Hitstat

04 July 2011

1 Korintus - Minggu 17 Senin

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 7:1-16


Cara terbaik untuk menjajaki pembahasan Paulus terhadap kehidupan pernikahan dalam pasal ini adalah dengan memperhatikan prinsip-prinsip dasar. Saya yakin, inilah cara terbaik untuk memahami banyak butir yang tercakup dalam pasal 7. Prinsip dasar yang pertama terdapat dalam ayat 1. Dalam ayat ini Paulus berkata, "Adalah baik bagi laki-laki, kalau ia tidak kawin." Hal ini tergantung pada karunia Allah (ay. 7).

Ketika berbicara kepada kaum beriman yang menikah, dalam ayat 5 Paulus berkata, "Janganlah kamu saling menjauhi, kecuali dengan persetujuan bersama untuk sementara waktu, supaya kamu mendapat kesempatan untuk berdoa. Sesudah itu hendaklah kamu kembali hidup bersama-sama, supaya Iblis jangan menggodai kamu, karena kamu tidak dapat menahan hawa nafsu." Doa menuntut kita terbebaskan dari pengaruh orang, perkara, dan benda-benda. Doa yang menuntut kita untuk sementara berpisah dari pasangan kita pastilah khusus dan sangat penting.

Kehidupan pernikahan sering menghambat kita untuk berdoa dan menghalangi kehidupan doa kita, bahkan membuat kita tidak mampu berdoa sama sekali. Akan tetapi, ada kasus-kasus yang istimewa di mana suami dan istrinya saling menunjang dalam kehidupan doa mereka. Namun, bagi kebanyakan orang, pernikahan menghalangi kehidupan doa.

Paulus mengingatkan mereka yang telah menikah supaya jangan tergoda oleh Iblis dikarenakan mereka tidak dapat menahan hawa nafsu. Si penggoda, Iblis, mengendap-endap untuk menawan kaum beriman. Sikap mereka yang tidak dapat menahan hawa nafsu bisa memberikan kesempatan kepada Iblis untuk berbuat demikian.

Dalam ayat 7 Paulus berkata, "Meskipun demikian alangkah baiknya, kalau semua orang seperti aku; tetapi setiap orang menerima dari Allah karunianya yang khas, yang seorang karunia ini, yang lain karunia itu." Karena rasul Paulus mutlak bagi Tuhan dan ekonomi-Nya, dia berharap bahwa semua orang akan seperti dia (ay. 8). Dia ingin supaya mereka tidak menikah dan dinikahkan seperti dia, sehingga mereka pun dapat mutlak bagi kepentingan Tuhan tanpa bercabang hati (ay. 33). Dalam keinginan ini dia telah menyatakan harapan Tuhan terhadap orang-orang-Nya yang terpanggil.

Ayat 8 mengatakan, "Tetapi kepada orang-orang yang tidak kawin dan kepada janda-janda aku anjurkan, supaya baiklah mereka tetap dalam keadaan seperti aku." Ini adalah keinginan dan pendapat rasul pada permulaan pelayanannya (ayat 7, 25, 40). Di kemudian hari, setelah menyaksikan hasil yang sesungguhnya, dia menganjuri janda-janda muda untuk menikah lagi (1 Tim. 5:11-15).

Menurut perkataan Paulus dalam ayat ini, kalau orang beriman tetap tidak menikah, itu lebih baik. Namun, kita tidak bisa menggenapi perkataan ini tanpa menerima karunia yang diperlukan dari Tuhan.

Dalam ayat 9 Paulus berkata, "Tetapi kalau mereka tidak dapat menguasai diri, baiklah mereka kawin. Sebab lebih baik kawin daripada hangus karena hawa nafsu." Sesuai dengan ayat ini, jika seseorang tidak bisa menguasai diri, maka lebih baik orang itu menikah. Kata "menguasai diri" dalam bahasa Yunaninya juga berarti pengendalian hawa nafsu. Kata yang sama digunakan dalam 9:25, mengenai para atlit menjauhkan diri dari pengumbaran hawa nafsu selama persiapan pertandingan.

Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 2, Berita 41

No comments: