Hitstat

02 February 2012

2 Korintus - Minggu 19 Kamis

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 4:7-15


Namun, kita perlu jelas bahwa perbauran antara teh dan air ini tidak menghasilkan substansi yang ketiga, yaitu substansi yang bukan teh juga bukan air. Mengatakan bahwa unsur teh dibaurkan dengan unsur air itu bukan berarti bahwa dua substansi asalnya, yaitu teh dan air itu, lebur dan tidak ada lagi. Sebaliknya, air itu tetap air, dan teh itu tetap teh. Perbedaannya adalah begitu teh dan air itu dibaurkan, maka keduanya tidak dapat dipisahkan lagi. Keduanya itu berbeda, tetapi keduanya tidak dapat dipisahkan, karena keduanya telah berbaur dan tersusun menjadi satu kesatuan, menjadi satu minuman. Sama prinsipnya, ketika keilahian berbaur dengan keinsanian, keilahian dan keinsanian itu tetap ada. Tidaklah benar bila kita mengatakan bahwa perbauran ini menghasilkan substansi yang ketiga, yaitu sesuatu yang bukan ilahi atau bukan insani.

Ketika kita dilahirkan kembali, teh ilahi ditambahkan ke dalam kita. Sebelum itu, entah kita baik atau jahat, kita hanya memiliki unsur keinsanian. Baik perampok bank maupun seorang yang sangat beretika sama saja dalam hal tidak memiliki unsur ilahi sebelum mereka dilahirkan kembali. Kita memuji Tuhan bahwa pada waktu kita dilahirkan kembali, Allah masuk ke dalam diri kita. Pada waktu itu Persona ilahi dengan hayat ilahi, sifat ilahi, dan apa adanya ilahi ditambahkan kepada kita. Sungguh suatu perbedaan yang hebat! Sekarang sebagai orang-orang yang telah diselamatkan dan telah dilahirkan kembali, kita memiliki dua unsur ini -- unsur insani dan unsur ilahi. Selain itu, kita memiliki hayat ilahi dan hayat insani, dan memiliki sifat ilahi juga sifat insani. Unsur keilahian telah ditambahkan ke dalam unsur keinsanian kita.

Kurban sajian yang tersusun dari tepung halus yang dibaurkan dengan minyak adalah lambang dari perbauran keilahian dengan keinsanian. Adakalanya minyak dicurahkan ke atas tepung halus itu, adakalanya minyak dibaurkan dengan tepung untuk membuat roti yang dipakai dalam kurban sajian, maka dua substansi ini, tepung dan minyak, dibaurkan. Minyak bukan hanya ditambahkan kepada tepung, melainkan dibaurkan dengannya. Tetapi dalam perbauran ini tidak ada dari unsur-unsur ini yang hilang. Tidak, minyak tetap minyak, dan tepung yang halus itu tetap tepung. Tetapi melalui proses perbauran, tepung dan minyak telah menjadi satu kesatuan. Namun, baik minyak maupun tepung itu tidak kehilangan sifatnya karena perbauran ini. Selain itu, perbauran antara minyak dengan tepung itu tidak menghasilkan sifat ketiga, yaitu substansi yang bukan tepung maupun bukan minyak. Produk dari perbauran ini adalah sebuah roti dengan dua sifat, dua unsur, dan dua substansi.

Kurban sajian adalah lambang Kristus. Keinsanian Kristus dilambangkan oleh tepung yang halus itu, dan keilahian-Nya dilambangkan oleh minyak. Perbauran minyak dengan tepung yang halus itu menunjukan bahwa di dalam Kristus, keilahian bukan hanya ditambahkan kepada keinsanian, lebih-lebih dibaurkan. Sama seperti minyak berbaur dengan tepung, demikian juga di dalam Kristus keilahian itu berbaur dengan keinsanian. Karena itu, Kristus memiliki dua sifat, keilahian, dan keinsanian, yang berbaur bersama di dalam satu persona-Nya. Selama hidup-Nya di bumi, Dia terlihat sebagai manusia sejati. Tetapi sering kali ternyata bahwa Dia benar-benar adalah Allah. Pada roti yang dipakai dalam kurban sajian, minyak dan tepung dapat dirasakan. Demikian juga, pada Kristus ternyata keilahian dan keinsanian.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 2, Berita 38

No comments: