Hitstat

29 February 2012

2 Korintus - Minggu 23 Rabu

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 8:6-9


Dalam ayat 8-9 Paulus selanjutnya mengatakan, "Aku mengatakan hal itu bukan sebagai perintah, melainkan, dengan menunjukkan usaha orang-orang lain untuk membantu, aku mau menguji keikhlasan kasih kamu. Karena kamu telah mengenal anugerah Tuhan kita Yesus Kristus bahwa sekalipun Ia kaya, oleh karena kamu Ia menjadi miskin, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya." Tuhan Yesus, sebenarnya kaya, tetapi menjadi miskin karena kita, ini adalah kasih karunia bagi kita. Dalam prinsip yang sama, kita rela mempersembahkan harta benda kita untuk kepentingan orang lain, ini adalah kasih karunia bagi mereka.

Kelihatannya, Tuhan Yesus menjadi miskin itu tidak berhubungan dengan ministri suplai materi kepada kaum saleh yang kekurangan. Sebenarnya, jika Tuhan Yesus tidak menjadi miskin, kita tidak akan dapat memiliki Dia sebagai kasih karunia kita. Misalnya Tuhan Yesus tidak pernah datang menjadi manusia. Lalu, bagaimana Dia dapat menjadi hayat kita? Bagaimana Dia dapat menjadi kasih karunia yang bekerja di dalam kita, mendorong, menguatkan, dan menyuplai kita untuk melaksanakan satu ministri bagi kaum saleh yang kekurangan? Ini tidak mungkin. Kita sangat perlu menyadari bahwa Kristus dapat bekerja di dalam kita pada hari ini karena Dia menjadi miskin. Perihal Dia menjadi miskin karena kita seharusnya menjadi satu teladan. Di satu pihak, Dia adalah hayat di dalam kita; di pihak lain, di luar kita, Dia adalah teladan. Hayat Tuhan di dalam kita adalah hayat dari Dia yang kaya, dan menjadi miskin. Sebagai Dia yang adalah hayat kita dan teladan kita yang demikian ini, Kristus adalah kasih karunia bagi kita. Kita perlu menerima kasih karunia dari Tuhan Yesus. Kemudian kasih karunia ini akan membuat kita dapat melakukan apa yang Tuhan lakukan: menjadi miskin bagi orang lain. Sekalipun kita mungkin sangat miskin, tetapi kita masih memiliki sesuatu untuk dibagikan kepada kaum saleh yang kekurangan. Kita memiliki hayat yang di dalam kita untuk menjadi miskin bagi orang lain, dan kita memiliki teladan yang di luar kita untuk kita ikuti. Marilah kita menerima kasih karunia ini.

Jika kita memberi dengan kasih karunia yang demikian, maka apa yang kita berikan akan menjadi kasih karunia bagi orang lain. Kita memberikan benda-benda materi untuk membantu mereka, tetapi benda-benda materi ini disertai dengan kasih karunia rohani. Ketika kita menyuplai kaum saleh yang kekurangan dengan benda-benda materi dengan tepat, di dalam roh, dan dengan hayat, maka hayat dan roh akan menyertai suplai ini. Hasilnya, kaum saleh yang kekurangan itu bukan hanya disuplai dengan benda-benda materi, tetapi juga dengan kekayaan hayat.

Pemberian materi kita harus menjadi sesuatu yang rohani, penuh dengan hayat, dapat membina orang-orang kudus, dan membangun Tubuh Kristus. Ini menuntut kita dalam mempersembahkan harta benda kepada Tuhan, harus memiliki jaminan bahwa kita melakukannya di dalam roh, dengan hayat, dan bagi pembangunan gereja. Pemberian semacam ini adalah hasil dari didamaikan sepenuhnya dengan Allah. Hanya orang-orang yang telah sepenuhnya didamaikan dengan Allah yang dapat memiliki ministri harta benda yang membawakan suatu suplai hayat kepada kaum saleh yang kekurangan, bagi pembinaan rohani dan bagi pembangunan Tubuh Kristus.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 3, Berita 46

No comments: