Hitstat

10 November 2012

Efesus - Minggu 7 Sabtu


Pembacaan Alkitab: Ef. 1:15-17; Mat. 5:8


Meskipun faktanya sudah ada, kita masih perlu wahyu, yakni penyingkapan tirai. Keberadaan pabrik memang suatu fakta, tetapi pintu-pintunya perlu terbuka bagi kita. Itulah penyingkapan tirai.

Mungkin kita telah memiliki fakta dan tirai pun telah tersingkap, namun kita masih perlu mata untuk melihat. Mungkin kita telah mempunyai rahasia kehendak Allah dan wahyu, namun kita masih perlu mata — indra penglihatan rohani (Kis. 26:18; Why. 3:18). Mata yang kita katakan sudah tentu mengacu kepada mata rohani, mata hati. Dalam Wahyu 3:18 Tuhan Yesus mengatakan, “Maka Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari Aku . . . minyak (salep mata) untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat.” Kita perlu salep mata untuk memulihkan daya lihat mata kita. Hari ini tidak ada problem dengan fakta, sebab Alkitab penuh dengan fakta. Juga tidak ada problem dengan wahyu maupun dengan penyingkapan tirai. Allah penuh anugerah terhadap kita, dan firman-Nya terus-menerus terbuka bagi kita. Problem utamanya ialah pada mata kita.

Agar mata kita dapat melihat, kita perlu satu roh yang terbuka dengan hati nurani yang murni (Mat. 5:3; Ibr. 9:14; 10:22). Janganlah menutup roh Anda — biarlah ia terbuka. Selain itu, hati nurani kita wajib dimurnikan tidak saja oleh percikan darah penebusan Kristus, juga oleh pengakuan kita dan penanggulangan atas dosa-dosa, kejahatan, pelanggaran, dan kekhilafan, atau kekeliruan. Kita harus bersih dalam hati nurani, yaitu bagian utama dari roh kita itu. Bila hati nurani kita terselubung, roh kita pasti tidak dapat melihat.

Kita pun perlu sebuah hati yang murni. Firman Tuhan mengatakan, “Berbahagialah orang yang suci (murni) hatinya, karena mereka akan melihat Allah” (Mat 5:8). Banyak orang tidak dapat melihat Allah atau menerima wahyu tentang hal-hal rohani karena hati mereka tidak murni. Jika kita ingin mempunyai hati yang murni, kita harus menanggulangi seluruh hati kita, yakni menanggulangi setiap bagian yang membentuk hati kita itu.

Untuk memiliki hati yang murni, kita pun perlu sebuah pikiran yang jernih (2 Tim. 1:7). Ada kaum saleh yang pikirannya sangat rumit, tidak dapat membedakan perkara. Bagi mereka huruf “b” hampir sama dengan “d”. Ketika mereka membaca Alkitab, Kitab Galatia dan Kolose seolah-olah sama saja. Itu menandakan bahwa pikiran mereka tidak jernih.

Terakhir, hati yang murni memerlukan tekad yang patuh (Yoh. 7:17). Jika tekad kita patuh, tentu tekad kita lembut.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 1, Berita 14

No comments: