Hitstat

30 November 2012

Efesus - Minggu 10 Jumat


Pembacaan Alkitab: Ef. 2:7-10


Ayat 7 mengatakan, “Supaya pada masa yang akan datang Ia menunjukkan kepada kita kekayaan anugerah-Nya yang melimpah-limpah sesuai dengan kebaikan-Nya terhadap kita dalam Kristus Yesus.” Masa yang akan datang ialah zaman-zaman Kerajaan Seribu Tahun dan kekekalan yang akan datang, yaitu setelah zaman ini, saat gereja dihasilkan. Menunjukkan kekayaan anugerah Allah berarti memamerkannya kepada alam semesta secara publik (umum). Kekayaan anugerah Allah, yaitu kekayaan Allah sendiri bagi kenikmatan kita, melampaui setiap batasan. Ini akan dipamerkan di depan umum sampai kekekalan.

Ayat 8 mengatakan, “Sebab karena anugerah kamu diselamatkan oleh iman.” Kata “sebab” yang mengawali ayat ini menyatakan alasan Allah memamerkan anugerah-Nya (ayat 7). Karena kita telah diselamatkan oleh anugerah-Nya, maka Allah dapat memamerkannya.

Dalam Kitab Efesus anugerah mengacu kepada Allah disalurkan ke dalam kita. Jadi, diselamatkan karena anugerah berarti diselamatkan melalui penyaluran Allah Tritunggal yang telah melalui proses ke dalam kita. Kebanyakan orang Kristen menganggap anugerah sebagai suatu barang, bukan suatu persona. Bagi mereka anugerah adalah hadiah yang diberikan kepada mereka dengan cuma-cuma. Berdasarkan konsepsi anugerah yang demikian, kita sebagai orang dosa yang tidak layak beroleh keselamatan Allah, tetapi Allah telah menyelamatkan kita dengan cuma-cuma melalui memberikan hadiah tanpa jasa. Namun anggapan ini adalah pengertian yang dangkal atas arti diselamatkan karena anugerah.

Bukanlah satu hal yang sederhana bagi Allah untuk ditransmisikan ke dalam kita sebagai anugerah. Dia harus melalui proses inkarnasi, penyaliban, kebangkitan, dan kenaikan. Setelah melalui proses sedemikian, barulah Dia sekarang dapat mentransmisikan diri-Nya ke dalam kita. Sewaktu Allah yang telah melalui proses ini mentransmisikan diri-Nya ke dalam kita, Dia lalu menjadi anugerah yang menyelamatkan. Anugerah ini bukan hanya merupakan anugerah yang menakjubkan, juga anugerah yang berlimpah-limpah. Anugerah berarti ditransmisikannya Allah yang telah melalui proses ke dalam diri kita.

Seperti telah kita tegaskan, anugerah ini memiliki kekayaan yang berlimpah-limpah, mempunyai banyak aspek, kebajikan, dan atribut, seperti hayat, terang, dan kuat kuasa. Tanpa hayat, terang, dan kuat kuasa, Allah tidak dapat menyelamatkan kita. Sebagai contoh, mana mungkin Anda menolong seorang yang jatuh ke dalam lubang jika Anda tidak memiliki tenaga untuk mengangkatnya? Lagi pula, jika Anda tidak mempunyai kasih tentu Anda tidak mau menyusahkan diri untuk menolongnya. Untuk menyelamatkan kita, Allah perlu kasih dan hikmat. Itulah beberapa kekayaan anugerah keselamatan Allah yang berlimpah. Dalam kebaikan-Nya yang ditujukan kepada kita di dalam Kristus Yesus, Allah telah menyelamatkan kita karena anugerah-Nya. Pada zaman-zaman yang akan datang — dalam Kerajaan Seribu Tahun dan kekekalan yang akan datang — Allah akan memamerkan anugerah ini secara terbuka kepada alam semesta.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 1, Berita 21

29 November 2012

Efesus - Minggu 10 Kamis


Pembacaan Alkitab: Ef. 2:4-6


Allah kaya dengan rahmat “karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita” (ayat 4). Sa-saran kasih seharusnya dalam keadaan yang dapat dikasihi, tetapi sasaran rahmat selalu dalam situasi yang patut dikasihani. Maka, rahmat Allah mencapai lebih jauh daripada kasih-Nya. Allah mengasihi kita karena kita adalah sasaran dari pemilihan-Nya. Tetapi karena kejatuhan, kita menjadi sangat kasihan, bahkan mati dalam pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa kita; karena itu, kita memerlukan rahmat Allah. Karena kasih-Nya yang besar, Allah kaya dalam rahmat menyelamatkan kita keluar dari kedudukan kita yang kasihan ke dalam suatu keadaan yang sesuai untuk kasih-Nya.

Ayat 5 mengatakan bahwa kita telah dihidupkan bersama-sama dengan Kristus. Kitab Efesus tidak seperti Kitab Roma yang menganggap kita sebagai orang-orang dosa, melainkan sebagai orang-orang mati. Sebagai orang-orang dosa, kita memerlukan pengampunan dan pembenaran Allah, seperti yang dinyatakan dalam Kitab Roma. Tetapi sebagai orang-orang mati, kita perlu dihidupkan. Pengampunan dan pembenaran membawa kita kembali ke hadirat Allah untuk menikmati anugerah-Nya dan berbagian dalam hayat-Nya, sedangkan dihidupkan menyebabkan kita, anggota-anggota Tubuh Kristus yang hidup, mengekspresikan Dia. Allah menghidupkan kita dengan menyalurkan hayat kekal-Nya, yaitu Kristus sendiri (Kol. 3:4), ke dalam roh kita yang mati melalui Roh hayat-Nya (Rm. 8:2). Dia telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus. Allah menghidupkan kita bersama-sama ketika Dia menghidupkan Yesus yang tersalib. Karena itu, Dia menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus.

Ayat 6 mengatakan, “Dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di surga.” Menghidupkan kita adalah langkah awal dari keselamatan Allah dalam hayat. Setelah ini, Allah membangkitkan kita dari posisi kematian. Dihidupkan itu satu perkara, dan dibangkitkan itu perkara lain. Kisah kebangkitan Lazarus adalah satu contoh (Yoh. 11). Tuhan mula-mula menghidupkan dia kemudian membangkitkannya keluar dari kubur. Seasas dengan itu, rahmat Allah mula-mula menghidupkan kita kemudian membangkitkan kita keluar dari kematian.

Ayat 6 mengatakan bahwa kita telah dibangkitkan bersama dan diberi tempat (didudukkan) bersama-sama. Dari pihak kita, kita telah dibangkitkan dari posisi kematian satu demi satu. Tetapi dalam pandangan Allah, kita semua telah dibangkitkan bersama-sama, sama seperti bangsa Israel yang dibangkitkan bersama-sama dari air kematian Laut Merah (Kel. 14). Menurut Kitab Keluaran, seluruh jemaah bani Israel telah diselamatkan secara serentak, sebab mereka melalui Laut Merah bersamasama. Lambang yang jelas ini memperlihatkan bahwa kita semua telah diselamatkan bersama-sama; kita semua telah dihidupkan dan dibangkitkan pada waktu yang sama.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 1, Berita 21

28 November 2012

Efesus - Minggu 10 Rabu


Pembacaan Alkitab: Ef. 2:1-3; 6:12


Di atas kita ada ruang lingkup yang dikuasai oleh Iblis, penguasa kerajaan angkasa. Tidak banyak orang Kristen yang memahami dengan memadai tentang kuasa jahat di angkasa ini. Seluruh bumi berada di bawah kuasa roh di angkasa ini. Roh jahat dan atmosfer jahat inilah yang menjadi penyebab segala kejahatan, pembunuhan, bahkan bunuh diri. Dialah yang mempengaruhi orang melakukan perkara-perkara jahat yang tidak akan dilakukan oleh manusia yang normal. Sumber kejahatan ini ada di dalam roh, atmosfer, yang menguasai mereka. Roh ini kini sedang beroperasi di antara anak-anak durhaka, di antara mereka yang tidak taat kepada Allah.

Kita telah nampak adanya dua ruang lingkup — ruang lingkup dunia dan ruang lingkup penguasa angkasa. Ketika kita mati dalam pelanggaran dan dosa, kita sangat aktif dalam kedua ruang lingkup ini. Sekarang kita perlu meninjau ruang lingkup ketiga — ruang lingkup hawa nafsu daging kita. Ayat 3 mengatakan, “Sebenarnya dahulu kita semua juga termasuk di antara mereka, ketika kita hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kita yang jahat. Pada dasarnya kita adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain.” Kata “mereka” dalam ayat ini mengacu kepada orang-orang durhaka dan kata “kita” mengacu kepada semua orang yang beriman, baik orang Yahudi maupun orang kafir. Ketika kita mati dalam pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa kita, kita bertingkah laku dalam hawa nafsu daging, melakukan keinginan daging dan pikiran. Ada tiga hal jahat yang menguasai kehidupan kita: zaman dunia ini di luar kita; kepala penguasa di udara, di atas dan di dalam kita; dan hawa nafsu daging kita, di dalam sifat kita yang jatuh. Dari hal-hal yang jahat ini kita telah diselamatkan menjadi Tubuh Kristus.

Kehendak daging dalam ayat 3 mengacu kepada halhal yang jahat, dan kehendak pikiran mengacu kepada hal-hal yang agak baik. Namun keduanya adalah tanda matinya roh (khususnya hati nurani). Bila seseorang mati dalam rohnya, pasti ia melakukan apa saja yang disukai oleh daging dan pikirannya.

Dalam ayat 3 Paulus mengatakan bahwa kita “pada dasarnya adalah orang-orang yang harus dimurkai, sa-ma seperti mereka yang lain.” Kita tidak saja sebagai orang-orang durhaka, kita juga adalah anak-anak yang harus dimurkai. Karena kedurhakaan kita, kita berada di dalam ruang lingkup kematian, di bawah murka Allah. Namun kita sekarang telah diselamatkan baik dari kedurhakaan kita maupun dari murka Allah.

Kita telah nampak bahwa dahulu kita aktif dalam tiga ruang lingkup: zaman dunia, atmosfer jahat yang mengitari bumi, dan hawa nafsu daging, termasuk kehendak atau keinginan daging dan pikiran. Dunia berada di luar kita, hawa nafsu berada di dalam kita, dan atmosfer rohani yang jahat berada di atas dan di dalam kita. Maka mustahillah orang yang sudah mati meloloskan diri dari ketiga ruang lingkup ini. Pada dasarnya semua orang adalah anak-anak durhaka dan anak-anak murka di bawah penghakiman Allah. Tatkala kita mati dalam pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa, kondisi kita pun sedemikian. Puji Tuhan, gereja telah dibawa keluar dari ruang lingkup kematian yang sedemikian ini! Kita telah diselamatkan menjadi Tubuh Kristus. Sekarang kita tidak lagi berada dalam ketiga ruang lingkup ini, sebaliknya, kita kini berada dalam Kristus, dalam Roh, dan dalam surga.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 1, Berita 20

27 November 2012

Efesus - Minggu 10 Selasa


Pembacaan Alkitab: Ef. 2:1-3


Ayat 1 mengatakan kita sudah mati dalam pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa kita. Pelanggaran-pelanggaran adalah tindakan-tindakan yang melangkahi batas hak seseorang. Dosa-dosa adalah perbuatan-perbuatan kejahatan. Sebelum kita diselamatkan, kita mati dalam pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa. Dari latar belakang kematian inilah kita telah diselamatkan menjadi gereja, Tubuh Kristus. Orang-orang yang sudah mati ini telah dihidupkan menjadi organisme yang hidup untuk mengekspresikan Kristus.

Banyak tahun yang lalu, saya beroleh bantuan besar dari seorang saudara yang selalu belajar dalam perkara hayat. Pada suatu hari ia bersaksi, setelah ia diterangi Allah, ia menyadari jika ia mengetuk pintu kamar orang lain tanpa mendapat jawaban, ia tidak berhak memasuki kamar itu. Jika masuk berarti melanggar hak orang lain. Saya sangat beroleh bantuan melalui kesaksian itu. Sejak saat itu, bila saya mengunjungi rumah orang, saya membatasi diri untuk tetap duduk di ruangan tempat saya dipersilakan. Saya tidak berani berjalan-jalan di bagian lain dari rumah itu. Melakukan hal itu berarti melampaui hak saya dan melakukan suatu pelanggaran. Tetapi ada orang yang memasuki rumah orang lain, bahkan meneliti barang-barang orang tanpa perasaan. Walau mereka membenarkan tingkah laku mereka, tetapi dalam pandangan Allah mereka telah melampaui hak mereka.

Dalam pandangan Allah, kita sangat sering melampaui hak kita. Karena itu, kita adalah orang-orang yang sudah mati dalam pelanggaran. Selain itu, kita juga sudah mati di dalam dosa-dosa, yakni dalam perbuatanperbuatan jahat, seperti halnya berdusta, mencuri, dan sebagainya.

Berbicara tentang pelanggaran dan dosa-dosa kita, ayat 2 mengatakan, “Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan (zaman) dunia ini.” Ungkapan “dunia ini” mengacu kepada sistem setani yang terdiri atas banyak zaman. Karena itu, “zaman” di sini mengacu kepada satu bagian, satu aspek penampilan modern saat ini dari sistem Iblis yang digunakan olehnya untuk menghasut dan menduduki manusia, sehingga manusia jauh dari Allah dan tujuan-Nya. Ketika kita mati dalam pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa, kita berjalan menurut zaman, penampilan modern, arus dunia masa kini, sistem setani itu.

Sepanjang waktu ketika kita mati dalam pelanggaran dan dosa-dosa, kita sangat aktif dalam dunia ini, yaitu dalam lingkungan kerajaan Iblis. Kata “dunia” dalam bahasa Yunani adalah “cosmos”, berarti sistem. Tetapi ini bukan sistem ilahi maupun insani, melainkan sistem setani. Sistem ini, dunia, tersusun dari banyak zaman, dan setiapnya merupakan satu bagian dari sistem setani itu. Setiap zaman juga merupakan satu jalur atau jalan. Karena itu, terjemahan versi King James memakai ungkapan “jalan dunia ini”. Setiap zaman mempunyai satu gaya atau penampilan yang tersendiri. Dunia yang tampil pada masa Abraham mempunyai satu corak, berlainan dengan corak masa Daud, berbeda pula dengan corak masa Paulus. Hari ini dunia pun memiliki corak modernnya yang tersendiri. Lagi pula, zaman dunia ini memiliki arusnya sendiri. Dahulu kita mengikuti arus zaman sekarang. Ketika orang mengikuti arus zaman, itu suatu bukti kuat bahwa mereka telah mati, mereka bagaikan mayat yang terhanyut oleh arus zaman.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 1, Berita 20

26 November 2012

Efesus - Minggu 10 Senin


Pembacaan Alkitab: Ef. 2:1-3


Dalam pasal 1 Rasul Paulus mengutarakan banyak perkara yang indah. Ia mengatakan bahwa gereja terlahir melalui transmisi yang ajaib dari Kristus yang naik ke surga. Ia juga menyinggung tentang Kristus dan kuat kuasa yang beroperasi di dalam-Nya, yang membangkitkan-Nya dari antara orang mati, mendudukkan-Nya di surga, jauh di atas segala sesuatu, menaklukkan segala-galanya di bawah kaki-Nya, dan menjadikan-Nya Kepala atas segala sesuatu kepada gereja, Tubuh-Nya, yakni kepenuhan Dia yang memenuhi semua di dalam segala sesuatu. Tetapi seperti telah kita tunjukkan, gereja mempunyai aspek lain; ada aspek Kristus, ada pula aspek diri kita sendiri. Karena itu, dalam pasal 2:1 Paulus mengatakan, “(Dan) kamu.” Gereja tidak hanya memiliki aspek ilahi, juga memiliki aspek insani. Kalau pada pasal 1 kita lihat gereja merupakan hasil transmisi dari keilahian surgawi ke dalam kita, maka dalam pasal 2 kita nampak gereja berasal atau keluar dari keinsanian batiniah. Kata sambung “dan” yang mengawali Efesus 2:1 sangatlah berarti dalam mengaitkan kedua aspek gereja ini.

Ayat 1 mengatakan kita sudah mati dalam pelanggaran dan dosa. Ungkapan “sudah mati” ini mengacu kepada kematian roh kita, yang menguasai seluruh diri kita. Kita bukan hanya telah jatuh dan berdosa, bahkan sudah mati.

Sewaktu saya memberitakan Injil di Shanghai pada Tahun Baru 1947, saya mengatakan kepada orang-orang, “Teman-teman, sebagai penginjil, kami harus memberi tahu kalian dengan jujur bagaimana keadaan kalian yang sebenarnya. Kalian bukan hanya orang yang berdosa, bahkan kalian semua sudah mati. Kalian semua ada dalam peti mati dan kubur. Kalian boleh saja menganggap diri kalian sebagai tuan-tuan dan nyonya-nyonya yang beradab, namun kalian sebenarnya telah mati dan dikubur di dalam kubur. Saya mengatakan kalian demikian sebab sekarang juga Kristus ingin menghidupkan kalian dan membangkitkan kalian dari dalam peti mati kalian.” Inilah salah satu cara yang baik untuk memberitakan Injil.

Karena menanggulangi orang dosa, Kitab Roma tidak menekankan fakta bahwa orang-orang yang jatuh itu juga sudah mati. Kitab Roma menekankan masalah dosa-dosa (perbuatan dosa) dan dosa itu sendiri, sedangkan Kitab Efesus menekankan kematian dan orang-orang yang sudah mati. Keselamatan yang diwahyukan Kitab Roma adalah keselamatan berdasarkan kebenaran. Roma 1:16-17 menerangkan bahwa Injil Allah berkuasa menyelamatkan, karena kebenaran Allah dinyatakan di dalamnya. Jadi dalam Kitab Roma Allah menyelamatkan kita melalui, oleh, dan dengan kebenaran-Nya. Namun, dalam Kitab Efesus Allah menyelamatkan orang-orang mati dengan hayat. Kebenaran tidak berfaedah bagi orang-orang yang sudah mati, yang mereka perlukan ialah hayat. Banyak orang Kristen tidak jelas tentang perbedaan antara keselamatan melalui kebenaran dan keselamatan melalui hayat. Itulah sebabnya mereka memakai Kitab Efesus untuk menerangkan keselamatan melalui kebenaran. Sebagai orang dosa dan orang mati, kita perlu kebenaran dan hayat, kita perlu keselamatan dalam Kitab Roma maupun keselamatan dalam Kitab Efesus.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 1, Berita 20

24 November 2012

Efesus - Minggu 9 Sabtu


Pembacaan Alkitab: Ef. 1:18-23


Efesus 1:18 juga menyinggung tentang kekayaan kemuliaan warisan Allah dalam orang-orang kudus. Jika Allah tidak digarapkan ke dalam orang kudus, mana mungkin mereka dapat menjadi warisan-Nya, milik-Nya yang istimewa? Orang kudus menjadi demikian mustika bagi-Nya tidak lain melalui dijenuhinya mereka oleh esens ilahi. Hanya dengan jalan inilah orang-orang dosa yang kasihan bisa menjadi mustika istimewa Allah. Dalam alam semesta ini Allah adalah satu-satunya Persona yang mustika. Sekarang Allah yang mustika dan tidak ternilai ini sedang menggarapkan diri-Nya sendiri ke dalam kita untuk membuat kita menjadi warisan-Nya yang mulia. Ketika Yerusalem Baru datang, kita akan nampak kota itu sepenuhnya adalah satu warisan yang berharga, yang memancarkan kemuliaan Allah. Karena itu, fakta bahwa orang kudus menjadi warisan mulia Allah, mustika berharga bagi-Nya, menunjukkan pula bahwa Dia sedang menggarapkan diri-Nya sendiri ke dalam kita.

Allah Tritunggal disalurkan dan digarapkan ke dalam diri kita dalam transmisi kuat kuasa ilahi untuk memungkinkan kita mengambil bagian dalam pencapaian Kristus, agar kita dapat menjadi Tubuh-Nya (ayat 19-23). Pencapaian Kristus adalah pencapaian yang tertinggi dalam alam semesta, sebab Dia telah menggenapkan penciptaan, mengalami inkarnasi, penyaliban dan kebangkitan, dan dinaikkan ke sebelah kanan Allah di surga. Semua pencapaian ini ditujukan kepada gereja. Seperti yang telah kita tunjukkan, ungkapan “kepada jemaat” dalam ayat 22 menyiratkan adanya suatu transmisi, yang merupakan satu tindakan penyaluran. Segala yang telah dialami, dirampungkan, diperoleh, dan dicapai oleh Kristus kini sedang ditransmisikan ke dalam gereja.

Allah Tritunggal disalurkan dan digarapkan ke dalam kita dalam Tubuh, yaitu kepenuhan Kristus yang memenuhi segala sesuatu, supaya kita dapat menjadi ekspresi-Nya yang sempurna (ayat 23). Hasil dari butir keenam ialah dihasilkannya Tubuh Kristus. Sebagai kepenuhan Kristus yang memenuhi segala sesuatu, Tubuh ini adalah ekspresi Allah Tritunggal hingga ke tahap paling penuh. Inilah kesempurnaan terakhir dari penyaluran Allah sesuai dengan ekonomi ilahi-Nya.

Pengharapan kemuliaan juga berkaitan dengan tersalurnya Allah Tritunggal ke dalam kita dan tergarap ke dalam seluruh diri kita. Menurut ajaran kekristenan yang diterima oleh umum, pada suatu hari kita akan tiba-tiba mendapati diri kita dibawa ke dalam alam lingkungan mulia. Akan tetapi, satu-satunya jalan kita untuk dimuliakan adalah dijenuhi oleh Allah dari hari ke hari. Beban ministri saya ialah agar Anda dapat dijenuhi oleh Allah Tritunggal. Saya damba Allah Tritunggal tersalur ke dalam Anda dan Anda dijenuhi oleh-Nya. Penjenuhan ini akan berlangsung sampai selama-lamanya; ia tidak dapat habis. Karena itu, kehidupan orang Kristen adalah kehidupan yang dijenuhi oleh Allah Tritunggal semata. Pada akhirnya, melalui penjenuhan ini, kita akan dimuliakan.

Tubuh berasal dari transmisi Kristus yang almuhit. Transmisi ini adalah totalitas kata-kata indah Allah. Untuk menikmati transmisi ini kita perlu satu pikiran yang jernih, emosi yang membara, tekad yang patuh, dan hati nurani yang bersih. Melalui mengalami transmisi ini, kita akan menjadi Tubuh. Apa yang kita butuhkan hari ini ialah memperoleh lebih banyak transmisi yang almuhit ini. Haleluya, Allah Tritunggal sedang ditransmisikan ke dalam kita! Karena itu, kita tidak hanya memiliki ajaran-ajaran — kita pun memiliki penyaluran, transmisi, dan penjenuhan. Inilah konsepsi yang mendasar dalam Efesus 1.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 1, Berita 19

23 November 2012

Efesus - Minggu 9 Jumat


Pembacaan Alkitab: Ef. 1:4, 13, 18


Berita ini merupakan kesimpulan dari pasal 1. Dalam pasal ini ada tujuh perkara penting dan menentukan yang memerlukan faktor utama yang sama untuk penggenapannya: pemilihan Allah agar kita menjadi kudus tan-pa cacat cela (ayat 4), penentuan Allah agar kita menjadi putra-putra-Nya (ayat 5), pemeteraian Roh Kudus agar kita tertebus sepenuhnya (ayat 13-14); pengharapan panggilan Allah; kemuliaan warisan Allah di antara orang-orang kudus (ayat 18); kuat kuasa Allah yang memungkinkan kita mengambil bagian dalam pencapaian Kristus (ayat 19-22) dan Tubuh, yaitu kepenuhan Kristus yang memenuhi segala sesuatu (ayat 23). Semua perkara ini telah dirampungkan oleh Allah Tritunggal dan disalurkan ke dalam kita serta telah digarapkan ke dalam diri kita. Hasil penyaluran ilahi yang sedemikian ke dalam sifat insani kita adalah kepenuhan-Nya yang memenuhi semua di dalam segala sesuatu dan menjadi pujian kemuliaan-Nya yang terekspresi. Pada hakekatnya, pasal 1 adalah wahyu tentang ekonomi ajaib dan unggul dari Allah yang dimulai dari pemilihan-Nya atas kita dalam kekekalan sampai dihasilkannya Tubuh Kristus untuk mengekspresikan diri-Nya sendiri sampai selama-lamanya.

Sebelum dunia dijadikan, Allah telah memilih kita, “supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya” (ayat 4). Bagaimana kita dapat menjadi kudus? Apakah melalui mengikuti ajaran-ajaran yang disebut kekudusan atas masalah pakaian, tata rias, tata rambut, dan sebagainya? Tidak! Kekudusan adalah sifat Allah, dan menjadi kudus berarti memiliki sifat ilahi yang digarapkan ke dalam kita. Tanpa sifat Allah di dalam kita, mustahillah kita menjadi kudus. Untuk menjadi kudus, kita perlu diresapi oleh sifat kudus Allah.

Menjadi kudus mencakup sesuatu yang lebih dalam daripada pemisahan. Ada beberapa guru Kristen mengatakan bahwa menjadi kudus berarti dipisahkan; mereka membantah konsepsi kekudusan sebagai kesempurnaan tanpa dosa. Tuhan Yesus mengatakan bahwa emas dikuduskan oleh bait (Mat. 23:17). Ada beberapa guru memakai ayat itu sebagai ilustrasi untuk membuktikan pengudusan adalah masalah pemisahan, bukan masalah kesempurnaan tanpa dosa. Itu benar, tetapi itu hanya mencakup pengudusan aspek posisi, belum menjamah aspek wataknya, yang diwahyukan dalam Roma 6. Ketika Allah tersalur ke dalam kita dan digarapkan ke dalam diri kita dan kita diresapi oleh-Nya, maka watak kita akan dikuduskan. Dengan jalan inilah kita dikuduskan. Terakhir, Yerusalem Baru akan menjadi satu kota yang kudus. Ini tidak saja berarti dipisahkan dari setiap perkara yang umum, tetapi juga dijenuhi oleh Allah seluruhnya. Fakta bahwa kita telah dipilih oleh Allah Bapa agar menjadi kudus menunjukkan bahwa Allah hendak masuk ke dalam diri kita dan memenuhinya dengan sifat kudus-Nya. Tanpa sifat kudus-Nya digarapkan ke dalam kita, mustahillah kita menjadi kudus.

Ayat 5 mengatakan Allah Bapa telah menentukan kita untuk menjadi anak-anak-Nya. Bila hayat Bapa tidak masuk ke dalam kita, mana mungkin kita menjadi putraputra-Nya? Mustahil! Keputraan menuntut dijenuhinya kita oleh hayat Bapa. Kita bukan menantu atau anak angkat-Nya; kita adalah anak-anak Allah yang mempunyai hayat dan sifat Allah. Karena kita telah dilahirkan dari Allah dan Allah telah terlahir di dalam kita, kita memiliki Allah di dalam kita. Hal ini menyiratkan bahwa Allah Bapa sedang menggarapkan diri-Nya sendiri ke dalam kita. Satu-satunya jalan yang memungkinkan kita menjadi putra-putra Allah ialah membiarkan Dia menyalurkan diri-Nya sendiri ke dalam kita dan kemudian menggarapkan diri-Nya sendiri ke dalam kita. Haleluya, kita adalah putra-putra Allah yang dilahirkan dari Dia!


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 1, Berita 19

22 November 2012

Efesus - Minggu 9 Kamis


Pembacaan Alkitab: Ef. 1:22-23


Kita telah nampak bahwa Tubuh Kristus tidak akan muncul sebelum Kristus disalibkan, tetapi setelah kenaikan-Nya, yakni ketika sesuatu yang berasal dari Kristus yang naik ke surga itu ditransfusikan ke dalam kaum beriman. Ini berarti transmisi dari Kristus yang naik ke surga menghasilkan Tubuh itu. Setiap perkara yang kita bicarakan dalam hidup gereja, dalam pelayanan, atau dalam persekutuan haruslah merupakan hasil dari transmisi ini. Jika pembicaraan kita berasal dari transmisi ini, maka pembicaraan kita berasal dari Tubuh. Jika bukan berasal dari transmisi ini, berarti bukan berasal dari Tubuh. Dalam Tubuh tidak terdapat barangbarang yang alamiah, bersifat daging, dan yang dari ciptaan lama. Kita semua harus nampak visi ini. Kita harus membaca ayat-ayat ini berulang-ulang, sehingga kita beroleh terang atas masalah ini. Ketika kita nampak visi ini, kita akan berkata, “Sungguh, Tubuh sama sekali bukan berasal dari manusia alamiah. Tubuh berasal dari transmisi Kristus yang telah naik ke surga.” Terpujilah Tuhan, dalam kehidupan gereja, transmisi surgawi ini sedang berlangsung di dalam kita sekalian!

Pada hari kita diselamatkan, kuat kuasa surgawi terpasang di dalam roh kita. Yang kita butuhkan sekarang ialah suatu transmisi yang terus-menerus, bukan pasang baru. Bila kita membuka hati kita, menyucikan hati dan hati nurani kita, dan membiarkan pikiran kita menjadi jernih, emosi kita membara, dan tekad kita menjadi taat, kita akan mengalami transmisi ini dan memiliki kuat kuasa serta kekayaan. Kemudian kita tidak lagi berada dalam manusia alamiah, melainkan dalam kebangkitan dan kenaikan. Ketika kita menikmati transmisi ini, kita mungkin tidak tahu kita berada di mana, sebab kita benar-benar bersatu dengan Kristus. Mungkin sulit dikatakan apakah kita berada di bumi atau di surga.

Ketika Kristus ditransmisikan ke dalam kita, transmisi ini memadukan kita dengan Kristus dan menyatukan kita dengan-Nya. Sebagai contoh, lampu-lampu di dalam balai sidang telah dihubungkan dengan transmisi listrik dari pusat pembangkitnya. Lagi pula, transmisi ilahi ini tidak kunjung habis. Semakin berbicara, semakin banyak yang dapat kita katakan. Semakin melayani, semakin banyak suplai untuk dipakai. Dalam transmisi inilah kita mengalami fungsi hidup gereja dan Tubuh.

Dalam transmisi inilah Tubuh Kristus menjadi kepenuhan Dia yang memenuhi semua dalam segala sesuatu, karena Kristus yang memenuhi semua dalam segala sesuatu ini berada dalam transmisi ini. Transmisi ini menghubungkan kita dengan Kristus yang memenuhi segala sesuatu ini. Dengan demikianlah gereja menjadi kepenuhan Kristus yang memenuhi segala sesuatu.

Transmisi ini menghubungkan kita dengan Kristus yang naik ke surga. Dalam transmisi ini kita menikmati Kristus sesuai dengan apa yang tercantum dalam Alkitab. Apa saja yang kita baca dalam Alkitab menjadi riil bagi kita melalui transmisi ini. Dengan jalan inilah kekayaan Kristus menjadi kenikmatan kita.

Melalui menikmati transmisi ini kita mencicipi pengangkatan. Kadang-kadang sewaktu saya menikmati transmisi ilahi ini, saya merasa girang luar biasa sehingga saya ingin melompat-lompat. Kenikmatan ini begitu indahnya seolah-olah terasa bahwa saya telah terangkat. Kadangkadang saya hampir tidak berani membaca Alkitab, sebab kekayaan Kristus yang diwahyukan di dalamnya begitu luas dan tidak terukur. Saya sampai lupa diri karena kenikmatan yang kaya ini. Melalui transmisi yang demikian kita menjadi Tubuh, kepenuhan Dia yang memenuhi semua di dalam segala sesuatu.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 1, Berita 18

21 November 2012

Efesus - Minggu 9 Rabu


Pembacaan Alkitab: Ef. 1:22-23


Efesus 1:22-23 mengatakan, “Segala sesuatu telah diletakkan-Nya di bawah kaki Kristus dan Dia telah diberikan-Nya kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada. Jemaat yang adalah tubuh-Nya, yaitu kepenuhan Dia yang memenuhi semua dan segala sesuatu.” Kata “kepada” dalam ayat 22 dan “bagi (terhadap)” dalam ayat 19 menunjukkan suatu transmisi dari Kristus kepada gereja. Bahkan orang-orang di antara kita dalam hidup gereja belum tentu memahami sepenuhnya apa yang sedang berlangsung di antara Kristus dengan gereja. Sejak hari Pentakosta, ada satu transmisi yang berlangsung terus.

Transmisi ini bukan terjadi sekali untuk selamanya. Menurut pemikiran kita, kita mengira bahwa ada hal-hal tertentu yang berlangsung sekali untuk selamanya. Misalkan masalah disalibkan bersama Kristus. Mereka yang menekankan ajaran-ajaran obyektif dari Alkitab mengakui bahwa penyaliban kita bersama Kristus terjadi sekali untuk selama-lamanya. Dari suatu aspek saya setuju, sebab Kristus telah mati sekali dan Dia tidak perlu mati lagi. Lagi pula, Dia telah dibangkitkan sekali untuk selamanya, tidak perlu bangkit lagi. Apa saja yang Dia rampungkan bagi kita adalah sekali untuk selamanya. Namun, penerapan apa yang telah dirampungkan-Nya bukan sekali untuk selamanya, melainkan masih berlangsung. Menurut Galatia 2:20, nampaknya penyaliban Paulus bersama Kristus terjadi sekali untuk selamanya. Tetapi menurut 2 Korintus 4, ia senantiasa berada di bawah kematian Kristus. Karena itu, di satu pihak, kematian Kristus itu sekali untuk selamanya, tetapi di pihak lain, hal ini berlangsung terus dalam sepanjang kehidupan kristiani kita. Demikian pula, kuat kuasa yang beroperasi di dalam Kristus yang membangkitkan-Nya dari antara orang mati, mendudukkan-Nya di sebelah kanan Allah di surga, menaklukkan segala perkara di bawah kaki-Nya, dan menjadikan-Nya Kepala di atas segala sesuatu, semua itu adalah sekali untuk selamanya. Namun, Kristus menjadi Kepala atas segala perkara adalah kepada gereja, dan kuat kuasa hebat yang beroperasi di dalam-Nya adalah terhadap kita yang percaya. Kuat kuasa ilahi ini tidak ditransmisikan kepada gereja sekali untuk selamanya, melainkan ditransmisikan secara terusmenerus.

Transmisi ini berawal pada hari Pentakosta dan berlangsung terus hingga kini. Bahkan sekarang transmisi ini ditujukan kepada gereja. Listrik dipasang di dalam balai sidang sekali untuk selamanya, namun kini listrik masih ditransmisikan terus-menerus kepada bangunan ini. Demikian pula, semua yang telah digenapkan Kristus sebagai Kepala terus-menerus ditransmisikan kepada tubuh-Nya. Kuat kuasa ilahi akan ditransmisikan kepada gereja secara terus-menerus sampai selamanya; tidak pernah berhenti.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 1, Berita 18

20 November 2012

Efesus - Minggu 9 Selasa


Pembacaan Alkitab: Ef. 1:17, 19-23


Kita perlu percaya bahwa kuat kuasa ini sekarang juga berada di batin kita. Tetapi banyak di antara kita yang terlampau alamiah dan menekankan logika, lalu berkata, “Bagaimana mungkin kuat kuasa ini berada di dalamku? Aku tahu aku telah bertobat, aku telah mengaku dosa-dosaku kepada Allah, aku percaya dan bersandar kepada-Nya. Aku pun mengerti Allah telah menyelamatkan, mengampuni, dan menyucikan aku dengan darah adi Kristus. Akan tetapi pada saat aku percaya, aku tidak pernah merasakan adanya kuat kuasa ilahi itu terpasang di dalamku. Bukankah Anda mengatakan ada suatu kuat kuasa almuhit, Bapa, Putra, dan Roh berikut penciptaan, inkarnasi, penyaliban, kebangkitan, dan kenaikan telah tergarap di dalamku? Aku tidak pernah merasakan telah memiliki kuat kuasa ini. Maka tidak masuk akal jika aku mengatakan telah memilikinya.” Masuk akal selalu bertentangan dengan iman, begitu pula sebaliknya. Dalam masalah transmisi kuat kuasa ilahi ini, janganlah Anda terlalu menurut logika; sebaliknya, gunakanlah iman.

Berhubung kaum beriman sangat perlu memiliki pengetahuan yang wajar akan kuat kuasa ini, maka Rasul Paulus berdoa agar kita mempunyai satu roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Allah dengan benar dan mengenal kehebatan kuat kuasa terhadap kita, orang-orang yang percaya. Ya, kita memang memiliki kuat kuasa yang he-bat di dalam kita, namun keperluan kita hari ini ialah mengenal kuat kuasa ini. Entah Anda merasakannya atau tidak, ada satu transmisi yang terjadi dari surga tingkat ketiga, tempat Allah berada, ke dalam diri kita. Transmisi inilah yang membuat kita berbeda dengan orang-orang yang tidak percaya. Karena adanya kuat kuasa ini di dalam kita, maka tidak mungkin kita membuang iman kita sebagai orang Kristen. Saya ulangi, di dalam kita terdapat kuat kuasa ilahi, dan kuat kuasa ini adalah Allah Tritunggal yang telah melalui penciptaan, inkarnasi, penyaliban, kebangkitan, dan kenaikan, yang telah terpasang di dalam kita sebagai kuat kuasa yang almuhit. Karenanya, ada suatu hubungan ilahi di antara kita dengan surga tingkat ketiga. Keperluan kita hari ini adalah mengenal kehebatan kuat kuasa ini.

Akhirnya, melalui iman dan pembicaraan (pengumuman) kita akan transmisi ini, gereja akan ternyata dengan riil. Kristus adalah Kepala atas segala sesuatu kepada gereja. Kita perlu mempercayai dan membicarakannya terus-menerus. Demi hidup gereja yang lebih baik, saya anjurkan supaya kita sekalian membicarakan (mengumumkan) Efesus 1:19-23 sepuluh kali sehari. Lihatlah akibat yang akan terjadi bila kita semua melakukan hal ini. Entah berapa lebih baiknya pembicaraan semacam ini daripada perkataan yang sia-sia tentang saudara, saudari, atau tentang situasi gereja! Membicarakan tentang keadaan kaum saleh tidak dapat mengangkat dan menguatkan kita; sebaliknya itu akan menenggelamkan dan melemahkan kita. Jika semua orang saleh berbicara sia-sia, hidup gereja akan lenyap. Karena itu, marilah kita mengumumkan saja Efesus 1:19-23 dan melupakan situasi gereja, para penatua, dan saudara saudari. Selama sepuluh hari ini, marilah kita semua dalam hidup gereja mengumumkan ayat-ayat ini sepuluh kali sehari. Saya percaya, bila kita berbuat demikian, hidup gereja akan membubung tinggi, sebab ketika kita mengumumkan, transmisi ini akan berlangsung. Dengan demikian kita akan diinfus dengan kuat kuasa ilahi dari transmisi surgawi. Dari pengalaman saya, saya dapat bersaksi bahwa hal ini benar-benar akan terjadi.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 1, Berita 17

19 November 2012

Efesus - Minggu 9 Senin


Pembacaan Alkitab: Ef. 1:19-23


Kita telah melihat bahwa ketiga aspek penting dari kata-kata indah Allah ialah kita akan menjadi kudus, menjadi putra-putra Allah, dan menjadi warisan-Nya. Ketiga aspek ini dapat dilihat dalam Yerusalem Baru. Menurut Wahyu 21, Yerusalem Baru ialah sebuah kota kudus, kota yang di dalamnya tertampak kekudusan Allah. Lagi pula, Yerusalem Baru adalah satu komposisi dari putra-putra Allah. Wahyu 21:7 mengatakan bahwa siapa yang menang akan mewarisi segala-galanya, dan menjadi putra-putra Allah. Hal ini menunjukkan bahwa Yerusalem Baru merupakan totalitas keputraan yang ilahi. Selain itu, Yerusalem Baru akan menjadi satu mustika, satu warisan baik bagi Allah maupun bagi kita. Dalam Yerusalem Baru Allah akan menikmati kita sebagai mustika-Nya, kita pun akan menikmati Dia sebagai mustika kita. Karena itu, Yerusalem Baru akan menjadi warisan dan kepuasan yang timbal balik bagi Allah maupun manusia. Yerusalem Baru akan menjadi perwujudan kekudusan, satu komposisi dari putra-putra Allah, dan satu warisan yang timbal balik bagi Allah dan manusia. Tidak saja demikian, bahkan Yerusalem Baru akan memiliki kemuliaan Allah, yakni kemuliaan warisan Allah, kekayaan kemuliaan warisan-Nya di antara orang-orang kudus. Hari ini kemuliaan ini adalah pengharapan kita.

Pengharapan ini telah digenapkan oleh kuat kuasa Allah yang hebat. Efesus 1 membicarakan adanya kuat kuasa yang ditujukan kepada kita, orang-orang yang percaya. Sebagai orang-orang yang percaya Tuhan Yesus dan Alkitab, kita dapat mengumumkan, “Haleluya, kita percaya! Kita percaya Tuhan Yesus dan kita percaya firman Allah.” Kita tidak perlu berpuasa dan berdoa untuk menerima kuat kuasa ilahi, sebab kuat kuasa ini adalah terhadap (bagi) kita yang percaya. Dengan percaya, kita telah memiliki kedudukan dan memenuhi syarat untuk menerima kuat kuasa Allah. Haleluya, kuat kuasa ini adalah terhadap kita, orang-orang yang percaya!

Dalam hal ini, listrik adalah ilustrasi yang paling baik. Ketika kita membangun balai sidang kita di Anaheim, listrik telah dipasang. Kini tenaga listrik adalah terhadap bangunan ini. Masalah penggunaan tenaga listrik tergantung pada kita, dan kita menggunakannya dengan menekan tombol atau saklar. Demikian pula, listrik surgawi telah terpasang di dalam kita, dan kuat kuasa surgawi adalah terhadap kita. Cara untuk menerima kuat kuasa ini bukan dengan berpuasa atau berdoa beberapa hari, cukup dengan menekan tombol saja. Cara untuk berlatih menekan tombol ialah berulang-ulang mengumumkan Efesus 1:19-23. Jika kita mengumumkan ayatayat ini sepuluh kali, kita akan beroleh kekuatan. Namun, jika Anda berulang-ulang mengatakan bahwa Anda lemah, Anda akan sungguh-sungguh lemah. Tetapi dengan mengucapkan kata-kata yang positif berdasarkan iman, kita akan menggunakan seluruh diri kita untuk menerima kuat kuasa ilahi itu. Ketika kita berkata-kata dalam iman dan menerima kuat kuasa itu, semua perkara yang negatif akan lari. Iblis tidak takut terhadap doa-doa kita yang mengemis-ngemis dengan kasihan, tetapi dia takut akan perkataan kita dalam iman. Maka kita perlu berkata, “Aku percaya, aku berbicara, aku memiliki kuasa, aku kuat.” Ini bukan takhayul, melainkan iman kita sebagai orang Kristen.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 1, Berita 17

17 November 2012

Efesus - Minggu 8 Sabtu


Pembacaan Alkitab: Ef. 1:19-23


Jika kita mengetahui betapa hebat kuasa ilahi yang beroperasi di dalam Kristus, kita takkan pernah memakai kelemahan kita sebagai alasan. Sehubungan dengan kuasa yang sedemikian, kelemahan kita menjadi tidak berarti apa-apa. Kuasa ilahi ini dapat membangkitkan kita dari antara orang mati, sekalipun kita telah mati, telah dikubur, dan telah berbau seperti Lazarus. Karena mengharapkan simpati saya, beberapa saudari sering mengatakan bahwa mereka adalah bejana yang lemah. Memang, menurut 1 Petrus 3:7, saudari-saudari merupakan bejana yang lemah, tetapi saya tidak bersimpati kepada kelemahan mereka, sebab kuasa nuklir surgawi tersedia bagi mereka. Pada kuasa ini tidak ada kelemahan.

Transmisi kuasa rangkap empat ini ditujukan kepada mereka yang percaya. Apa yang kita katakan adalah yang kita percayai. Bila Anda mengatakan Anda lemah, berarti Anda percaya Anda memang lemah. Para saudari perlu bangkit dan mengumumkan bahwa mereka tidak lemah, sebab mereka memiliki kuasa nuklir surgawi. Paulus berdoa agar kita beroleh roh hikmat dan wahyu untuk mengenal pengharapan panggilan Allah, kekayaan kemuliaan-Nya, dan kuasa-Nya yang hebat terhadap kita. Jika Anda telah nampak bahwa kuasa yang ditujukan kepada kita adalah kuasa yang membangkitkan Kristus dari antara orang mati, dapatkah Anda tetap mengatakan bahwa Anda lemah? Janganlah meremehkan nilai perkataan Anda. Apa saja yang dikatakan Allah pas-ti terjadi. Pada prinsipnya kita pun demikian. Beriman berarti mengatakan apa yang Allah katakan. Ketika Allah berkata, “Engkau telah beroleh selamat,” kita wajib berkata, “Amin!” Siapa yang bereaksi demikian, ia pasti beroleh selamat. Demikian pula, bila Allah berkata, “Kuasa ilahi adalah milikmu,” kita wajib berkata, “Amin!” Demikian, kuasa itu benar-benar akan kita miliki. Jangan mengatakan masih ada orang-orang yang lemah di antara kita, sebab kita semua lebih kuat daripada Daud, bahkan kita ini sama kuatnya dengan Yesus Kristus. Apakah Anda berani mengatakan bahwa Anda sama kuatnya dengan Kristus? Jika kita mengetahui transmisi kuasa surgawi ini, kita akan dapat berkata demikian dengan penuh keyakinan.

Karena yang ada di dalam kita adalah kuasa yang unggul yang membuat kita melampaui segala-galanya. Kita perlu bangkit dari kelemahan kita dan percaya kepada perkataan yang mengatakan bahwa kita adalah luar biasa. Kita perlu melihat hal ini, percaya hal ini, dan mengatakan hal ini. Kita pun perlu mengetahui bahwa segala perkara telah ditaklukkan di bawah kaki kita. Jangan percaya kepada situasi Anda, ambillah firman dan umumkan apa saja yang Dia katakan. Lagi pula, kita harus memelihara diri kita di bawah kekepalaan Kristus. Jika kita demikian, kita akan berada di dalam proses penyatuan segala sesuatu di bawah satu kepala. Hasil dari semuanya itu ialah hidup gereja. Setiap problem dalam hidup gereja berasal dari kurangnya pengenalan penuh atas kuasa ilahi ini. Bila kita memiliki pengenalan penuh atas kuasa ini dan hidup olehnya, kita akan memiliki hidup gereja yang indah, yaitu hidup gereja tanpa problem apa pun.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 1, Berita 16

16 November 2012

Efesus - Minggu 8 Jumat


Pembacaan Alkitab: Ef. 1:19-23


Ayat 19 juga mengatakan bahwa kehebatan kuasa Allah itu “sesuai dengan kekuatan kuasa-Nya”. Dalam menulis Kitab Efesus, Paulus menggunakan istilah Yunani sampai “habis”. Dalam ayat ini ia membicarakan tentang kuasa, operasi, kekuatan, dan tenaga. Paulus memakai banyak istilah yang berbeda untuk menyatakan kehebatan kuasa Allah itu terhadap kita.

Kehebatan kuasa Allah juga mendudukkan Kristus di sebelah kanan Allah di surga, “jauh lebih tinggi dari segala pemerintah dan penguasa dan kekuasaan dan kerajaan dan tiap-tiap nama yang dapat disebut, bukan hanya di dunia ini saja, melainkan juga di dunia yang akan datang” (ayat 20-21). Sebelah kanan Allah, tempat Kristus didudukkan oleh kuasa Allah yang hebat, adalah tempat yang terhormat, tempat dengan otoritas tertinggi. Surga ini bukan hanya mengacu kepada langit tingkat tiga, tempat tertinggi dalam alam semesta, tempat Allah berdiam, tetapi juga keadaan dan atmosfer surga, tempat Kristus didudukkan oleh kuasa Allah.

Dalam ayat 21 Paulus mengatakan bahwa Kristus telah didudukkan di atas segala pemerintah, penguasa, kuasa, kerajaan, dan tiap-tiap nama yang dapat disebut. Pemerintah mengacu kepada jabatan yang tertinggi; penguasa mengacu kepada setiap macam kuasa resmi (Mat. 8:9); kekuasaan mengacu kepada kekuatan otoritas semata; kerajaan mengacu kepada tempat terutama yang didirikan oleh kekuasaan. Penguasa-penguasa di sini bukan hanya meliputi penguasa, malaikat yang baik atau yang jahat di surga, tetapi juga penguasa manusia di bumi. Dengan kuasa Allah yang hebat, Kristus yang naik ke surga telah didudukkan jauh lebih tinggi daripada se-gala pemerintah, penguasa, kekuasaan, dan kerajaan dalam alam semesta. Tiap-tiap nama yang dapat disebut bukan hanya mengacu kepada sebutan kehormatan, tetapi juga kepada setiap nama. Kristus didudukkan jauh melampaui setiap nama yang dapat disebut, bukan hanya dalam zaman ini, tetapi juga dalam zaman yang akan datang.

Ayat 22 mengatakan, “Segala sesuatu telah diletakkan-Nya di bawah kaki Kristus.” Ketiga, kuasa yang Allah kerjakan di dalam Kristus telah meletakkan segala sesuatu di bawah kaki Kristus. Kristus itu jauh melampaui segala sesuatu, ini adalah satu hal. Segala sesuatu ditaklukkan di bawah kaki Kristus, ini adalah hal yang lain. Yang pertama mengacu kepada keunggulan Kristus; yang terakhir mengacu kepada penaklukan segala sesuatu kepada-Nya. Di sini kita nampak kuasa-Nya yang menundukkan, kuasa yang menundukkan segala sesuatu.

Bagian akhir dari ayat 22 mengatakan, “Dia telah diberikan-Nya kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada.” Keempat, kuasa Allah yang dikerjakan-Nya dalam Kristus menjadikan Kristus Kepala atas segala sesuatu kepada gereja. Kekepalaan Kristus atas segala sesuatu adalah pemberian dari Allah kepada-Nya. Melalui kuasa Allah yang unggul, Kristus menerima kekepalaan dalam alam semesta. Kristus dibangkitkan dari antara orang mati, didudukkan di surga, menerima segala sesuatu ditaklukkan kepada-Nya, dan dijadikan Kepala atas segala sesuatu dalam keadaan-Nya sebagai manusia, dalam keinsanian-Nya dengan keilahian-Nya.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 1, Berita 16

15 November 2012

Efesus - Minggu 8 Kamis


Pembacaan Alkitab: Ef. 1:19-23


Pengharapan, kemuliaan, dan kuasa, semuanya berkaitan dengan berkat-berkat dalam ayat 3-14, yang meliputi lima aspek kata-kata indah Allah: pemilihan Bapa, penentuan Bapa, penebusan Putra, pemeteraian Roh Kudus, dan jaminan Roh Kudus. Pemilihan Bapa bertujuan agar kita menjadi kudus, dan penentuan-Nya bertujuan agar kita menjadi putra-putra-Nya. Penebusan Putra bertujuan agar kita dapat disatukan di bawah satu kepala di dalam Kristus. Pemeteraian Roh bertujuan agar kita dapat ditransformasi menjadi gambar Allah, diresapi sepenuhnya oleh Dia, supaya kita mempunyai gambar-Nya. Selain itu, penjaminan Roh ialah Allah menjaminkan diri-Nya sendiri ke dalam kita sebagai kenikmatan, kecapan, dan garansi kita. Inilah isi kata-kata indah Allah Tritunggal terhadap kita.

Hasil berkat-berkat ini ialah pengharapan. Panggilan kita merupakan totalitas berkat-berkat rohani, dan pengharapan kita ialah hasil berkat-berkat ini. Pengharapan ini juga suatu kemuliaan. Setelah menyebutkan isi katakata indah Allah, Rasul Paulus berdoa dari dalam akal budi rohaninya untuk kita, agar kita memiliki roh hikmat dan wahyu dan supaya mata hati kita diterangi. Untuk ini, segenap insan batiniah kita harus ditanggulangi. Roh kita harus terbuka, hati nurani kita harus dimurnikan, hati kita harus polos, pikiran kita harus jernih, emosi kita harus mengasihi, dan tekad kita harus patuh. Ketika setiap bagian insan batiniah kita sudah ditanggulangi, barulah kita dapat mengetahui pengharapan, kemuliaan, dan kuasa. Karena panggilan mencakup seluruh berkat Allah, maka pengharapan adalah pengharapan berkatberkat ini; pengharapan ini akan menjadi kemuliaan kekudusan, kemuliaan juga merupakan keputraan yang lengkap. Bila kita mencapai keputraan yang lengkap dan sempurna, tubuh kita akan dimuliakan, yakni ditransfigurasi. Berdasarkan Roma 8:21, seluruh makhluk akan menikmati kemerdekaan kemuliaan putra-putra Allah. Kemuliaan ini adalah pengharapan kita.

Kita telah nampak bahwa kemuliaan ini mempunyai kekayaannya, termasuk seluruh aspek atribut dan kebajikan Allah. Allah kaya dalam atribut dan kebajikan, seperti kasih, hayat, terang, rendah hati, kebenaran, kekudusan, dan kesabaran. Bila hal-hal ini terekspresi sepenuhnya di dalam kita, ekspresi ini akan menjadi kekayaan kemuliaan Allah. Sekarang kita dapat nampak bahwa pengharapan dan kemuliaan ialah hasil dari kelima berkat tadi, yaitu kelima aspek kata-kata indah Allah bagi kita.

Sekarang kita akan melihat perkara subyektif dari penggenapan pengharapan dan kemuliaan ini oleh kuasa ilahi. Khususnya pada zaman nuklir ini, kita sangat merasakan perlunya kekuatan untuk melakukan setiap perkara. Sebagai contoh, manusia memerlukan kekuatan untuk mendarat di bulan. Tanpa kekuatan, tidak mungkin kita berbuat apa-apa. Kuasa yang menggenapkan pengharapan kita adalah kuasa yang dikatakan dalam Efesus 3:20, di mana Paulus mengatakan bahwa Allah dapat melakukan jauh lebih banyak daripada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita. Kata “bekerja” dalam Efesus 3:20 berarti beroperasi. Dalam bahasa Inggris, searti dengan memberikan energi. Jadi kuasa dalam kita itu bukan hanya bekerja dan beroperasi, bahkan memberikan energi. Bahasa manusia tidak cukup untuk melukiskan kehebatan kuasa ini.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 1, Berita 16

14 November 2012

Efesus - Minggu 8 Rabu


Pembacaan Alkitab: Ef. 1:17-18


Kekayaan kemuliaan Allah ialah berbagai aspek dari atribut Allah, seperti terang, hayat, kekuatan, kasih, kebenaran, dan kekudusan yang terekspresi dalam tingkatan yang berlainan. Karena kemuliaan adalah ekspresi Allah, maka kekayaan kemuliaan adalah kekayaan ekspresi Allah. Beberapa contoh dari atribut ilahi adalah kasih ilahi, rendah hati ilahi, kesabaran ilahi, dan kekudusan ilahi. Saya khusus memakai istilah “ilahi”, sebab kita dibuat sedemikian rupa agar memiliki bentuk luar dari perkara-perkara ilahi. Sebagai contoh: kita memiliki rendah hati insani. Tetapi rendah hati insani bukan rendah hati yang sejati, melainkan hanya sebagai bentuk luar dari rendah hati yang sejati, yaitu rendah hati ilahi. Kasih insani pun demikian, adalah suatu bentuk luar dari kasih sejati dan ilahi. Karena itu, kasih ilahi adalah realitas kasih insani. Setiap manusia memiliki kasih. Tetapi kasih ini tidak tahan lama. Anda mungkin mengasihi orang tua Anda, tetapi kasih Anda terhadap mereka mungkin hanya beberapa hari saja. Demikian pula, seorang saudara mungkin mengasihi istrinya, namun boleh jadi hanya beberapa minggu sudah luntur. Kita semua mengasihi orang lain, namun kasih kita bagaikan bayangan yang berlalu. Pada suatu hari seorang saudara mung-kin sangat mengasihi istrinya, tetapi sehari kemudian, ia mungkin menyeret istrinya ke dalam neraka. Sebab itu, kasih yang demikian bukanlah bagian kekayaan kemuliaan Allah.

Saya ulangi, kekayaan kemuliaan adalah ekspresi atribut ilahi dan kebajikan ilahi. Bukan hanya ada dua macam kasih dan rendah hati, yaitu yang insani dan ilahi, tetapi juga ada dua macam keadilan dan kesabaran, keadilan dan kesabaran insani dengan keadilan dan kesabaran ilahi. Kebanyakan orang Kristen salah sangka, mengira kebajikan insani sebagai kebajikan ilahi. Dengan demikian, mereka telah membuat satu kekeliruan yang serius. Kita tidak perlu mengembangkan kebajikan insani, kita kini kekurangan kebajikan ilahi. Ketika Allah di dalam Kristus menggarapkan diri-Nya ke dalam kita, maka kasih, rendah hati, kesabaran, dan keadilan kita akan diubah menjadi yang ilahi. Semua kebajikan ilahi ini adalah kekayaan kemuliaan Allah. Kebajikan yang sedemikianlah yang merupakan warisan Allah di dalam orang-orang kudus. Penting sekali kita nampak hal ini.

Bila kita nampak hal ini, kehidupan kristiani kita akan berubah. Hampir semua orang yang mencari Tuhan masih tetap hidup secara alamiah dan mereka hanya menghakimi kejahatan alamiah mereka, tetapi tidak menghakimi kebaikan alamiah mereka. Yang jahat dihakimi, namun yang baik diapresiasi. Tidak ada pembedaan antara yang alami dengan yang ilahi. Asalkan suatu hal itu baik, pasti dibenarkan dan diterima. Tindakan ini keliru. Kita wajib membedakan yang alami dari yang ilahi. Bukan kebajikan insani, tetapi atribut ilahilah yang menjadi kekayaan kemuliaan Allah. Bila kita nampak hal ini, kita akan memiliki kehidupan gereja yang normal. Kehidupan gereja yang normal bukan dipenuhi dengan kebajikan insani yang alamiah, tetapi dipenuhi dengan atribut ilahi, sebagai kekayaan ekspresi Allah di dalam warisan-Nya di dalam orang-orang kudus.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 1, Berita 15

13 November 2012

Efesus - Minggu 8 Selasa


Pembacaan Alkitab: Ef. 1:17-18; 1 Ptr. 1:5


Pada saat pengangkatan, tubuh kita akan ditransfigurasi, dan kita akan dimuliakan. Kita perlu menjadi saksi-saksi-Nya yang hidup, yang mengemban kesaksian bagi-Nya di luar perkemahan. Bila kita demikian, kedatangan Kristus kelak dan keterangkatan kita akan menjadi pengharapan kita. Selain itu, transfigurasi tubuh kita dan pemuliaan kita juga akan menjadi satu pengharapan bagi kita.

Pengharapan keselamatan jiwa kita kelak tercakup pula dalam pengharapan panggilan Allah (1 Ptr. 1:5, 9). Jika pada hari ini kita kehilangan jiwa bagi Tuhan, menderita dalam jiwa bagi kesaksian-Nya, kita akan memiliki pengharapan untuk menerima keselamatan jiwa kita pada kedatangan Tuhan kelak. Hari ini jiwa kita sedang menderita, tetapi ketika Dia datang, Dia akan membawa jiwa kita ke dalam kenikmatan-Nya. Inilah keselamatan jiwa yang dikatakan dalam 1 Petrus. Kalau kita selalu rela kehilangan jiwa kita karena kesaksian-Nya, maka kedatangan-Nya kembali akan membawakan keselamatan bagi jiwa kita, yakni keselamatan yang akan membawa jiwa kita ke dalam kenikmatan-Nya. Pengharapan ini ditentukan oleh kehidupan kita hari ini.

Aspek lain dari pengharapan kita ialah kenikmatan meraja bersama Kristus dalam Kerajaan Seribu Tahun (Why. 5:10; 2 Tim. 4:18; Mat. 25:21, 23). Hal ini juga berkaitan dengan bagaimana kehidupan kita hari ini. Dalam Injil Matius, hamba yang malas dilempar keluar ke dalam kegelapan, sedang yang setia dibawa masuk ke dalam kenikmatan Tuhan. Jadi, ada orang yang diganjar dan ada orang yang secara positif akan mendapatkan pahala. Kita semua adalah orang Kristen, namun kelak kita tidak akan diperlakukan sama rata ketika Tuhan kembali. Cara Tuhan memperlakukan kita tergantung pada bagaimana kehidupan kita hari ini. Bila kita setia, kita akan beroleh pahala berupa kenikmatan Tuhan selama seribu tahun. Akan tetapi, bila kita malas, kita akan dihukum. Maka entah Kerajaan Seribu Tahun akan menjadi satu pengharapan bagi kita, itu tergantung pada sikap kita hari ini. Kita harus menjadi orang Kristen yang normal, yang setia kepada Tuhan. Kemudian, barulah Kerajaan Seribu Tahun itu menjadi pengharapan kita.

