Hitstat

05 November 2012

Efesus - Minggu 7 Senin


Pembacaan Alkitab: Ef. 1:13-14; 2 Kor. 1:21-22


Kita perlu pemeteraian dan penjaminan, sebab pekerjaan Allah atas diri kita mencakup dua macam warisan. Efesus 1:11 menunjukkan bahwa kita telah dijadikan warisan Allah, dan ayat 14 menerangkan bahwa Allah menjadi warisan kita. Warisan kita adalah Allah itu sendiri. Dalam ekonomi Allah, kita merupakan suatu warisan bagi Allah, dan Allah merupakan suatu warisan bagi kita. Inilah suatu warisan yang timbal-balik, yaitu saling mewarisi. Bila kita ingin menjadi warisan Allah, kita perlu pemeteraian. Kita adalah milik Allah, dan sebagai pemilik kita, Allah telah membubuhkan satu meterai di atas diri kita. Karena Allah adalah warisan kita, kita pun perlu jaminan Roh Kudus sebagai garansi. Kita akan mewarisi segala adanya Allah, yakni persona-Nya, dan segala kepunyaan-Nya, yakni pekerjaan-Nya. Untuk warisan yang sedemikian inilah Roh Kudus menjadi jaminan, yakni garansi.

Roh Kudus adalah jaminan warisan kita. Istilah Yunani yang diterjemahkan “jaminan” dalam ayat 14 juga berarti pencicipan, tanggungan, bagian pembayaran di muka atau persekot yang menjamin pembayaran yang penuh. Karena kita adalah warisan Allah, maka Roh Kudus adalah meterai di atas diri kita. Karena Allah adalah warisan kita, Roh Kudus merupakan jaminan warisan ini bagi kita. Allah memberikan Roh Kudus-Nya kepada kita, bukan hanya sebagai warisan kita, menjamin warisan kita, tetapi juga sebagai pencicipan terhadap apa yang akan kita warisi dari Allah.

Kata Yunani untuk istilah “jaminan”, artinya agak mirip dengan uang panjer atau persekot hari ini, yang menunjukkan kepercayaan dan suatu garansi bagi pembayaran yang selanjutnya. Jaminan, bukti, atau garansi, semua istilah itu memiliki arti yang sama, yakni suatu pembayaran yang digaransikan. Namun dalam istilah Yunani mengandung arti lebih banyak, yaitu berarti “contoh” dan “pencicipan”. Ada penerjemah lebih senang dengan istilah “pencicipan”. Melalui menikmati contohnya, kita dapat mencicipi apa yang akan datang kelak. Misalkan seseorang ingin memberi saya sepuluh buah persik dari kebun persiknya. Buah ini merupakan contoh dan pencicipan dari seluruh produksi kebun persiknya. Sebagai pewaris-pewaris Allah, kita memiliki Roh Kudus sebagai jaminan, garansi, bukti, dan panjer dari warisan kita. Pada waktu yang sama, Roh Kudus juga merupakan satu contoh dan satu pencicipan. Pencicipan ini memberi kita satu kecapan atas diri Allah; pengecapan seluruhnya masih belum tiba.

Dalam 2 Korintus 1 kita memiliki pengurapan, pemeteraian, dan penjaminan. Ayat 21 mengatakan, “Sebab Dia yang telah meneguhkan kami bersama-sama dengan kamu di dalam Kristus, dan yang telah mengurapi kita adalah Allah” (Tl.). Pengurapan membawakan unsur Allah ke dalam kita. Minyak urapan ilahi ini dapat diibaratkan seperti cat. Ketika Anda mencat perabot, Anda menerapkan unsur cat kepada perabot. Demikian pula, pengurapan melekatkan minyak ilahi ke atas diri kita, dan hal tersebut mendatangkan unsur ilahi ke dalam kita. Semakin kita mengalami pengurapan di batin kita, semakin banyak unsur Allah yang kita terima. Kita perlu diurapi dengan minyak ilahi berulang-ulang. Banyak saudara dan saudari yang dewasa telah diurapi ratusan kali, tetapi saudara saudari yang muda tidak banyak menerima pengurapan. Satu Yohanes 2 mengatakan bahwa pengurapan itu tinggal di dalam kita dan mengajar kita. Kita mendapat pengajaran melalui pengurapan. Roh Kudus sebagai minyak majemuk di dalam kita mengajar kita; bukan dengan perkataan, melainkan dengan “mengecat” kita. Entah kita mematuhi pengajaran-Nya atau tidak, Ia tetap mengurapi kita, lapis demi lapis. Dengan cara demikianlah pengurapan itu membawakan esens Allah sendiri ke dalam kita.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 1, Berita 13

No comments: