Pembacaan Alkitab: Ef. 1:15-17;
Mat. 5:8
Meskipun faktanya sudah ada, kita
masih perlu wahyu, yakni penyingkapan tirai. Keberadaan pabrik memang suatu
fakta, tetapi pintu-pintunya perlu terbuka bagi kita. Itulah penyingkapan
tirai.
Mungkin kita telah memiliki fakta
dan tirai pun telah tersingkap, namun kita masih perlu mata untuk melihat.
Mungkin kita telah mempunyai rahasia kehendak Allah dan wahyu, namun kita masih
perlu mata — indra penglihatan rohani (Kis. 26:18; Why. 3:18). Mata yang kita
katakan sudah tentu mengacu kepada mata rohani, mata hati. Dalam Wahyu 3:18
Tuhan Yesus mengatakan, “Maka Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli
dari Aku . . . minyak (salep mata) untuk melumas matamu, supaya engkau dapat
melihat.” Kita perlu salep mata untuk memulihkan daya lihat mata kita. Hari ini
tidak ada problem dengan fakta, sebab Alkitab penuh dengan fakta. Juga tidak
ada problem dengan wahyu maupun dengan penyingkapan tirai. Allah penuh anugerah
terhadap kita, dan firman-Nya terus-menerus terbuka bagi kita. Problem utamanya
ialah pada mata kita.
Agar mata kita dapat melihat, kita
perlu satu roh yang terbuka dengan hati nurani yang murni (Mat. 5:3; Ibr. 9:14;
10:22). Janganlah menutup roh Anda — biarlah ia terbuka. Selain itu, hati
nurani kita wajib dimurnikan tidak saja oleh percikan darah penebusan Kristus,
juga oleh pengakuan kita dan penanggulangan atas dosa-dosa, kejahatan,
pelanggaran, dan kekhilafan, atau kekeliruan. Kita harus bersih dalam hati
nurani, yaitu bagian utama dari roh kita itu. Bila hati nurani kita
terselubung, roh kita pasti tidak dapat melihat.
Kita pun perlu sebuah hati yang
murni. Firman Tuhan mengatakan, “Berbahagialah orang yang suci (murni) hatinya,
karena mereka akan melihat Allah” (Mat 5:8). Banyak orang tidak dapat melihat
Allah atau menerima wahyu tentang hal-hal rohani karena hati mereka tidak
murni. Jika kita ingin mempunyai hati yang murni, kita harus menanggulangi
seluruh hati kita, yakni menanggulangi setiap bagian yang membentuk hati kita
itu.
Untuk memiliki hati yang murni,
kita pun perlu sebuah pikiran yang jernih (2 Tim. 1:7). Ada kaum saleh yang
pikirannya sangat rumit, tidak dapat membedakan perkara. Bagi mereka huruf “b”
hampir sama dengan “d”. Ketika mereka membaca Alkitab, Kitab Galatia dan Kolose
seolah-olah sama saja. Itu menandakan bahwa pikiran mereka tidak jernih.
Terakhir, hati yang murni
memerlukan tekad yang patuh (Yoh. 7:17). Jika tekad kita patuh, tentu tekad
kita lembut.
Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 1, Berita 14
No comments:
Post a Comment