Terakhir, pengharapan panggilan Allah mencakup kenikmatan terakhir atas Kristus dalam Yerusalem Baru dengan berkat-berkat yang universal dan kekal dalam langit dan bumi baru (Why. 21:1-7; 22:1-5). Haleluya bagi pengharapan ini! Kita semua akan berada dalam Yerusalem Baru. Tetapi untuk memasuki tempat ini kita perlu matang dan dituai. Jika kita tidak matang pada zaman ini, kita harus matang pada zaman yang akan datang. Setiap orang yang menikmati Yerusalem Baru dalam langit baru dan bumi baru, pasti sudah matang. Jangan bertanya kepada saya bagaimana cara Tuhan mematangkan kita semua. Dia tahu bagaimana melakukan hal tersebut, dan Dia mempunyai cara untuk merampungkannya, entah pada zaman ini atau pada zaman yang akan datang. Saya tahu bahwa fakta ini tidak diakui oleh teologi populer di antara orang-orang Kristen hari ini. Kebanyakan orang Kristen mengatakan bahwa asalkan kita telah ditebus oleh darah Kristus, segala hal yang bersangkutan dengan kita akan beres pada zaman yang akan datang. Namun harinya akan tiba, saat itu banyak orang akan menyadari bahwa tidak semua perkara sudah beres. Ya, kita memang diselamatkan selamanya, tetapi kita masih perlu ditanggulangi agar dapat mencapai kematangan. Sebab itu, saya katakan sekali lagi bahwa kita perlu meninjau kembali kehidupan kita. Namun demikian, bagi kita semua, Yerusalem Baru adalah pengharapan kita. Dua Petrus 3:13 mengatakan, “Tetapi sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran.”


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 1, Berita 15

12 November 2012

Efesus - Minggu 8 Senin




Efesus 1:18 mengatakan, “Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya: Betapa kayanya kemuliaan warisan-Nya kepada (di dalam) orang-orang kudus.” Menurut ayat ini, kita perlu mengetahui dua perkara: pengharapan panggilan Allah dan kekayaan kemuliaan warisan-Nya di dalam orang-orang kudus. Doa pertama Rasul Paulus dalam Kitab Efesus ialah supaya kita memiliki roh hikmat dan wahyu untuk mengerti hal-hal tertentu, dan hal yang pertama ialah pengharapan panggilan Allah.

Sebagai umat terpanggil Allah, kita penuh dengan pengharapan. Pertama, pengharapan kita ialah Kristus itu sendiri. Kolose 1:27 menerangkan, Kristus di dalam kita adalah pengharapan akan kemuliaan. Lagi pula, 1 Timotius 1:1 mengatakan Yesus Kristus adalah pengharapan kita. Kristus bukan hanya hayat dan kekudusan kita, Dia juga pengharapan kita. Pengharapan kita hanya dan satu-satunya ialah Kristus. Setiap aspek dari pengharapan kita berkaitan dengan Dia.

Aspek kedua dari pengharapan kita ialah pemindahan pengangkatan dari ruang lingkup bumiah dan jasmaniah kepada ruang lingkup surgawi dan rohani, serta dimuliakan (Rm. 8:23-25, 30; Flp. 3:21). Pengangkatan (rapture) berarti kegirangan yang luar biasa, lupa diri karena sukacita. Bagi kita orang Kristen, pengangkatan berarti diangkat ke atas. Para guru Alkitab memakai istilah ini untuk melukiskan pengangkatan, sebab menu-rut pandangan mereka, terangkat merupakan suatu kegirangan yang luar biasa. Namun, saya sangsi apakah kebanyakan orang Kristen benar-benar percaya bahwa pengangkatan mereka merupakan suatu kegirangan yang luar biasa. Apakah Anda bisa girang jika Tuhan datang hari ini? Apakah Anda girang luar biasa atau meratap dengan sedih? Kebanyakan orang Kristen jika tidak meratap tentu merasa takut. Walaupun pengangkatan merupakan satu aspek dari pengharapan panggilan Allah, tetapi pengharapan ini tergantung pada apakah kita sudah hidup berdasarkan Tuhan. Jika kita hidup berdasarkan Dia dan berjalan bersama Dia, pengangkatan kita barulah merupakan kegirangan yang luar biasa. Namun, jika kita tidak hidup berdasarkan Dia dan berjalan bersama-Nya, saya sangsi apakah hal itu menjadi kegirangan yang luar biasa bagi kita.

Namun banyak orang Kristen walau sering membicarakan tentang pengangkatan dan kedatangan Tuhan, tetapi setelah membicarakannya, mereka kembali mengumbar nafsu dalam hiburan duniawi. Sungguh kasihan! Kabarnya, ada beberapa orang Kristen menggunakan meja yang sama untuk berjudi dan mempelajari Alkitab. Ada lagi yang setelah membahas kedatangan Tuhan lalu pergi menonton pertandingan olahraga tertentu, nonton film, atau berdansa. Apakah Anda nampak bahwa penyataan Kristus seharusnya merupakan faktor pokok dalam kehidupan sehari-hari kita? Hari ini kita wajib hidup dalam terang penyataan Tuhan. Jika demikian, barulah pengangkatan kita menjadi suatu kegirangan yang luar biasa.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 1, Berita 15

10 November 2012

Efesus - Minggu 7 Sabtu


Pembacaan Alkitab: Ef. 1:15-17; Mat. 5:8


Meskipun faktanya sudah ada, kita masih perlu wahyu, yakni penyingkapan tirai. Keberadaan pabrik memang suatu fakta, tetapi pintu-pintunya perlu terbuka bagi kita. Itulah penyingkapan tirai.

Mungkin kita telah memiliki fakta dan tirai pun telah tersingkap, namun kita masih perlu mata untuk melihat. Mungkin kita telah mempunyai rahasia kehendak Allah dan wahyu, namun kita masih perlu mata — indra penglihatan rohani (Kis. 26:18; Why. 3:18). Mata yang kita katakan sudah tentu mengacu kepada mata rohani, mata hati. Dalam Wahyu 3:18 Tuhan Yesus mengatakan, “Maka Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari Aku . . . minyak (salep mata) untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat.” Kita perlu salep mata untuk memulihkan daya lihat mata kita. Hari ini tidak ada problem dengan fakta, sebab Alkitab penuh dengan fakta. Juga tidak ada problem dengan wahyu maupun dengan penyingkapan tirai. Allah penuh anugerah terhadap kita, dan firman-Nya terus-menerus terbuka bagi kita. Problem utamanya ialah pada mata kita.

Agar mata kita dapat melihat, kita perlu satu roh yang terbuka dengan hati nurani yang murni (Mat. 5:3; Ibr. 9:14; 10:22). Janganlah menutup roh Anda — biarlah ia terbuka. Selain itu, hati nurani kita wajib dimurnikan tidak saja oleh percikan darah penebusan Kristus, juga oleh pengakuan kita dan penanggulangan atas dosa-dosa, kejahatan, pelanggaran, dan kekhilafan, atau kekeliruan. Kita harus bersih dalam hati nurani, yaitu bagian utama dari roh kita itu. Bila hati nurani kita terselubung, roh kita pasti tidak dapat melihat.

Kita pun perlu sebuah hati yang murni. Firman Tuhan mengatakan, “Berbahagialah orang yang suci (murni) hatinya, karena mereka akan melihat Allah” (Mat 5:8). Banyak orang tidak dapat melihat Allah atau menerima wahyu tentang hal-hal rohani karena hati mereka tidak murni. Jika kita ingin mempunyai hati yang murni, kita harus menanggulangi seluruh hati kita, yakni menanggulangi setiap bagian yang membentuk hati kita itu.

Untuk memiliki hati yang murni, kita pun perlu sebuah pikiran yang jernih (2 Tim. 1:7). Ada kaum saleh yang pikirannya sangat rumit, tidak dapat membedakan perkara. Bagi mereka huruf “b” hampir sama dengan “d”. Ketika mereka membaca Alkitab, Kitab Galatia dan Kolose seolah-olah sama saja. Itu menandakan bahwa pikiran mereka tidak jernih.

Terakhir, hati yang murni memerlukan tekad yang patuh (Yoh. 7:17). Jika tekad kita patuh, tentu tekad kita lembut.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 1, Berita 14