Hitstat

29 February 2012

2 Korintus - Minggu 23 Rabu

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 8:6-9


Dalam ayat 8-9 Paulus selanjutnya mengatakan, "Aku mengatakan hal itu bukan sebagai perintah, melainkan, dengan menunjukkan usaha orang-orang lain untuk membantu, aku mau menguji keikhlasan kasih kamu. Karena kamu telah mengenal anugerah Tuhan kita Yesus Kristus bahwa sekalipun Ia kaya, oleh karena kamu Ia menjadi miskin, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya." Tuhan Yesus, sebenarnya kaya, tetapi menjadi miskin karena kita, ini adalah kasih karunia bagi kita. Dalam prinsip yang sama, kita rela mempersembahkan harta benda kita untuk kepentingan orang lain, ini adalah kasih karunia bagi mereka.

Kelihatannya, Tuhan Yesus menjadi miskin itu tidak berhubungan dengan ministri suplai materi kepada kaum saleh yang kekurangan. Sebenarnya, jika Tuhan Yesus tidak menjadi miskin, kita tidak akan dapat memiliki Dia sebagai kasih karunia kita. Misalnya Tuhan Yesus tidak pernah datang menjadi manusia. Lalu, bagaimana Dia dapat menjadi hayat kita? Bagaimana Dia dapat menjadi kasih karunia yang bekerja di dalam kita, mendorong, menguatkan, dan menyuplai kita untuk melaksanakan satu ministri bagi kaum saleh yang kekurangan? Ini tidak mungkin. Kita sangat perlu menyadari bahwa Kristus dapat bekerja di dalam kita pada hari ini karena Dia menjadi miskin. Perihal Dia menjadi miskin karena kita seharusnya menjadi satu teladan. Di satu pihak, Dia adalah hayat di dalam kita; di pihak lain, di luar kita, Dia adalah teladan. Hayat Tuhan di dalam kita adalah hayat dari Dia yang kaya, dan menjadi miskin. Sebagai Dia yang adalah hayat kita dan teladan kita yang demikian ini, Kristus adalah kasih karunia bagi kita. Kita perlu menerima kasih karunia dari Tuhan Yesus. Kemudian kasih karunia ini akan membuat kita dapat melakukan apa yang Tuhan lakukan: menjadi miskin bagi orang lain. Sekalipun kita mungkin sangat miskin, tetapi kita masih memiliki sesuatu untuk dibagikan kepada kaum saleh yang kekurangan. Kita memiliki hayat yang di dalam kita untuk menjadi miskin bagi orang lain, dan kita memiliki teladan yang di luar kita untuk kita ikuti. Marilah kita menerima kasih karunia ini.

Jika kita memberi dengan kasih karunia yang demikian, maka apa yang kita berikan akan menjadi kasih karunia bagi orang lain. Kita memberikan benda-benda materi untuk membantu mereka, tetapi benda-benda materi ini disertai dengan kasih karunia rohani. Ketika kita menyuplai kaum saleh yang kekurangan dengan benda-benda materi dengan tepat, di dalam roh, dan dengan hayat, maka hayat dan roh akan menyertai suplai ini. Hasilnya, kaum saleh yang kekurangan itu bukan hanya disuplai dengan benda-benda materi, tetapi juga dengan kekayaan hayat.

Pemberian materi kita harus menjadi sesuatu yang rohani, penuh dengan hayat, dapat membina orang-orang kudus, dan membangun Tubuh Kristus. Ini menuntut kita dalam mempersembahkan harta benda kepada Tuhan, harus memiliki jaminan bahwa kita melakukannya di dalam roh, dengan hayat, dan bagi pembangunan gereja. Pemberian semacam ini adalah hasil dari didamaikan sepenuhnya dengan Allah. Hanya orang-orang yang telah sepenuhnya didamaikan dengan Allah yang dapat memiliki ministri harta benda yang membawakan suatu suplai hayat kepada kaum saleh yang kekurangan, bagi pembinaan rohani dan bagi pembangunan Tubuh Kristus.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 3, Berita 46

28 February 2012

2 Korintus - Minggu 23 Selasa

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 8:1-5


Dalam 2 Korintus 8:1 Paulus menyinggung tentang kasih karunia Allah yang diberikan kepada gereja-gereja di Makedonia. Kasih karunia ini adalah Kristus yang bangkit menjadi Roh pemberi-hayat (1 Kor. 15:45) untuk membawa Allah yang telah melalui proses dalam kebangkitan ke dalam kita untuk menjadi hayat dan suplai hayat kita. Kasih karunia ini sebenarnya adalah Allah Tritunggal yang menjadi hayat dan segala sesuatu bagi kita. Oleh kasih karunia ini kaum beriman Makedonia mengatasi penjajahan harta yang sementara dan tidak menentu ini dan dapat menjadi murah hati dalam memberikan kepada orang-orang kudus yang kekurangan.

Orang-orang Makedonia berada dalam kesusahan, dan penderitaan. Penderitaan itu merupakan satu ujian bagi mereka tentang berapa banyak mereka dapat diakui oleh Allah. Inilah yang dimaksud Paulus dengan diakui dalam penderitaan. Kapan saja kita berada dalam kesusahan dan penderitaan, kita harus sadar bahwa Allah sedang menguji kita untuk membuktikan di mana kita berada dan apa adanya kita. Hasil dari pengujian dalam kesusahan dan penderitaan ini, adalah pengakuan. Jika kita dapat bertahan dalam pengujian dan diakui oleh Allah, hasilnya adalah diakui dalam penderitaan. Orang-orang Makedonia berada dalam situasi yang demikian.

Kita memerlukan kasih karunia untuk mengalahkan penjajahan harta benda. Memberi berdasarkan kasih karunia secara terus-menerus itu lebih sulit daripada menjual seluruh harta benda kita dan membuat segalanya menjadi milik bersama. Dalam 1 Korintus 16 Paulus menyuruh kita menyisihkan sejumlah uang pada hari pertama setiap minggu. Pemberian yang terus-menerus ini memerlukan kasih karunia, karena hal ini bertentangan dengan sifat manusia kita yang telah jatuh. Jika kita ingin memberi secara terus-menerus, bukan satu kali untuk selamanya, kita memerlukan kasih karunia ilahi yang mendorong kita dari dalam. Untuk mendapatkan satu ministri yang mengalahkan mamon dan harta benda dan memakainya untuk tujuan Allah, kita memerlukan kasih karunia.

Orang-orang Makedonia ingin memberi suplai materi kepada kaum beriman Yahudi. Namun, bersandarkan diri mereka sendiri, mereka tidak mampu melakukan hal ini. Secara materi dan secara rohani mereka memerlukan para rasul. Karena itu, mereka meminta para rasul untuk mengizinkan mereka mengambil bagian dalam kasih karunia ini, memberi mereka kasih karunia ini supaya mereka dapat mengambil bagian dalam ministri rohani yang demikian. Meskipun ministri ini berhubungan dengan benda-benda materi, tetapi Paulus membuatnya menjadi satu ministri rohani.

Menurut perasaan orang-orang Makedonia, mereka menganggapnya sebagai satu kasih karunia untuk mengambil bagian dalam ministri bagi orang-orang kudus yang kekurangan. Partisipasi itu juga merupakan satu persekutuan dalam Tubuh Kristus. Inilah alasan mereka meminta rasul untuk memberi mereka kasih karunia ini guna mengambil bagian dalamnya.

Di bawah ministri para rasul, pemberian suplai materi ini menjadi satu perkara rohani yang penuh dengan hayat dan pembinaan. Ini benar-benar berbeda dengan pengumpulan dana pada hari ini, yang tanpa hayat, tanpa roh, dan tanpa pembangunan Tubuh Kristus. Agar pemberian materi kita menjadi satu ministri hayat yang rohani dan pembangunan, kita memerlukan kasih karunia dari Allah dan juga dari para rasul.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 3, Berita 46

27 February 2012

2 Korintus - Minggu 23 Senin

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 8:1-15


Dalam suratnya yang kedua, Paulus terlebih dulu menunjukkan kepada orang-orang di Korintus bahwa sebagai para minister dari perjanjian yang baru, para rasul telah menerima ministri untuk mendamaikan umat Allah sepenuhnya kembali kepada diri-Nya. Kemudian dalam pasal 6 Paulus melaksanakan ministri ini, yaitu melakukan satu pekerjaan yang baik untuk mendamaikan orang-orang Korintus yang telah diselewengkan sepenuhnya kembali kepada Allah. Setelah menggenapkan pekerjaan yang demikian, ia melanjutkan bersekutu dengan mereka bahwa mereka harus memiliki satu ministri untuk menyuplai orang-orang kudus yang kekurangan.

Urutan dalam pasal-pasal ini sangat penting. Jika pasal 8 dan 9 ada pada permulaan kitab ini, maka pasal-pasal itu tidak pada tempatnya. Tetapi satu pasal mengikuti pasal lainnya seperti anak tangga yang berbaris di tangga. Saya percaya bahwa sewaktu Paulus menulis surat ini, ia merasa bahwa ia sedang berjalan setahap demi setahap. Hanya setelah ia melakukan pekerjaan yang sempurna untuk mendamaikan kaum saleh yang telah diselewengkan kembali kepada Allah, barulah ia menyajikan ministri untuk memperhatikan orang-orang kudus yang kekurangan ini kepada mereka. Jadi, kita tidak boleh menganggap pasal-pasal ini terpisah dan berdiri sendiri. Kelihatannya pasal 8 dan 9 ini membahas topik yang berbeda dengan pasal 6 dan 7. Sebenarnya, dalam pemikiran Paulus semua pasal ini berhubungan.

Melalui pekerjaan pendamaian Paulus, orang-orang kudus di Korintus dibawa kembali kepada Allah, bertobat, dan menerima keselamatan lebih banyak. Kemudian dalam 2 Korintus 8:1 Paulus berkata, "Dan juga, saudara-saudara, kami hendak memberitahukan kepada kamu tentang anugerah yang diberikan kepada jemaat-jemaat di Makedonia" (Tl.). Dalam bahasa aslinya, ayat ini diawali dengan frase "dan juga". Kata "dan juga" menunjukkan bahwa ada persiapan-persiapan tertentu yang telah dibuat dan menunjukkan bahwa ada satu atmosfir dan keadaan tertentu bagi si penulis untuk menyajikan sesuatu lebih lanjut. Maka, Paulus melanjutkan membicarakan tentang kasih karunia yang Allah berikan kepada gereja-gereja di Makedonia. Tujuan-Nya adalah agar kaum beriman di Korintus mau mengambil bagian dalam menyuplai orang-orang kudus yang kekurangan.

Jika kita membaca 2 Korintus 8:1-15 dengan teliti, kita akan nampak bahwa kasih karunia di sini melibatkan empat pihak: Allah, orang-orang yang mempersembahkan, rasul-rasul, dan Kristus. Maka, kita dapat mengatakannya sebagai kasih karunia empat ganda -- kasih karunia Allah, kasih karunia dari orang-orang yang mempersembahkan, kasih karunia para rasul, dan kasih karunia Kristus. Sebenarnya, Paulus bukan hanya mengumpulkan uang. Lebih dari itu, ia merangsang orang-orang kudus untuk mengambil bagian dalam pemberian kepada orang-orang kudus yang kekurangan. Untuk mengambil bagian dalam ministri yang menyuplai orang-orang kudus yang kekurangan ini, kita memerlukan kasih karunia empat ganda.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 3, Berita 46

25 February 2012

2 Korintus - Minggu 22 Sabtu

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 7:12-16


Dalam ayat 12 Paulus selanjutnya berkata, "Sebab itu, jika aku telah menulis surat kepada kamu, maka bukanlah karena orang yang berbuat salah, atau karena orang yang menderita perbuatan salah, melainkan supaya kerelaanmu (kesungguhanmu) terhadap kami menjadi nyata bagi kamu di hadapan Allah." Di sini Paulus mengatakan bahwa ia menulis kepada orang-orang Korintus bukan karena saudara yang melakukan perbuatan sumbang (1 Kor. 5:1), yaitu orang yang melakukan kesalahan, ataupun karena ayah saudara itu, yaitu orang yang terkena perbuatan salah itu. Lalu mengapa Paulus menulis? Ia menuliskan hal itu dengan tujuan untuk menyatakan kepada mereka kesungguhan mereka atas diri para rasul. Kaum beriman Korintus benar-benar mengasihi para rasul dan sungguh-sungguh memperhatikan para rasul, tetapi mereka telah dipalingkan oleh pengajar-pengajar palsu. Karena itu, rasul menulis surat yang pertama untuk membawa mereka kembali, supaya kasih dan perhatian mereka yang sungguh-sungguh terhadap para rasul dapat terwujud pada mereka (2 Kor. 7:7). Siapa yang akan membayangkan bahwa inilah alasan Paulus menulis kepada orang-orang Korintus? Ia menulis dengan tujuan untuk mewujudkan kepada mereka kesungguhan mereka terhadap para rasul. Betapa Paulus menyatakan hikmat dalam tulisannya! Maksud Paulus ialah, "Kaum beriman Korintus, ada satu kesungguhan di dalam kamu terhadap kami. Tetapi kesungguhan itu telah terkubur dan tidak terwujud. Aku menulis surat yang pertama untuk mewujudkan kepadamu perhatian yang sungguh-sungguh yang kamu miliki terhadap kami."

Ayat 13 melanjutkan, "Sebab itulah kami menjadi terhibur. Selain penghiburan yang kami peroleh itu, kami lebih lagi bersukacita karena sukacita Titus, sebab kamu semua menyegarkan rohnya" (Tl.). Darby mengatakan, tidaklah mungkin kita menerjemahkan ungkapan Yunani di sini dengan tepat ke dalam bahasa Inggris. Paulus mengatakan bahwa ia lebih lagi bersukacita melampaui sukacita Titus. Hal itu menunjukkan bahwa rasul sangat manusiawi dan emosional ketika ia menyuplaikan hayat. Bagian yang besar ini, dari 2 Korintus 2:12--7:16, adalah mengenai ministri perjanjian yang baru dari rasul dan diri mereka sendiri sebagai minister-minister perjanjian yang baru. Bagian ini dimulai dari keinginan rasul bertemu dengan Titus karena perhatian kasihnya terhadap kaum beriman Korintus (2:13), dan berakhir dengan terhiburnya dan terdorongnya rasul oleh kedatangan Titus yang membawa berita positif tentang orang-orang Korintus.

Dalam ayat 13 Paulus mengatakan bahwa roh Titus telah disegarkan oleh semua orang Korintus. Ini membuktikan walaupun para rasul sangat manusiawi dan emosional, mereka tetap tinggal di dalam roh mereka untuk menyuplaikan hayat.

Dalam ayat 16 Paulus menutup, "Aku bersukacita, sebab aku dapat mempercayai kamu dalam segala hal." Kata Yunani yang diterjemahkan "mempercayai kamu" dapat juga diterjemahkan "memiliki keyakinan di dalam kamu". Sekarang rasul terhibur oleh kaum beriman Korintus dan dapat mempercayai mereka. Betapa dalam dan akrabnya perhatian Paulus terhadap mereka!


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 3, Berita 45

24 February 2012

2 Korintus - Minggu 22 Jumat

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 7:9-11


Dalam ayat 11 Paulus melanjutkan, "Sebab perhatikanlah betapa justru dukacita yang menurut kehendak Allah itu mengerjakan pada kamu kesungguhan yang besar, bahkan pembelaan diri, kejengkelan, ketakutan, kerinduan, semangat, penghukuman! Di dalam semuanya itu kamu telah membuktikan bahwa kamu tidak bersalah di dalam hal itu." Dukacita menurut kehendak Allah menghasilkan kesungguhan di dalam orang-orang Korintus. Kata "kesungguhan" juga dapat diterjemahkan "kerajinan". Mengacu kepada perhatian yang sungguh-sungguh dari kaum beriman Korintus yang bertobat terhadap rasul, karena perhatian kasih dari rasul atas hubungan mereka dengan Allah dan keadaan mereka di hadapan Allah. Tadinya, mereka tak peduli terhadap perhatian rasul kepada mereka; sekarang mereka telah bertobat, mereka lalu bersungguh-sungguh dan rajin terhadap hal ini. Seperti tercantum dalam ayat ini, ketujuh buah yang dihasilkan oleh kesedihan kaum beriman Korintus yang bertobat, semuanya adalah tuaian yang limpah dari surat rasul yang pertama kepada mereka.

Ayat 11 mengandung tujuh kata yang penting: kesungguhan yang besar, pembelaan diri, kejengkelan, ketakutan, kerinduan, semangat, penghukuman. Kata "bahkan" menurut bahasa aslinya muncul enam kali dalam ayat ini; secara harfiah kata Yunaninya berarti "tetapi", dalam arti "tidak hanya itu, bahkan". Jika kita membaca ayat ini dengan teliti, kita akan nampak bahwa kesungguhan itu berdiri sendiri, sedangkan keenam hasil terakhir dari kesedihan yang membawa pertobatan menurut kehendak Allah itu terbagi atas tiga pasang: yang pertama berhubungan dengan perasaan malu kaum beriman Korintus; yang kedua berhubungan dengan rasul; dan ketiga, berhubungan dengan si pelaku kesalahan (Bengel). Terjemahan Wuest juga menunjukkan hal ini dengan ungkapan "Ya, sebenarnya", tiga kali digunakan sebagai berikut: "Ya, pembelaan lisan dari dirimu sendiri, sebenarnya, kejengkelan; ya, ketakutan, sebenarnya kerinduan; ya, bergairah, sebenarnya, pelaksanaan hukuman pendisiplinan."

Sebenarnya, Paulus menunjukkan kepada orang-orang Korintus kekurangan mereka, tetapi ia melakukannya dengan cara yang lembut, lunak, dan manis. Cara Paulus menyajikan fakta-fakta ini sangat lembut. Jika saya adalah salah satu dari orang beriman Korintus itu membaca perkataan ini, saya akan malu sekali karena telah disimpangkan dan diselewengkan dan telah kehilangan perhatian saya yang sungguh-sungguh terhadap rasul, yaitu orang yang melaluinya saya telah diselamatkan.

Kata Yunani untuk pembelaan dalam ayat 11 juga berarti menjelaskan, membela diri. Mengacu kepada kaum beriman Korintus membela diri terhadap Paulus melalui Titus, membuktikan mereka tidak bersalah dalam perkara itu. Setelah mengalami pertobatan kepada keselamatan, orang-orang Korintus sadar bahwa situasi gereja di Korintus itu salah. Dalam suratnya yang pertama Paulus telah menegur mereka dan menyuruh mereka untuk merendahkan diri. Kejahatan yang sangat serius telah terjadi di antara mereka, tetapi mereka tidak merasa malu. Sebaliknya, terhadap adanya dosa yang kotor seperti perbuatan sumbang, mereka bahkan memegahkan diri. Akibatnya, seluruh gereja ditegur. Karena kaum beriman di Korintus bertobat, maka mereka didamaikan dengan Allah dan ingin membela diri. Mereka bergairah untuk menjelaskan situasinya kepada Rasul Paulus.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 3, Berita 45

23 February 2012

2 Korintus - Minggu 22 Kamis

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 7:2-8


Dalam 2 Korintus 7:2-3 Paulus berkata, "Berilah tempat bagi kami di dalam hati kamu! Kami tidak pernah berbuat salah terhadap seorang pun, tidak seorang pun yang kami rugikan, dan kami tidak mencari untung dari seorang pun. Aku berkata demikian, bukan untuk menjatuhkan hukuman atas kamu, sebab tadi telah aku katakan bahwa kamu telah beroleh tempat di dalam hati kami, sehingga kita sehidup semati." Perkataan Paulus di sini mewahyukan perhatiannya yang dalam dan akrab terhadap orang-orang Korintus. Ungkapan ini bukan sekadar sesuatu yang etis, agamawi, rohani, atau penuh kasih. Adalah mungkin mengatakan kasih dan merasakan kasih terhadap orang lain, tetapi tetap tidak memiliki banyak perhatian terhadap mereka. Kasih kita terhadap orang lain haruslah menjadi perhatian kita terhadap mereka. Paulus memiliki perhatian yang demikian terhadap kaum beriman di Korintus.

Seorang ibu bukan hanya memiliki kasih terhadap anaknya; ia juga memiliki perhatian yang dalam. Hanya perempuan yang memiliki perhatian yang demikian yang layak menjadi seorang ibu yang tepat. Seorang perempuan mungkin saja berpendidikan rendah, tetapi jika ia memiliki perhatian yang dalam terhadap anak-anaknya, maka ia layak menjadi seorang ibu yang baik. Memang, pengetahuan dan kecakapan sangat membantu, tetapi hal-hal itu bukan prasyarat. Prasyarat satu-satunya untuk menjadi seorang ibu yang baik adalah perhatian. Sama prinsipnya dengan memperhatikan gereja. Tidaklah memadai bila penatua hanya mengasihi gereja. Kasih ini harus menjadi perhatian yang dalam, yaitu perhatian terhadap semua orang muda dan orang-orang yang lemah. Perhatian ini membuat jerih lelah kita berbuah. Kita semua memerlukan perhatian yang demikian akrab terhadap orang lain.

Dalam ayat 8 Paulus selanjutnya berkata, "Jadi, meskipun aku telah menyedihkan hatimu dengan suratku itu, namun aku tidak menyesalkannya. Memang pernah aku menyesalkannya, karena aku lihat bahwa surat itu menyedihkan hatimu -- kendatipun untuk seketika saja lamanya." Kata "surat" mengacu kepada surat rasul yang pertama kepada orang-orang Korintus. Perkataannya mengenai menyesal menunjukkan bahwa rasul tidak hanya berani dan berterus terang menegur kaum beriman di dalam surat pertamanya, tetapi juga akrab dan lembut terhadap mereka. Kata-kata "menyedihkan hatimu" dalam ayat 8 ini menunjukkan bahwa surat rasul yang pertama kepada kaum beriman di Korintus telah membuahkan hasil bagi mereka.

Ayat 8 ini benar-benar memiliki unsur kelembutan. Paulus berkata, "Jadi, meskipun aku telah menyedihkan hatimu dengan suratku itu, namun aku tidak menyesalkannya." Di sini ada kelembutan. Tetapi misalnya Paulus berkata, "Dalam menulis surat yang pertama kepadamu, aku tidak melakukan apa pun yang salah dan aku tidak menyesalkannya." Cara pembicaraan yang demikian tentunya akan menyakitkan. Namun, Paulus tidak mengekspresikan dirinya dengan cara demikian. Ia membuat perkataannya lunak dengan menambahkan frase "meskipun". Dengan cara ini Paulus mengekspresikan perasaannya yang lembut terhadap kaum beriman.

Kita perlu terkesan dengan fakta bahwa cara pembicaraan Paulus dalam ayat ini lembut dan manis. Karena itu, tidak peduli apa yang ia katakan, ia tidak akan membuat sakit hati. Ekspresi yang dipakai Paulus dalam ayat 8 ini tidak akan menyakiti orang lain. Perkataannya tidak keras dan pahit, melainkan lembut dan manis.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 3, Berita 45

22 February 2012

2 Korintus - Minggu 22 Rabu

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 7:2-7


Dalam 2 Korintus 7:2 Paulus berkata, "Berilah tempat bagi kami di dalam hati kamu! Kami tidak pernah berbuat salah terhadap seorang pun, tidak seorang pun yang kami rugikan, dan kami tidak mencari untung dari seorang pun." Nasihat yang terus terang dari 2 Korintus 6:14--7:1 diberikan sebagai sisipan untuk membawa kaum beriman yang telah diselewengkan, dari menjamah hal-hal yang mencemarkan, kembali kepada Allah mereka yang kudus, sehingga mereka bisa sepenuhnya didamaikan dengan Dia. Karena itu, ayat ini sebenarnya adalah kelanjutan dari 2 Korintus 6:11-13, yang meminta kaum beriman untuk memiliki hati yang lapang terhadap para rasul, memberi tempat kepada para rasul. Dari ayat ini sampai akhir pasal ini, di dalam permintaannya rasul menyatakan perhatiannya yang akrab terhadap kaum beriman, supaya mereka dapat dihibur dan didorong untuk maju dengan Tuhan secara positif setelah sepenuhnya didamaikan dengan Allah.

Dalam ayat 3 Paulus melanjutkan, "Aku berkata demikian, bukan untuk menjatuhkan hukuman atas kamu, sebab tadi telah aku katakan bahwa kamu telah beroleh tempat di dalam hati kami, sehingga kita sehidup semati." Di sini kita memiliki ungkapan hubungan yang akrab, bukan pembicaraan yang sopan santun. Paulus terus terang dalam berbicara, tetapi juga sangat akrab dan menjamah. Bagi Paulus berbicara kepada orang-orang Korintus dengan cara demikian memperlihatkan bahwa di antara dia dan mereka ada satu hubungan yang akrab. Hanya terhadap orang yang akrab dengan kita, kita dapat berbicara secara demikian.

Ayat 4 melanjutkan, "Aku sangat berterus terang terhadap kamu; tetapi aku juga sangat memegahkan kamu. Dalam segala penderitaan kami aku sangat terhibur dan sukacitaku melimpah-limpah." "Terhibur dan sukacita" di sini dalam bahasa Yunaninya secara harfiah adalah penghiburan itu dan sukacita itu; mengacu kepada penghiburan yang khusus, sukacita yang khusus yang dibawa oleh Titus. Di sini kata-kata Paulus juga akrab dan menjamah.

Ayat 6 mengatakan, "Tetapi Allah, yang menghiburkan orang yang rendah hati, telah menghiburkan kami dengan kedatangan Titus." Karena perhatiannya yang dalam bagi reaksi kaum beriman Korintus terhadap suratnya yang pertama, rasul tidak memiliki ketenangan di dalam rohnya (2:13) bahkan merasa sangat sedih, berharap segera bertemu dengan Titus agar mendapatkan keterangan tentang reaksi orang-orang Korintus. Sekarang Titus tidak hanya sudah datang, tetapi juga membawa berita gembira tentang reaksi mereka yang positif. Ini adalah penghiburan yang besar bagi rasul.

Hati kita perlu diperluas, dan kita perlu sepenuhnya didamaikan dengan Allah. Kemudian kita akan memiliki satu kehidupan yang adalah kehidupan yang menyuplai, yaitu kehidupan yang dapat menghasilkan banyak buah. Hanya kehidupan yang menyuplai demikianlah yang dapat membuat kita menghasilkan buah. Menghasilkan buah adalah hasil dari kehidupan yang menyuplai ini.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 3, Berita 44

21 February 2012

2 Korintus - Minggu 22 Selasa

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 7:2-7


Mungkin saja terjadi, kita memiliki banyak pengetahuan dalam hal rohani dan penuh dengan kuasa dalam memberitakan, tetapi tetap tidak berbuah. Pada kenyataannya, bukannya berbuah dan menyuplaikan hayat, orang yang demikian malah dapat membuat orang lain menderita kematian. Seorang saudara yang mengadakan satu sidang istimewa di satu gereja mungkin hanya memperhatikan menyampaikan berita-berita; ia mungkin tidak memiliki perhatian yang sejati terhadap gereja di tempat itu. Demikian pula, kita mungkin mengunjungi satu keluarga untuk menggembalakan mereka, tetapi kita mungkin tidak memiliki perhatian yang penuh kasih. Sebaliknya, motivasi kita mungkin adalah untuk memamerkan pengetahuan, kerohanian, karunia, atau kecakapan kita. Akibatnya adalah membunuh orang lain.

Dua Korintus 7 mewahyukan bahwa kita memerlukan satu perhatian yang akrab. Jika kita mempunyai kemampuan untuk melaksanakan satu pekerjaan tetapi kekurangan perhatian yang akrab, maka pekerjaan kita tidak akan berbuah. Yang diperlukan untuk membangun satu kehidupan keluarga dan kehidupan gereja yang baik dan indah adalah perhatian yang akrab. Bagaimana kita dapat berbuah, berapa banyak buah yang kita hasilkan, bukan tergantung kepada apa yang dapat kita lakukan. Ini tergantung kepada apakah kita memiliki perhatian yang akrab atau tidak.

Dalam 1 Korintus Paulus seperti seorang ayah yang sedang mendisiplinkan anak-anaknya. Tetapi pendisiplinan ini pun berasal dari perhatian yang dalam, dan akrab. Misalnya, ada seorang ibu yang memukul anaknya. Tetapi sewaktu anak itu menerima pukulan itu, anak itu sadar bahwa ibunya sedang mendisiplinkannya dengan roh dan sikap yang penuh kasih. Maka, ketika ibu itu memukul anaknya, ia tetap dapat mengasihinya. Anak-anak dapat mengatakan apakah orang tua mereka mendisiplinkan mereka dengan roh yang penuh kasih atau tidak. Dengan roh yang penuh kasih dan perhatian, Paulus menulis Kitab 1 Korintus ini. Tentunya, dalam seluruh 2 Korintus, terutama di dalam pasal 7, kita dapat melihat perhatian Paulus yang akrab terhadap kaum beriman.

Dalam 2 Korintus 7 Paulus itu sangat emosional. Dalam ayat 13 ia mengatakan bahwa ia "lebih lagi bersukacita karena sukacita Titus." J.N. Darby menunjukkan bahwa tidak mungkin menerjemahkan ungkapan "lebih bersukacita" dalam bahasa Yunani ini ke dalam bahasa Inggris dengan tepat. Paulus sangat manusiawi dan emosional ketika ia menyuplaikan hayat. Paulus begitu emosional karena perhatiannya sangat dalam dan akrab. Tanpa perhatian yang demikian ini, kita tidak mungkin dapat lebih bersukacita seperti Paulus. Sebaliknya, kita mungkin sedingin lemari es, yaitu benar-benar kekurangan perhatian terhadap orang-orang kudus. Kita tidak menghangatkan mereka, malah membuatnya semakin dingin. Tidak ada satu hal pun yang dapat bertumbuh di dalam keadaan yang membeku demikian. Kita memerlukan cuaca musim semi untuk mencairkan kita dan menghangatkan kehidupan kita. Sekali lagi perlu ada hayat yang melayani. Tahukah Anda apakah hayat yang menyuplai ini? Ini adalah hayat yang menyuplai orang lain. Belajarlah menghangatkan orang lain. Ini adalah memiliki perhatian yang akrab terhadap mereka.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 3, Berita 44

20 February 2012

2 Korintus - Minggu 22 Senin

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 7:2-7


Apa yang kita miliki dalam 2 Korintus 7:2-16 adalah perhatian akrab dari penyuplaian hayat para rasul. Setiap orang beriman yang mengasihi Tuhan dan yang ingin mencapai standar Allah harus menjadi seorang minister dari perjanjian yang baru. Asalkan kita adalah kaum beriman dalam Kristus, kita harus menjadi para minister Perjanjian Baru, tidak peduli apakah kita menjadi rasul, pemberita Injil, penatua, atau diaken. Minister yang demikian adalah seorang yang menyuplaikan Kristus kepada orang lain bagi pembangunan gereja, Tubuh-Nya. Semasih muda saya mendengar bahwa setiap orang beriman harus menjadi pemberita Injil. Sekarang kita nampak bahwa kita bukan hanya harus menjadi pemberita-pemberita Injil, tetapi juga menjadi minister-minister dari perjanjian yang baru, yaitu orang-orang yang menyuplaikan Kristus sebagai hayat supaya gereja dapat terbangun sebagai Tubuh Kristus. Ministri ini bukan hanya harus dilaksanakan oleh para rasul dan para penatua, tetapi juga oleh setiap orang dalam gereja.

Sasaran dari pemulihan Tuhan pada hari ini adalah memulihkan penyuplaian Kristus oleh semua orang beriman supaya gereja dapat terbangun. Pemahaman ini berdasar pada perkataan Paulus dalam Efesus 4, di mana ia mengatakan bahwa rasul-rasul, nabi-nabi, pemberita-pemberita Injil, gembala-gembala, dan pengajar-pengajar menyempurnakan orang-orang kudus bagi pekerjaan ministri (pelayanan), kepada pembangunan Tubuh Kristus. Agar kita semua menjadi pembangun-pembangun gereja, untuk menyuplaikan Kristus bagi pembangunan gereja, kita memerlukan hayat yang menyuplai. Untuk menjadi para minister dari perjanjian yang baru, kita memerlukan hayat yang menyuplai sedemikian. Kita perlu menempuh satu kehidupan yang menyuplaikan Kristus kepada orang lain bagi gereja.

Hayat yang menyuplai yang kita lihat dalam 2 Korintus ini adalah satu kehidupan yang berbuah. Kita mungkin "rohani", "kudus", dan "menang", namun kita tidak berbuah. Ada masalah dengan kerohanian, kekudusan, dan kemenangan yang demikian. Patut dipertanyakan apakah hal-hal itu benar dan sejati. Bukankah tidak biasanya seseorang dapat menjadi "rohani" tanpa berbuah? Menurut Alkitab, menjadi rohani adalah untuk tujuan berbuah. Dalam Injil Yohanes Tuhan tidak menyuruh kita menjadi rohani, kudus, dan menang. Sebaliknya, dalam Yohanes 15 Dia memerintahkan kita untuk menghasilkan buah, bahkan menghasilkan buah yang banyak, dan buah yang tetap. Inilah menempuh kehidupan yang menyuplai.

Di sekitar rumah saya ada sejumlah pohon buah persik, lemon, dan jeruk. Untuk jangka waktu yang agak lama, pohon-pohon tertentu tidak menghasilkan buah. Karena kekurangan buah, kami mempertimbangkan untuk memotongnya. Pohon-pohon itu tidak menghasilkan buah, tetapi pohon-pohon itu terus bertumbuh cukup baik. Kenyataannya, pohon-pohon itu hijau dan subur, penuh dengan daun-daunan. Semakin pohon-pohon itu bertumbuh secara demikian, saya semakin jengkel dengannya. Kadang-kadang ketika saya melihat pohon-pohon itu saya berkata, "Hai pohon, apa yang kaulakukan di sini? Kamu penuh dengan daun-daun yang hijau, dan ranting-rantingmu menyebar ke mana-mana, tetapi kamu tidak menghasilkan buah satu pun." Kita dapat mengambil hal ini sebagai satu ilustrasi dari kaum beriman yang mungkin saja "rohani", "kudus", dan "menang", tetapi tidak berbuah. Mereka tidak menghasilkan buah karena mereka tidak memiliki hayat yang menyuplai. Kita sangat perlu nampak bahwa kita semua harus memiliki satu hayat yang menyuplai.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 3, Berita 44

18 February 2012

2 Korintus - Minggu 21 Sabtu

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 6:17—17:1


Dalam 7:1 Paulus berkata, "Saudara-saudaraku yang terkasih, karena kita sekarang memiliki janji-janji itu, marilah kita menyucikan diri kita dari semua pencemaran jasmani dan rohani, dan dengan demikian menyempurnakan kekudusan kita dalam takut akan Allah." Dalam bahasa aslinya, ayat 1 ini dimulai dengan kata-kata "Karena itu". Pada permulaan ayat ini menunjukkan bahwa ini adalah penutup untuk 2 Korintus 6:14-18. Janji-janji itu adalah yang disebut dalam 2 Korintus 6:16-18. Pencemaran jasmani mengacu kepada pencemaran benda-benda materi; pencemaran rohani mengacu kepada pencemaran dalam dunia rohani, seperti berhala-berhala. Menyucikan diri kita dari semua pencemaran jasmani dan rohani berarti berpaling dari semua penyimpangan untuk didamaikan sepenuhnya ke dalam Allah.

Dalam 2 Korintus 7:1 Paulus membicarakan tentang menyempurnakan kekudusan dalam takut akan Allah. Kekudusan adalah pemisahan dari segala sesuatu di luar Allah kepada Allah. Menyempurnakan kekudusan adalah membuat pemisahan ini penuh dan sempurna, agar seluruh diri kita -- roh, jiwa, dan tubuh -- sepenuhnya dan dengan sempurna dipisahkan, dikuduskan kepada Allah (1 Tes. 5:23). Ini adalah sepenuhnya didamaikan dengan Allah.

Kudus bukan hanya berarti disisihkan, dipisahkan kepada Allah; tetapi juga berarti berbeda, dan terpisah dari segala sesuatu yang umum. Hanya Allah yang berbeda, dan terpisah dari semua hal lain. Karena itu, Dia kudus; kekudusan adalah sifat-Nya. Menurut Efesus 1:4, Dia memilih kita supaya kita menjadi kudus. Cara Dia membuat kita menjadi kudus adalah dengan menyalurkan diri-Nya sendiri, Sang Kudus itu, ke dalam kita supaya seluruh diri kita dapat diresapi dan dijenuhi dengan sifat kudus-Nya. Bagi kita, kaum pilihan Allah, menjadi kudus berarti mengambil bagian dalam sifat ilahi Allah (2 Ptr. 1:4), dan membiarkan seluruh diri kita diresapi dengan Allah sendiri. Ini berbeda dengan sekadar menjadi sempurna tanpa dosa atau murni tanpa dosa. Kekudusan yang sejati membuat diri kita menjadi kudus dalam sifat dan karakter, sama seperti Allah sendiri.

Dalam 2 Korintus 7:1 Paulus menyinggung tentang takut akan Allah. Takut di sini berhubungan dengan tidak berani menjamah hal-hal yang bukan milik Allah atau yang tidak berhubungan dengan Allah (6:17).

Kita telah menunjukkan bahwa kaum beriman adalah kebenaran, terang, Kristus, dan bait. Bila kita menjadi pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tidak percaya, ini berarti kita membawa kebenaran Allah ke dalam kedurhakaan, membawa terang Allah ke dalam gelap, dan membawa Kristus kepada Iblis, dan kita mencampurkan bait Allah dengan berhala. Berhala mencemarkan roh kita. Karena itu, dalam dunia rohani dan dunia jasmani ada pencemaran. Dipisahkan dari pencemaran dan dari hal-hal yang najis sebenarnya adalah didamaikan dengan Allah.

Dalam pasal 6 Paulus benar-benar melaksanakan ministri pendamaian. Ia mendorong orang-orang Korintus untuk dipisahkan dari hal-hal yang najis. Dipisahkan dari apa yang najis adalah didamaikan dengan Allah dan dikuduskan kepada-Nya; ini juga berarti diselamatkan sepenuhnya. Jadi, diselamatkan sepenuhnya itu meliputi pemisahan dari apa yang najis, pengudusan kepada Allah, dan pendamaian ke dalam Allah. Inilah alasannya pada permulaan pasal ini Paulus membicarakan tentang keselamatan, dan pada akhir pasal ini ia membicarakan tentang pemisahan. Mendapatkan keselamatan adalah pemisahan, pemisahan adalah pengudusan, dan pengudusan adalah pendamaian.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 3, Berita 43

17 February 2012

2 Korintus - Minggu 21 Jumat

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 6:14-16


Ayat 14 mengatakan, "Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apa yang terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimana terang dapat bersatu dengan gelap?" Firman tentang jangan menjadi pasangan yang tidak seimbang ini dikatakan oleh rasul berdasarkan ayat 11, yakni mulutnya yang terbuka dan hatinya yang lapang terhadap kaum beriman. Setelah meneguhkan fakta bahwa pendamaian yang penuh adalah keselamatan yang penuh yang dihasilkan dari perluasan hati, Paulus menasihati kaum beriman Korintus untuk tidak menjadi pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tidak percaya.

Kata tidak seimbang dalam ayat 14 ini berarti berlawanan; menyiratkan perbedaan dalam jenis. Ini mengacu kepada Ulangan 22:10, yang melarang menaruh bajak pada dua jenis binatang yang berbeda. Orang yang beriman berbeda dengan orang yang tidak beriman. Karena sifat ilahi dan kedudukan kudus orang-orang beriman, maka mereka tidak seharusnya memikul satu kuk yang sama dengan orang-orang yang tidak beriman. Ini seharusnya diterapkan pada semua hubungan akrab di antara orang-orang beriman dengan orang-orang yang tidak beriman, bukan hanya pada pernikahan dan perdagangan mereka.

Dalam ayat 14 Paulus berkata, "Sebab persamaan apa yang terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimana terang dapat bersatu dengan gelap?" Tidak seharusnya ada hubungan apa pun antara kebenaran dengan kedurhakaan. Tidak boleh ada hubungan, kesatuan, di antara mereka. Demikian pula, terang tidak memiliki hubungan apa-apa dengan kegelapan. Keduanya tidak dapat memiliki persekutuan apa pun. Sebagai kaum beriman, kita berada dalam terang. Jika kita memiliki persekutuan, atau persahabatan yang intim dengan orang-orang yang tidak beriman, maka persahabatan itu adalah persekutuan antara terang dengan gelap. Bagi seorang beriman menikah dengan seorang yang tidak beriman itu berarti orang beriman itu menyatukan terang dengan gelap.

Dalam ayat 15 Paulus melanjutkan, "Persamaan apa yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apa bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya?" Belial adalah nama lain untuk Satan, Iblis. Tidak mungkin ada persamaan antara Kristus dengan Iblis. Kita kaum beriman berasal dari Kristus, dan orang-orang yang tidak beriman berasal dari Satan. Jika kita memiliki persahabatan dengan orang-orang yang tidak beriman, itu berarti kita membuat persamaan antara Kristus dengan Satan. Seorang beriman tidak memiliki bagian apa pun dengan orang yang tidak beriman.

Dalam ayat 16 Paulus selanjutnya berkata, "Apa hubungan bait Allah dengan berhala? Karena kita adalah bait dari Allah yang hidup seperti firman Allah ini, 'Aku akan tinggal bersama-sama dengan mereka dan hidup di tengah-tengah mereka, dan Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umat-Ku.'" Di sini kita nampak bahwa tidak mungkin ada kesesuaian antara bait Allah dengan berhala. Orang-orang yang tidak beriman memiliki berhala, tetapi kita adalah bait Allah. Lalu bagaimana mungkin ada hubungan yang akrab antara orang-orang beriman dengan orang-orang yang tidak beriman?


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 3, Berita 43

16 February 2012

2 Korintus - Minggu 21 Kamis

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 6:12-13


Jika kita ingin didamaikan sepenuhnya dengan Allah, diselamatkan sepenuhnya, kita memerlukan hati yang diperluas. Paulus memohon kepada orang-orang Korintus untuk membuka hati mereka lebar-lebar: "Bagi kamu ada tempat yang luas dalam hati kami, tetapi bagi kami hanya tersedia tempat yang sempit di dalam hati kamu. Karena itu, sekarang, supaya timbal balik -- aku berkata seperti kepada anak-anakku -- Bukalah hati kamu selebar-lebarnya!" (2 Kor. 6:12-13). Seperti yang telah kita tunjukkan, untuk diperluas perlu aspek dari hayat yang serba sesuai yang dibahas dalam 2 Korintus 6:3-10. Ini memerlukan delapan belas butir yang dimulai dengan "dalam": dalam menahan dengan penuh kesabaran, dalam penderitaan, dalam kesusahan, dalam kesukaran, dalam menanggung pukulan, dalam penjara, dalam kerusuhan, dalam berjerih payah, dalam berjaga-jaga, dalam berpuasa, dalam kemurnian hati, dalam pengetahuan, dalam kesabaran, dalam kemurahan hati, dalam roh yang kudus, dalam kasih yang tulus ikhlas, dalam pemberitaan kebenaran, dan dalam kekuasaan Allah. Ini juga memerlukan tiga pasangan yang dimulai dengan "ketika": ketika menggunakan senjata-senjata keadilan untuk menyerang atau membela, ketika dihormati dan ketika dihina, ketika diumpat dan ketika dipuji. Akhirnya, ini memerlukan tujuh pasang yang dimulai dengan "sebagai": sebagai penipu-penipu, namun ternyata benar; sebagai orang-orang yang tak dikenal, namun terkenal; sebagai orang yang nyaris mati, namun sungguh kami hidup; sebagai orang yang dihajar, namun tetap hidup; sebagai orang yang berdukacita, namun senantiasa bersukacita; sebagai orang miskin namun memperkaya banyak orang, sebagai orang tak bermilik namun memiliki segala sesuatu. Jika kita memiliki semua karakteristik dari hayat yang serba sesuai ini, yaitu semua butir dengan "dalam", "ketika", dan "sebagai", maka kita benar-benar telah diperluas.

Kita perlu tegas dan lurus. Namun, kita harus tegas terhadap diri kita sendiri, bukan terhadap orang lain. Untuk menjadi tegas terhadap diri sendiri bukan terhadap orang lain, kita perlu diperluas. Orang-orang yang sangat lurus biasanya juga sempit. Hati mereka perlu diperluas.

Ketika hati kita diperluas, kita tidak boleh kendur. Sebaliknya kita harus tetap tegas dan lurus terhadap diri sendiri, tetapi kita tidak boleh menerapkan prinsip ini kepada orang lain. Jika Tuhan telah melakukan pekerjaan demikian di dalam kita, maka kita telah diperluas.

Saya ingin meminta Anda untuk melihat sekali lagi semua perkara yang telah dipaparkan oleh Paulus dalam 2 Korintus 6:3-10. Jika kita memiliki semua karakteristik dan syarat-syarat ini, kita akan memiliki satu hati yang luas. Secara luaran kita mungkin sangat kecil, tetapi hati kita akan menjadi seperti samudra. Tetapi jika kita tidak memiliki syarat-syarat ini, kita akan memiliki satu hati yang sangat picik. Kita mungkin besar dalam pandangan kita, namun hati kita sangat sempit. Misalnya, jika ada orang yang membuat satu kesalahan, mungkin kita tidak akan menghiraukan dia jika ia tidak bertobat. Itu adalah tanda hati yang sempit. Itu juga merupakan satu petunjuk bahwa kita tidak dapat mendamaikan orang lain kepada Allah, karena diri kita sendiri belum sepenuhnya didamaikan dengan Dia. Sempitnya hati kita adalah satu petunjuk yang kuat bahwa kita baru didamaikan sebagian saja dengan Allah dan bahwa persentasi keselamatan kita itu sangat rendah. Berapa luasnya hati kita itu tergantung kepada tingkat pendamaian kita dengan Allah.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 3, Berita 42

15 February 2012

2 Korintus - Minggu 21 Rabu

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 6:1-13


Kita telah nampak bahwa dalam pasal 5 para rasul telah menerima ministri pendamaian untuk membawa umat Allah, bukan hanya orang-orang dosa, masuk kembali ke dalam Allah sendiri supaya mereka dapat menjadi kebenaran Allah dalam Kristus. Para rasul telah diamanatkan dengan ministri ini untuk membawa umat Allah masuk ke dalam Dia dan membuat mereka menjadi satu dengan Dia secara organik. Bila kita dibawa masuk kembali ke dalam Allah secara demikian, kita akan menjadi kebenaran Allah.

Paulus menyadari bahwa gambarannya tentang pendamaian dalam pasal 5 itu mencakup sesuatu yang sangat dalam. Maka, dalam pasal 6 ia menjelaskan lebih lanjut bahwa pendamaian dalam pasal 5 sama dengan keselamatan yang penuh. Karena alasan ini, maka dalam 6:2 ia menyebut pendamaian ini keselamatan. Di sini keselamatan itu bukanlah keselamatan orang-orang dosa; ini adalah keselamatan orang-orang yang telah didamaikan separuh dengan Allah. Orang-orang yang baru didamaikan separuh dengan Allah ini memerlukan pendamaian lebih lanjut, keselamatan lebih lanjut.

Dalam 6:1 Paulus berkata kepada orang-orang Korintus, "Sebagai teman-teman sekerja, kami menasihatkan kamu, supaya kamu jangan menyia-nyiakan anugerah Allah yang telah kamu terima." Maksud Paulus di sini ialah, "Kaum beriman di Korintus, janganlah menyia-nyiakan kasih karunia (anugerah) Allah. Allah telah memberikan sangat banyak kasih karunia kepada kamu. Allah telah mengaruniakan kasih karunia demi kasih karunia kepada kamu. Karena kamu telah menerima begitu banyak kasih karunia Allah, maka aku meminta agar kamu tidak menyia-nyiakan." Menyia-nyiakan kasih karunia Allah berarti telah menerima kasih karunia tetapi tanpa kemajuan dalam perkara beroleh selamat.

Jika kita ingin menjadi orang-orang yang tidak menyia-nyiakan kasih karunia Allah, kita memerlukan keselamatan lebih banyak lagi. Inilah sebabnya dalam ayat 2 Paulus selanjutnya berkata, "Sebab Allah berfirman, 'Pada waktu Aku berkenan, Aku mendengarkan engkau, dan pada hari Aku menyelamatkan, Aku menolong engkau.' Sesungguhnya, waktu ini adalah waktu perkenanan itu; sesungguhnya, hari ini adalah hari penyelamatan itu." Para pengkhotbah sering kali memakai ayat ini untuk memberitakan Injil. Dalam pemberitaan Injil mereka, mereka mengatakan seperti ini: "Sekarang adalah waktu dan hari penyelamatan. Jangan kehilangan kesempatan untuk menerima kasih karunia Allah." Namun, dalam ayat 1 ini, Paulus tidak membicarakan tentang menerima kasih karunia Allah, melainkan ia memperingatkan untuk tidak menyia-nyiakan kasih karunia Allah. Orang-orang Korintus telah menerima kasih karunia Allah. Mereka perlu membiarkan kasih karunia ini bekerja di dalam mereka. Jika mereka membiarkan kasih karunia Allah bekerja di dalam mereka, berarti mereka tidak menyia-nyiakan kasih karunia Allah. Ini berarti didamaikan sepenuhnya dengan Allah dan dalam setiap hal. Selain itu, ini adalah untuk mengalami keselamatan yang sekarang ini. Hari ini seharusnya menjadi hari keselamatan lebih lanjut, yaitu hari kemajuan dalam hal didamaikan dengan Allah melalui kasih karunia-Nya.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 3, Berita 42

14 February 2012

2 Korintus - Minggu 21 Selasa

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 6:11-13


Kita tidak boleh mengira bahwa hayat yang serba sesuai yang digambarkan dalam 6:3-13 ini hanya bagi seseorang seperti Paulus. Tidak, setiap orang beriman memiliki kemungkinan untuk menjadi seorang minister Perjanjian Baru. Setiap orang yang telah diselamatkan sepenuhnya tentunya adalah seorang minister dari perjanjian yang baru dengan hayat yang serba sesuai. Ini berarti jika sebagai seorang beriman Perjanjian Baru, Anda bukan minister dari perjanjian yang baru yang memadai, Anda belum diselamatkan sepenuhnya. Jika kita telah diselamatkan sepenuhnya dan memiliki satu hayat yang serba sesuai, maka situasi atau keadaan apa pun tepat bagi kita untuk meministrikan hayat kepada orang lain. Dengan diselamatkan sepenuhnyalah kita menjadi layak untuk menjadi minister-minister Perjanjian Baru.

Jika kita ingin memiliki hayat yang serba sesuai, kita memerlukan satu hati yang terbuka selebar-lebarnya, yaitu satu hati untuk merangkul seluruh umat Allah. Bukan hanya para rasul dan para penatua yang harus memiliki hati yang demikian, melainkan setiap orang beriman dalam Kristus harus memiliki hati yang lapang. Jika hati kita tidak dapat diperluas dengan tepat pada zaman ini, Tuhan akan memperluas hati kita pada zaman yang akan datang. Tentunya pada waktu kita masuk ke dalam Yerusalem Baru, kita akan memiliki satu hati yang terbuka selebar-lebarnya. Sedikitnya pada waktu itu kita akan dapat berkata, "Saudara Paulus, sekarang aku sama dengan Anda. Anda memiliki hati yang terbuka selebar-lebarnya, aku juga memiliki hati yang demikian." Namun, saya harap kita tidak menunggu hati kita diperluas sampai zaman yang akan datang. Lebih baik hati kita diperluas pada hari ini.

Sasaran dari berita ini adalah untuk memperluas kita. Sasarannya bukanlah agar kita menjadi orang-orang yang besar. Saya telah melihat sejumlah orang yang terkenal yang hatinya sangat sempit. Mereka dipandang sebagai orang-orang besar, tetapi hati mereka kecil. Saya lebih suka menjadi orang yang kecil dengan hati yang lapang, dengan hati yang terbuka selebar-lebarnya untuk merangkul setiap orang beriman dalam Kristus.

Adalah bermakna bahwa dalam tulisan Paulus, kesabaran dan penderitaan ditulis lebih dulu, sedangkan pemberitaan kebenaran dan kekuasaan Allah ditulis paling akhir. Kita mungkin akan mendahulukan hal-hal ini, yaitu menjadi kepalanya, tetapi Paulus membuatnya menjadi yang terakhir, yaitu menjadi ekornya. Di sini Paulus menekankan satu hayat yang serba sesuai, yaitu satu hayat yang cocok dalam setiap situasi dan tidak membuat orang lain tersandung. Di sini ia tidak banyak membicarakan pemberitaan kebenaran dan kekuasaan Allah.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 3, Berita 41

13 February 2012

2 Korintus - Minggu 21 Senin

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 6:3-10


Pada bagian bawah ayat 8 Paulus dikatakan, "Ketika dianggap sebagai penipu, ternyata orang benar." Seolah-olah para rasul adalah penipu-penipu dalam pandangan penganut agama Yahudi dan orang-orang dalam agama dan filsafat lain, tetapi benar dalam pandangan mereka yang mengasihi kebenaran Allah.

Dalam ayat 9 Paulus berkata, "Sebagai orang yang tidak dikenal, namun terkenal." Para rasul adalah orang-orang yang tidak dikenal dalam arti tidak memamerkan diri sendiri. Tetapi mereka terkenal dalam arti bersaksi bagi kebenaran Allah. Kita juga harus tidak dikenal dalam hal kita tidak menonjolkan diri kita sendiri atau memamerkan diri sendiri. Akibatnya, orang lain tidak mengenal kita. Namun, pada waktu yang sama kita mungkin terkenal karena kita mempersaksikan kebenaran Allah. Mula-mula kita harus tidak dikenal, kemudian baru terkenal. Jangan mencari nama dengan menonjolkan diri Anda sendiri, melainkan setialah selalu untuk mempersaksikan kebenaran Allah kepada orang lain.

Para rasul sebagai orang yang nyaris mati dalam menderita penganiayaan (1:8-10; 4:11; 1 Kor. 15:31). Tetapi hidup dalam kebangkitan Tuhan (4:10-11). Kita juga harus menjadi orang-orang yang diletakkan kepada kematian, orang-orang yang nyaris mati, dan juga orang-orang yang hidup dalam kebangkitan.

Dalam ayat 9 Paulus juga berkata, "Sebagai orang yang dihajar, namun tidak mati." Para rasul seolah-olah sebagai orang-orang yang dihajar dalam pengetahuan para penentang yang dangkal, tetapi tidak mati karena rawatan Tuhan yang berdaulat. Sewaktu kita menderita, orang-orang yang mempunyai pandangan yang dangkal mungkin akan berkata, "Orang-orang ini berada di bawah penghukuman Allah. Jika mereka tidak dihukum oleh Allah, mengapa mereka harus begitu banyak menderita?" Namun, pada waktu kita menderita, kita tetap berada di dalam rawatan Tuhan yang berdaulat dan tidak mati. Karena itu, kita menderita namun kita hidup.

Para rasul berdukacita karena keadaan negatif gereja-gereja (11:28). Namun mereka senantiasa bersukacita dalam kasih karunia yang cukup dan hayat kebangkitan Kristus (12:9-10).

Dalam ayat 10 Paulus juga mengatakan para rasul "sebagai orang miskin, namun memperkaya banyak orang." Mereka miskin dalam hal-hal materi, tetapi memperkaya banyak orang dengan kekayaan rohani (Ef. 3:8).

Akhirnya dalam ayat 10, Paulus berkata, "Sebagai orang tak bermilik, sekalipun kami memiliki segala sesuatu." Mereka sebagai orang yang tak bermilik pada aspek manusia, tetapi memiliki segala sesuatu dalam ekonomi ilahi.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 3, Berita 41

11 February 2012

2 Korintus - Minggu 20 Sabtu

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 6:3-7


Sulit untuk membedakan ketekunan dengan kesabaran. Ketekunan mungkin menekankan kekuatan atau kemampuan untuk menderita, dan kesabaran menekankan lamanya bertahan dalam penderitaan itu. Untuk menjadi seorang minister Perjanjian Baru, kita harus menyadari bahwa tidak ada satu pun yang dapat digenapkan bagi tujuan kekal Allah tanpa penderitaan. Sejak manusia jatuh, segala sesuatu dalam kehidupan manusia digenapkan melalui penderitaan. Menurut Kejadian 3, perempuan akan menderita dalam melahirkan anak. Penderitaan diperlukan dalam membesarkan anak-anak kita. Memang, kita yang menjadi orang tua menikmati anak-anak kita. Ketika seorang ibu memeluk anak kecilnya atau memandangnya sewaktu anak itu tidur, ia sangat gembira. Meskipun demikian, kenyataannya anak-anak mendatangkan kesulitan bagi orang tua mereka. Mungkin pada waktu membesarkan anak, lebih banyak penderitaannya daripada kenikmatannya. Selain itu, menurut Kejadian 3, manusia juga harus berjerih lelah untuk mencari nafkah, karena tanah mengeluarkan semak dan duri. Kelihatannya rumput liar selalu tumbuh lebih baik daripada tanam-tanaman yang kita tanam. Ini adalah satu tanda dari kesulitan dan penderitaan hidup manusia.

Saya percaya bahwa dalam pemikiran Paulus kesabaran berhubungan dengan kemurahan hati. Biasanya bila kita sedang menderita kita tidak memiliki kemampuan untuk memperhatikan orang lain. Tetapi kemurahan hati itu menyiratkan bahwa kita bagi orang lain. Saya percaya bahwa konsepsi Paulus adalah bahwa sewaktu kita menderita, kita juga perlu memperhatikan orang lain dan murah hati terhadap mereka. Kita berada dalam kesabaran dan juga dalam kemurahan hati. Bahkan ketika kita menderita, kita tetap harus murah hati kepada orang lain.

Kasih adalah masalah hati. Dalam ayat ini kita memiliki motivasi, pikiran, hati, dan roh. Dengan pukulan pada tubuh (ayat 5), pengetahan dalam pikiran, dan kasih dalam hati, seluruh diri rasul, termasuk tubuh, jiwa, dan roh, dipakai dalam hidup mereka untuk merampungkan ministri mereka. Untuk menjadi minister-minister dari perjanjian yang baru, seluruh diri kita, yaitu tubuh, jiwa, dan roh kita, harus benar.

Dalam ayat 7 Paulus berkata, "Dalam pemberitaan kebenaran dan kekuasaan Allah." Kebenaran di sini mengacu kepada realitas dari perjanjian yang baru. Kebenaran berarti realitas dan mengacu kepada semua hal yang riil yang diwahyukan dalam firman Allah, terutama tentang Kristus sebagai perwujudan Allah dan gereja sebagai Tubuh Kristus. Kata kebenaran adalah pernyataan, ungkapan dari realitas ilahi seperti yang diwahyukan dalam Perjanjian Baru.

Kekuasaan Allah disesuaikan dengan pemberitaan kebenaran. Pemberitaan kebenaran tanpa kekuasaan Allah hanyalah merupakan pengetahuan dalam huruf-huruf. Dalam kekuasaan Allah pemberitaan kebenaran itu menjadi realitas. Kekuasaan adalah Roh Allah, bahkan Allah itu sendiri.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 2, Berita 40

10 February 2012

2 Korintus - Minggu 20 Jumat

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 6:4-6; 1 Tes. 2:9


Dalam ayat 4 Paulus juga membicarakan tentang kesukaran. Secara harfiah kata Yunani yang diterjemahkan kesukaran itu berarti kesempitan ruangan; karena itu mengacu kepada kesulitan yang menyedihkan, kesulitan-kesulitan, penderitaan-penderitaan. Beberapa penerjemah membalikkan susunan kata-kata dalam ayat 4 ini, dengan memakai kesukaran untuk penderitaan, dan penderitaan untuk kesukaran. Kita dapat mengatakan bahwa kesukaran adalah penderitaan batini yang datang sebagai satu reaksi terhadap penderitaan-penderitaan yang di luar.

Dari berbagai kata yang dipakai oleh Paulus dalam ayat 4 ini kita mengetahui bahwa ia berada dalam berbagai jenis persoalan. Ayat ini dengan jelas menunjukkan bahwa kehidupan Paulus adalah satu kehidupan penderitaan, malapetaka, kesulitan yang menyedihkan, kesusahan, dan kesukaran. Apakah Anda senang mendengar hal ini? Apakah Anda masih mau menjadi seorang minister dari perjanjian yang baru setelah Anda mendengar tentang kesulitan-kesulitan dan persoalan Paulus? Hari ini banyak orang muda didorong untuk menjadi pelajar sekolah kependetaan. Setelah lulus dari suatu seminari, mereka mungkin akan dapat menemukan pekerjaan yang baik sebagai seorang pastur atau pendeta. Mereka mungkin disediakan rumah dan tunjangan yang memadai. Namun, Paulus bukanlah minister yang demikian, dan ia tidak menempuh kehidupan yang demikian. Sebaliknya, kehidupannya, yaitu kehidupan yang melayakkan dia untuk menjadi seorang minister dari perjanjian yang baru, adalah kehidupan kesabaran, penderitaan, kesusahan, dan kesukaran.

Dalam 2 Korintus 11:23 Paulus mengatakan bahwa ia "lebih banyak berjerih lelah". Paulus menyinggung hal ini dalam 1 Tesalonika 2:9: "Sebab kamu masih ingat, Saudara-saudara, akan usaha dan jerih payah kami. Sementara kami bekerja siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapa pun juga di antara kamu, kami memberitakan Injil Allah kepada kamu." Ia menunjukkan hal ini lagi dalam 2 Tesalonika 3:8, di mana ia berkata, "Dan tidak makan roti orang dengan cuma-cuma, tetapi kami berusaha dan berjerih payah siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapa pun di antara kamu."

Berpuasa dalam ayat 5 ini bukan mengacu kepada berpuasa untuk berdoa. Ini adalah berpuasa karena kekurangan makanan. Dalam 2 Korintus 11:27 berpuasa ini disinggung bersamaan dengan berjerih payah dan bekerja berat, berjaga-jaga, kelaparan dan kehausan. Karena berpuasa ini dicantumkan bersama bekerja berat, maka itu pasti mengacu kepada puasa yang tidak direncanakan karena kekurangan makanan. Maka, puasa demikian berbeda dengan kelaparan. Kelaparan mengacu kepada situasi yang tidak berdaya mendapatkan makanan; puasa yang tidak direncanakan mengacu kepada suatu situasi kemiskinan.

Kata kemurnian dalam ayat 6 menyiratkan banyak hal. Jika maksud kita tidak tulus, berarti kita tidak murni. Jika dalam motivasi, kita adalah bagi sesuatu selain Tuhan sendiri, maka motivasi kita itu tidak murni. Demikian juga, jika sasaran kita adalah untuk memperoleh sesuatu selain kemuliaan Allah, maka sasaran kita itu tidak murni. Kemurnian menunjukkan bahwa kita tidak memperhatikan yang lain, selain Allah dan kemuliaan-Nya.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 2, Berita 40

09 February 2012

2 Korintus - Minggu 20 Kamis

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 6:3-7; 1:8


Dalam ayat 4-7 Paulus memberikan kategori yang pertama dari syarat-syarat para minister Allah, para minister dari perjanjian yang baru (2 Kor. 3:6). Bertahun-tahun yang lalu, ketika saya membaca ayat-ayat ini, saya terganggu oleh fakta bahwa syarat yang pertama yang diberikan oleh Paulus adalah kesabaran (ay. 4). Saya mengira, dalam membicarakan syarat-syarat dari minister Perjanjian Baru, Paulus seharusnya memulai dengan sesuatu yang besar. Sebaliknya, ia memulai dengan kata-kata "dalam menahan dengan penuh kesabaran". Jika hari ini seorang beriman ingin melamar untuk menjadi misionaris medis, tentunya ia akan menyebutkan pendidikannya. Tetapi apakah ia akan menyatakan bahwa ia memiliki syarat kesabaran ini? Bagaimanapun, syarat pertama yang dituliskan Paulus adalah kesabaran.

Syarat yang pertama dari seorang minister Perjanjian Baru adalah mampu menahan penderitaan. Minister yang demikian harus dapat bertahan terhadap tekanan, penindasan, penganiayaan, kesusahan, atau ujian apa pun. Saudara Watchman Nee pernah mengatakan bahwa orang yang paling penuh dengan kekuatan adalah orang yang dapat menahan dengan penuh kesabaran. Kesabaran memerlukan kekuatan. Jika kita ingin bertahan terhadap kesulitan, kita perlu dikuatkan, bahkan penuh dengan kekuatan.

Paulus menyebutkan penderitaannya dalam 2 Korintus 1:8: "Sebab kami mau, Saudara-saudara, supaya kamu tahu tentang penderitaan yang kami alami di Asia Kecil. Beban yang ditanggungkan atas kami begitu besar dan begitu berat, sehingga kami telah putus asa juga mengenai hidup kami." Inilah syarat lain baginya untuk menjadi seorang minister dari perjanjian yang baru.

Sulit untuk menyerap makna yang sesungguhnya dari kata yang diterjemahkan "kesusahan". Darby dalam terjemahannya juga memakai kata kesusahan. Versi China memakai kata kemiskinan. Bila kita berada dalam kekurangan, kekurangan makanan, tempat tinggal, atau pakaian, maka kita berada dalam kesusahan. Dalam 2 Korintus 12:10, di mana kata Yunani yang sama dipakai, versi bahasa Chinanya memakai kata yang berarti kesulitan yang menyedihkan. Kata Yunaninya berarti keperluan yang mendesak, yang menekan dengan berat. Ini mengacu kepada penderitaan yang diakibatkan dari malapetaka dan kesulitan yang menyedihkan. Contohnya malapetaka meletusnya Gunung Saint Helens beberapa waktu yang lalu. Itu adalah satu malapetaka bagi orang-orang yang tinggal di sekitar gunung berapi itu. Akibat dari malapetaka itu adalah kelaparan dan kekurangan kebutuhan sehari-hari. Paulus telah melalui banyak malapetaka dan kesulitan yang menyedihkan dan, sebagai akibatnya, ia berada dalam kesusahan.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 2, Berita 40

08 February 2012

2 Korintus - Minggu 20 Rabu

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 6:1-13


Para rasul bukan hanya diberi amanat untuk merampungkan pekerjaan pendamaian, ministri pendamaian, tetapi juga bekerja bersama Allah membawa orang masuk ke dalam Allah. Mereka tahu bahwa bersandarkan diri sendiri mereka tidak mungkin dapat membawa orang masuk ke dalam Allah. Mereka tidak memiliki kekuatan ini, kecakapan ini. Mereka perlu bekerja bersama Allah untuk melakukan hal ini.

Bekerja bersama Allah berarti kita berada di dalam Dia. Ketika kita berada di dalam Dia, kita dapat membawa orang lain masuk ke dalam Dia. Hanya orang yang berada di dalam Allah baru dapat membawa orang lain masuk ke dalam Allah. Jika Anda tidak berada di dalam Dia, tentu Anda tidak akan dapat membawa seorang pun ke dalam Dia. Keintiman kita dengan Allah adalah ukuran hasil pekerjaan kita. Jika kita jauh dari Allah, kita tidak akan dapat membawa orang lain dekat kepada-Nya. Sejauh mana kita dapat membawa orang lain kepada Allah dan membawa mereka masuk ke dalam Allah, selalu diukur dengan hubungan kita dengan Allah. Jika kita adalah orang-orang yang bersatu dengan Allah, barulah kita dapat membawa orang lain ke tempat di mana kita berada. Karena itu, jika kita ingin membawa orang lain masuk ke dalam Tuhan, kita sendiri harus berada di dalam Dia. Semakin kita berada di dalam Dia, kita semakin dapat mendamaikan orang lain ke dalam Dia. Kiranya hal ini menanamkan kesan yang dalam pada diri kita!

Paulus menasihatkan orang beriman di Korintus agar tidak menerima kasih karunia Allah dengan sia-sia (6:1). Kasih karunia adalah Kristus yang bangkit yang menjadi Roh pemberi-hayat untuk membawa Allah yang telah melalui proses dalam kebangkitan ke dalam kita untuk menjadi hayat dan suplai hayat kita, supaya kita dapat hidup dalam kebangkitan. Ini berarti kasih karunia adalah Allah Tritunggal yang menjadi hayat dan segala sesuatu kita. Oleh kasih karunia ini, Saulus dari Tarsus, orang yang paling berdosa di antara orang-orang berdosa (1 Tim. 1:15-16), menjadi rasul yang paling baik, yang bekerja lebih keras daripada semua rasul (1 Kor. 15:10). Kasih karunia Allah selalu membawa kita kembali kepada-Nya. Menurut konteks dari 2 Korintus 6:1, tidak menerima kasih karunia Allah dengan sia-sia berarti tidak tinggal dalam keadaan yang menyimpang keluar dari Allah, tetapi dibawa kembali kepada-Nya.

Dalam 2 Korintus 6:1-13 kita melihat satu gambaran dari orang yang diselamatkan sepenuhnya. Kita membuktikan keselamatan kita dengan memiliki hayat yang serba sesuai. Dalam ayat-ayat ini Paulus adalah satu teladan dari seorang beriman yang telah diselamatkan sepenuhnya, satu teladan dari orang yang memperhidupkan hayat yang serba sesuai. Dalam berita selanjutnya kita akan melihat rincian dari hayat ini.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 2, Berita 39

07 February 2012

2 Korintus - Minggu 20 Selasa

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 5:21


Jika kita ingin memiliki pemahaman yang tepat terhadap apa yang dimaksud dengan bekerja bersama Allah, kita perlu melihat apa yang dikatakan oleh Paulus pada akhir pasal 5. Paulus mengatakan bahwa ia telah diberi amanat oleh Allah dengan ministri pendamaian, yaitu dengan pekerjaan untuk mendamaikan orang lain kepada Allah.

Apakah pendamaian yang diministrikan oleh Paulus? Saya telah membaca sejumlah buku yang membahas subyek ini, tetapi tidak satu pun dari buku-buku itu yang menunjukkan bahwa ministri pendamaian bukan hanya membawa orang-orang dosa kepada Allah, bahkan lebih jauh lagi, membawa masuk kaum beriman sepenuhnya ke dalam Allah. Jadi, tidak cukup hanya dibawa kembali kepada Allah; kita juga harus berada di dalam Dia.

Ayat yang terakhir dari pasal 5, yaitu ayat 21 mengatakan, "Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita menjadi kebenaran Allah" (Tl.). Menurut ayat ini, kita menjadi kebenaran Allah bukan hanya melalui Kristus, dengan Kristus, atau oleh Kristus; kita menjadi kebenaran Allah adalah di dalam Kristus. Dari ayat ini kita juga melihat bahwa kita bukan hanya menjadi benar di hadapan Allah, lebih-lebih kita menjadi kebenaran Allah. Menjadi benar adalah satu hal, menjadi kebenaran adalah hal lainnya lagi. Misalnya, ada satu benda yang mungkin adalah emas, tetapi benda itu mungkin bukan emas murni. Betapa ajaibnya bahwa di dalam Kristus kita dapat menjadi kebenaran Allah!

Pemahaman yang Alkitabiah tentang pendamaian ini mencakup lebih banyak daripada sekadar dibawa kembali kepada Allah. Pendamaian adalah dibawa masuk kembali ke dalam Dia. Karena itu, menurut Alkitab, membawa orang lain kepada Allah berarti membawa mereka masuk ke dalam Allah dan membuat mereka mutlak menjadi satu dengan Dia. Namun, dalam kebanyakan pengajaran orang Kristen, perkara kesatuan dengan Allah ini dipahami dengan salah. Menurut konsepsi yang dipegang oleh kebanyakan orang Kristen, menjadi satu dengan Allah dapat dibandingkan dengan istri menjadi satu dengan suaminya. Dalam kasus suami dan istri, ada semacam kesatuan yang korporat. Tetapi dalam Alkitab, menjadi satu dengan Allah itu berarti berbaur dengan Dia. Ini berarti berada di dalam Allah dan membiarkan Allah masuk ke dalam kita. Kesatuan dengan Allah yang Alkitabiah adalah kesatuan yang di dalamnya kita masuk ke dalam Allah dan Allah masuk ke dalam kita. Karena itu, Tuhan Yesus berkata, "Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu" (Yoh. 15:4). Dia tidak berkata, "Tinggallah bersama Aku dan Aku bersama kamu." Sungguh sangat disayangkan bahwa ada beberapa orang Kristen yang menentang konsep Alkitabiah yang ajaib ini tentang bersatu dengan Allah melalui berbaur dengan Dia!

Sebelum kita sepenuhnya menjadi satu dengan Tuhan, sepenuhnya berada di dalam Dia, dan membiarkan Dia berada di dalam kita dengan mutlak, kita akan terus-menerus memerlukan ministri pendamaian ini, yaitu ministri yang diamanatkan kepada Paulus. Paulus diberi amanat untuk membawa kaum beriman masuk ke dalam Allah dengan cara yang mutlak dan riil.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 2, Berita 39

06 February 2012

2 Korintus - Minggu 20 Senin

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 6:1-13


Dalam 2 Korintus 2:12--3:11 Paulus menyinggung tentang ministri dari perjanjian yang baru, dan dalam 2 Korintus 3:12-7:16, tentang para minister dari perjanjian yang baru. Bagian tentang para minister dari perjanjian yang baru dalam Surat Kiriman ini lebih panjang daripada bagian tentang ministri perjanjian yang baru. Alasannya adalah karena Allah jauh lebih memperhatikan para minister daripada ministri. Dengan kata lain, Allah lebih memperhatikan apa adanya kita daripada apa yang kita lakukan. Ini berarti bahwa apa adanya kita jauh lebih penting bagi-Nya daripada apa yang kita lakukan.

Kita perlu sangat terkesan dengan fakta bahwa Allah jauh lebih memperhatikan apa adanya kita daripada apa yang kita lakukan. Apa yang kita lakukan itu harus diukur dengan apa adanya kita. Selain itu, manusia kita ini harus sesuai dengan pekerjaan kita, yaitu, apa adanya kita harus sesuai dengan apa yang kita lakukan. Diri kita harus sesuai dengan perbuatan kita. Jadi, diri kita dan perbuatan kita berjalan seiring. Jika kita hanya memperhatikan apa yang kita lakukan dan tidak memperhatikan menjadi orang yang benar, maka apa yang kita lakukan itu tidak akan memiliki bobot. Perbuatan kita akan berbobot hanya bila perbuatan itu sesuai dengan apa adanya kita.

Dalam 2 Korintus 6:1 Paulus berkata, "Dan sebagai teman-teman sekerja, kami menasihatkan kamu, supaya kamu jangan menyia-nyiakan anugerah (kasih karunia) Allah yang telah kamu terima." "Dan" di sini menunjukkan suatu kelanjutan. Pada bagian terakhir dari pasal 5 (ayat 16-21) rasul memberi tahu kita bahwa mereka, para minister dari perjanjian yang baru, telah diberi amanat ministri pendamaian bagi ciptaan baru Tuhan. Mulai pasal 6:1 sampai akhir pasal 7, dia meneruskan memberi tahu kita bagaimana mereka bekerja. Mereka bekerja bersama Allah bersandarkan hayat (bukan karunia apa pun) yang serba kaya dan serba cukup, matang dalam segala, dapat menyesuaikan segala situasi, yaitu dapat menahan perlakuan macam apa pun, dapat menerima lingkungan macam apa pun, dapat bekerja dalam keadaan apa pun, dan dapat memegang kesempatan apa pun, untuk merampungkan ministri mereka.

Menjadi seorang minister dari perjanjian yang baru itu tidak tergantung kepada karunia atau kekuatan; melainkan tergantung kepada hayat yang dapat sesuai dalam situasi apa pun. Memang, dalam 2 Korintus 6:1-13 kata "serba sesuai" ini tidak dipakai. Tetapi jika Anda melihat apa yang terkandung dalam ayat-ayat ini, Anda dapat nampak bahwa ayat-ayat ini menggambarkan satu hayat yang benar-benar serba sesuai. Seperti yang akan kita lihat dalam berita selanjutnya, di sini Paulus menyinggung delapan belas syarat, tiga kelompok perkara, dan tujuh macam orang. Karena itu, Paulus layak menjadi seorang minister dari perjanjian yang baru dalam setiap aspek.

Dalam 2 Korintus 6:1 Paulus tidak mengatakan bahwa para rasul bekerja bersama satu sama lain. Tidak, ia mengatakan bahwa mereka bekerja bersama Allah. Para rasul ini bukan hanya diamanatkan oleh Allah dengan ministri mereka, mereka juga bekerja bersama Dia. Mereka adalah sekerja-sekerja Allah (1 Kor. 3:9). Paulus dan sekerja-sekerjanya bekerja bersama Allah.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 2, Berita 39

04 February 2012

2 Korintus - Minggu 19 Sabtu

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 4:7-16


Hari ini Kristus adalah Kepala Tubuh, dan kita, pengikut-pengikut-Nya, adalah anggota-anggota-Nya. Sebagai Kepala, Dia memiliki dua sifat, dan sebagai anggota-anggota-Nya, kita juga memiliki dua sifat yang sama. Kristus, Sang Kepala, memiliki keilahian dan keinsanian; kita, anggota-anggota-Nya, juga memiliki keinsanian dan keilahian. Lihatlah tubuh jasmani Anda: kepala dan anggota-anggota tubuh itu memiliki substansi yang sama. Kepala tidak mungkin memiliki satu substansi dan anggota-anggota tubuh memiliki substansi lainnya. Tidak, seluruh tubuh memiliki substansi yang sama, unsur yang sama. Di seluruh tubuh kita ada darah yang sama, hayat yang sama, dan sifat yang sama. Ini juga berlaku bagi hubungan Kristus dan gereja. Apa adanya Kristus dan milik Kristus, juga adalah apa adanya kita dan milik kita sebagai anggota-anggota-Nya. Kristus memiliki keinsanian dan keilahian, kita juga memiliki keilahian dan keinsanian. Ini berarti Kristus dan kita yang percaya kepada-Nya, yang adalah anggota-anggota-Nya, memiliki dua sifat. Namun, kita ingin menekankan sekali lagi bahwa perbauran antara keilahian dengan keinsanian di dalam kita ini tidak menghasilkan satu sifat yang ketiga. Keinsanian kita tidak hilang. Keilahian maupun keinsanian tidak musnah dalam perbauran ini.

Adalah sangat penting bila kita menyadari bahwa setiap orang Kristen yang sejati, setiap orang yang benar-benar percaya Kristus, adalah orang yang mengalami perbauran antara hayat ilahi dan sifat ilahi dengan hayat insani dan sifat insani. Hayat ilahi ini tidak hanya sekali dibaurkan dengan hayat insani kita, lebih-lebih terus-menerus berbaur dengan hayat insani. Hasilnya, kita menjadi manusia ilahi. Inilah sebabnya kita mengatakan bahwa orang-orang Kristen adalah manusia-manusia Allah. Hayat kita adalah hayat manusia-Allah; kehidupan kita, seperti yang ditunjukkan oleh efod yang tersusun dari benang emas dan benang lenan, adalah satu kehidupan dari keilahian yang berbaur dengan keinsanian. Pakaian rohani kita bukan hanya lenan; tetapi juga emas. Kita memiliki emas dan lenan yang ditenun menjadi satu pakaian. Inilah perilaku kita, karakter kita, kehidupan kita.

Alkitab mewahyukan bahwa sebagai kaum beriman dalam Kristus kita sedang ditransformasi, disusun, dan direorganisasi. Namun, ini tidak diajarkan di antara kebanyakan orang Kristen pada hari ini. Sebaliknya, kaum beriman diajar untuk memperbaiki karakter dan perilaku mereka. Namun, pengajaran semacam ini tidak sesuai dengan Alkitab. Apa saja yang dikatakan Alkitab tentang perilaku kita atau tingkah laku kita itu berkaitan dengan transformasi. Kita harus nampak bahwa transformasi adalah jalan yang benar. Ini sangatlah penting. Dalam proses transformasi, unsur Allah, yaitu keilahian, senantiasa bekerja di dalam kita untuk mentransformasi keinsanian kita, supaya keinsanian yang alamiah ditransformasi menjadi keinsanian yang rohani. Tetapi ini bukan berarti keinsanian kita akan hilang, juga bukan berarti keilahian itu akan berubah atau terpengaruh sedikit. Tidak, keinsanian kita dan keilahian Allah tidak akan berubah; namun, keduanya berbaur bersama menjadi satu kesatuan, satu persona. Perbauran ini menghasilkan manusia-manusia Allah yang sejati. Ini juga akan menghasilkan air teh surgawi untuk kita minum dan kita nikmati hari demi hari.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 2, Berita 38

03 February 2012

2 Korintus - Minggu 19 Jumat

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 4:7-16


Hari ini Kristus adalah Kepala Tubuh, dan kita, pengikut-pengikut-Nya, adalah anggota-anggota-Nya. Sebagai Kepala, Dia memiliki dua sifat, dan sebagai anggota-anggota-Nya, kita juga memiliki dua sifat yang sama. Kristus, Sang Kepala, memiliki keilahian dan keinsanian; kita, anggota-anggota-Nya, juga memiliki keinsanian dan keilahian. Lihatlah tubuh jasmani Anda: kepala dan anggota-anggota tubuh itu memiliki substansi yang sama. Kepala tidak mungkin memiliki satu substansi dan anggota-anggota tubuh memiliki substansi lainnya. Tidak, seluruh tubuh memiliki substansi yang sama, unsur yang sama. Di seluruh tubuh kita ada darah yang sama, hayat yang sama, dan sifat yang sama. Ini juga berlaku bagi hubungan Kristus dan gereja. Apa adanya Kristus dan milik Kristus, juga adalah apa adanya kita dan milik kita sebagai anggota-anggota-Nya. Kristus memiliki keinsanian dan keilahian, kita juga memiliki keilahian dan keinsanian. Ini berarti Kristus dan kita yang percaya kepada-Nya, yang adalah anggota-anggota-Nya, memiliki dua sifat. Namun, kita ingin menekankan sekali lagi bahwa perbauran antara keilahian dengan keinsanian di dalam kita ini tidak menghasilkan satu sifat yang ketiga. Keinsanian kita tidak hilang. Keilahian maupun keinsanian tidak musnah dalam perbauran ini.

