriman Perjanjian Baru. Bertahun-tahun yang lalu, saya telah menyampaikan berita-berita tentang setiap prinsip ini. Hari ini beban saya adalah agar umat Tuhan dibawa kembali kepada visi inti tentang Kristus dan gereja. Jadi, kita perlu menerapkan ayat-ayat ini dan prinsip-prinsip ini ke atas gereja. Saya tidak akan senang melihat orang-orang kudus menerapkannya sebagai amsal saja bagi keinsaniannya secara umum. Dalam melihat prinsip-prinsip ini dan bagian dari 1 Korintus ini, kita perlu difokuskan pada visi inti tentang Kristus dan gereja. Kita semua perlu menaruh perhatian pada visi ini dan lebih banyak berdoa mengenainya.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 3, Berita 51

29 July 2011

1 Korintus - Minggu 20 Jumat

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 10:18, 23-28


Kristus adalah Tuhan dan Dia juga adalah meja. Bila kita mengatakan bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan, kita mengartikannya bahwa Dia adalah segala sesuatu. Sebagai segala sesuatu kita, Dia adalah meja kita. Meja ini dilambangkan oleh tanah permai, yang merupakan suatu meja bagi bangsa Israel. Ketika mereka tinggal di tanah yang permai itu, mereka berpesta di meja itu, dengan menikmati semua hasil yang kaya dari tanah itu. Berbagai aspek hasil tanah itu adalah lambang dari kekayaan Kristus. Lagi pula, Kristus itu sendiri adalah tanah permai bagi kita sebagai meja itu. Jika kita melihat dengan jelas gambaran ini, maka kita akan tahu cara menikmati Tuhan sebagai tanah permai dengan semua kekayaannya.

Jika kita menjajarkan 6:12 dan 10:23 dan 31, maka kita memiliki empat prinsip mengenai perilaku orang beriman. Pertama, segala sesuatu diperbolehkan bagi orang beriman, tetapi segala sesuatu yang mereka lakukan itu harus berguna. Ini berarti hal-hal itu haruslah menguntungkan, yaitu tidak menyebabkan penderitaan kerugian apa pun. Kedua, orang beriman tidak boleh berada di bawah kekuasaan apa pun. Ketiga, segala sesuatu yang dilakukan orang beriman harus membangun orang lain. Keempat, apa pun yang dilakukan orang beriman, harus mereka lakukan untuk kemuliaan Allah (10:31). Dengan mewaspadai sepenuhnya prinsip-prinsip ini, Paulus selanjutnya berkata dalam 10:24, "Jangan seorang pun yang mencari keuntungannya sendiri, tetapi hendaklah tiap-tiap orang mencari keuntungan orang lain."

Ayat 25 mengatakan, "Kamu boleh makan segala sesuatu yang dijual di pasar daging, tanpa memeriksanya karena keberatan-keberatan hati nurani." Pada masa rasul, barang-barang (daging) yang dipersembahkan kepada berhala umumnya hanya dibakar sebagian, sisanya diberikan kepada para imam atau orang-orang miskin, atau dijual di pasar. Boleh jadi, tanpa sepengetahuan pembeli, ia membeli daging yang telah dipersembahkan kepada berhala. Jadi, bila seseorang pergi ke pasar untuk membeli daging, ia mungkin membeli daging yang telah dipakai dalam kurban yang dipersembahkan kepada berhala. Mengenai hal ini, Paulus memberi tahu kaum beriman untuk tidak mengadakan pemeriksaan karena keberatan-keberatan hati nurani. Ini berarti mereka tidak seharusnya menanyakan tentang daging itu, melainkan membelinya dan memakannya saja.

Dalam ayat 27 Paulus selanjutnya berkata, "Kalau kamu diundang makan oleh seorang yang tidak percaya, dan undangan itu kamu terima, makanlah apa saja yang dihidangkan kepadamu, tanpa mengadakan pemeriksaan karena keberatan-keberatan hati nurani." Pada peristiwa yang demikian ini, kaum beriman tidak seharusnya menyelidiki situasi itu. Tidak perlu bertanya-tanya. "Tetapi", Paulus melanjutkan, "kalau seseorang berkata kepadamu, 'Itu persembahan berhala!' janganlah engkau memakannya, oleh karena dia yang mengatakan hal itu kepadamu dan karena keberatan-keberatan hati nurani. Yang aku maksudkan dengan keberatan-keberatan bukanlah keberatan-keberatan hati nuranimu sendiri, tetapi keberatan-keberatan hati nurani orang lain itu" (ayat 28-29a). Karena ada seseorang yang menunjukkan bahwa daging itu telah dipersembahkan dalam kurban kepada berhala, maka kaum beriman tidak boleh memakannya karena keberatan-keberatan hati nurani orang yang menunjukkan fakta itu.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 3, Berita 51

28 July 2011

1 Korintus - Minggu 20 Kamis

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 10:14-22


Tahukah Anda bagaimana bangsa Israel mendirikan Kerajaan Allah di bumi dan bagaimana mereka membangun bait Allah? Mereka melakukan hal ini melalui menikmati kekayaan tanah permai. Karena bangsa Israel menikmati kekayaan ini, mereka dapat mengalahkan musuh mereka. Kekayaan tanah permai tidak hanya membuat orang-orang Israel hidup, tetapi juga memperlengkapi mereka untuk berperang dan mendatangkan Kerajaan Allah. Selain itu, kekayaan tanah permai menyuplai mereka dengan apa yang mereka butuhkan untuk membangun bait Allah. Karena itu, baik Kerajaan Allah maupun bait terwujud melalui menikmati kekayaan tanah permai. Kekayaan tanah ini merupakan sumber kehidupan bangsa Israel. Kekayaan ini juga merupakan suplai bagi mereka untuk mengalahkan musuh, membangun Kerajaan Allah, dan membangun bait Allah. Suatu hari, kemuliaan Allah turun dan memenuhi bait itu. Itu merupakan hasil akhir dari kenikmatan atas kekayaan tanah permai.

Pengalaman bangsa Israel di tanah permai melambangkan kenikmatan kita akan Kristus hari ini. Kristus adalah tanah permai kita, dan berbagai aspek dari kekayaan Kristus dilambangkan dengan hasil tanah permai. Jika kita menikmati suplai yang kaya dari Kristus, kita akan dapat memperhidupkan Kristus. Kita akan mempunyai kekuatan untuk mengalahkan musuh. Musuh-musuh selalu kalah bila kita menikmati Kristus. Selain itu, melalui menikmati kekayaan Kristus, Kerajaan Allah didirikan dalam gereja, dan bait didirikan untuk tempat tinggal Allah. Semua hal ini -- menempuh kehidupan orang Kristen, mengalahkan musuh, membangun Kerajaan Allah, dan membangun tempat kediaman Allah -- dihasilkan melalui menikmati kekayaan Kristus.

Sekarang kita harus nampak bahwa kekayaan ini dipamerkan pada meja Tuhan. Karena itu, meja adalah suatu pesta untuk kenikmatan kita. Banyak dari kita yang telah menghadiri sidang pemecahan roti bertahun-tahun, tetapi kita tidak memiliki pengertian seperti ini tentang meja. Kita sangat perlu memahami bahwa datang ke hadapan meja berarti menikmati Kristus sebagai tanah permai.

Kristus hari ini adalah Roh pemberi-hayat. Roh jahat juga adalah roh. Roh pemberi-hayat itu kaya dan almuhit. Sebaliknya, roh jahat bersifat jahat dan tidak bersih. Seseorang dapat dijenuhi dan diduduki oleh setan, roh jahat, atau oleh Kristus sebagai Roh pemberi-hayat. Kita hidup menurut apa yang menduduki dan menjenuhi kita. Jika kita makan Kristus dan dijenuhi oleh-Nya sebagai Roh pemberi-hayat, kita akan memperhidupkan Kristus. Begitu pula, jika kita makan sajian yang diberikan kepada setan dan dijenuhi oleh setan, kita akan memperhidupkan setan. Akhirnya, dalam alam semesta hanya ada dua meja: meja setan, yang membuat orang-orang bersatu dengan setan; dan meja Tuhan, yang membuat kaum beriman bersatu dengan Tuhan. Dalam hal apa saja, kita adalah apa yang kita makan.

Jalan yang tepat untuk menanggulangi makan adalah berpesta dengan Tuhan. Jangan makan sesuatu selain Tuhan, dan jangan menikmati apa pun di luar Dia. Kita seharusnya tidak memiliki kenikmatan apa pun selain Kristus. Kristus adalah meja kita, pesta kita, tanah permai kita. Sebagai tanah permai, Kristus adalah pesta yang kaya untuk kita nikmati. Ketika berpesta makan Dia, kita memperhidupkan Dia. Kemudian baru kita dapat mengalahkan musuh, membangun Kerajaan Allah, dan membangun bait-Nya. Ini adalah tujuan Allah dan penggenapan tujuan kekal-Nya.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 3, Berita 50

27 July 2011

1 Korintus - Minggu 20 Rabu

Pembacaan Alkitab: Ef. 3:18; 1 Kor. 1:2, 9; 10:16


Allah telah memanggil kita kepada persekutuan Putra-Nya, Yesus Kristus Tuhan kita. Seperti yang telah kita tekankan, persekutuan mencakup partisipasi. Sekarang saya ingin mengatakan bahwa persekutuan mencakup kenikmatan. Memang tepat menafsirkan 1:9 secara demikian: "Oleh-Nya kamu telah dipanggil kepada kenikmatan atas Putra-Nya." Masuk ke dalam persekutuan Putra adalah masuk ke dalam kenikmatan akan Dia.

Dalam 10:16 Paulus kembali menyinggung persekutuan: "Bukankah cawan pengucapan syukur, yang atasnya kita ucapkan syukur, adalah persekutuan dengan darah Kristus? Bukankah roti yang kita pecah-pecahkan adalah persekutuan dengan tubuh Kristus?" Dalam 1:9 persekutuan ini adalah persekutuan dari seorang Persona. Di sini dalam 10:16 persekutuan ini adalah persekutuan dengan darah dan tubuh Persona itu. Ketika Tuhan Yesus makan dengan murid-murid-Nya dan mendirikan meja Tuhan, Dia "mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada murid-murid-Nya dan berkata, 'Ambillah, makanlah, inilah Tubuh-Ku'" (Mat. 26:26). "Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka dan berkata, 'Minumlah, kamu semua dari cawan ini'" (ay. 27). Hari ini Tuhan mengundang kita ke meja-Nya dan berkata tentang roti dan cawan, "Inilah tubuh-Ku; ambillah dan makanlah ... Inilah darah-Ku; ambillah dan minumlah." Dengan berbicara sedemikian mengenai tubuh dan darah-Nya, Tuhan menawarkan diri-Nya kepada kita untuk kenikmatan kita. Dia memberikan diri-Nya sendiri kepada kita sebagai suplai makanan kita, sehingga kita dapat menikmati Dia. Dia, Persona yang almuhit, telah memberikan tubuh-Nya untuk kita makan dan darah-Nya untuk kita minum! Dia telah memberikan diri-Nya kepada kita sehingga kita dapat berbagian dalam-Nya dan menikmati Dia dengan makan dan minum Dia.

Sewaktu Persona yang almuhit memberikan diri-Nya kepada kita untuk kita nikmati, Kristus adalah perwujudan Allah Tritunggal, Bapa, Putra, dan Roh. Dia adalah Allah yang berinkarnasi, Persona yang hidup di bumi sebagai manusia selama tiga puluh tiga setengah tahun, yang mati di atas salib untuk mengakhiri ciptaan lama, yang bangkit secara jasmani dan rohani, dan yang melalui kebangkitan menjadi Roh pemberi-hayat. Hari ini Persona yang memberikan tubuh dan darah-Nya kepada kita adalah Kristus sebagai Roh pemberi-hayat. Kristus yang ajaib ini adalah segala sesuatu bagi kita untuk kita nikmati. Seluruh hakiki-Nya adalah untuk partisipasi dan kenikmatan kita.

Bila kita datang ke meja Tuhan untuk menikmati Kristus sebagai Persona yang almuhit, dalam pengalaman kita, kita berada di tanah permai, menikmati kekayaan tanah itu. Ini berarti tanah permai telah menjadi meja, pesta, untuk kenikmatan kita. Di meja ini, pesta ini, kita dipuaskan, dan Allah juga dipuaskan. Jika kita melihat hal ini, kita akan menyadari bahwa masuk ke tanah permai adalah datang ke meja Tuhan. Ini merupakan perkataan yang mendorong. Puji Tuhan bahwa bila kita datang ke meja, kita masuk ke tanah permai!


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 3, Berita 50

26 July 2011

1 Korintus - Minggu 20 Selasa

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 10:14-22


Dalam 10:21 kita melihat ada dua meja: meja Tuhan dan meja roh-roh jahat. Mengambil bagian dari satu meja adalah makan dari meja itu. Minum cawan Tuhan dan mengambil bagian dalam meja Tuhan adalah membuat diri kita bersatu dengan Tuhan. Minum cawan roh-roh jahat dan mengambil bagian dalam meja roh-roh jahat adalah membuat diri kita bersatu dengan roh-roh jahat.

Dalam ayat 22 Paulus menyimpulkan bagian dari pasal 10 ini dengan berkata, "Atau apakah kita mau membangkitkan kecemburuan Tuhan? Apakah kita lebih kuat daripada Dia?" Tuhan adalah Allah yang cemburu (Kel. 20:5). Penyembahan berhala mutlak adalah kekejian dan kebencian bagi-Nya. Jika kita mengambil bagian dalam persekutuan dengan roh-roh jahat, bersatu dengan mereka, berarti kita membangkitkan kecemburuan Tuhan. Karena itu, kita harus menjauhi perkara penyembahan berhala.

Ada satu perbedaan antara menyembah patung dengan menyembah berhala. Menyembah patung itu meliputi berlutut di depan sebuah patung dan menyembahnya. Penyembahan berhala itu lebih luas ruang lingkupnya, karena hal ini meliputi makan, minum, dan bersukaria. Di negara Amerika Serikat, orang-orang mungkin tidak menyembah patung, tetapi mereka mungkin mempraktekkan penyembahan berhala. Pada hari-hari libur atau pada akhir pekan mereka mungkin menyerahkan diri mereka kepada berbagai bentuk hiburan dan pelesiran. Mereka mungkin makan, minum, dan bersukaria. Inilah penyembahan berhala. Bahkan makan kurban-kurban yang telah dipersembahkan kepada patung-patung itu berarti terlibat dengan penyembahan berhala.

Kita perlu ingat, 1 Korintus 10:12-22 adalah satu bagian dari potongan panjang yang menanggulangi perkara makan. Makan berhubungan dengan kenikmatan. Bila Anda makan sesuatu, maka Anda menikmatinya. Lagi pula, apa yang kita makan itu akan menjadi kita. Di satu pihak, makan adalah untuk kenikmatan kita; di pihak lain, kita menjadi apa yang kita makan. Konsep dasar ini harus diterapkan dalam memahami bagian ini. Makan persembahan yang dipersembahkan kepada berhala sebenarnya berarti menikmati berhala dan akhirnya menjadi satu dengan berhala. Dalam prinsip yang sama, mengambil bagian dalam meja Tuhan adalah menikmati meja ini dan menjadi satu dengannya; yaitu, menikmati Tuhan dan menjadi satu dengan Dia. Dalam ayat-ayat ini, pertama-tama Paulus membicarakan satu jenis meja, dan kemudian ia membuat satu lompatan, dengan membicarakan meja lainnya. Dalam ayat 21 ia dengan jelas berkata, "Kamu tidak dapat mengambil bagian dalam perjamuan Tuhan dan juga dalam perjamuan roh-roh jahat." Sebenarnya, dalam bagian ini ada tiga meja: mezbah (ayat 18), meja roh-roh jahat, dan meja Tuhan. Semua butir ini mencakup banyak, dan kita tidak boleh memahaminya secara sempit.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 3, Berita 49

25 July 2011

1 Korintus - Minggu 20 Senin

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 10:14-22


Persekutuan dalam 10:16 mengacu kepada persekutuan kaum beriman dalam mengambil bagian bersama-sama dalam darah dan tubuh Kristus. Kita, yang berbagian dalam darah dan tubuh Tuhan tidak hanya saling bersatu, tetapi juga bersatu dengan Tuhan. Kita, orang-orang yang mengambil bagian, menjadi satu dengan Tuhan dalam Persekutuan darah dan tubuh-Nya. Pemikiran rasul di sini adalah menggambarkan bagaimana makan dan minum membuat pelakunya menjadi satu dengan apa yang mereka makan dan minum.

Dalam ayat 17 Paulus mengucapkan satu perkataan yang tegas mengenai satu roti dan satu Tubuh. Kita semua adalah satu roti, satu Tubuh, karena kita semua mengambil bagian dari roti yang satu itu. Dengan mengambil bagian dalam roti yang satu itu kita semua menjadi satu. Ini menunjukkan bahwa mengambil bagian atas Kristus membuat kita semua menjadi satu Tubuh-Nya. Kristus yang pada-Nya kita semua mengambil bagian menyusun kita menjadi satu Tubuh-Nya. Mengambil bagian atas roti yang satu ini, yaitu memakannya (ay. 28-30), membuat kita bersatu dengan roti ini. Ini menunjukkan bahwa karena kita mengambil bagian atas Kristus, menikmati Kristus, kita bersatu dengan-Nya, manunggal dengan-Nya.

Orang-orang yang makan kurban-kurban persembahan di mezbah tidak hanya saling bersekutu, juga memiliki persekutuan dengan mezbah, bersama-sama mengambil bagian di dalam apa yang mereka makan (ay. 18). Pengambilan bagian mereka atas apa yang mereka makan membuat mereka bersatu dengan kurban-kurban persembahan mezbah. Ini juga menyatakan bagaimana makan membuat pemakan bersatu dengan apa yang dimakan. Makan makanan yang dipersembahkan kepada berhala juga demikian, membuat para pemakannya bersatu dengan roh-roh jahat yang ada di belakang kurban-kurban persembahan itu.

Persekutuan dengan mezbah adalah lambang persekutuan dengan darah dan tubuh Kristus. Ini adalah lambang dari pesekutuan dengan meja Tuhan. Maka, orang-orang yang mengambil bagian dari mezbah itu adalah lambang dari orang-orang yang mengambil bagian dalam meja Tuhan. Israel memiliki satu mezbah, tetapi kita memiliki satu meja. Di atas mezbah ini ada persembahan-persembahan; di atas meja Tuhan ada darah dan tubuh. Yang satu adalah lambang, dan yang lainnya adalah penggenapannya. Bangsa Israel bersekutu mengelilingi mezbah, sedangkan kita bersekutu mengelilingi meja.

Berhala atau makanan yang dipersembahkan kepada berhala tidak terhitung apa-apa (8:4). Tetapi di belakang mereka ada roh-roh jahat, yang merupakan kekejian dan kebencian bagi Allah. Kaum beriman yang menyembah Allah harus menjauhkan diri dari penyatuan dengan roh-roh jahat dan menjadi orang-orang yang memiliki persekutuan dengan roh-roh jahat melalui makan makanan yang dipersembahkan kepada berhala. Karena roh-roh jahat adalah realitas dari berhala, maka makan makanan yang dipersembahkan kepada berhala membuat para pemakannya memiliki persekutuan dengan roh-roh jahat, mengambil bagian dalam roh-roh jahat. Para pemakan makanan yang dipersembahkan kepada berhala itu tidak hanya menjadi orang-orang yang memiliki persekutuan dengan roh-roh jahat, juga menjadi orang-orang yang mengambil bagian dalam roh-roh jahat, membuat diri mereka bersatu dengan roh-roh jahat.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 3, Berita 49

23 July 2011

1 Korintus - Minggu 19 Sabtu

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 3:1-3, 6-7; 2:14


Jika kita memperhatikan sejarah bangsa Israel, kita tidak akan dikecewakan oleh diri kita sendiri. Sebaliknya, kita akan menyadari bahwa kita dapat dibandingkan dengan ulat dalam kepompong yang mengalami proses transformasi. Jangan kecewa, tetapi sembahlah Tuhan dalam "kepompong" Anda. Kita semua adalah "ulat" yang mengalami pekerjaan transformasi ilahi. Lebih maju pekerjaan ini, kita semakin keluar dari kepompong kita. Beberapa orang muda mungkin hanya memiliki sedikit bagian yang terlepas dari kepompong, sedangkan orang kudus lain memiliki persentasi yang lebih besar yang berada di luar kepompong. Puji Tuhan bahwa ulat ditransformasi dan kepompong itu lama kelamaan hilang! Ini adalah keadaan yang sesungguhnya dalam kehidupan gereja dalam pemulihan Tuhan.

Kita yang ada dalam pemulihan Tuhan perlu bertumbuh dalam hayat. Bertumbuh berarti keluar dari kepompong. Bertumbuh dalam hayat juga berarti menggantikan generasi yang lama dan diperbarui dalam pikiran, emosi, dan tekad kita. Ini menyangkut transformasi. Transformasi merupakan masalah mengganti generasi yang lama, manusia lama, dan mengenakan generasi baru, manusia baru. Ini sepenuhnya keluar dari kepompong dan dilepaskan sebagai kupu-kupu.

Hari ini kita menikmati Kristus, tetapi kita belum memiliki Dia sebagai tanah yang almuhit. Jika kita ingin memiliki Kristus secara demikian, manusia lama kita harus dimatikan, dan manusia baru harus datang. Puji Tuhan bahwa manusia lama dimatikan dari hari ke hari! Kebanyakan dari kita dapat bersaksi bahwa sejak kita datang ke pemulihan Tuhan, di dalam kita terjadi perubahan. Perubahan ini adalah mematikan manusia lama kita dan menumbuhkan manusia baru. Ini adalah transformasi, pertumbuhan dalam hayat.

Ketika beberapa orang kudus mendengar soal pertumbuhan hayat, mereka mungkin berkata, "Aku telah bertahun-tahun berada dalam pemulihan Tuhan, tetapi aku tidak merasa ada pertumbuhan di dalamku." Jika perasaan Anda demikian, saya mendorong Anda untuk membandingkan keadaan Anda pada hari ini dengan keadaan Anda beberapa tahun yang lalu. Jika Anda membandingkannya, saya percaya Anda akan menyembah Tuhan dan bersyukur kepada-Nya untuk apa yang telah Dia kerjakan di dalam Anda. Anda akan memuji Dia atas fakta bahwa kupu-kupu, diri Anda yang baru, perlahan-lahan telah keluar dari kepompongnya. Puji Tuhan kita sedang bertumbuh! Dengan bertumbuh dan mengalami pengubahan, kita menyingkirkan manusia lama dan mengenakan manusia baru.

Namun, kita harus berhati-hati, jangan mencoba merobek kepompong kita sendiri. Melakukan hal ini berarti merusak. Kepompong melindungi kita ketika kita sedang bertumbuh dalam hayat. Jangan pernah mencoba menarik keluar kepompong tanpa adanya pertumbuhan hayat yang tepat. Allah memberi tahu bangsa Israel bahwa Ia tidak akan mengusir bangsa Kanaan sekaligus. Jika tidak, binatang-binatang liar akan menyerang mereka. Allah bahkan menggunakan orang-orang Kanaan sebagai perlindungan bagi bangsa Israel. Ini menunjukkan bahwa kita tidak seharusnya mencoba menanggulangi manusia lama kita lepas dari pertumbuhan hayat. Saya ulangi, jangan sekali-kali mencoba merobek kepompong Anda. Sebaliknya, tempuhlah kehidupan gereja yang normal dalam pemulihan Tuhan. Jika Anda melakukan hal ini, Anda akan dijamin bertumbuh dalam hayat dengan stabil.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 3, Berita 48

22 July 2011

1 Korintus - Minggu 19 Jumat

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 10:6; Ibr. 3:6-19


Umumnya orang-orang Kristen di bawah pengaruh teologi tradisional, bertanya kepada orang lain apakah mereka telah beroleh selamat. Untuk memberikan jawaban yang tepat atas pertanyaan ini, kita harus memikirkan ruang lingkup keselamatan sempurna Allah dan menyadari bahwa itu mencakup seluruh pengalaman bangsa Israel dari Paskah sampai pembangunan bait di tanah permai. Kenikmatan atas Paskah tentunya merupakan satu aspek dari keselamatan Allah. Namun, itu hanya merupakan awal dari keselamatan yang sempurna; itu bukan akhir dari keselamatan ini. Hanya setelah bangsa Israel menyeberangi Laut Merah, menempuh perjalanan di padang gurun, mendapatkan tanah permai, dan membangun bait, yang dipenuhi dengan kemuliaan Allah, barulah mereka memiliki keselamatan sempurna Allah.

Pada bagian pertama dari sejarah bangsa Israel setiap hal yang positif merupakan lambang Kristus atau sesuatu yang berhubungan dengan Kristus. Paskah dengan roti yang tidak beragi dan sayur pahit melambangkan Kristus. Laut Merah merupakan lambang kematian Kristus, dan awan merupakan lambang Roh Kristus. Demikian pula manna, batu karang yang dipukul, air hidup, dan tabernakel dengan perkakas dan perabotnya merupakan lambang. Tetapi lambang yang akhir dari Kristus, lambang yang terbesar dan almuhit, adalah tanah permai. Bangsa Israel memasuki tanah permai, memilikinya, dan menikmatinya. Kita perlu menerapkan bagian dari sejarah ini ke atas pengalaman kita hari ini.

Dari Paskah sampai memasuki tanah permai, ada dua generasi bangsa Israel. Generasi pertama tersusun dari mereka yang keluar dari Mesir, dan yang kedua, mereka yang memasuki tanah permai. Ini menunjukkan bahwa kita sebagai kaum beriman terdiri atas dua generasi. Kita diselamatkan dengan generasi yang pertama, tetapi kita akan memasuki tanah permai dengan generasi yang kedua. Generasi yang pertama adalah manusia lama kita, dan generasi kedua adalah manusia baru kita.

Ketika bangsa Israel melewati Laut Merah, saya meragukan apakah mereka menyadari bahwa mereka mengalami baptisan. Tetapi walaupun mereka mungkin kekurangan pengertian, di pandangan Allah mereka dibaptis pada saat itu. Namun, setelah baptisan mereka masih berada pada situasi yang sangat menyedihkan. Pada pinsipnya, kaum beriman hari ini mungkin seperti itu. Setelah kita dibaptis, kehidupan gereja kita mungkin masih kacau. Karena itu, kita harus melewati Sungai Yordan. Baptisan yang pertama sebenarnya tidak mengakhiri bangsa Israel, melainkan mengubur Firaun dan tentara Mesir. Baptisan Sungai Yordanlah yang mengubur dua belas suku Israel, yang diwakili dengan dua belas batu yang diletakkan di dasar sungai (Yos. 4:9).

Di antara baptisan pertama di Laut Merah dan baptisan kedua di Sungai Yordan, bangsa Israel mengalami transformasi. Jika Anda mengunjungi mereka setelah mereka melewati Laut Merah, Anda mungkin bertanya bagaimana mereka bisa menjadi umat Allah. Mungkin Anda berpikir bahwa Musa salah dalam membantu mereka menikmati Paskah. Mereka berperang, bersungut-sungut, dan mengkritik. Tetapi selama 40 tahun di antara melewati Laut Merah dan menyeberangi Sungai Yordan, ada banyak penanggulangan yang berhubungan dengan transformasi. Ini berarti, secara rohani, selama waktu itu bangsa Israel ditransformasi. Ya, generasi lama diserakkan di padang gurun, dan itu merupakan peringatan bagi kita. Tetapi generasi baru datang. Ini adalah transformasi. Setelah mereka menyeberangi Sungai Yordan, mereka menjadi tentara yang kuat.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 3, Berita 48

21 July 2011

1 Korintus - Minggu 19 Kamis

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 10:6, 16; Ibr. 5:11-6:1a


Sejarah bangsa Israel dapat dibagi ke dalam tiga bagian. Kita dapat menyebut bagian yang pertama adalah keselamatan. Menurut kitab Keluaran, bangsa Israel, walaupun mereka bangsa pilihan Allah, berada dalam kondisi yang jatuh dan berada di bawah tirani Mesir. Tetapi mereka diselamatkan keluar dari situasi yang jatuh dan dibawa ke gunung Allah dan ke tempat tinggal Allah. Mereka juga menerima perbekalan ilahi yang menyuplaikan kebutuhan mereka. Ketika mereka membutuhkan makanan, manna surgawi datang. Ketika mereka membutuhkan minuman, air hidup mengalir kepada mereka dari batu karang yang terbelah. Semua kebutuhan mereka dipenuhi oleh Allah. Karena itu, mereka memiliki perbekalan ilahi yang membuat mereka dapat memasuki tanah permai. Setelah sampai di tanah permai, mereka menikmati kekayaan tanah itu. Dalam Ulangan 8:7-9 kita memiliki gambaran yang menakjubkan dari kekayaan tanah permai. Setiap aspek dari kekayaan ini melambangkan aspek dari kekayaan Kristus.

Dalam berita sebelumnya kita telah memberikan perkataan peringatan. Dalam berita itu tidak banyak dorongan yang diberikan. Sekarang dalam berita ini kita akan membahas sesuatu yang mendorong. Sebenarnya sejarah, atau lambang dari bangsa Israel tidak mengecewakan. Memang, hanya dua orang yang keluar dari Mesir dan masuk ke tanah permai. Lebih dari dua juta orang yang keluar dari Mesir tetapi hanya Yosua dan Kaleb, bersama dengan jenazah Yakub dan Yusuf, yang masuk ke dalam tanah permai. Namun, bersama mereka, semua generasi baru masuk ke tanah permai. Dari sudut manusia, kita melihat kegagalan, tetapi dari sudut Allah kita melihat kemenangan. Kita harus memperhatikan fakta bahwa akhirnya orang-orang pilihan Allah masuk ke tanah permai; menguasai, mengalahkan, mengusir perampas, mendapatkan tanah, dan menikmati semua kekayaan tanah itu. Mereka mendirikan kerajaan, dan dalam kerajaan itu dibangun sebuah bait. Karena itu, di tengah-tengah umat-Nya di tanah permai dengan kerajaan dan bait, Allah memiliki ekspresi-Nya. Ini menandakan akhir dari bagian sejarah bangsa Israel yang disebut bagian keselamatan.

Dalam Alkitab, keselamatan Allah yang penuh dan sempurna meliputi Paskah, keluar dari Mesir, menyeberangi Laut Merah, perjalanan di padang gurun, suplai dari perbekalan ilahi, persekutuan dengan Allah di gunung-Nya, menerima wahyu ilahi, dan membangun tempat tinggal Allah.

Sewaktu kita memikirkan ruang lingkup keselamatan yang penuh dan sempurna ini, kita harus menyadari bahwa Allah tidak mungkin dikalahkan. Kita mungkin berpikir bahwa tidak mungkin Allah mendapatkan 144.000 pemenang (Why. 14:1). Bagi kita sepertinya hal ini tidak mungkin. Tetapi apa yang tidak mungkin bagi manusia adalah mungkin bagi Allah. Allah kita adalah Allah yang menang. Dia tidak dapat dikalahkan, dan tujuan-Nya, rencana-Nya, juga tidak dapat dikalahkan. Allah itu besar dan pandangan-Nya sangat luas. Dia memiliki jalan untuk membawa umat-Nya keluar dari Mesir, melalui padang gurun, dan masuk ke tanah permai.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 3, Berita 48

20 July 2011

1 Korintus - Minggu 19 Rabu

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 10:8-13


Dalam ayat 11 Paulus membicarakan akhir zaman. Zaman akhir mengacu kepada diakhirinya semua zaman yang lalu pada permulaan zaman Perjanjian Baru; demikianlah zaman akhir ini tiba pada orang-orang pada waktu ini. Dalam zaman Perjanjian Baru, orang-orang ini dapat menerima peringatan dari sejarah bangsa Israel. Setelah zaman Perjanjian Baru adalah zaman kerajaan. Pada zaman itu contoh-contoh tersebut tidak berguna lagi bagi perlombaan lari orang Kristen.

Dalam ayat ini Paulus seolah-olah berkata, "Zaman ini, zaman kasih karunia, merupakan akhir zaman. Saudara-saudara, kalian semua berada dalam zaman kasih karunia. Apa yang terjadi pada bangsa Israel masih merupakan lambang nasihat bagi kalian. Jika kalian tidak memperhatikan peringatan dari lambang ini dan berjalan dalam terang peringatan ini, kalian akan kehilangan kesempatan. Ketika zaman ini berakhir, lambang-lambang dari bangsa Israel ini tidak akan bermanfaat lagi bagi kalian."

Dalam ayat 12 Paulus memberi tahu orang-orang Korintus filosofis untuk berhati-hati agar mereka tidak jatuh. Mereka mungkin berpikir bahwa mereka kuat, teguh, dan kokoh. Tetapi Paulus memperingatkan mereka agar tidak jatuh, seperti bangsa Israel. Seperti yang akan kita lihat, dalam pasal 11 Paulus menekankan bahwa mereka yang melawan Allah dalam hal meja Tuhan menjadi lemah, sakit, dan bahkan meninggal. Ini adalah jatuh. Setiap orang beriman Perjanjian Baru yang meninggal tanpa kemenangan adalah orang yang jatuh. Paulus meninggal, tetapi dia tidak meninggal dalam keadaan kalah. Dia tidak jatuh di padang gurun. Sebaliknya, dia meninggal dalam keadaan menang. Dia seperti Yosua dan Kaleb, yang tidak meninggal di padang gurun. Namun, kebanyakan orang Kristen meninggal sebagai orang yang dikalahkan. Bagi orang Kristen, meninggal karena kalah oleh dosa, dunia, daging, hawa nafsu, Iblis, atau apa pun yang jahat adalah jatuh di padang gurun. Sebenarnya itu adalah diserakkan di padang gurun. Ini merupakan hal yang sangat serius.

Ayat 13 merupakan kelanjutan dari peringatan dalam ayat 12, yang menunjukkan, pada satu pihak kita seharusnya berjaga-jaga agar tidak tergoda, tidak jatuh, dan tewas. Pada pihak lain, menunjukkan bahwa Allah di dalam kesetiaan-Nya tidak akan mengizinkan percobaan apa pun menimpa kita melampaui apa yang dapat kita tanggung, tetapi bersamaan dengan pencobaan itu, Ia akan memberikan jalan keluar kepada kita. Perkataan yang mendorong ini menyusul peringatan keras yang diberikan dalam ayat-ayat sebelumnya.

Perkataan Paulus dalam ayat 13 merupakan hiburan dan koreksi bagi orang-orang Korintus. Orang-orang Korintus mungkin berpikir bahwa pencobaan terlalu kuat untuk dilawan. Tetapi Paulus menekankan bahwa pencobaan yang mereka alami adalah pencobaan yang biasa bagi manusia. Dia juga mengatakan bahwa Allah setia dan tidak akan membiarkan mereka dicobai melampaui kekuatan mereka, tetapi bersamaan dengan pencobaan itu, Ia akan memberikan jalan keluar sehingga mereka dapat menanggungnya. Ini merupakan perkataan janji dan dorongan. Namun, kalau kita dicobai, kitalah yang harus bertanggung jawab, bukan Allah. Ketika kita dicobai, kita tidak boleh menyalahkan Allah. Menurut ayat ini, tanggung jawab dicobai terletak pada kita. Pada waktu yang sama, kita mungkin didorong untuk mengetahui bahwa Allah yang setia akan menyediakan jalan keluar bagi kita.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 3, Berita 47

19 July 2011

1 Korintus - Minggu 19 Selasa

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 10:5-7


Dari bangsa Israel yang keluar dari Mesir, hanya dua orang, Yosua dan Kaleb, yang dapat masuk ke tanah permai. Ini menunjukkan bahwa hanya sedikit orang-orang Kristen yang hidup yang akan masuk ke dalam tanah permai ketika Tuhan Yesus datang. Selain itu, tubuh Yusuf dan Yakub juga dibawa ke dalam tanah Kanaan. Ini menunjukkan bahwa beberapa orang Kristen yang mati akan dibangkitkan dan sebagai para pemenang, mereka akan masuk dalam Kerajaan yang akan datang.

Dalam ayat 5 Paulus memberi tahu kita bahwa sebagian besar dari bangsa Israel tidak disukai Allah. Karena Dia tidak menyukai mereka, mereka dibinasakan di padang gurun. Tubuh mereka yang mati berserakan di padang gurun tanpa adanya penguburan yang layak. Hanya dalam satu hari, lebih dari dua puluh ribu orang dibinasakan dan diserakkan di tanah, tubuh mereka diserakkan di padang gurun. Ini seharusnya memperingatkan kita untuk tidak mendengarkan pengajaran yang dangkal dan takhayul yang mengajarkan, asalkan seseorang percaya kepada Tuhan Yesus dan beroleh selamat, segala sesuatunya pasti baik. Ini sama dengan mengatakan, karena bangsa Israel telah mengalami Paskah, segala sesuatu mengenai mereka baik-baik saja. Namun, orang yang menumpahkan darah anak domba Paskah, yang keluar dari Mesir, yang menyeberangi Laut Merah, dan bahkan menerima wahyu Allah di Gunung Sinai dan makan manna dan minum air hidup, diserakkan di padang gurun. Kita tidak dapat menyangkal kenyataan bahwa bangsa Israel ditebus dan diselamatkan. Namun, banyak dari mereka yang jatuh di padang gurun.

Bahkan Musa dan Harun tidak masuk ke tanah permai. Harun meninggal karena kesalahannya, dan Miriam meninggal karena pemberontakannya. Bahkan Musa meninggal, bukan karena usia yang tua, tetapi karena dia telah melakukan sesuatu yang serius melawan pemerintahan Allah. Dia diperbolehkan melihat tanah permai, tetapi dia tidak diizinkan memasukinya (Ul. 34:4). Tuhan mengasihi Musa, menganggapnya sebagai teman akrab, tetapi untuk kepentingan pemerintahan-Nya, Dia tidak dapat mengizinkan Musa masuk ke tanah permai. Musa telah melakukan sesuatu melawan pemerintahan Allah, dan Tuhan harus menjunjung pemerintahan-Nya. Karena alasan ini Dia tidak dapat mengizinkan Musa memasuki tanah permai. Di sini kita melihat bahwa Musa, seorang yang benar-benar manusia milik Allah, tidak diizinkan memasuki tanah permai. Musa, Harun, dan Miriam, tiga pemimpin di antara umat itu, meninggal di padang gurun. Tentu saja meninggal dengan cara ini tidaklah baik.

Dalam ayat 6 Paulus melanjutkan, "Semuanya ini telah terjadi sebagai contoh bagi kita untuk memperingatkan kita, supaya jangan kita menginginkan hal-hal yang jahat seperti yang telah mereka perbuat." Di sini Paulus berkata bahwa hal-hal ini terjadi sebagai contoh bagi kita. Karena itu, dia mencakupkan dirinya dengan semua orang beriman dalam hal berlari pada jalur perlombaan kristiani. Lambang ini menunjukkan bahwa kita tidak seharusnya menginginkan hal-hal yang jahat, seperti orang-orang Israel. Kata "seperti" dalam ayat 6 menunjukkan bahwa orang-orang Korintus menginginkan hal-hal yang jahat. Karena itu, Paulus memperingatkan mereka untuk tidak menjadi orang yang penuh nafsu seperti mereka.



Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 3, Berita 47

18 July 2011

1 Korintus - Minggu 19 Senin

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 9:24-27; 10:1-4


1 Korintus 10:1 mengatakan bahwa semua nenek moyang kita "berada di bawah perlindungan awan". Awan yang menutupi bangsa Israel melambangkan Roh Allah yang menyertai kaum beriman Perjanjian Baru. Setelah kaum beriman Perjanjian Baru menerima Kristus sebagai Paskah mereka (5:7), Roh Allah segera menyertai mereka dan memimpin mereka menempuh perlombaan kristiani mereka, sama seperti tiang awan yang memimpin bangsa Israel (Kel. 13:21-22; 14:19-20).

Bangsa Israel dibaptis kepada Musa (ay. 2) untuk memulai perlombaan ilahi bagi penggenapan ketetapan kehendak Allah, yaitu masuk ke dalam tanah permai dan membangun bait, supaya Allah dapat memiliki Kerajaan dengan ekspresi diri-Nya di bumi. Ini melambangkan pembaptisan kaum beriman Perjanjian Baru ke dalam Kristus (Gal. 3:27), supaya Allah bisa memiliki Kerajaan-Nya dengan gereja sebagai ekspresi-Nya di bumi.

Menurut kiasan Paulus dalam Alkitab, menyeberangi Laut Merah berarti dibaptis. Dia bahkan berkata bahwa bangsa Israel dibaptis kepada Musa. Tidak diragukan lagi, Musa dianggap sebagai lambang Kristus. Mereka dibaptis kepada Musa dalam awan dan dalam laut, dan kita dibaptis kepada Kristus dalam Roh dan dalam air. Ketika kita dibaptis, baik Roh dan air ada di sekitar kita. Awan melambangkan Roh; ini berhubungan dengan hayat. Laut melambangkan air kematian. Karena itu, baptisan merupakan perihal hayat dan kematian. Hal ini menyangkut meletakkan ciptaan lama kepada kematian, sehingga kita bisa dilahirkan dalam hayat.

Dalam ayat 3 Paulus meneruskan berkata, "Mereka semua makan makanan rohani yang sama." Hal ini mengacu kepada manna (Kel. 16:14-18), yang melambangkan Kristus sebagai suplai hayat sehari-hari kita (Yoh. 6:31-35) bagi perjalanan kristiani. Kita kaum beriman seharusnya makan makanan rohani yang sama, dan tidak seharusnya makan apa pun yang di luar Kristus.

Dalam ayat 4 Paulus berkata, "Dan mereka semua minum minuman rohani yang sama, sebab mereka minum dari batu karang rohani yang mengikuti mereka, dan batu karang itu ialah Kristus." Minuman rohani di sini mengacu kepada air hidup yang mengalir keluar dari batu karang yang terbelah (Kel. 17:6), melambangkan Roh itu yang mengalir keluar dari Kristus yang disalibkan dan bangkit, sebagai minuman kita yang almuhit (Yoh. 7:37-39; 1 Kor. 12:13). Untuk berlari dalam perlombaan, kita semua harus minum minuman rohani yang sama, tidak seharusnya minum apa pun yang di luar Roh yang almuhit.

Batu karang yang dipukul dan terbelah untuk mengalirkan air hidup bagi umat pilihan Allah (Kel. 17:6) adalah batu karang yang bersifat fisik. Tetapi rasul Paulus menyebutnya batu karang rohani karena batu karang itu melambangkan Kristus yang dipukul dan terbelah oleh Allah demi mengalirkan air hayat (Yoh. 19:34) untuk memuaskan dahaga kaum beriman-Nya. Itulah sebabnya rasul berkata bahwa batu karang itu adalah Kristus. Karena batu karang itu adalah batu karang rohani yang melambangkan Kristus, maka batu karang itu dapat mengikuti bangsa Israel. Ini menunjukkan bahwa Kristus sebagai batu karang sejati mengikuti kaum beriman-Nya.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 3, Berita 47

16 July 2011

1 Korintus - Minggu 18 Sabtu

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 9:24-27


Dalam ayat 24 Paulus meneruskan berkata, "Tidak tahukah kamu bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi hanya satu orang saja yang mendapat hadiah? Karena itu, larilah sedemikian rupa, sehingga kamu memperolehnya!" Ini mewahyukan bahwa hidup kristiani merupakan suatu perlombaan lari, kita harus berlari sedemikian rupa hingga sukses. Hadiahnya adalah pahala sebagai perangsang. Memperoleh berarti mendapatkan hadiah.

Kita telah melihat bahwa gelanggang pertandingan kristiani termasuk memberitakan Injil. Memberitakan Injil adalah menyalurkan Kristus ke dalam orang-orang pilihan Allah. Karena orang-orang pilihan Allah terdapat juga di antara orang-orang kafir, Paulus memberitakan Injil kepada orang-orang kafir. Jika seseorang menerima pemberitaan kita, ini membuktikan bahwa dia telah dipilih oleh Allah. Kita harus menyalurkan Kristus ke dalam orang-orang yang sudah menerima. Dengan jalan ini kita berlari dalam gelanggang pertandingan orang Kristen. Namun, karena banyak orang beriman hari ini tidak berlari dalam jalur, kita membutuhkan perkataan Paulus, "Karena itu, larilah sedemikian rupa, sehingga kamu memperolehnya."

Dalam ayat 25 Paulus melanjutkan, "Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh mahkota yang abadi." Paulus berkata bahwa setiap orang yang ada dalam pertandingan, menguasai diri secara ketat. Contohnya, mereka memperhatikan makanan mereka dengan cermat. Jika para atlit menguasai diri untuk menerima mahkota yang fana, kita harus lebih lagi berlatih menguasai diri untuk mendapatkan mahkota yang tidak dapat binasa.

Mahkota yang tidak dapat binasa, yang akan Tuhan hadiahkan kepada kaum saleh pemenang yang menang dalam perlombaan adalah pahala tambahan kepada keselamatan. Kita, kaum beriman-Nya telah menerima keselamatan-Nya melalui iman dalam Dia, ini telah ditetapkan sekali untuk selamanya. Tetapi apakah kelak kita akan diberi pahala oleh-Nya ini tergantung kepada bagaimana kita berlari di atas jalur perlombaan. Dalam pasal ini, rasul Paulus sedang berlari di atas jalur perlombaan. Dalam Filipi, salah satu dari surat-suratnya pada hari-hari terakhirnya, ia masih tetap berlari (Flp. 3:14). Sampai saat terakhir berlarinya, dalam 2 Timotius 4:6-8, Paulus baru memiliki keyakinan bahwa dirinya akan diberi pahala oleh Tuhan pada saat Tuhan menampakkan diri. Dalam terang pahala inilah rasul menyuruh kaum beriman Korintus untuk berlari dalam perlombaan ini, supaya mereka bisa mendapatkan pahala.

Paulus juga memberi tahu kita bahwa dia menguasai tubuhnya sebagai budaknya (ay. 27, Tl.). Ini merupakan kiasan yang berarti memimpin orang yang ditaklukkan sebagai tawanan dan budak, untuk membawa tawanan ke dalam perbudakan dan menjadikannya budak untuk melayani maksud si penakluk. Tubuh kita seharusnya menjadi tawanan tersebut, sesuatu yang ditaklukkan menjadi budak untuk melayani tujuan penguasa. Ini menunjukkan bahwa kita perlu menguasai tubuh kita dan mengalahkannya. Tubuh kita telah ditangkap oleh nafsu. Sekarang kita harus membawanya ke dalam penjara, ke dalam perbudakan yang sangat positif di mana tubuh kita menjadi bait Roh Kudus dan anggota Kristus.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 2, Berita 46

15 July 2011

1 Korintus - Minggu 18 Jumat

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 9:16-23


Murni atau tidaknya kita tergantung pada motivasi kita. Motivasi kita mungkin berhubungan dengan keuntungan pribadi kita, berhubungan dengan suatu hal yang mungkin bisa membawa faedah bagi kita. Problem di dalam gereja-gereja sering berhubungan dengan mencari sedikit keuntungan pribadi. Jika salah satu aspek khusus dari kehidupan gereja merupakan keuntungan bagi Anda, Anda bisa gembira dan sangat mengasihi gereja. Namun, bila tidak ada keuntungan pribadi bagi Anda dalam gereja, Anda mungkin tidak gembira dan menyalahkan gereja. Ketika kita tidak menerima apa yang kita harapkan, kita mungkin tidak senang terhadap gereja, para penatua, atau orang kudus. Ini menunjukkan bahwa kita tidak murni, bahwa motivasi kita adalah untuk keuntungan pribadi kita.

Kita semua mengasihi Tuhan dan pemulihan. Bahkan kita mungkin berdiri dalam sidang dan menyatakan bahwa kita mempersembahkan diri kita bagi Kristus dan gereja. Kita mungkin berkata bahwa Kristus itu menakjubkan dan gereja itu istimewa. Tetapi jika motivasi kita tidak murni, kita mungkin mulai memiliki problem dengan gereja setelah pernyataan dan konsekrasi tersebut. Mengenai motivasi kita, kita perlu disalibkan dengan Kristus. Salib perlu menjamah motivasi kita.

Paulus murni karena dia mengetahui melalui pengalaman, apa maksudnya disalibkan dengan Kristus dan menjadi satu roh dengan Tuhan. Dia menempuh kehidupan tersalib, dan dia mempraktekkan menjadi satu roh dengan Tuhan. Karena itu, dia tidak memiliki motivasi yang berhubungan dengan keuntungan pribadi. Motivasinya seluruhnya di dalam Kristus dan untuk Kristus. Ini merupakan alasan Paulus dapat menjadi begitu murni. Karena dia begitu murni, dia dapat berbicara dalam 9:1-15 dengan berani, terus terang, kuat, dan langsung. Seperti seorang ahli bedah yang telah dibersihkan dari semua bakteri, dia dapat mengoperasi orang Korintus. Jika Paulus tidak murni, ketidakmurniannya akan tertular ke dalam orang-orang Korintus. Tetapi karena dia murni, dia dapat melakukan operasi rohani pada kaum beriman di Korintus tanpa membuat mereka tercemar.

Seperti kasih, kesetiaan juga dapat membuat kita buta. Jika kita ingin sekali mengetahui sikap dan reaksi orang lain terhadap kita, mungkin kita tidak setia. Bukanlah suatu sikap yang setia memberitakan Injil hanya jika orang lain memberikan reaksi yang baik. Jika kita setia memberitakan Injil, kita tidak akan mempedulikan bagaimana reaksi orang atau cara mereka memperlakukan kita, karena kita memiliki beban, keperluan, untuk menggenapkan ministri kita. Kesetiaan ini membutakan orang yang setia terhadap reaksi orang lain.



Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 2, Berita 46

14 July 2011

1 Korintus - Minggu 18 Kamis

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 9:4-15


Problem-problem di antara orang Kristen timbul tidak hanya karena kerumitan mereka, tetapi terlebih lagi, karena kekurangmurnian mereka. Dalam sebagian besar problem, kerumitan terletak di permukaan. Di bawah permukaan terletak ketidakmurnian. Para penatua, para sekerja, dan orang kudus mungkin tidak murni dalam motivasi atau keinginan mereka. Menjadi murni adalah menjadi sejati, tulus, dan mutlak tidak berpolitik.

Dalam pasal 9 ini kita harus terkesan secara mendalam atas fakta bahwa Paulus murni dan tulus. Sebaliknya, orang-orang Korintus tidak murni. Mereka mengkritik Paulus dan meragukan kerasulannya. Dalam motivasi, pikiran, dan perasaan mereka, mereka tidak murni. Beberapa orang Korintus bahkan mengira bahwa Paulus menipu mereka, bahwa ia berlaku curang kepada mereka secara licik. Jika mereka murni seperti Paulus, mereka tidak akan meragukan Paulus atau kerasulannya.

Saya mengapresiasi perkataan Paulus dalam ayat 15: "Tetapi aku tidak pernah menggunakan satu pun dari hak-hak itu. Aku tidak menulis semuanya ini, supaya aku pun diperlakukan juga demikian." Perkataan sedemikian menyingkapkan orang-orang Korintus itu yang mengira bahwa Paulus menulis secara demikian agar ia diberi tunjangan atau suplai. Paulus menutup pintu pikiran yang tidak murni sedemikian dengan mengatakan secara jelas bahwa ia tidak menulis dengan maksud menerima apa-apa dari orang-orang Korintus. Sekali lagi kita melihat bahwa Paulus sungguh-sungguh satu roh dengan Tuhan dan bahwa ia mutlak murni. Karena kemurniannya, ia dapat terus terang, langsung, dan jujur. Jika tujuan Paulus dalam menulis pasal 9 adalah agar ditunjang oleh orang-orang Korintus, Paulus tidaklah murni. Namun, dalam menulis surat ini, Paulus murni.

Dalam kehidupan gereja hari ini banyak problem tampaknya berasal dari kerumitan; sebenarnya, problem-problem tersebut ditimbulkan karena ketidakmurnian. Tidaklah murni mengatakan atau melakukan sesuatu dengan tujuan agar orang lain akan melakukan sesuatu bagi kita. Juga tidaklah murni berpikiran bahwa orang lain mencoba memanfaatkan diri kita. Dalam kehidupan gereja kita harus menutup pintu pemikiran yang tidak murni. Jika kita tidak murni, kita tidak akan mampu untuk berani, terus terang, atau langsung. Sebaliknya, kita akan seperti tokoh politik, terlihat bersopan santun.

Dalam 1 Korintus 9 kita melihat bahwa motivasi dan keinginan satu-satunya Paulus berhubungan dengan Kristus dan Tubuh-Nya. Paulus sangat murni. Jika kita murni dalam kehidupan gereja, tidak akan ada problem. Sebab utama dari problem-problem dalam kehidupan gereja adalah ketidakmurnian. Di satu pihak, orang-orang Korintus mengajukan pertanyaan kepada Paulus; di pihak lain, mereka mengkritiknya. Mereka menyambutnya, tetapi mereka juga meragukannya. Ini menyingkapkan ketidakmurnian mereka. Tetapi meskipun orang-orang Korintus tidak murni, Paulus bertingkah laku secara murni seperti bapa yang melahirkan. Dalam menulis kepada kaum beriman di Korintus ia mewahyukan dirinya sebagai orang yang bersatu dengan Allah dan mutlak murni. Dalam pekerjaan Tuhan, ia tidak mempunyai motivasi yang lain selain Kristus dan Tubuh.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 2, Berita 45

13 July 2011

1 Korintus - Minggu 18 Rabu

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 8:13; 9:1-3


Dalam pasal 8 Paulus menanggulangi problem makan persembahan berhala. Problem ini tampaknya mempunyai jawaban ya atau tidak. Namun, dalam pasal 8 Paulus tidak menjawab ya atau tidak. Cara ia menangani pertanyaan ini memperlihatkan bahwa ia bukanlah orang yang hidup menurut pohon pengetahuan baik dan jahat, tetapi orang yang hidup menurut pohon hayat. Pada pohon hayat yang penting bukan ya atau tidak; melainkan sepenuhnya perkara hayat, hayat Allah, yang ilahi, hayat kekal yang diekspresikan melalui kasih yang membangun. Hayat ini selalu membawa kita kepada Allah.

Paulus bersatu dengan Allah dan dijenuhi dengan-Nya sehingga seluruh dirinya ada di dalam Allah. Karena itu, ia menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan orang-orang Korintus bukan dengan ya atau tidak, tetapi menurut hakikinya dan menurut pelaksanaannya. Pelaksanaannya adalah menempuh hidup yang mutlak bersatu dengan Allah. Kita semua perlu melihat visi ini dan melaksanakannya, bahkan seperti yang Paulus lakukan.

Pasal 9 merupakan sisipan dalam bagian tentang makan makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala. Dalam sisipan ini rasul menempatkan dirinya sendiri di hadapan kaum beriman Korintus sebagai suatu teladan, supaya mereka tidak menyandung orang lain, sebaliknya membangun orang lain dengan mempraktekkan prinsip kasih yang penuh tenggang rasa yang dinyatakan dalam 8:13.

Dalam pasal 9 Paulus membicarakan mengenai dirinya sendiri secara langsung. Fakta bahwa ia berbicara mengenai kerasulannya menunjukkan bahwa kaum beriman Korintus juga mempunyai problem yang berhubungan dengan kerasulan Paulus. Beberapa orang dari mereka mungkin ragu-ragu apakah Paulus benar-benar seorang rasul. Mereka mungkin telah mendiskusikan perkara ini dan mempertanyakan kerasulan Paulus. Paulus pasti telah tahu keraguan mereka. Sekarang dalam pasal 9 ia berbicara mengenai hal ini secara keras, langsung, dan terus terang. Empat buah pertanyaan yang ia ajukan dalam ayat 1 mengilustrasikan keterusterangan Paulus. Roh Paulus di sini sangat bersih. Ia sama sekali tidak berpolitik. Berpolitik adalah tidak murni. Tatkala kita mencoba berbicara secara halus, sebenarnya kita mungkin berpolitik. Pertanyaan Paulus dalam ayat 1 pasti tidak halus. Maukah Anda menulis surat yang di dalamnya Anda mengajukan pertanyaan sedemikian? Di sini Paulus tidaklah halus atau berpolitik, tetapi ia murni, asli, dan jujur. Namun kita, mungkin halus atau berpolitik, karena kita tidak murni dalam motivasi atau hasrat kita.

Paulus juga berterus terang dan langsung dalam ayat 2. Di sini ia memberi tahu orang kudus bahwa jika ia bukan rasul bagi orang lain, ia pasti rasul bagi mereka. Ia telah melahirkan mereka di dalam Tuhan, dan mereka adalah meterai kerasulannya dalam Tuhan. Di sini Paulus tampaknya mengatakan, "Untuk orang lain aku mungkin bukanlah bapa yang melahirkan, tetapi tentu saja aku adalah bapa yang sedemikian bagi kalian. Aku telah melahirkan kalian melalui Injil, dan keberadaan kalian adalah meterai kerasulanku. Aku memiliki kerasulan, dan kalianlah meterainya."


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 2, Berita 45

12 July 2011

1 Korintus - Minggu 18 Selasa

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 8:4-13


Dalam ayat 5-6 Paulus melanjutkan, "Sebab sungguhpun ada apa yang disebut 'ilah', baik di surga, maupun di bumi -- dan memang benar ada banyak 'ilah' dan banyak 'tuhan' yang demikian -- namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari Dia berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup." Dalam ayat 6 perkataan "bagi kita" mengacu kepada kaum beriman dalam Kristus, orang-orang Kristen. Satu Allah dalam ayat 6 berlawanan dengan banyak ilah dalam ayat 5. Allah kita adalah satu. Dalam ayat ini Bapa adalah salah satu sebutan bagi Allah kita, yang adalah sumber segala sesuatu. Sebutan ini membuat Allah kita sama sekali berbeda dengan banyak allah palsu. Di sini Bapa tidak mengacu kepada Allah sebagai Bapa dari orang-orang yang dilahirkan kembali, tetapi kepada Allah sebagai sumber segala sesuatu. Ini dibuktikan oleh perkataan "yang dari Dia berasal segala sesuatu." Segala sesuatu berasal dari Allah sebagai sumber. Karena itu, Allah disebut Bapa. Tidak hanya Ia adalah Bapa kita dalam kelahiran kembali, Ia juga adalah Bapa segala benda-benda ciptaan, karena segala sesuatu berasal dari-Nya.

Dalam ayat 7 Paulus melanjutkan berkata, "Tetapi tidak semua orang yang mempunyai pengetahuan itu. Ada orang, yang karena masih terus terikat pada berhala-berhala, makan daging itu sebagai daging yang dipersembahkan kepada berhala. Oleh karena hati nurani mereka lemah, hati nurani mereka itu dinodai olehnya." Hati nurani yang lemah disebabkan kurangnya pengetahuan yang tepat dan memadai. Ini menunjukkan bahwa pengetahuan kita erat hubungannya dengan hati nurani kita. Bekas penyembah-penyembah berhala yang sekarang adalah kaum beriman dalam Kristus, terbiasa dengan berhala-berhala sampai sekarang, kurang pengetahuan bahwa berhala itu tidak terhitung apa-apa (ayat 4). Karena itu, hati nurani mereka lemah terhadap masalah-masalah berhala. Ketika hati nurani yang lemah menjamah suatu masalah yang kurang diketahui olehnya, ia segera ternoda olehnya.

Ayat 8 mengatakan, "Makanan tidak membawa kita lebih dekat kepada Allah. Kita tidak rugi apa-apa, kalau tidak kita makan dan kita tidak untung apa-apa, kalau kita makan." Orang-orang yang makan persembahan berhala tanpa mempunyai pengetahuan yang tepat, bisa menodai hati nurani mereka. Setelah menjelaskan hal ini, Paulus melanjutkan berkata bahwa makanan tidak membawa kita lebih dekat kepada Allah. Sekali lagi Paulus menyingkapkan rohnya. Jauh di dalam rohnya Paulus menyadari bahwa hal-hal yang kita lakukan harus membawa kita lebih dekat kepada Allah. Apa saja yang tidak membawa kita lebih dekat kepada Allah tidak diperlukan. Ya, kita mungkin bebas melakukan hal-hal tertentu, tetapi hal-hal itu tidak membawa kita lebih dekat kepada Allah. Di sini masalahnya bukan perkara benar atau salah, tetapi apakah hal tertentu membawa kita kepada Allah atau tidak. Sebagai contoh, mungkin tidaklah salah bagi seorang saudara untuk memanjangkan rambutnya. Tetapi menurut prinsip dalam ayat 8, rambut panjang tidak membawanya lebih dekat kepada Allah. Mengenai model rambut, kita tidak mempunyai peraturan apa-apa. Tetapi kita semua harus menata rambut kita dalam gaya yang membawa kita lebih dekat kepada Allah. Pikiran Paulus di sini adalah makan tidak membawa kita lebih dekat kepada Allah. Kita mungkin mempunyai kebebasan untuk makan persembahan berhala, karena mengetahui bahwa berhala tidak terhitung apa-apa. Namun, makan ini tidak membawa kita lebih dekat kepada Allah. Kita harus belajar untuk berbuat apa yang membawa kita lebih dekat kepada Allah. Menurut Paulus, "Kita tidak rugi apa-apa, kalau tidak kita makan dan kita tidak untung apa-apa, kalau kita makan." Kalaupun demikian, buat apa kita makan persembahan berhala?


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 2, Berita 44

11 July 2011

1 Korintus - Minggu 18 Senin

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 8:1-3


Dalam 8:1 Paulus berkata, "Tentang daging yang dipersembahkan kepada berhala, kita tahu: 'kita semua mempunyai pengetahuan.' Pengetahuan yang demikian membuat orang menjadi sombong, tetapi kasih membangun." Pengetahuan yang membuat orang menjadi sombong dan kasih yang membangun berkaitan dengan kedua pohon yang ada di Taman Eden. Pengetahuan di sini mengacu kepada pohon pengetahuan, dan kasih mengacu kepada pohon hayat. Ketika Paulus menulis surat ini, ia mungkin mempunyai pemahaman sedemikian terhadap kedua pohon itu. Kemudian, dalam kitab ini kedua pohon itu diilustrasikan, walaupun kedua pohon itu tidak disebutkan secara langsung. Sebenarnya 1 Korintus membahas pohon hayat yang menyuplaikan hayat dan pohon pengetahuan yang membunuh. Jadi, dalam kitab ini ada dua jalur, jalur hayat dan jalur pengetahuan. Pengetahuan membuat orang sombong dan bahkan membunuh, tetapi kasih menyuplaikan hayat dan membangun orang lain dengan hayat. Hayat adalah untuk pembangunan, dan pembangunan dirampungkan melalui hayat.

Dalam ayat 3 Paulus seolah-olah memberi tahu orang-orang Korintus bahwa mereka tidak perlu pengetahuan yang begitu banyak; sebaliknya, mereka perlu mengasihi Allah. Mengasihi Allah adalah dasar dari kehidupan orang Kristen. Jika kita tidak mempunyai kasih yang demikian, kita tidak mempunyai tumpuan, dasar kehidupan orang Kristen. Berkaitan dengan kehidupan orang Kristen, pengetahuan seperti kabut; dapat hilang dengan cepat. Namun, mengasihi Allah, padat dan kuat. Karena itu, kasih adalah dasar kehidupan orang Kristen.

Dalam ayat 3 Paulus mengatakan bahwa jika kita mengasihi Allah, kita dikenal oleh Allah. Kita lebih perlu dikenal oleh Allah daripada mengenal Allah. Ungkapan "dikenal oleh Allah" sangat bermakna. Dikenal oleh Allah berarti dipunyai dan dimiliki oleh Allah. Orang yang dikenal oleh Allah menjadi milik, sukacita, hiburan, dan kesenangan Allah. Pengetahuan kita tidak menyenangkan Allah. Tetapi jika kita mengasihi Allah, kita akan membuat-Nya bahagia. Ia akan mengenal kita, menikmati kita, dan bahagia bersama kita. Ia bahkan akan menemukan hiburan-Nya di dalam kita. Semua ini terkandung dalam perkataan "dikenal oleh Allah".

Dalam ayat 3 Paulus seolah-olah memberi tahu orang-orang Korintus, "Kalian orang beriman di Korintus perlu menyadari bahwa Allah tidak mengenal kalian, Ia tidak berkenan kepada kalian. Mengatakan bahwa Allah tidak mengenal kalian berarti Ia tidak menyetujui cara kalian." Berdasarkan Matius 7:22, banyak orang akan berkata kepada Tuhan Yesus pada saat kedatangan-Nya kembali, "Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?" Tuhan akan menjawab, "Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari hadapan-Ku, kamu sekalian yang melakukan kejahatan!" (ayat 23). Bagaimana bisa Tuhan yang mahakuasa dan mahaada mengatakan bahwa Ia tidak mengenal seseorang, sedangkan Ia mengetahui segala hal tentang diri kita? Alasan Tuhan dapat berkata demikian adalah pernyataan, "Aku tidak pernah mengenal kamu" dalam Matius 7:23 berarti, "Aku tidak pernah menyetujui apa yang kalian lakukan. Aku tidak pernah bersukacita karena kalian, atau menganggap kalian sebagai sukacita dan mustika-Ku." Dikenal oleh Allah berarti Ia menyetujui kita, menikmati kita, dan memiliki kita sebagai mustika.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 2, Berita 44

09 July 2011

1 Korintus - Minggu 17 Sabtu

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 7:25-26, 40


Dalam ayat 40 Paulus mengatakan, "Tetapi menurut pendapatku, ia lebih berbahagia, kalau ia tetap tinggal dalam keadaannya. Lagi pula aku berpendapat bahwa aku juga mempunyai Roh Allah." Dalam ayat 10 rasul mengatakan, "Aku -- tidak, bukan aku, tetapi Tuhan -- perintahkan." Dalam ayat 12 ia mengatakan, "Aku, bukan Tuhan, katakan." Dalam ayat 25 ia mengatakan, "Aku tidak mendapat perintah dari Tuhan. Tetapi aku memberikan pendapatku." Di sini ia mengatakan, "Aku berpendapat bahwa aku juga mempunyai Roh Allah." Semua perkataan ini menunjukkan prinsip inkarnasi dalam Perjanjian Baru (yaitu Allah dan manusia, manusia dan Allah, menjadi satu). Ini mutlak berbeda dengan prinsip bernubuat (yaitu manusia berbicara bagi Allah) dalam Perjanjian Lama. Dalam Perjanjian Lama, perkataan Tuhan datang ke atas seorang nabi (Yer. 1:2; Yeh. 1:3), nabi hanyalah jurubicara Allah. Tetapi dalam Perjanjian Baru, Tuhan menjadi satu dengan para rasul-Nya, mereka menjadi satu dengan-Nya, demikianlah keduanya berbicara bersama-sama. Perkataan-Nya menjadi perkataan mereka, dan apa saja yang mereka katakan menjadilah perkataan-Nya. Karena itu, perintah rasul adalah perintah Tuhan (ayat 10). Meskipun apa yang dia katakan tidak dikatakan oleh Tuhan, tetapi tetap menjadi bagian dari wahyu ilahi Perjanjian Baru (ayat 12). Dia bersatu dengan Tuhan sedemikian rupa sehingga ketika dia memberikan pendapatnya sendiri, bukan perintah dari Tuhan (ayat 25), dia berpikir bahwa dia juga mempunyai Roh Allah. Dia tidak mengaku secara pasti memiliki Roh Allah, tetapi dia berpendapat bahwa dia juga mempunyai Roh Allah. Inilah kerohanian yang tertinggi; ini didasarkan pada prinsip inkarnasi.

Kita perlu melihat prinsip inkarnasi yang diilustrasikan di sini, dan menerima rahmat dan anugerah dari Tuhan untuk berbicara dalam sikap yang murni dan terus terang tanpa kepura-puraan. Agar dapat berbicara demikian kita perlu dijenuhi dengan Roh. Kemudian apa yang kita utarakan atau ekspresikan akan menjadi pikiran kita, pendapat kita, tetapi juga akan menjadi sesuatu dari Tuhan, karena kita bersatu dengan-Nya.

Apa saja yang diajarkan rasul, bagaimanapun caranya, telah menjadi firman Allah dalam Perjanjian Baru.

Sekali lagi saya ingin menekankan pentingnya menjamah roh Paulus dalam 1 Korintus 7. Dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh kaum beriman Korintus, Paulus menyatakan rohnya. Ini memungkinkan kita untuk merasakan rohnya. Sudah tentu Paulus mutlak bagi Tuhan dan bersatu dengan-Nya. Bahkan dalam menyatakan pendapatnya, ia mempunyai perasaan bahwa ia juga mempunyai Roh Allah. Ini adalah pengajaran Perjanjian Baru, dan jalan yang harus kita ikuti hari ini. Jangan mengikuti jalan aliran kekristenan tertentu yang rendah dengan meniru sikap bernubuat Perjanjian Lama. Sebaliknya, ikutilah jalan Paulus menjamah kedalaman rahasia Perjanjian Baru. Rahasia ini adalah Tuhan dan kita, kita dan Tuhan, telah menjadi satu roh.

Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 2, Berita 43

08 July 2011

1 Korintus - Minggu 17 Jumat

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 7:6, 10, 12


Satu Korintus 7 merupakan pasal yang rahasia dan dalam. Dalam pasal ini Paulus tidak pernah mengucapkan perkataan, "Demikianlah firman Tuhan." Alasan Paulus tidak menggunakan ungkapan demikian adalah pengajaran para rasul dalam Perjanjian Baru mutlak berdasar pada prinsip inkarnasi. Menurut prinsip ini, Allah berbicara dalam perkataan manusia. Ketika Tuhan Yesus berbicara, sukar dibedakan siapa yang berbicara. Sudah pasti, manusialah yang berbicara. Namun, manusia ini tidak mengatakan, "Akulah nabi dari Nazaret. Kemarin malam, firman Allah datang kepadaku, dan sekarang aku ingin mengatakan firman ini kepada kalian. Demikianlah firman Tuhan." Ketika Tuhan Yesus berbicara kepada orang-orang Farisi, tampaknya Ia adalah orang awam dari Nazaret. Tidak ada tanda-tanda bahwa Ia berbeda, dan orang-orang Farisi menganggap-Nya sebagai orang yang tidak terpelajar. Tetapi Tuhan Yesus adalah Allah yang berinkarnasi. Pada-Nya terdapat realitas inkarnasi. Jadi, sementara Ia berbicara, Allah juga berbicara. Sebenarnya, perkataan-Nya adalah perkataan Allah. Allah berbicara bersama-Nya. Ini berarti di dalam Tuhan Yesus, Allah dan manusia bersama-sama berbicara. Inilah prinsip inkarnasi.

Ayat 10 mengatakan, "Kepada orang-orang yang telah kawin aku -- tidak, bukan aku, tetapi Tuhan -- perintahkan, supaya seorang istri jangan bercerai dari suaminya." Prinsip Perjanjian Lama tentang berbicara bagi Tuhan (bernubuat) adalah, "Demikianlah firman Tuhan" (Yes. 10:24; 50:1; Yer. 2:2; Yeh. 2:4). Tetapi prinsip Perjanjian Baru tentang inkarnasi adalah "Aku (pembicara) mengatakan." Orang yang berbicara bersatu dengan Tuhan. Karena itu, Paulus juga berkata, "Bukan aku, tetapi Tuhan." Kata Yunani untuk "perintahkan" dapat diterjemahkan instruksikan atau komandokan.

Perkataan "Aku -- tidak, bukan aku, tetapi Tuhan -- perintahkan," menunjukkan dua hal: (1) rasul bersatu dengan Tuhan; maka, dia memerintahkan apa yang Tuhan perintahkan; (2) perintahnya adalah perintah Tuhan. Tuhan telah berfirman dalam Matius 5:31-32 dan 19:3-9 tentang apa yang diperintahkan rasul di sini. Perceraian sama sekali tidak diizinkan oleh Tuhan.

Prinsip dalam 7:10 sama dengan dalam Galatia 2:20, di mana Paulus mengatakan, "Bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku." Dalam kedua ayat itu kita melihat prinsip inkarnasi; dua orang hidup seperti satu orang. Dalam 7:10 kita melihat dua orang, Tuhan dan Paulus, berbicara seperti satu orang. Inilah sebabnya Paulus mengatakan, "Aku -- tidak, bukan aku, tetapi Tuhan -- perintahkan." Mengapa Paulus tidak mengatakan dalam ayat ini, "Kepada orang-orang yang telah menikah, Tuhan perintahkan"? Mengapa ia mengatakan bahwa ia memerintahkan; sebenarnya bukan dia, tetapi Tuhan? Jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan ini adalah Paulus menyadari bahwa ia bersatu dengan Tuhan dan apa yang ia bicarakan adalah perkataan Tuhan. Bahkan ketika ia tidak menyatakan mempunyai perkataan dari Tuhan, karena ia bersatu dengan Tuhan, apa pun yang ia katakan adalah perkataan Tuhan.

Di sini kita melihat seorang yang bersatu dengan Tuhan. Karena ia bersatu dengan Tuhan, ia mengetahui hati, pikiran, dan kesenangan Tuhan. Karena alasan ini, ia mempunyai keberanian untuk mengutarakan sesuatu yang tidak Tuhan katakan.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 2, Berita 43

07 July 2011

1 Korintus - Minggu 17 Kamis

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 7:21, 24


Dalam pasal ini kita melihat bahwa roh Paulus mutlak bersatu dengan Allah. Paulus tidak ingin mengubah atau memprakarsai apa pun. Inilah sebabnya ia dapat memberi tahu orang-orang Korintus agar mereka tidak mengubah status dalam pernikahan mereka. Mereka yang sudah menikah ketika dipanggil Allah, haruslah tetap tinggal dalam pernikahan. Prinsip ini juga berlaku terhadap pernikahan dengan orang yang tidak percaya. Kaum beriman yang sudah menikah tidak boleh memprakarsai perubahan apa pun. Sebaliknya seluruh masalahnya haruslah diserahkan kepada Tuhan. Apakah orang yang tidak beriman itu akan tetap tinggal atau pergi, orang yang beriman itu haruslah menerima situasinya sebagai pengaturan Tuhan. Segala sesuatu tergantung pada Tuhan dan situasi, lingkungan, serta kondisi yang diatur oleh-Nya.

Paulus juga menerapkan prinsip ini kepada orang yang berstatus budak ketika mereka dipanggil Allah. "Apakah engkau hamba waktu engkau dipanggil? Itu tidak apa-apa! Tetapi jikalau engkau mendapat kesempatan untuk dibebaskan, pergunakanlah kesempatan itu" (ayat 21). Perkataan ini menunjukkan bahwa seorang hamba yang telah dipanggil oleh Tuhan seharusnya tidak berusaha mengubah statusnya, tetapi tetap menggunakan statusnya, yaitu bersama-sama dengan Allah tinggal di dalam status ini bagi kemuliaan Allah. Bahkan jika dia dapat dimerdekakan, dia seharusnya tinggal di dalam statusnya sebagai seorang hamba. Janganlah mencoba mengubah apa-apa. Akan tetapi, jikalau Allah membebaskan dia dari kondisi perbudakan, janganlah dia menentang perubahan itu dan menuntut untuk tinggal sebagai seorang hamba. Karena Allah telah mengatur suatu perubahan, dia harus menerimanya. Dalam kasus yang mana pun sikapnya haruslah bersatu dengan Allah.

Butir lain yang sangat penting yang diwahyukan dalam pasal ini adalah orang yang mengasihi Tuhan, yang bagi Dia, yang bersatu dengan Dia, seharusnya rela menerima keadaan sekitar yang bagaimanapun atau situasi yang bagaimanapun. Sebagai contoh: jika seorang istri dari seorang saudara belum beriman, dan istri yang belum beriman ini ingin tinggal bersama dia, maka dia harus menerima situasi ini. Tetapi bila istri itu memutuskan untuk meninggalkan dia, maka dia (saudara ini) juga harus menerima keadaan seperti itu.

Penting sekali kita nampak bahwa Allah selalu ada dalam lingkungan kita. Kita boleh mengatakan bahwa sesungguhnya lingkungan kita adalah Allah menghampiri kita secara tersembunyi. Tampaknya kita berada dalam suatu keadaan; sebenarnya keadaan itu adalah Allah datang kepada kita dan Allah beserta kita. Dalam ayat 24 Paulus berkata, "Saudara-saudara, hendaklah tiap-tiap orang tinggal di hadapan Allah dalam keadaan seperti pada waktu ia dipanggil." Perhatikan perkataan "di hadapan Allah". Perkataan ini menunjukkan, jika kita menerima situasi lingkungan kita, kita menerima Allah. Allah ada, baik di dalam maupun di balik lingkungan kita.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 2, Berita 42

06 July 2011

1 Korintus - Minggu 17 Rabu

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 7:1-20


Tidak ada hal yang lebih mewakili kehidupan manusia daripada kehidupan pernikahan. Di satu aspek, kehidupan manusia tidak lain adalah kehidupan pernikahan. Hal-hal yang ada sangkut-pautnya dengan pekerjaan kita dan hidup sehari-hari kita bertalian dengan kehidupan pernikahan. Karena alasan inilah, kita bisa mengatakan bahwa kehidupan pernikahan mewakili kehidupan manusia.

Dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh orang-orang Korintus berkenaan dengan kehidupan pernikahan, Paulus bersifat sederhana, langsung, terus terang, dan murni. Perkataannya tidak bersifat mendua-arti yang menyebabkan orang merasa ragu-ragu, juga tidak politis. Ia menjawab semua pertanyaan menurut pengalaman kekristenannya. Itulah sebabnya dalam ayat 7 ia berkata, "Meskipun demikian alangkah baiknya, kalau semua orang seperti aku." Dalam ayat 8 ia mengatakan, "Baiklah mereka tetap dalam keadaan seperti aku." Hal ini menunjukkan bahwa Paulus menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai kehidupan pernikahan menurut hakikinya dan kehidupannya. Jadi, jika kita ingin memperoleh pengertian yang lengkap mengenai pasal ini, kita perlu bertanya, untuk apakah Paulus hidup. Paulus adalah seorang yang mutlak. Rohnya mutlak bagi Tuhan dan ekonomi-Nya. Ketika membaca pasal ini, kita menyadari bahwa harapan Paulus ialah agar kaum beriman meneladani dan mengikutinya, yaitu hidup bagi Tuhan. Seolah-olah di sini Paulus berkata, "Aku mutlak bagi Tuhan, dan aku berharap kalian semua juga demikian. Dalam hal ini aku ingin kalian semua mengikutiku."

Paulus tidak saja mutlak bagi Tuhan, tetapi juga mutlak bersatu dengan Allah. Karena bersatu dengan Allah, Paulus menjawab pertanyaan-pertanyaan sedemikian rupa agar orang-orang Korintus mendapat bantuan untuk menjadi satu dengan Allah dalam setiap lingkungan, kondisi, dan situasi. Hal ini kita ketahui dari fakta bahwa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan tertentu, Paulus menuruti prinsip ini: sama sekali tidak memprakarsai sesuatu atau mengubah sesuatu. Ia menjelaskan sejelas-jelasnya kepada orang-orang Korintus bahwa mereka tidak seharusnya memprakarsai aksi apa pun atau mengubah status mereka dengan cara apa pun.

Jika kita mengubah status kita atau memprakarsai suatu tindakan, ini menunjukkan bahwa kita tidak bersatu dengan Allah dan kita tidak mau bersatu dengan-Nya. Jika kita mau bersatu dengan Allah dan benar-benar bersatu dengan-Nya, kita tidak akan memprakarsai perubahan apa pun; khususnya perubahan yang berhubungan dengan kehidupan pernikahan. Sebaliknya, kita akan bersikap, "Jika Allah menghendaki aku menikah, biarlah Dia yang memprakarsainya dan mengerjakannya. Jika Allah tidak menghendaki aku menikah, tentulah Dia akan memberiku karunia yang kubutuhkan untuk tetap tinggal sebagai bujangan." Karunia ini akan menghasilkan suatu kerelaan, bahkan satu kedambaan untuk tetap tinggal membujang. Akan tetapi, tidak seharusnya orang membuat keputusan seperti ini berdasarkan dirinya sendiri. Seharusnya Allah yang memprakarsai dan yang mengaruniai kita -- baik keinginan maupun karunia untuk tetap membujang. Paulus tidak menikah. Namun, hal ini ia lakukan bukan atas keputusannya sendiri, melainkan diprakarsai oleh Allah, dan Allah memberi Paulus keinginan dan kemampuan yang dibutuhkannya. Itulah karunia yang diterimanya dari Tuhan. Sekali lagi, apakah kita akan menikah atau tidak, janganlah kita memprakarsai apa pun. Kita harus menyerahkan masalah ini kepada Tuhan.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 2, Berita 42

05 July 2011

1 Korintus - Minggu 17 Selasa

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 7:15-40


Dalam ayat 13 dan 14 Paulus berkata, "Kalau ada seorang istri bersuamikan seorang yang tidak beriman dan laki-laki itu mau hidup bersama-sama dengan dia, janganlah ia menceraikan laki-laki itu. Karena suami yang tidak beriman itu dikuduskan oleh istrinya dan istri yang tidak beriman itu dikuduskan oleh suaminya. Andaikata tidak demikian, tentu anak-anakmu adalah anak cemar, tetapi sekarang mereka adalah anak-anak kudus." Dalam ayat 16 Paulus menunjukkan kemungkinan seorang istri menyelamatkan suaminya, atau seorang suami menyelamatkan istrinya. Di sini prinsipnya adalah tetap tinggal dalam pernikahan supaya pihak yang belum percaya itu bisa beroleh selamat. Artinya, seorang beriman yang telah menikah dengan seorang yang tidak beriman tidak boleh mengambil inisiatif untuk memutuskan pernikahannya. Malahan sebaliknya, ia harus tetap dalam hidup pernikahan agar bisa menyelamatkan pihak yang tidak percaya.

Dalam ayat 14 Paulus membicarakan perihal seorang suami yang tidak percaya dikuduskan oleh istrinya dan istri yang tidak percaya dikuduskan oleh suaminya. Dikuduskan adalah dijadikan kudus, untuk ketetapan kehendak Allah dipisahkan kepada Allah. Karena istri yang percaya adalah milik Tuhan dan untuk Tuhan, maka suaminya yang tidak percaya dijadikan kudus, dikuduskan, dipisahkan kepada Allah karena dia untuk istrinya, sedang istrinya adalah dari Allah dan untuk Allah. Ini sama dengan bait dan mezbah yang menjadikan kudus benda-benda umum ketika benda-benda itu dikaitkan kepada bait dan mezbah (Mat. 23:17, 19). Prinsip yang sama diterapkan pada istri dan anak-anak yang tidak percaya. Dikuduskan sedemikian bukan berarti orang yang bersangkutan telah diselamatkan, melainkan sama seperti pengudusan makanan oleh doa kaum saleh, tidak ada hubungannya dengan keselamatan (1 Tim. 4:5). Orang yang beroleh selamat adalah orang yang dikuduskan, orang kudus. Siapa pun yang berkaitan dengannya dan untuknya, juga dijadikan kudus karenanya.

Selanjutnya dalam ayat 15 dikatakan, "Tetapi kalau orang yang tidak beriman itu mau bercerai, biarlah ia bercerai; dalam hal yang demikian saudara atau saudari itu tidak terikat. Tetapi Allah memanggil kamu untuk hidup dalam damai sejahtera." Tidak terikat di sini berarti tidak terbelenggu. Ketika orang yang tidak percaya meninggalkan orang yang percaya, orang yang percaya jangan terbelenggu, ia boleh terlepas dari pernikahan dengan orang yang tidak percaya.

Menurut ayat ini, "Allah memanggil kamu untuk hidup dalam damai sejahtera." Allah dalam keselamatan-Nya telah memanggil kita kepada-Nya di dalam ruang lingkup dan unsur damai sejahtera. Karena itu, kita harus hidup di dalam damai sejahtera ini. Jika di dalam pernikahan pihak yang tidak percaya ingin meninggalkan, kita harus mengizinkannya pergi. Tetapi supaya kita dapat hidup dalam damai sejahtera yang di dalamnya Allah telah memanggil kita, Allah tidak ingin kita memulai perpisahan apa pun sepanjang pihak yang lain setuju untuk tetap tinggal (ayat 13). Ayat-ayat berikutnya (ayat 16-24) semua didasarkan pada Allah telah memanggil kita dalam damai sejahtera. Kata "sebab" pada permulaan ayat 16 menunjukkan bahwa ayat-ayat 16-24 merupakan penjelasan dari perkataan di depannya, yaitu bahwa Allah telah memanggil kita dalam damai sejahtera. Untuk tinggal dalam damai sejahtera ini kita harus memegang perkataan dalam ayat 16 hingga 24.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 2, Berita 41

04 July 2011

1 Korintus - Minggu 17 Senin

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 7:1-16


Cara terbaik untuk menjajaki pembahasan Paulus terhadap kehidupan pernikahan dalam pasal ini adalah dengan memperhatikan prinsip-prinsip dasar. Saya yakin, inilah cara terbaik untuk memahami banyak butir yang tercakup dalam pasal 7. Prinsip dasar yang pertama terdapat dalam ayat 1. Dalam ayat ini Paulus berkata, "Adalah baik bagi laki-laki, kalau ia tidak kawin." Hal ini tergantung pada karunia Allah (ay. 7).

Ketika berbicara kepada kaum beriman yang menikah, dalam ayat 5 Paulus berkata, "Janganlah kamu saling menjauhi, kecuali dengan persetujuan bersama untuk sementara waktu, supaya kamu mendapat kesempatan untuk berdoa. Sesudah itu hendaklah kamu kembali hidup bersama-sama, supaya Iblis jangan menggodai kamu, karena kamu tidak dapat menahan hawa nafsu." Doa menuntut kita terbebaskan dari pengaruh orang, perkara, dan benda-benda. Doa yang menuntut kita untuk sementara berpisah dari pasangan kita pastilah khusus dan sangat penting.

Kehidupan pernikahan sering menghambat kita untuk berdoa dan menghalangi kehidupan doa kita, bahkan membuat kita tidak mampu berdoa sama sekali. Akan tetapi, ada kasus-kasus yang istimewa di mana suami dan istrinya saling menunjang dalam kehidupan doa mereka. Namun, bagi kebanyakan orang, pernikahan menghalangi kehidupan doa.

Paulus mengingatkan mereka yang telah menikah supaya jangan tergoda oleh Iblis dikarenakan mereka tidak dapat menahan hawa nafsu. Si penggoda, Iblis, mengendap-endap untuk menawan kaum beriman. Sikap mereka yang tidak dapat menahan hawa nafsu bisa memberikan kesempatan kepada Iblis untuk berbuat demikian.

Dalam ayat 7 Paulus berkata, "Meskipun demikian alangkah baiknya, kalau semua orang seperti aku; tetapi setiap orang menerima dari Allah karunianya yang khas, yang seorang karunia ini, yang lain karunia itu." Karena rasul Paulus mutlak bagi Tuhan dan ekonomi-Nya, dia berharap bahwa semua orang akan seperti dia (ay. 8). Dia ingin supaya mereka tidak menikah dan dinikahkan seperti dia, sehingga mereka pun dapat mutlak bagi kepentingan Tuhan tanpa bercabang hati (ay. 33). Dalam keinginan ini dia telah menyatakan harapan Tuhan terhadap orang-orang-Nya yang terpanggil.

Ayat 8 mengatakan, "Tetapi kepada orang-orang yang tidak kawin dan kepada janda-janda aku anjurkan, supaya baiklah mereka tetap dalam keadaan seperti aku." Ini adalah keinginan dan pendapat rasul pada permulaan pelayanannya (ayat 7, 25, 40). Di kemudian hari, setelah menyaksikan hasil yang sesungguhnya, dia menganjuri janda-janda muda untuk menikah lagi (1 Tim. 5:11-15).

Menurut perkataan Paulus dalam ayat ini, kalau orang beriman tetap tidak menikah, itu lebih baik. Namun, kita tidak bisa menggenapi perkataan ini tanpa menerima karunia yang diperlukan dari Tuhan.

Dalam ayat 9 Paulus berkata, "Tetapi kalau mereka tidak dapat menguasai diri, baiklah mereka kawin. Sebab lebih baik kawin daripada hangus karena hawa nafsu." Sesuai dengan ayat ini, jika seseorang tidak bisa menguasai diri, maka lebih baik orang itu menikah. Kata "menguasai diri" dalam bahasa Yunaninya juga berarti pengendalian hawa nafsu. Kata yang sama digunakan dalam 9:25, mengenai para atlit menjauhkan diri dari pengumbaran hawa nafsu selama persiapan pertandingan.

Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 2, Berita 41

02 July 2011

1 Korintus - Minggu 16 Sabtu

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 6:15-20


Telah kita lihat bahwa dalam ayat 15, 17, dan 19 Paulus mengungkapkan tiga hal penting, yakni: tubuh kita adalah anggota-anggota Kristus; kita mengikatkan diri dengan Tuhan menjadi satu roh; dan tubuh kita adalah bait Roh Kudus. Menurut fakta dan prakteknya, ketiganya ini adalah satu. Kunci dari ketiganya ada dalam ayat 17. Tanpa mengikatkan diri pada Tuhan menjadi satu roh dengan Dia, mustahillah tubuh kita yang berdosa dan penuh hawa nafsu ini bisa menjadi anggota-anggota Kristus. Perkara penting lainnya yang bertalian dengan hal ini adalah perkataan Paulus dalam 6:14, yaitu Tuhan "akan membangkitkan kita juga oleh kuasa-Nya." Kita pun telah menunjukkan bahwa sekarang ini juga Roh Kristus yang telah bangkit yang berhuni di dalam roh kita memberikan hayat kepada tubuh kita. Pemberian hayat ini membuat tubuh kita menjadi anggota-anggota Kristus dan bait Roh Kudus. Pernahkah Anda merasa bingung, bagaimana tubuh kita bisa menjadi anggota-anggota Kristus dan bait Roh Kudus? Kuncinya adalah karena Roh Kristus yang telah bangkit dan berhuni di dalam kita ini menyalurkan hayat kepada tubuh kita yang fana.

Karena inilah kuncinya, maka kita harus melatih dan mempraktekkan mengalami Tuhan sebagai Roh pemberi-hayat yang berhuni di dalam roh kita. Inilah praktek menjadi satu roh dengan Tuhan. Jika kita melatih diri kita mengalami hal ini dan menikmatinya, kita akan membuka pintu bagi Tuhan untuk memberikan hayat kepada tubuh jasmani kita. Kemudian tubuh kita akan dipenuhi dengan hayat kebangkitan Kristus dan akan menjadi anggota-anggota Kristus. Ketika tubuh kita menjadi salah satu anggota dari Kristus yang berhuni ini, maka secara otomatis tubuh kita menjadi bait, tempat kediaman, dari Roh Kudus. Karena itu, dalam pengalaman kita, ketiga hal ini: tubuh kita menjadi anggota-anggota Kristus, menjadi satu roh dengan Tuhan, dan tubuh kita menjadi bait Roh Kudus; adalah tiga aspek dari satu realitas.

Cara Paulus menanggulangi problem-problem di antara kaum beriman Korintus tidaklah dangkal atau hanya di permukaannya saja, sebaliknya, sangatlah dalam. Ketika Paulus menanggulangi berbagai problem, ia membawa kita kembali ke visi inti ekonomi Allah -- Allah Tritunggal sebagai Roh pemberi-hayat almuhit yang berhuni di dalam roh kita. Roh itu kini adalah Allah Tritunggal yang telah diproses yang berhuni di dalam seluruh diri kita. Semua problem di antara kaum beriman disebabkan oleh kurangnya pengalaman terhadap Roh yang berhuni ini. Saya ulangi, orang-orang Kristen mempunyai problem karena mereka kurang mengalami Roh pemberi-hayat yang berhuni, yang almuhit. Karena alasan inilah, Paulus akhirnya membawa kita kembali ke Roh ini yang ada di dalam kita.

Dalam 6:20 Paulus berkata, "Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!" Cara untuk memuliakan Allah dengan tubuh kita adalah membiarkan Allah yang tinggal di dalam kita (1 Yoh. 4:13), memenuhi dan menjenuhi tubuh kita, dan mengekspresikan diri-Nya sendiri melalui tubuh kita sebagai bait-Nya. Sewaktu Tuhan menyebar dari roh kita, melalui jiwa kita, dan ke dalam tubuh kita, kita memuliakan Allah dengan tubuh kita. Jadi, memuliakan Allah dengan tubuh kita berarti tubuh kita menjadi satu dengan Allah Tritunggal. Inilah pemahaman terhadap perkataan Paulus dalam ayat 20 menurut visi inti ekonomi Allah.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 2, Berita 40

01 July 2011

1 Korintus - Minggu 16 Jumat

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 6:13-15


Dalam pasal 5 dan 6 Paulus menanggulangi masalah dosa yang kotor, menuntut hak, dan penyalahgunaan kebebasan manusia. Tetapi, ketika ia menanggulangi hal-hal tersebut, ia menggunakan ungkapan dan perkataan yang baik sekali untuk menyajikan hal-hal yang tidak pernah kita dapatkan di tempat lain di dalam Perjanjian Baru. Misalkan dalam 5:8 Paulus berkata, "Karena itu marilah kita berpesta ..." Kita telah mengetahui bahwa pesta ini mengacu kepada Hari Raya Roti Tidak Beragi sebagai kelanjutan Paskah (Kel. 12:15-20). Hari Raya ini berlangsung selama tujuh hari, jangka waktu yang lengkap, menandakan seluruh waktu hidup kristiani kita, dari hari pertobatan kita sampai pada keterangkatan kita. Ini menunjukkan bahwa seluruh kehidupan orang Kristen seharusnya merupakan pesta yang demikian, menikmati Kristus sebagai pesta kita.

Walaupun orang-orang Kristen menaruh perhatian terhadap ayat-ayat tentang kepatuhan dan kasih, siapakah yang menaruh perhatian yang cukup terhadap perkataan Paulus mengenai berpesta? Pernahkah guru-guru besar sekolah Alkitab atau seminari mengajar murid-murid mereka apa artinya berpesta dan bagaimana caranya? Saya tidak yakin ada guru besar yang mengajarkan hal ini kepada murid-murid mereka. Lagi pula, saya tidak percaya ada orang yang pernah mengatakan kepada Anda apa maknanya tubuh Anda menjadi anggota Kristus, mengikatkan diri menjadi satu roh dengan Tuhan, atau tubuh Anda adalah bait Roh Kudus. Sungguh menyedihkan, kaum beriman hari ini telah diselewengkan dari hal-hal yang teramat penting ini! Kita pun telah terhambat oleh pengaruh latar belakang keagamaan kita. Karena itu kita perlu memasuki ayat 15, 17, dan 19. Kita tidak boleh mengabaikan ayat-ayat ini; karena ayat-ayat ini adalah ayat-ayat yang paling dalam di Alkitab.

Jika kita ingin mengerti bagaimana Tuhan hari ini adalah untuk tubuh kita dan bagaimana di masa mendatang Allah akan membangkitkan tubuh kita, kita perlu memahami Roma 8:11. Ayat ini mengatakan, "Jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, tinggal di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya yang tinggal di dalam kamu." Dalam ayat ini, kita nampak bahwa melalui Roh Allah yang berhuni di dalam kita, Allah yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, menyalurkan hayat ke dalam tubuh kita yang fana ini. Hal ini bisa menjadi pengalaman hari ini bagi semua orang yang mencari Tuhan. Kalau Anda dengan sungguh-sungguh mencari Tuhan, ada sesuatu yang menakjubkan sedang berlangsung di dalam diri Anda: Roh Allah yang membangkitkan itu senantiasa menyalurkan hayat ke dalam tubuh Anda.

Penyaluran hayat semacam ini boleh kita ibaratkan seperti transmisi arus listrik. Arus listrik sebenarnya adalah listrik yang sedang bergerak. Jika Anda melihat meteran listrik di balai sidang ini, Anda akan mengetahui bahwa listrik sedang ditransmisikan ke bangunan ini. Ketika kita berhimpun di balai sidang ini untuk berdoa dan bersekutu, listrik mengalir ke dalam bangunan ini. Seasas dengan itu, arus listrik surgawi dari hayat kebangkitan Kristus sedang mengalir ke dalam tubuh kita yang fana. Sewaktu kita mencari Tuhan dari hari ke hari, kita beroleh jaminan penuh bahwa arus ilahi itu sedang mengalir di dalam kita. Arus ini adalah hayat kebangkitan yang disalurkan ke dalam kita oleh Roh yang berhuni.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 2, Berita 40