Adalah sangat penting bila kita menyadari bahwa setiap orang Kristen yang sejati, setiap orang yang benar-benar percaya Kristus, adalah orang yang mengalami perbauran antara hayat ilahi dan sifat ilahi dengan hayat insani dan sifat insani. Hayat ilahi ini tidak hanya sekali dibaurkan dengan hayat insani kita, lebih-lebih terus-menerus berbaur dengan hayat insani. Hasilnya, kita menjadi manusia ilahi. Inilah sebabnya kita mengatakan bahwa orang-orang Kristen adalah manusia-manusia Allah. Hayat kita adalah hayat manusia-Allah; kehidupan kita, seperti yang ditunjukkan oleh efod yang tersusun dari benang emas dan benang lenan, adalah satu kehidupan dari keilahian yang berbaur dengan keinsanian. Pakaian rohani kita bukan hanya lenan; tetapi juga emas. Kita memiliki emas dan lenan yang ditenun menjadi satu pakaian. Inilah perilaku kita, karakter kita, kehidupan kita.

Alkitab mewahyukan bahwa sebagai kaum beriman dalam Kristus kita sedang ditransformasi, disusun, dan direorganisasi. Namun, ini tidak diajarkan di antara kebanyakan orang Kristen pada hari ini. Sebaliknya, kaum beriman diajar untuk memperbaiki karakter dan perilaku mereka. Namun, pengajaran semacam ini tidak sesuai dengan Alkitab. Apa saja yang dikatakan Alkitab tentang perilaku kita atau tingkah laku kita itu berkaitan dengan transformasi. Kita harus nampak bahwa transformasi adalah jalan yang benar. Ini sangatlah penting. Dalam proses transformasi, unsur Allah, yaitu keilahian, senantiasa bekerja di dalam kita untuk mentransformasi keinsanian kita, supaya keinsanian yang alamiah ditransformasi menjadi keinsanian yang rohani. Tetapi ini bukan berarti keinsanian kita akan hilang, juga bukan berarti keilahian itu akan berubah atau terpengaruh sedikit. Tidak, keinsanian kita dan keilahian Allah tidak akan berubah; namun, keduanya berbaur bersama menjadi satu kesatuan, satu persona. Perbauran ini menghasilkan manusia-manusia Allah yang sejati. Ini juga akan menghasilkan air teh surgawi untuk kita minum dan kita nikmati hari demi hari.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 2, Berita 38

02 February 2012

2 Korintus - Minggu 19 Kamis

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 4:7-15


Namun, kita perlu jelas bahwa perbauran antara teh dan air ini tidak menghasilkan substansi yang ketiga, yaitu substansi yang bukan teh juga bukan air. Mengatakan bahwa unsur teh dibaurkan dengan unsur air itu bukan berarti bahwa dua substansi asalnya, yaitu teh dan air itu, lebur dan tidak ada lagi. Sebaliknya, air itu tetap air, dan teh itu tetap teh. Perbedaannya adalah begitu teh dan air itu dibaurkan, maka keduanya tidak dapat dipisahkan lagi. Keduanya itu berbeda, tetapi keduanya tidak dapat dipisahkan, karena keduanya telah berbaur dan tersusun menjadi satu kesatuan, menjadi satu minuman. Sama prinsipnya, ketika keilahian berbaur dengan keinsanian, keilahian dan keinsanian itu tetap ada. Tidaklah benar bila kita mengatakan bahwa perbauran ini menghasilkan substansi yang ketiga, yaitu sesuatu yang bukan ilahi atau bukan insani.

Ketika kita dilahirkan kembali, teh ilahi ditambahkan ke dalam kita. Sebelum itu, entah kita baik atau jahat, kita hanya memiliki unsur keinsanian. Baik perampok bank maupun seorang yang sangat beretika sama saja dalam hal tidak memiliki unsur ilahi sebelum mereka dilahirkan kembali. Kita memuji Tuhan bahwa pada waktu kita dilahirkan kembali, Allah masuk ke dalam diri kita. Pada waktu itu Persona ilahi dengan hayat ilahi, sifat ilahi, dan apa adanya ilahi ditambahkan kepada kita. Sungguh suatu perbedaan yang hebat! Sekarang sebagai orang-orang yang telah diselamatkan dan telah dilahirkan kembali, kita memiliki dua unsur ini -- unsur insani dan unsur ilahi. Selain itu, kita memiliki hayat ilahi dan hayat insani, dan memiliki sifat ilahi juga sifat insani. Unsur keilahian telah ditambahkan ke dalam unsur keinsanian kita.

Kurban sajian yang tersusun dari tepung halus yang dibaurkan dengan minyak adalah lambang dari perbauran keilahian dengan keinsanian. Adakalanya minyak dicurahkan ke atas tepung halus itu, adakalanya minyak dibaurkan dengan tepung untuk membuat roti yang dipakai dalam kurban sajian, maka dua substansi ini, tepung dan minyak, dibaurkan. Minyak bukan hanya ditambahkan kepada tepung, melainkan dibaurkan dengannya. Tetapi dalam perbauran ini tidak ada dari unsur-unsur ini yang hilang. Tidak, minyak tetap minyak, dan tepung yang halus itu tetap tepung. Tetapi melalui proses perbauran, tepung dan minyak telah menjadi satu kesatuan. Namun, baik minyak maupun tepung itu tidak kehilangan sifatnya karena perbauran ini. Selain itu, perbauran antara minyak dengan tepung itu tidak menghasilkan sifat ketiga, yaitu substansi yang bukan tepung maupun bukan minyak. Produk dari perbauran ini adalah sebuah roti dengan dua sifat, dua unsur, dan dua substansi.

Kurban sajian adalah lambang Kristus. Keinsanian Kristus dilambangkan oleh tepung yang halus itu, dan keilahian-Nya dilambangkan oleh minyak. Perbauran minyak dengan tepung yang halus itu menunjukan bahwa di dalam Kristus, keilahian bukan hanya ditambahkan kepada keinsanian, lebih-lebih dibaurkan. Sama seperti minyak berbaur dengan tepung, demikian juga di dalam Kristus keilahian itu berbaur dengan keinsanian. Karena itu, Kristus memiliki dua sifat, keilahian, dan keinsanian, yang berbaur bersama di dalam satu persona-Nya. Selama hidup-Nya di bumi, Dia terlihat sebagai manusia sejati. Tetapi sering kali ternyata bahwa Dia benar-benar adalah Allah. Pada roti yang dipakai dalam kurban sajian, minyak dan tepung dapat dirasakan. Demikian juga, pada Kristus ternyata keilahian dan keinsanian.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 2, Berita 38

01 February 2012

2 Korintus - Minggu 19 Rabu

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 5:14


Ministri dari perjanjian yang baru, yaitu ministri Roh itu dan kebenaran, akan mengerjakan satu kondisi kebenaran pertama-tama di dalam individu, kedua di dalam gereja, dan yang ketiga di dalam Kerajaan Seribu Tahun. Ketika kerajaan datang, di bumi akan ada kebenaran. Kemudian segala sesuatunya akan menjadi kepuasan bagi Allah, dan Allah akan membenarkan segala sesuatu. Meskipun zaman kerajaan ini belum datang, tetapi kita dapat memiliki pencicipan terhadap kebenaran kerajaan pada hari ini di dalam kehidupan gereja dan di dalam kehidupan keluarga kita. Kadang-kadang gereja lokal tertentu kondisinya baik, karena segala sesuatu, setiap orang, dan setiap perkaranya dibenarkan oleh Allah. Gereja yang demikian adalah kebenaran Allah. Dalam beberapa kasus saya telah melihat bahwa di dalam satu keluarga yang anggota-anggotanya telah diselamatkan seluruhnya ada satu kondisi di mana tidak ada satu pun yang salah, segala sesuatunya memuaskan Allah dan dibenarkan oleh-Nya. Keluarga yang demikian adalah keluarga kebenaran. Buah dari ministri dari perjanjian yang baru adalah menghasilkan kebenaran yang demikian.

Dalam ayat 21 Paulus mengatakan bahwa Kristus dijadikan dosa karena kita supaya kita dapat menjadi kebenaran Allah di dalam Dia. Di sini dosa sebenarnya sinonim dengan daging. Yohanes 1:14 mengatakan bahwa Kristus sebagai Firman itu menjadi daging. Dua Korintus 5:21 mengatakan bahwa Dia dijadikan dosa. Menurut Roma 8:3, Allah mengutus Putra-Nya dalam rupa daging dosa. Jadi, dosa dan daging itu sinonim. Selain itu, karena daging adalah manusia lahiriah kita, maka manusia lahiriah ini sepenuhnya adalah dosa. Kita sendiri, yaitu manusia alamiah kita, tidak lain adalah dosa. Bagi Kristus menjadi daging itu sama dengan diri-Nya dijadikan dosa. Ketika Dia pergi ke salib, Dia membawa daging ini bersama-Nya. Ini berarti Dia membawa kita, manusia alamiah kita, manusia lahiriah kita, ke salib.

Dalam pasal 4 Paulus membicarakan tentang manusia lahiriah, dan dalam pasal 5 ia membicarakan tentang dosa. Manusia lahiriah adalah daging, dan daging ini adalah dosa. Karena itu, manusia lahiriah, daging, dan dosa itu sinonim. Kristus dalam inkarnasi-Nya menjadi daging; yaitu, Dia dijadikan dosa. Ini berarti Dia menjadi kita. Ketika Dia disalibkan, Dia membawa manusia alamiah kita, manusia lahiriah kita, daging, dan dosa ke salib dan memakukannya di sana. Itu adalah waktu Allah menghukum dosa, daging, dan manusia lahiriah. Ketika Kristus mati di atas salib, Allah menghukum manusia alamiah kita. Dia menghukum Anda dan saya. Sasaran Allah dalam melakukan hal ini adalah agar kita dapat menjadi kebenaran Allah di dalam Kristus. Kristus yang bangkit ini adalah kebenaran, kebangkitan, dan Roh pemberi-hayat. Di dalam Dia yang demikian ini kita dapat menjadi kebenaran Allah. Inilah hasil, akibat, dan perampungan akhir dari keselamatan Allah, dan inilah yang akan dihasilkan oleh ministri dari perjanjian yang baru.

Kesimpulan dari pasal-pasal tentang ministri dari perjanjian yang baru dan para ministernya adalah kebenaran Allah. Apakah kehidupan keluarga Anda adalah kebenaran Allah? Apakah Anda adalah kebenaran Allah? Apakah gereja di tempat Anda adalah kebenaran Allah? Kita percaya bahwa ministri dari perjanjian yang baru sedang bekerja untuk mencapai sasaran membuat kita, kehidupan keluarga kita, dan kehidupan gereja kita menjadi kebenaran Allah. Kemudian ketika zaman kerajaan datang, kebenaran Allah akan berada di bumi. Kerajaan ini akan mendatangkan langit baru dan bumi baru dengan Yerusalem Baru. Di dalam langit baru dan bumi baru, kebenaran ini akan bersemayam. Inilah hasil dan perampungan akhir dari ministri dari perjanjian yang baru.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 2, Berita 37