Hitstat

30 June 2008

Markus Volume 5 - Minggu 4 Selasa

Kesudahan Dunia Ini
Markus 13:7
Apabila kamu mendengar deru perang atau kabar-kabar tentang perang, janganlah kamu gelisah. Semuanya itu harus terjadi, tetapi itu belum kesudahannya.

Ayat Bacaan: Mrk. 13:7-8; Why. 6:5-6, 12; 8:5; 11:13, 19; 16:18; 1 Yoh. 2:17

Jika kita mengenal sejarah dunia, kita akan menyadari bahwa dari hari Tuhan Yesus terangkat ke surga, perang telah meningkat. Kita dapat mengatakan bahwa sejarah manusia adalah sejarah perang. Dalam Markus 13:7 Tuhan bernubuat mengenai perang yang akan berlangsung setelah kebangkitan dan kenaikan-Nya.
Dalam Markus 13:8 Tuhan Yesus berkata, “Sebab bangsa akan bangkit melawan bangsa dan kerajaan melawan kerajaan. Akan terjadi gempa bumi di berbagai tempat, dan akan ada kelaparan. Semua itu barulah permulaan penderitaan menjelang zaman baru.” Dalam ayat ini “bangsa” mengacu kepada orang, orang kafir, dan “kerajaan” mengacu kepada kekaisaran. Bangkitnya bangsa melawan bangsa, rakyat melawan rakyat, mengacu kepada perang sipil, di mana bangkitnya kerajaan melawan kerajaan mengacu kepada perang internasional. Dari waktu kenaikan Tuhan ada perang sipil maupun perang internasional. Tambahan lagi, ada banyak kelaparan, yang sering terjadi akibat dari peperangan. Menurut sejarah, perang membawa kelaparan, yang dilambangkan oleh kuda hitam dari meterai ketiga di dalam Wahyu 6:5-6. Karena itu, urutannya adalah perang, kelaparan, dan kematian.
Dalam ayat yang sama, Tuhan juga mengatakan bahwa akan ada gempa bumi di berbagai tempat. Dari waktu kenaikan Kristus, gempa bumi telah meningkat sepanjang abad dan akan berlipat ganda pada akhir zaman ini (Why. 6:12; 8:5; 11:13, 19; 16:18). Seolah-olah bahwa setiap tahun ada lebih banyak gempa bumi daripada tahun-tahun sebelumnya.
Ketika melihat perkataan nubuat ini, kita seharusnya disadarkan, sehingga tidak lagi berambisi mengejar kemewahan duniawi. Semua situasi dunia, peperangan, bencana alam dsb, seharusnya mengingatkan kita bahwa kedatangan Tuhan sudah semakin dekat. Keadaan dunia tidak akan pernah bertambah baik. Janganlah kita menaruh pengharapan kita pada dunia ini, “sebab dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya “ (1 Yoh. 2:17)

29 June 2008

Markus Volume 5 - Minggu 1 Senin

Mendaki Gunung Untuk Menerima Wahyu
Kisah Para Rasul 26:19b
Kepada penglihatan (visi, Tl.) yang dari sorga itu tidak pernah aku tidak taat.

Ayat Bacaan: Mrk. 13:3-4; Kis. 26:19b

Fakta bahwa Tuhan sedang duduk dengan murid-muridnya di atas Bukit Zaitun (Mrk. 13:3-4) menunjukkan bahwa untuk menerima visi nubuat Tuhan tentang hal-hal yang akan datang, kita perlu mendaki gunung yang tinggi untuk masuk ke dalam penyertaan-Nya. Ketika murid-murid menanyai Dia secara pribadi, mereka menanyai Dia mengenai kapan hal-hal itu akan terjadi dan tandanya hal itu akan digenapi.
Dalam Alkitab, naik ke atas gunung memiliki satu makna, yaitu untuk mendapatkan wahyu. Dari Abraham naik ke atas gunung Moria, sampai Yohanes naik ke atas gunung di pulau Patmos, semuanya ditujukan kepada masalah wahyu. Meskipun naiknya Abraham ke gunung Moria adalah untuk mempersembahkan korban, tetapi akhirnya masih tetap untuk wahyu, supaya dia di satu pihak mengenal Allah adalah “TUHAN yang Menyediakan,” di pihak lain mengenal pekerjaan Allah di bumi. Karena semua janji Allah kepada Abraham di sana, adalah pekerjaan yang akan Allah lakukan di atas bumi. Naik ke atas gunung, ketempat tinggi, harus membayar harga. Hal ini berarti untuk mendapatkan wahyu, seseorang harus membayar harga.
Naik ke atas gunung adalah membayar harga, datang ke hadapan Tuhan, mendekati Tuhan. Inilah syarat utama dari pengajaran di atas gunung. Abraham, Musa, murid-murid Tuhan, semuanya mengeluarkan harga mendekati Tuhan. Demikianlah mereka mendapatkan wahyu. Mendapatkan wahyu berarti mendapatkan kebenaran. Orang yang mendapatkan teori hanya di dalam otak penuh dengan ide. Hanya orang yang mendapatkan wahyu yang mendapatkan realitas, mendapatkan hayat.
Marilah kita merenungkan, apakah selama mengikuti Tuhan, kita sudah berjerih lelah mencari Tuhan. Berapakah harga yang sudah kita kelurkan untuk Tuhan? Apakah kita tetap bangun pagi, tetap membaca Alkitab walaupun lelah, setia melayani walaupun yang lain tidak? Ataukah selama ini kita lebih menyukai “jalan pintas”, mengikuti Tuhan hanya bila situasinya sesuai dengan keinginan kita? Kiranya Tuhan terus merahmati kita, agar mau membayar harga mencari Tuhan dan kehendak kekal-Nya.

28 June 2008

Markus Volume 5 - Minggu 4 Minggu

Penyingkapan Hal-hal yang Akan Datang
2 Petrus 1:19
Dengan demikian kami makin diteguhkan oleh firman yang telah disampaikan oleh para nabi. Alangkah baiknya kalau kamu memperhatikannya sama seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu.

Ayat Bacaan: Mrk. 13:1-37; 2 Ptr. 1:19

Markus 13:1-37 biasanya dianggap sebagai pasal yang berisi nubuat. Namun, pasal ini bukan hanya berisi nubuat, tetapi juga berisi bagian dari persiapan Hamba-Penyelamat bagi pelayanan penebusan-Nya. Dalam mempersiapkan para murid-Nya menjelang kematian-Nya, Hamba-Penyelamat pertama-tama memberi tahu mereka, tentang hal-hal yang akan datang. Yakni hal-hal yang akan terjadi di dunia selama zaman gereja setelah kebangkitan-Nya sampai kedatangan-Nya kembali.
Perkataan yang menerangi yang sedemikian ini terhadap murid - murid Hamba-Penyelamat seperti “pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu” (2 Ptr. 1:19). Dalam ayat ini Petrus membahas dua masalah sekaligus. Dia mengatakan bahwa seluruh dunia adalah satu tempat yang gelap dan bahwa zaman sekarang ini adalah malam yang gelap. Jika kita tidak memiliki nubuat-nubuat Alkitab, kita juga akan ada di dalam kegelapan, karena kita tidak mempunyai pelita. Tetapi perkataan nubuat adalah pelita yang bersinar di dalam kegelapan. Ketika kita memperhatikan perkataan nubuat ini, kita akan menerima sorotan terang. Akhirnya, terang ini akan bersinar sampai fajar rohani menyingsing di dalam kita, dan sebuah bintang timur terbit di dalam hati kita. Karena itu, Petrus pertama-tama berbicara tentang hari rohani, satu fajar yang menyingsing di dalam kita. Dia juga berkata tentang hari yang akan datang, hari kedatangan Tuhan kembali.
Pengalaman kita menegaskan fakta bahwa dalam Dua Petrus 1:19 Petrus mengatakan tentang hari rohani dan hari kedatangan Tuhan. Sering kali kita di dalam kegelapan kemudian mencari nubuat-nubuat dalam Alkitab. Ketika kita mempelajari nubuat-nubuat, sebuah pelita mulai bersinar di dalam kita. Dengan spontan kita mempunyai perasaan bahwa kita tidak lagi berada di dalam malam tetapi di dalam siang, karena satu fajar rohani telah menyingsing di dalam kita. Kita tidak hanya mempunyai sebuah pelita yang bersinar, tetapi juga fajar yang menyingsing. Haleluya untuk perkataan nubuat yang boleh kita dengar.

27 June 2008

Markus Volume 5 - Minggu 3 Sabtu

Tuhan Memperhatikan Realitas Batiniah
Markus 12:44
Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang dimilikinya, yaitu seluruh nafkahnya.

Ayat Bacaan: Mrk. 12:41-44; Mat. 6:21

Setelah Tuhan Yesus memberikan peringatan tentang menghadapi ahli-ahli Taurat, Dia memuji kesetiaan seorang janda miskin (Mrk. 12:41-44). Mereka yang memberi dari kelimpahan mereka tidak menjamah hati Tuhan. Namun, Tuhan terjamah oleh seorang janda miskin yang memasukkan dua keping uang tembaga. Dia mengaguminya karena memberikan dengan cara yang sedemikian ini.
Sangatlah berarti bahwa setelah Tuhan menakhlukkan semua penentang-Nya, Dia memberi peringatan tentang menghadapi ahli-ahli Taurat dan memuji janda miskin yang setia. Pertama, Ia memperingatkan murid-murid-Nya agar waspada terhadap pengajaran yang sia-sia, yang kosong dari ahli-ahli Taurat. Kemudian Ia mendorong mereka untuk mengapresiasi realitas batiniah seorang janda yang memberi dengan setia dan tulus terhadap Allah. Dia ingin mereka melihat ke dalam situasi di antara umat Allah, bukan hanya melihat yang luaran menurut cara manusia, tetapi yang batiniah menurut realitas batiniah manusia. Karena Dia memiliki pandangan yang demikian, Dia dapat mengapreasiasi janda yang miskin.
Tidak ada perkara lain yang dapat menyingkapkan realitas batiniah kaum beriman lebih jelas dari pada perkara uang. Uang menyingkapkan realitas batiniah kaum beriman karena dalam hidup manusia tidak ada yang lebih nyata daripada uang atau harta benda. Uang atau harta benda kita menguji apakah kita memiliki realitas terhadap Allah. Masalahnya hari ini bukanlah berapa banyak yang harus dipersembahkan tetapi apakah uang telah menguasai hati kita. Dalam pekerjaan Allah, tidak ada seorangpun yang di satu segi tamak akan uang dan di segi lain dapat berkata bahwa hatinya mengasihi Tuhan. Alkitab berkata bahwa dimana hartamu berada, di situ juga hatimu berada (Mat. 6:21). Agar hati kita tidak diperdaya oleh uang, kita harus membiarkan uang itu dipakai oleh Tuhan. Jika uang sudah keluar dari kantung kita, hati kita akan menyertainya pula. Marilah kita menjadi orang yang memperhatikan realitas batiniah melalui belajar mempersembahkan harta kita dengan hati yang rela.

26 June 2008

Markus Volume 5 - Minggu 3 Jumat

Menyingkapkan Kemunafikan Ahli-Ahli Taurat
1 Petrus 2:1
Karena itu buanglah segala kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah.

Ayat Bacaan: 2 Kor. 3:16; Mrk. 12:38-40

Segera setelah Tuhan menaklukkan semua penentang dan telah berbicara kepada mereka tentang Kristus, Dia memberitahu mereka suatu peringatan tentang menghadapi ahli-ahli Taurat. Tuhan memberikan peringatan-Nya tersebut dalam Markus 12:38. Perkataan ini, tidak diragukan, dibicarakan berkaitan dengan fakta bahwa meskipun ahli Taurat dianggap mengenal Alkitab, namun mereka tahu sangat sedikit mengenai Kristus. Mereka tahu sesuatu tentang keinsanian Kristus; namun, mereka tidak tahu apa pun mengenai keilahian-Nya. Mereka kekurangan pengenalan yang tepat tentang realitas Kristus. Karena kekurangan ini, Tuhan Yesus memperingatkan orang-orang untuk berhati-hati terhadap ahli-ahli Taurat.
Menurut perkataan Tuhan, ahli-ahli Taurat tidak hanya suka berjalan-jalan dengan jubah panjang dan suka akan penghormatan di tempat-tempat umum, tetapi juga suka duduk di tempat terbaik di sinagoga dan tempat terhormat dalam perjamuan (Mrk. 12:39). Selain itu, ahli-ahli Taurat “menelan rumah janda-janda dan mereka mengelabui mata orang dengan mengucapkan doa yang panjang-panjang” (Mrk. 12:40). Ini menunjukkan bahwa ahli-ahli Taurat hanya memiliki penampilan, tidak memiliki realitas. Fakta bahwa ahli-ahli Taurat suka berjalan berkeliling dengan memakai jubah yang panjang menunjukkan bahwa mereka memperhatikan hal-hal kedudukan, kehormatan, dan kemuliaan. Mereka juga suka menerima penghormatan dan pengakuan manusia. Ini menunjukkan dengan kuat bahwa mereka adalah pengajar-pengajar Alkitab yang kosong dan sia-sia, benar-benar kekurangan Kristus. Dalam kehidupan mereka tidak ada realitas. Sebaliknya mereka mencari kedudukan, kehormatan, dan kemuliaan.
Saudara-saudari, kita semua perlu memperhatikan peringatan Tuhan mengenai ahli-ahli Taurat. Ada kemungkinan kita juga bisa seperti ahli-ahli Taurat yang mencari kedudukan, kehormatan, ketenaran, dan kemuliaan yang sia-sia serta tidak memiliki realitas Kristus. Karena itu, setiap hari kita tidak hanya perlu membaca Alkitab. Terlebih lagi kita perlu datang kepada Tuhan, melalui memalingkan hati kita dan berdoa kepada Tuhan. Dengan demikian kita tidak akan menjadi seperti ahli Taurat yang penuh kemunafikan.

25 June 2008

Markus Volume 5 - Minggu 3 Kamis

Mengenal Kristus
Filipi 3:8
“Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia daripada semuanya. Karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus.”

Ayat Bacaan: Flp. 3:8; Mrk. 11:27 - 12:34; Kis. 19:4; Ef. 1:17

Dalam Markus 11:27–12:34 Tuhan Yesus ditanyai empat macam pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan ini mewakili berbagai aspek dari kebudayaan manusia – agama (Mrk. 11:27-33), politik (Mrk. 12:13-17), kepercayaan (Mrk. 12:18-27), dan penafsiran Alkitab (Mrk. 12:28-34). Namun, semua jenis pertanyaan ini mengabaikan Kristus. Karena itu melalui pertanyaan-Nya dalam Markus 12:35-37, Tuhan menunjukkan bahwa ahli Taurat mengenal Kristus hanya sebagai manusia. Mereka tidak menyadari bahwa Kristus, Mesias, juga adalah Tuhan Allah sendiri, mereka tidak mengenal bahwa Kristus adalah Allah dan Manusia sejati.
Ahli-ahli Taurat di sini seperti Paulus ketika masih dalam agama Yahudi. Walaupun dia memiliki pengetahuan yang sangat dalam dan unggul tentang hukum Taurat, namun dia tidak mengenal Kristus. Sampai pada suatu hari, ketika ia dalam perjalanan menuju Damsyik, Kristus menampakkan diri kepadanya, memanggilnya, dan berkata, “Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku?” (Kis. 9:4). Pertanyaan ini adalah pewahyuan diri Tuhan kepadanya sehingga ia bertobat. Matanya tercelik dan ia mulai nampak Kristus dan mengenal Dia. Itulah sebabnya, dalam Filipi 3:8 ia berkata, “Segala suatu kuanggap rugi karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku.” Dia menganggap bahwa pengenalan akan Kristus melebihi segala sesuatu. Pengenalan tersebut bahkan membuatnya rela meninggalkan segala sesuatu.
Saudara-saudari, bagaimana dengan kita hari ini? Seringkali sikap kita sangat bertolak belakang dengan sikap rasul Paulus. Kita sangat mudah menggantikan perkara rohani dengan perkara yang lain. Seringkali kita tidak membaca Alkitab, tidak menghampiri Tuhan di pagi hari, tidak berdoa, tidak menghadiri pertemuan ibadah, ataupun tidak menginjil, tetapi perasaan kita baik-baik saja. Mengapa bisa demikian? Ini semua karena kita kekurangan pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu saudara-saudari, kita perlu meneladani rasul Paulus yang meminta roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Kristus dengan benar (Ef. 1:17). Kita perlu dengan rendah hati berdoa di hadapan Allah, “Ya Allah, berilah aku roh hikmat dan wahyu. Aku mau mengenal Engkau dengan benar.”

24 June 2008

Markus Volume 5 - Minggu 3 Rabu

Kasihilah Sesamamu Manusia
Markus 12:31a
Perintah yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.

Ayat Bacaan: Mrk. 12:29-31; 1 Kor. 13:13; Yoh. 21:15-17; Ams. 17:5

Perkataan Tuhan dalam Markus 12:29-31 mengenai dua perintah Allah yang terutama adalah masalah kasih, mengasihi Allah, dan mengasihi manusia. Kasih adalah esensi dari perintah Allah. Maka, perintah terbesar sepenuhnya adalah perkara kasih (1 Kor. 13:13), kasih terhadap Allah dan kasih terhadap manusia. Apakah bukti nyata kita mengasihi Allah? Yaitu melalui kita mengasihi manusia dan peduli terhadap keselamatan orang-orang di sekeliling kita (Yoh. 21:15-17).
Setiap orang Kristen harus memiliki bukan hanya kasih terhadap saudara-saudara tetapi juga terhadap semua manusia. Allah adalah Pencipta semua manusia (Ams. 17:5); oleh karena itu, setiap manusia layak mendapatkan kasih kita. Kita harus melihat bahwa manusia adalah sasaran penebusan Tuhan. Bahkan Tuhan Yesus sendiri mau menjadi seorang manusia dan datang ke bumi. Tujuan-Nya adalah untuk menetapkan seorang manusia “standar”, gambaran seorang manusia, yang melaluinya segala rencana Allah dapat diwujudkan.
Masalah utama kita adalah seringkali kita menganggap orang lain itu sebagai beban, kesulitan, atau gangguan yang menjengkelkan. Ini sepenuhnya salah. Kita harus belajar melihat manusia sebagai ciptaan Allah dengan gambar Allah. Jika kita berpandangan bahwa semua manusia patut dikasihi, kita tidak akan merasa bahwa manusia adalah beban, kesulitan, atau gangguan, yang menjengkelkan kita. Jika seseorang benar-benar dijamah oleh Tuhan, ia akan dengan spontan menyimpulkan bahwa semua manusia patut dikasihi.
Selanjutnya banyak orang yang memiliki kebiasaan meremehkan orang yang kelihatannya rendah dan memuji-muji orang yang kelihatannya lebih baik daripada diri mereka. Ini sungguh memalukan. Kita seharusnya menilai posisi seseorang berdasarkan penilaian Allah. Jika kita memiliki penilaian yang demikian, maka sikap kita seluruhnya akan berubah. Ketika bertemu dengan orang dosa, hati kita penuh dengan kedambaan agar orang tersebut menerima keselamatan dan kita tidak lagi mengacuhkan orang-orang yang datang dalam perhimpunan kita, melainkan dengan sikap yang hangat menyambut mereka. Semoga kita menjadi orang yang benar-benar mengasihi Allah dan mengasihi manusia.

23 June 2008

Markus Volume 5 - Minggu 3 Selasa

Kasihilah Tuhan Allahmu
Markus 12:30
Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.

Ayat Bacaan: Yoh. 3:16; Mrk. 12:29-30; 1 Yoh. 2:15; 5:3; Yoh. 14:21; 21:15-17

Untuk mendapatkan hidup yang kekal, Alkitab mengatakan, bahwa kita cukup percaya kepada Tuhan Yesus (Yoh. 3:16). Tetapi untuk mengasihi Allah, haruslah mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan. Ini adalah perintah Tuhan yang pertama dan yang terutama (Mrk. 12:29). Dengan kata lain, ini adalah perkara yang lebih besar daripada perkara lainnya; di mana pun Allah ditempatkan, Dia selalu berada di urutan pertama. Hari ini, kita harus memuji Allah atas perintah-Nya yang menghendaki kita mengasihi Dia.
Allah senang bila kita mengasihi Dia. Percaya kepada-Nya membuat kita beroleh hidup yang kekal, inilah faedah yang kita terima. Allah tidak hanya menghendaki kita percaya kepada Dia, melainkan juga menghendaki kita mengasihi Dia. Bagaimanakah sikap orang yang mengasihi Allah? Apakah cukup dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dengan segenap akal budi dan dengan kekuatan kita? Satu Yohanes 5:3 mengatakan, “Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu bahwa kita menuruti perintah-perintahNya...” Saudara saudari, hari ini, siapa di antara kita yang dapat mengatakan, bahwa dirinya telah melakukan semua perintah Allah yang dia ketahui dan ditujukan kepadanya? Yang belum diketahui, tidak usah dikatakan, tapi yang sudah diketahui, apakah sudah kita lakukan? Kita harus tahu, tidak saja ketika Allah memberi perintah kepada kita, kita wajib melakukannya, bahkan kita wajib memegang perintah Allah itu (Yoh. 14:21).
Memegang perintah Allah berarti memikirkan Allah, dan itulah pernyataan mengasihi Allah. Seorang yang mengasihi Allah, tentulah orang yang memikirkan Allah, dan seorang yang memikirkan Allah, pastilah orang yang memegang perintah Allah. Selanjutnya dalam Injil Yohanes pasal 21, Tuhan berkata kepada Petrus, “Apakah engkau mengasihi Aku? Gembalakanlah domba-domba-Ku.” Jika ada orang benar-benar mengasihi Tuhan, ia pasti memperhatikan jiwa manusia. Kita tidak boleh tidak mementingkan keselamatan jiwa pegawai, pelayan, sanak keluarga dan orang-orang yang dekat dengan kita. Inilah sikap seorang yang mengasihi Allah.

22 June 2008

Markus Volume 5 - Minggu 3 Senin

Tiga Syarat untuk Mengerti Kitab Suci
Yohanes 6:63
Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup.

Ayat Bacaan: Yoh. 6:63; 2 Kor. 3:16; Mat. 6:22-23; Yoh. 7:17; Mzm. 119:147

Untuk mengerti Alkitab, tidaklah cukup jika kita hanya mengenal bahasa asli Alkitab, Bahasa Ibrani dan Yunani. Kita perlu menerima terang ilahi di dalam setiap pembacaan Alkitab kita. Untuk menerima terang ilahi kita perlu memperhatikan tiga syarat yang sangat berkaitan dengan diri kita. Pertama diri kita perlu rohani. Perkataan di dalam Alkitab bukan hanya terdiri dari huruf-huruf, tetapi roh (Yoh. 6:63). Karena perkataan-perkataan-Nya adalah roh, kita harus membacanya di dalam roh.
Kedua, kita perlu mempersembahkan diri melalui memalingkan hati kita kepada Tuhan (2 Kor. 3:16). Kita juga perlu memiliki pandangan yang tunggal (Mat. 6:22-23), yang sepenuhnya tertuju kepada Tuhan dan memiliki hati yang taat kepada kehendak Allah (Yoh. 7:17). Ketiga, kita tidak boleh menjadi orang yang subyektif, dan ceroboh. Orang yang subyektif sulit memahami firman Allah, karena dia hidup menurut pikiran, opini dan perasaannya sendiri. Orang yang subyektif akan kehilangan perkataan Tuhan, demikian juga orang yang ceroboh. Alkitab adalah buku yang sangat tepat. Tidak ada satupun perkataan dalam Alkitab yang boleh diartikan menurut konsepsi alamiah kita. Jika kita ceroboh maka dia dapat kehilangan perkataan Tuhan.
Untuk menjadi orang yang rohani, tidak subjektif, dan tidak ceroboh, maka ketika kita membaca Alkitab perlu disertai dengan doa. Sebab itu pemazmur berseru, sambil mengharap firman Tuhan (Mzm. 119:147). Sebelum kita membaca Alkitab, perlu berdoa dulu, mohon Tuhan membersihkan kita, membuka pikiran kita, mempersiapkan roh dan hati kita, juga memohon Tuhan membukakan firman-Nya, menyorotkan terang-Nya, dan dengan Roh-Nya mewahyukan kebenaran yang ada di dalamnya. Ketika kita membaca, setelah ada inspirasi, perlu mengubah inspirasi itu menjadi doa, baik berdoa bagi diri sendiri, atau bagi orang lain. Setelah selesai membaca, perlu berdoa lagi, mohon Tuhan menjaga supaya apa yang kita pahami, bisa kita pertahankan dengan iman dan kasih; pula memberi kita anugerah dan tenaga, supaya kita bisa melaksanakannya. Sebab itu, membaca Alkitab harus dimulai dengan doa, diiringi dengan doa, juga diakhiri dengan doa.

Markus Volume 5 - Minggu 3 Minggu

Perlunya Menerima Terang Ilahi
Markus 12:24
Jawab Yesus kepada mereka, “Kamu sesat, justru karena kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah.”

Ayat Bacaan: Mrk. 12:18-27; Kis. 23:8; 2 Kor. 3:16

Markus 12:18-27 mencatat bagaimana orang-orang Saduki mencobai Tuhan. Mereka adalah orang-orang yang tidak percaya kepada kebangkitan, malaikat dan roh-roh (Kis. 23:8), yang datang untuk menguji Tuhan Yesus perihal kebangkitan. Mereka berkata kepada Tuhan tentang seorang perempuan yang telah menikah dengan tujuh orang bersaudara, dengan pertanyaan mengenai siapa yang akan menjadi suami perempuan tersebut pada hari kebangkitan (Mrk. 12:23). Bagi kita pertanyaan ini merupakan sebuah pertanyaan yang sulit. Namun, Tuhan Yesus menjawab dengan tegas, bahwa mereka sesat, tidak mengenal Kitab Suci maupun kuasa Allah. Tuhan juga mewahyukan bahwa Allah adalah Allah orang hidup (Mrk. 12:24-27).
Karena Allah adalah Allah orang hidup dan disebut Allah Abraham, Ishak dan Yakub, maka ketiganya yang telah mati, Abraham, Ishak, dan Yakub akan dibangkitkan. Ini adalah cara Tuhan Yesus menjelaskan Kitab Suci – tidak hanya berdasarkan huruf, tetapi berdasarkan hayat dan kuasa yang tersirat di dalam huruf-huruf itu. Saudara-saudari, kita seharusnya tidak berpikir bahwa untuk mengerti Alkitab cukup dengan mengenal teks dan bahasa asli Alkitab, tetapi kita juga perlu memiliki terang ilahi. Tanpa terang ilahi, tidak seorang pun mampu nampak bahwa sebutan ilahi ini mencakup kebangkitan.
Untuk menerima terang, kita tidak seharusnya hanya mengandalkan pengetahuan bahasa asli Alkitab atau penjelasan para guru besar, tetapi kita perlu berlutut di hadapan Tuhan dan terbuka kepada-Nya. Kita perlu berkata, “Tuhan Yesus, tanpa Engkau, aku tidak bisa melihat terang apapun. Tuhan aku perlu penerangan-Mu. Terang tidak datang dari hasil belajar atau analisisku. Terang datang melalui belas kasihan-Mu. O Tuhan, betapa aku perlu menerima terang dari-Mu.” Selanjutnya kita dapat memadukan doa dengan pembacaan Alkitab kita. Ayat-ayat yang kita baca, dapat kita jadikan doa. Tidak hanya sambil membaca, sambil berdoa, juga tidak hanya membaca lalu berdoa, atau berdoa lalu membaca, melainkan ayat-ayat itu langsung dijadikan kata-kata untuk berdoa. Dengan demikian maka hati kita berbalik kepada Tuhan, dan selubung kita segera diangkat (2 Kor. 3:16) dan kita dapat menerima terang ilahi.

20 June 2008

Markus Volume 5 - Minggu 2 Sabtu

Berikanlah Kepada Allah
Markus 12:17
Lalu kata Yesus kepada mereka, “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.”

Ayat Bacaan: Mat. 22:21; Mrk. 12:17, 44; Pkh. 3:13

Pada suatu hari, murid-murid orang Farisi dan para pendukung Herodes datang mencobai Tuhan Yesus, bertanya kepada-Nya, apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak. Tuhan menyuruh mereka menunjukkan sebuah mata uang untuk pajak itu. Artinya, Tuhan Yesus tidak mempunyai uang apa pun, sebaliknya mereka mempunyai uang. Tuhan bertanya kepada mereka, “Gambar dan tulisan siapakah ini?” Jawab mereka, “Gambar dan tulisan Kaisar.” Lalu jawab Tuhan, “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah” (Mat. 22:21). Tuhan Yesus tidak mempunyai mata uang Roma, tetapi menyuruh mereka menunjukkan sekeping uang itu kepada-Nya. Mereka mempunyai mata uang Roma, sebab itu mereka “tertangkap” oleh Tuhan. Tuhan kita pasti telah terlepas dari cengkeraman Mamon. Ketika Tuhan berkata bahwa kita tidak bisa mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon, ini menunjukkan bahwa harta atau kekayaan adalah lawan Allah, merampas pelayanan umat Allah terhadap Allah.
Tuhan kita memuji janda yang memasukkan dua uang tembaga ke dalam peti persembahan, karena Dia melihat janda itu memasukkan seluruh hidupnya ke dalam peti persembahan. “Tetapi janda ini memberi dari kekurangannya semua yang dimilikinya, yaitu seluruh nafkahnya” (Mrk. 12:44). Banyak orang hanya memasukkan uang ke dalam peti persembahan; tetapi janda itu memasukkan hidupnya bersamaan dengan uangnya. Dengan kata lain, ketika uang itu keluar dari tangannya, hidupnya ikut keluar. Ketika ia mempersembahkan dua uang tembaga, itu adalah mempersembahkan segala-galanya.
Segala berkat yang kita peroleh adalah pemberian Tuhan. Kesenangan dan kenikmatan dari jerih payah kita juga adalah pemberian Allah. Karena itu, sudahlah sepatutnya apa yang kita peroleh itu kita berikan kepada Allah. Dengan demikian, tidak ada satu pun yang bisa mengikat kita. Persembahkanlah diri kita kepada Allah sepenuhnya dan mutlak hidup bagi-Nya. Dengan jalan demikian, uang yang ada di tangan kita akan dihapus dari pembukuan Iblis, dan akan dialihkan ke dalam pembukuan Allah.

19 June 2008

Markus Volume 5 - Minggu 2 Jumat

Jawaban Tuhan Menurut Hikmat-Nya
Markus 3:27
Jawab Yesus kepada mereka: “Aku akan mengajukan satu pertanyaan kepadamu. Berikanlah aku jawabnya, maka Aku akan mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu.”

Ayat Bacaan: Mrk. 11:27-32; Luk. 20:5-7; Ef.1:17

Setibanya Yesus dan murid-murid-Nya di Yerusalem, dan ketika Dia sedang berjalan di halaman Bait Allah, datanglah kepada Yesus imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat, dan tua-tua. Imam-imam adalah orang-orang yang melayani di Bait Allah, ahli-ahli Taurat adalah orang-orang yang memiliki pengetahuan yang mendalam tentang hukum Taurat Musa, dan tua-tua adalah para pelaksana pemerintahan di antara orang-orang Yahudi. Ketiga kelompok orang ini siap melakukan satu pengujian yang menyeluruh terhadap Tuhan dan kuasa-Nya.
Dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan tua-tua, Hamba-Penyelamat ini sangat bijaksana. Ketika ditanya siapa yang memberikan kuasa kepada-Nya, Dia tidak berkata, “Bapa-Ku yang memberikan kuasa ini kepada-Ku.” Menjawab pertanyaan ini memang tidak salah, tetapi kekurangan hikmat. Pertanyaan yang kembali diajukan Tuhan Yesus kepada mereka membawa mereka kepada satu dilema, dan mereka berdebat di antara mereka sendiri mengenai hal itu (Luk. 20:5-6). Akhirnya karena tidak memiliki hikmat untuk menangani situasi itu mereka berdusta dengan berkata, “Kami tidak tahu dari mana baptisan itu.” (Luk. 20:7). Mereka berdusta dengan berkata, “Kami tidak tahu.” Sebaliknya Tuhan mengatakan kebenaran dengan bijaksana kepada mereka, sekaligus menelanjangi kedustaan mereka dan menghindari pertanyaan mereka yang licik.
Dalam kejadian ini kita nampak batapa hina dan liciknya imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan tua-tua itu. Pada waktu yang sama kita nampak betapa murni, bijaksana, dan agungnya Hamba-Penyelamat ini. Sungguh satu perbedaan yang luar biasa! Melihat dua kondisi yang berlawanan ini memberikan pesan kepada kita bahwa betapa perlunya kita mempunyai satu roh hikmat dan wahyu. Wahyu adalah untuk penampakan; hikmat adalah untuk memahami dan mengerti. Ketika kita berpaling ke dalam roh dan firman-Nya, itu berarti kita berada di dalam roh hikmat dan wahyu ini. Di dalam kita semua ada satu roh, tetapi roh ini perlu diteguhkan dan dikuatkan oleh Allah, diterangi, agar dengan roh ini kita bisa memahami dan mengenal Dia dan kuasa-Nya secara benar.

18 June 2008

Markus Volume 5 - Minggu 2 Kamis

Perlu Saling Mengampuni
Kolose 3:13
Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain; sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, perbuatlah juga demikian

Ayat Bacaan: Kol. 3:13; Mrk. 11:25-26; Mat. 6:15; Ibr.8:12

Orang Kristen mudah gagal dalam hal mengampuni orang lain. Kalau di antara anak-anak Allah terdapat sikap yang tidak mau mengampuni, semua pelajaran, iman, dan kuasa akan bocor. Itulah sebabnya Perkatan Tuhan begitu tegas dan jelas. Ini adalah perkataan yang sederhana. Tetapi anak-anak Allah memerlukan perkataan yang sederhana ini. “Jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya seseorang bersalah terhadap kamu, supaya juga Bapamu yang di surga mengampuni kamu dari kesalahan-kesalahanmu.” (Mrk. 11:25) Menerima pengampunan Bapa sangatlah mudah. Namun, “Jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.” (Mat. 6:15) Tidak ada pengampunan yang diberikan secara ceroboh.
Perkataan ini sederhana, tetapi faktanya tidaklah begitu sederhana. Kalau kita mengampuni orang lain dengan mulut kita, tetapi tidak mengampuni dalam hati kita, dalam pandangan Bapa itu bukanlah pengampunan. Pengampunan yang hanya di mulut adalah kosong dan menipu, dan tidak terhitung di hadapan Bapa. Kita harus mengampuni kesalahan orang lain dari dalam hati kita. Sebagaimana murid-murid memerlukan perkataan Tuhan ini, kita juga memerlukan perkataan yang sama. Kalau kita hidup di bumi ini tidak seperti di surga, kalau kita masing-masing ingin menempuh cara kita sendiri, kita tidak mengampuni satu sama lain, kita bukanlah murid-murid Tuhan. Tetapi Tuhan tahu betapa pentingnya hal ini bagi kita. Semakin kita banyak berkomunikasi dan bersekutu satu sama lain, semakin perlu kita mengampuni satu sama lain.
Ingatlah juga, ketika kita tidak saling mengampuni, kita sedang memberi tempat bagi Iblis. Dan jika kita tidak bisa saling mengampuni, kita bukanlah umat kerajaan, dan kita tentunya kita tidak bisa melakukan pekerjaan kerajaan. Bila di antara kita dengan saudara dan saudari timbul masalah, berarti kita bermasalah dengan Tuhan. Kita tidak bisa berdoa kepada Tuhan di satu pihak, dan tetap tidak mau mengampuni di pihak lain. Ini bukanlah perkara yang sepele. Kita harus memperhatikan apa yang Tuhan perhatikan. Kiranya Tuhan merahmati kita semua, sehingga kita mampu belajar untuk saling mengampuni.

17 June 2008

Markus Volume 5 - Minggu 2 Rabu

Jika Kita Mengampuni, Bapa Mengampuni
Markus 11:25
Jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya seseorang bersalah terhadap kamu, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan - kesalahanmu.

Ayat Bacaan: Mzm. 31:10-14; 35:1-8; Mat. 5:43-48

Pada saat membicarakan mengenai berdoa, Tuhan secara khusus memperlihatkan keperluan kita untuk mengampuni kesalahan orang lain. Mengampuni kesalahan orang lain adalah dasar bagi Allah Bapa kita yang di surga untuk mengampuni kita, lebih-lebih dalam doa kita. Sesungguhnya, kita tidak akan bisa berdoa dengan hati yang menyimpan kesalahan terhadap orang lain, yaitu merasa disalahkan oleh orang lain, atau tidak melupakan kesalahan orang lain. Sebagai orang Kristen, kita tidak seharusnya mempunyai keinginan untuk balas dendam. Kita tidak seharusnya mengingat-ingat kesalahan orang lain. Jika kita tidak mengampuni dan melupakan kesalahan orang lain, maka di dalam diri kita tidak akan memiliki damai sejahtera.
Dalam Kitab Mazmur, ada banyak mazmur yang ditulis oleh Daud, namun tidak terlihat adanya kuasa kebangkitan. Mengapa? Karena dalam banyak mazmurnya, Daud sangat ingat kesalahan orang lain. Dia bahkan menghitung penderitaan dan perlakuan jahat yang ia terima dari musuhnya kepada Allah, dan mohon Allah menanggulangi musuh-musuhnya (Mzm. 31:10-14; 35:1-8). Saudara-saudari, jika kita datang kepada Tuhan dan memberitahu Dia tentang perlakuan jahat yang kita terima dari musuh, di dalam kita akan merasakan maut. Sebaliknya, kita harus menuruti apa yang Tuhan katakan, “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. ..Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian?...Karena itu, haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di surga sempurna” (Mat. 5:43-48).
Kita bisa sempurna sama seperti Bapa yang di surga, karena kita dilahirkan dari-Nya, mempunyai hayat dan sifat-Nya. Hayat inilah yang memampukan kita mengampuni dan melupakan kesalahan setiap orang. Inilah pengajaran Perjanjian Baru. Ketika kita bisa mengampuni orang dan melupakan kesalahan mereka, persekutuan kita dengan Tuhan dalam doa akan menghasilkan sukacita dan damai sejahtera karena Bapa yang di sorga telah mengampuni kita dari kesalahan kita. Marilah kita belajar mengampuni seorang terhadap yang lain.

16 June 2008

Markus Volume 5 - Minggu 2 Selasa

Percayalah Kamu telah Menerimanya
Markus 11:24
Karena itu Aku berkata kepadamu: Apa saja yang kamu doakan dan minta, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu.

Ayat Bacaan: Yeh 36:37; Mrk. 11:24; Luk. 2:25,36-38; Kis. 1:15; 2:1-2

Keesokan pagi setelah Tuhan membersihkan Bait Allah, Dia bersama-sama dengan murid-murid-Nya melihat bahwa pohon ara yang dikutuk oleh Tuhan telah menjadi kering sampai ke akar-akarnya (Mrk. 11:20). Dalam kejadian ini Tuhan membicarakan perihal iman dan doa kepada murid-murid-Nya. Namun sebenarnya apakah yang dimaksud dengan berdoa? Berdoa bukanlah karena Allah tidak mampu melakukan sendiri suatu hal. Berdoa berarti Allah ingin melakukan satu hal tertentu, namun Dia tidak mau melakukannya sendiri; Dia menunggu sampai manusia di bumi berdoa, dan baru setelah itu Dia akan melakukannya.Tuhan Yesus harus lahir, tetapi perlu ada Simeon dan Hana yang berdoa (Luk. 2:25, 36-38). Roh Kudus memang harus datang, tetapi perlu seratus dua puluh orang berdoa selama sepuluh hari (Kis. 1:15; 2:1-2). Inilah prinsip berdoa, yaitu agar kehendak Allah terampungkan.
Saudara saudari, seandainya tidak ada doa, kerajaan tidak akan datang. Kapan saja kehendak anak-anak Allah mutlak serasi dengan kehendak Allah, nama Allah akan dikuduskan, Kerajaan-Nya akan datang, dan kehendak-Nya akan terjadi di bumi seperti di surga. Karena itu bagi kerajaan Allah dan bagi pekerjaan-Nya kita harus berdoa demi iman.
Dalam seluruh kitab Perjanjian Baru tidak ada ayat lain yang menjelaskan makna iman setuntas Markus 11:24, yaitu “Apa saja yang kamu doakan dan minta, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu.” Bila kita nampak masalah ini, dan juga mengetahui apa arti berdoa maka hal berdoa akan menjadi hal yang hebat bagi kita. Bila kita kurang percaya, doa kita tidak akan ada gunanya. Hal ini jelas sekali tercantum dalam Injil Markus 11, yaitu tiap doa harus disertai iman. Tuhan Yesus mengatakan, “Apa saja yang kamu doakan dan minta, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu” (Mrk. 11:24). Ketika kita berdoa, kita harus percaya. Bila kita percaya bahwa apa yang kita doakan itu “telah” kita terima, maka kita akan memperolehnya. Bukan percayalah bahwa kamu “akan” menerima, tetapi percayalah bahwa kamu “telah” menerima. Haleluya atas janji-Nya bahwa jika kita berdoa maka kita telah menerimanya

15 June 2008

Markus Volume 5 - Minggu 2 Senin

Rumah-Ku Akan Disebut Rumah Doa
Markus 11:17
Lalu Ia mengajar mereka kata-Nya:”Bukankah ada tertulis rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa...”

Ayat Bacaan: Mrk. 11:15-17; Ibr. 3:6; Kis 12:5

Setelah mengutuk pohon ara yang tidak berbuah, Tuhan lalu membersihkan Bait Allah di Yerusalem. Ia mengusir orang-orang yang berjual beli di halaman Bait Allah, membalikkan meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati, dan Ia tidak memperbolehkan orang membawa barang-barang melintasi halaman Bait Allah (Mrk. 11:15-16). Kemudian Ia mengajar mereka dan berkata, “Bukankah ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa?” (Mrk. 11:17).
Rumah Tuhan yang adalah kita, merupakan rumah doa (Ibr. 3:6). Ini menunjukkan bahwa kehidupan gereja adalah kehidupan berdoa. Dalam Kisah Para Rasul 12 di rumah Maria ada sekelompok orang sedang berdoa, berdoa untuk Petrus yang sedang dipenjara. Ketika kita melihat adanya satu keperluan dalam gereja, jangan mengomentarinya, tetapi harus berdoa dengan beban. Melihat ada seorang saudara menjadi kesulitan bagi gereja, atau seorang saudari dalam kehidupannya mengalami semacam kesulitan, janganlah kita mempergunjingkannya. Kita harus menerima beban, bersama dua orang, tiga orang bersama-sama berdoa untuk masalah ini. Ketika kita membicarakan doa gereja, bukan berarti kita tidak mementingkan doa pribadi atau memandang remeh doa pribadi, melainkan selain doa pribadi, kita pun memerlukan doa gereja; karena ini adalah satu hukum dalam Kerajaan Allah. Ada kalanya terhadap suatu perkara, satu orang tidak mampu menanganinya, kita perlu berkumpul bersama, saling membantu. Dalam hal berdoa, kita perlu mohon Tuhan membelaskasihani kita.
Ketika kita betul-betul berkumpul bersama Tuhan, kita bisa merasakan wawasan doa kita betapa luas, daya tempur kita dalam doa juga begitu kuat. Tidak hanya demikian, dalam doa kita sering mengalami Roh Kudus mewahyukan maksud hati Allah, memberi kita beban, memberi kita perkataan untuk berdoa. Doa gereja tidak bisa digantikan oleh doa pribadi. Saudara saudari marilah kita membangun kehidupan ini, tidak saja memiliki waktu - waktu berdoa pribadi dengan Tuhan, tetapi juga memiliki kelompok-kelompok doa untuk pekerjaan Tuhan.

14 June 2008

Markus Volume 5 - Minggu 2 Minggu

Tuhan Mengutuk Pohon Ara
Markus 11:13
Dari jauh Ia melihat pohon ara yang sudah berdaun...Tetapi waktu tiba di situ, Ia tidak menemukan apa-apa selain daun-daun saja...

Ayat Bacaan: Mrk. 11:14,20; Yoh.15:2a,6a

Setelah Tuhan melihat pohon ara dan tidak menemukan apa pun kecuali daun-daun, Dia berkata kepada pohon ara itu, “Jangan lagi seorang pun makan buahmu selama-lamanya!” (Mrk. 11:14). Pohon ara yang dikutuk oleh Tuhan memiliki daun, tetapi tidak memiliki buah. Pohon itu memiliki kemuliaan yang di luar, tetapi tidak memiliki buah, tidak memiliki realitas. Pohon itu tidak memiliki sesuatu pun yang dapat memuaskan hasrat hati Allah. Karena itu, pohon ara itu dikutuk dan menjadi kering sampai ke akar-akarnya (Mrk. 11:20). Saudara saudari, tidak berbuah adalah perkara yang serius di mata Tuhan. Mungkin kita bisa mengatakan bahwa setiap hari kita menikmati Tuhan, tetapi cara mengenal sebuah pohon, adalah berdasarkan buahnya. Jika kita selama tiga tahun, lima tahun, bahkan sepuluh tahun tidak berbuah, maka kenikmatan kita terhadap Kristus adalah satu tanda tanya. Jika kita tidak berbuah, pasti ada sesuatu yang tidak benar, di atas diri kita. Jika kita tidak berbuah, kita akan dikutuk Tuhan dan menjadi kering sampai ke akar-akarnya.
Dalam Yohanes 15, Tuhan dengan tuntas menanggulangi masalah tidak berbuah. Ada orang berkata, bahwa pasal ini adalah pasal tentang tinggal di dalam Kristus. Tetapi sebenarnya pasal ini tidak menyinggung masalah “tinggal”, melainkan masalah “berbuah”. Tinggal di dalam Tuhan adalah untuk berbuah, dan Tuhan berkata, “Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah dipotong-Nya, dan menjadi kering” (Yohanes 15:2a,6a).
Jika kita tidak berbuah, kita menghadapi bahaya dipotong dari pokok anggur. Kita akan kehilangan Kristus menjadi bagian kenikmatan kita. Kita mungkin tidak merasa bahwa diri kita berpenyakit. Tetapi melalui fakta kita tidak berbuah, membuktikan bahwa terhadap hal menikmati Kristus, kita berpenyakit. Kalau kita tidak berbuah, yang kita sebut menikmati Kristus boleh jadi adalah menipu diri sendiri, tidak riil. Lalu bagaimanakah supaya kita bisa berbuah ? Kita harus tinggal di dalam Tuhan, membiarkan firman-Nya tinggal di dalam kita, dan pergi memberitakan Injil-Nya. Tuhan adalah hayat kita, hayat ini memiliki satu ciri khusus, yaitu berkembang biak. Asal kita tinggal di dalam-Nya dan firman-Nya tinggal di dalam kita, kita pasti akan berbuah banyak (Yoh. 15:7-8).

13 June 2008

Markus Volume 5 - Minggu 1 Sabtu

Tuhan Dipuji dan Disambut di Yerusalem
Markus 11:9
Orang-orang yang berjalan di depan dan mereka yang mengikuti dari belakang berseru: “Hosana! Terpujilah Dia yang datang dalam nama Tuhan.”

Ayat Bacaan: Mrk. 11:9-10; Mzm. 118:26; Flp. 3:13-14

Perkataan yang diserukan oleh orang-orang dalam Markus 11:9-10 dikutip dari Mazmur 118:26, nubuat mengenai kedatangan Mesias. Deklarasi yang sedemikian ini akan diulangi pada kedatangan Tuhan kali kedua. Menurut Mazmur 118, hanya orang yang datang dalam nama Tuhanlah yang bersyarat dipuji sedemikian. Dari pujian orang yang menyambut Dia, jelaslah bagi kita bahwa Dialah yang diutus oleh Allah, yaitu orang yang datang dalam nama Tuhan.
Apa yang kita miliki di dalam Markus 11:9-10 adalah pencicipan atau suatu bayangan lebih dahulu dari sambutan yang akan Tuhan terima pada hari itu. Tuhan tahu bahwa di Yerusalem Dia akan berkonfrontasi dengan banyak penentang. Tetapi sebelum Dia berkonfrontasi dengan mereka, pertama-tama Dia menerima pengakuan orang-orang. Hal ini adalah langkah pertama dalam persiapan-Nya bagi pelayanan penebusan-Nya. Kita harus belajar pelajaran ini. Khususnya pekerja-pekerja Tuhan, harus belajar pelajaran ini. Karena mungkin hari ini manusia memuji kita, tetapi mungkin besok ia akan mengarahkan matanya menentang kepada Anda. Orang-orang yang hari ini berseru terhadap Tuhan, “Hosana!” mungkin adalah orang-orang yang berseru, “Singkirkan Dia” pada keesokan harinya. Namun Tuhan tidak kecewa dan putus asa karena mereka, sebab terhadap perlakuan baik manusia, Dia mempunyai satu penolakan tersembunyi yang tidak Dia ungkapkan pada waktu itu. Dia selamanya tidak berhubungan langsung dengan situasi sekeliling-Nya. Yang Dia perhatikan secara langsung adalah Allah dan kehendak Allah. Tuhan kita tidak membiarkan manusia menyebabkan jalan-Nya bengkok sedikit pun; tidak membiarkan pujian manusia mengalihkan jalan-Nya; tidak membiarkan serangan musuh mengubah perjalanan-Nya.
Semoga Tuhan memberikan anugerah-Nya kepada kita, agar terhadap pelayanan, tidak menjadi orang yang menyombongkan diri karena mendapatkan pujian manusia, melainkan memiliki sikap seperti Paulus yang terus berlari-lari kepada pahala yang di depan ( Fil 3:13-14). Marilah kita mengambil jalan yang ditempuh oleh Tuhan, yang sepenuhnya merendahkan diri.

12 June 2008

Markus Volume 5 - Minggu 1 Jumat

Memegang Kesempatan untuk Membayar Harga
Markus 11:7
“Lalu mereka membawa keledai muda itu kepada Yesus, dan mengalasinya dengan pakaian mereka, kemudian Yesus naik ke atasnya.”

Ayat Bacaan: Yoh. 12:7-8; Mat. 26:15; Kel. 21:32

Sebelum Tuhan masuk ke Yerusalem, harus ada orang yang memotong ranting-ranting pohon dan menanggalkan pakaian mereka (Mrk. 11:8). Kalau tidak, Tuhan tidak bisa dengan mulia masuk ke Yerusalem. Hari ini bila ingin Injil tersebar, ingin gereja mendapatkan kebangunan rohani, kita harus terlebih dulu mempersembahkan diri sebagai jalan bagi-Nya. Hanya memotong ranting tidaklah cukup, hanya menanggalkan pakaian juga tidak cukup, diri kita sendiri harus menjadi jalan. Kalau masih ada yang kita sisakan untuk diri sendiri, kita tidak bisa rebah dan Tuhan tidak mendapatkan jalan di tengah-tengah kita. Tuhan harus bisa berjalan melalui diri kita, barulah Injil ada jalan, gereja mendapatkan kebangunan rohani. Tidak ada persembahan (pengeluaran harga) bagi Tuhan, bagi Injil-Nya, dan bagi gereja-Nya yang terbilang keterlaluan (Yoh. 12:7-8).
Persembahan kita menyatakan besarnya penilaian kita terhadap Tuhan, menyatakan kita sebenarnya mau mengeluarkan harga berapa besar untuk Tuhan. Semakin mengenal Tuhan, kita semakin mempersembahkan semuanya kepada Tuhan. Dalam pandangan Yudas Iskariot, Tuhan hanya bernilai 30 uang perak, yaitu nilai seorang budak (Mat. 26:15; Kel. 21:32). Bagi orang dunia hari ini, Dia adalah budak, mereka paling banyak hanya mau membeli-Nya dengan tiga puluh perak. Kita mau mengeluarkan berapa? Sering kali kita merasakan meskipun meletakkan segala sesuatu kita, milik kita, bahkan jiwa kita, dan darah kita di atas mezbah untuk dipersembahkan kepada-Nya, masih merasakan tidak cukup. Ketika kita benar-benar mencintai Tuhan, kita akan merasakan Dia layak mendapatkan persembahan kita yang mutlak.
Pada hari pertama dalam satu minggu itu setelah Tuhan bangkit, banyak perempuan yang pergi ke kuburan Tuhan dengan maksud mengurapi tubuh Tuhan. Tetapi sudah terlambat! Hanya satu perempuan yang tidak terlambat, yaitu Maria, karena hanya dia yang mengetahui kematian Tuhan sudah dekat, hanya dia yang mempersembahkan, memberikan kepada Tuhannya ( Mat.26:7). Saudara saudari, hari ini seberapa berhargakah Tuhan bagi kita? Kiranya mata rohani kita bisa terbuka dan melihat bahwa Dialah yang paling berharga.

11 June 2008

Markus Volume 5 - Minggu 1 Kamis

Mengalami Khasiat dari Kematian Kristus
Ibrani 12:2
Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman dan membawa iman kita itu kepada kesempurnaan,...

Ayat Bacaan: Flp. 1:20-21; 2 Tim. 1:10

Kematian Kristus di kayu salib adalah untuk menggantikan orang dosa. Kematian-Nya yang demikian adalah kematian yang ajaib, yang meliputi pengakhiran kita. Setelah menempuh kematian yang sedemikian, Kristus dibangkitkan. Sekarang di dalam kebangkitan Dia adalah Roh pemberi-hayat menjadi realitas hayat kita. Sebagai hasilnya, kita dapat mengumumkan bahwa kita telah disalibkan dengan Kristus dan bukan lagi kita sendiri yang hidup, tetapi Kristus yang hidup di dalam kita. Kita bahkan dapat berkata seperti Paulus, “Bagiku hidup ialah memperhidupkan Kristus” (Flp. 1:21, TL.). Dalam segala sesuatu, baik hidup maupun mati, kita memperhidupkan Kristus dan memperbesar Dia (Flp. 1:20).
Kristus mati di atas salib untuk menyingkirkan maut bagi kita, dan memuaskan Allah bagi kita. Demi mematahkan maut, Dia telah menyingkirkan maut (2 Tim. 1:10 Tl.). Karena Dia menjadi kurban pendamaian, maka Allah telah puas sepenuhnya terhadap kita. Kini kita tidak lagi berada di bawah maut atau dosa. Walaupun dalam alam semesta masih ada maut dan dosa, namun melalui kematian Kristus yang ajaib, kita telah dibebaskan dari maut dan dosa. Jangan mempercayai perasaan kita. Perasaan kita itu palsu. Alkitab mengatakan bahwa kematian telah disingkirkan! Kita percaya kepada perasaan kita sendiri atau kepada firman Allah? Saudara-saudari, kita harus lebih mempercayai firman Allah. Alkitab mengatakan bahwa kematian telah disingkirkan, dan Kristus telah menjadi kurban pendamaian bagi dosa - dosa kita ( 1 Yoh.4:10 ).
Jika hari ini kematian-Nya telah membebaskan kita dari segala dosa dan perkara - perkara negatif, apakah yang harus kita lakukan? Saudara – saudari, kita harus keluar! Pergi dan memberitakan kabar sukacita ini kepada semua orang, bahwa di bawah kolong langit ini hanya Tuhan Yesus yang melalui kematian-Nya mampu membebaskan kita dari dosa. Semakin kita memberitakan, dalam batin kita akan semakin merasakan sukacita. Bahkan ketika kita ditolak, dianggap rendah dan dihina saat itulah kematian Kristus menjadi sangat riil bagi kita. Puji Tuhan atas pengalaman kematian dan Kebangkitan Tuhan yang telah digenapkan bagi kita.

10 June 2008

Markus Volume 5 - Minggu 1 Rabu

Mengenal Visi Kematian dan Kebangkitan Kristus
Filipi 3:10
Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya,

Ayat Bacaan: Mrk. 4:35 - 10:52; 16:16; Flp. 3:10

Markus 4:35 – 10:52 adalah bagian yang panjang yang membahas pergerakan pelayanan Injil Hamba-Penyelamat, dimulai dari perihal meredakan angin dan laut lalu diakhiri dengan penyembuhan Bartimeus. Tujuan dari pergerakan pelayanan Injil-Nya adalah untuk mempersiapkan murid-murid masuk ke dalam kematian dan kebangkitan-Nya. Di dalam persiapan-Nya Tuhan mewahyukan tentang penderitaan-Nya di Yerusalem, dimana kematian-Nya akan merampungkan sebuah karya penebusan yang terbesar. Kematian-Nya akan menghasilkan kebangkitan, yang melaluinya setiap orang yang percaya bisa mendapatkan keselamatan (Mrk. 10:33-34; 16:16).
Kita dapat menerapkan kematian dan kebangkitan Kristus dalam hidup kita sehari-hari. Membawa kematian Tuhan Yesus adalah untuk mengikis atau mengakhiri ciptaan lama di dalam kita. Ketika di bumi, manusia lahiriah Tuhan Yesus juga diakhiri, dan diletakkan ke dalam kematian, sedangkan manusia batiniah-Nya dibangunkan, dibangkitkan. Ini terjadi di atas diri Tuhan Yesus, terjadi di atas diri para rasul, dan juga terjadi di atas semua orang beriman. Melalui kelahiran jasmaniah, kita menjadi ciptaan lama, dan melalui kelahiran kembali, kita menjadi ciptaan baru. Sebagai orang-orang yang telah dilahirkan kembali, kita masih memiliki bagian lahiriah yang melambangkan ciptaan lama. Bagian ini perlu diakhiri, disingkirkan, dan dikikis. Tetapi pada waktu yang sama kita memiliki satu bagian batiniah yang melambangkan Allah yang kekal. Bagian ini harus dikembangkan, dibangkitkan, dan diperbarui.
Akan tetapi seringkali kita tidak melihat makna yang terkandung di balik visi kematian dan kebangkitan-Nya, sehingga terkadang kita merasa malu jika disebut sebagai orang Kristen, malu jika orang-orang di sekitar kita mengetahui kita sedang berdoa atau membaca Alkitab. Mungkin kitapun merasa malu jika teman atau tetangga kita mengatakan kita sebagai orang yang suci. Mengapa? Ini menunjukkan bahwa kita buta dan tidak melihat visi ajaib ini. Jika kita tidak rela membiarkan manusia lahiriah kita diakhiri, manusia batiniah kita tidak akan diperbarui dari sehari ke sehari. Kita perlu meminta agar Tuhan membuka mata rohani kita sehingga oleh visi ini, kita dapat menjadi orang yang kuat dan teguh dalam mengikuti Tuhan.

09 June 2008

Markus Volume 5 - Minggu 1 Selasa

Dua Jenis Pengemis Buta
Markus 10:52
Lalu kata Yesus kepadanya, “Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!” Saat itu juga ia dapat melihat, lalu ia mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya.

Ayat Bacaan: Mrk. 10:35-52

Bila kita membaca Markus 10:35-52 di bawah terang ilahi, kita akan melihat bahwa ayat-ayat tersebut sedang membahas mengenai dua jenis pengemis buta. Pengemis buta yang pertama adalah Yohanes dan Yakobus (Mrk. 10:35-45). Dua orang ini telah mengikuti Tuhan sejak awal. Meskipun mereka telah mengikuti Tuhan selama lebih dari tiga tahun, mereka masih berada dalam “kebutaan” dan memerlukan penyembuhan lebih lanjut, guna memulihkan penglihatan rohani mereka.
Selanjutnya pengemis buta yang kedua adalah Bartimeus (Mrk. 10:46-52). Ketika ia mendengar bahwa Tuhan lewat, maka ia segera berseru-seru dengan keras, mengemis kepada Tuhan untuk mendapatkan kesembuhan. Dalam pemahaman Tuhan, Yohanes dan Yakobus itu sama dengan Bartimeus, pengemis yang buta. Akan tetapi, ada suatu perbedaan yang mendasar, Yohanes dan Yakobus mengemis dengan cara yang salah, tetapi Bartimeus mengemis dengan cara yang benar. Yohanes dan Yakobus minta didudukkan di sebelah kiri atau di sebelah kanan Tuhan, tetapi Bartimeus minta diberi penglihatan. Walaupun ia buta secara jasmani namun ia dapat mengenal Tuhan dengan benar. Dalam Markus 10:46-50 kita dapat melihat banyak orang yang menegurnya namun ia makin berteriak dengan keras kepada Tuhan. Dengan imannya yang kuat ia dapat menggerakkan Tuhan untuk menyembuhkan dirinya (Mrk. 10:52).
Bagaimana dengan diri kita hari ini? Seringkali kita seperti Yohanes dan Yakobus. Setelah sekian lama menjadi orang Kristen, namun kita masih tetap dalam keadaan yang buta dan tidak mengenal jalan yang ditempuh oleh Tuhan. Ketika terdapat masalah dalam keluarga, sekolah, pelayanan ataupun dalam perekonomian, kita sering menyalahkan Tuhan. Ini menandakan bahwa kita adalah orang yang buta. Kita hanya dapat memuji Tuhan ketika kita diberkati secara luaran tetapi menyalahkan Tuhan ketika kita menghadapi masalah. Saudara-saudari, sebagai seorang yang mau mengikuti Tuhan, keperluan kita yang mendesak adalah memohon Tuhan menyembuhkan kebutaan kita sehingga kita dapat mengenal Tuhan dengan benar.

08 June 2008

Markus Volume 5 - Minggu 1 Senin

Mendambakan Penglihatan Rohani
Markus 10:51
Tanya Yesus kepadanya, “Apa yang kaukehendaki Kuperbuat bagimu?” Jawab orang buta itu, “Rabuni, aku ingin dapat melihat!”

Ayat Bacaan: Mrk. 10:46-52; Luk. 19:1-10

Markus 10:46-52 menceritakan mengenai Bartimeus, seorang buta yang berseru-seru kepada Tuhan untuk meminta belas kasihan. Ketika didengar-Nya seruan Bartimeus yang semakin keras, Tuhan segera memanggil orang-orang untuk membawa Bartimeus datang kepada-Nya dan kemudian bertanya kepadanya, “Apa yang kaukehendaki Kuperbuat bagimu?” Ketika mendengar pertanyaan ini, Bartimeus tidak meminta hal yang lain, tetapi dengan sederhana ia meminta supaya ia dapat melihat.
Perkara melihat disini mengacu kepada melihat hal-hal yang rohani – melihat Yesus. Kita dapat membandingkan perkara ini dengan kisah tentang Zakheus, pemungut cukai dalam Lukas 19:1-10. Ketika di Yerikho dia mungkin pernah mendengar nama Yesus dan ada orang memberi tahu dia bagaimanakah Yesus itu, tetapi dia belum pernah melihat Yesus. Karena itu, pada hari dia mendengar bahwa Yesus berada di kota Yerikho, dia dengan segera mengambil kesempatan itu untuk melihat Yesus. Selanjutnya ketika Zakheus hendak melihat Yesus, dia menemui banyak halangan, dimana terdapat kerumunan orang yang menutupinya sebab tubuhnya pendek. Tetapi halangan ini tidak menghentikannya. Sebaliknya dia dengan berani memanjat pohon ara untuk melihat Yesus. Saudara-saudari, mengapa dia bisa begitu damba untuk melihat Yesus? Alasannya adalah karena Zakheus menyadari bahwa di dalam lubuk batinnya ada satu keperluan yang tidak bisa dipenuhi oleh perkara apa pun. Keperluan inilah yang mendesaknya untuk mencari Tuhan. Ketika dia telah melihat dan mendapatkan Tuhan, seluruh hidupnya mengalami banyak perubahan (Luk. 19:8).
Pada prinsipnya, kehidupan kita hari ini juga demikian. Jika hari ini batin kita merasa hambar, kosong, bosan ataupun jenuh, itu menandakan bahwa kita perlu berjumpa dengan Tuhan Yesus. Karena itu, janganlah kita melewatkan waktu pagi kita bersama Tuhan, doa kita, pembacaan Alkitab kita ataupun perhimpunan ibadah kita. Sebaliknya kita perlu memustikakannya serta mendambakannya, karena di sanalah kita mempunyai kesempatan yang besar untuk berjumpa dengan Tuhan Yesus. Semakin kita melihat Tuhan, semakin kita mengasihi Dia. Pada akhirnya kita akan mengalami semakin banyak pengubahan di dalam diri kita.

07 June 2008

Markus Volume 5 - Minggu 1 Minggu

Demi Iman Datang kepada Tuhan
2 Korintus 5:7
Sebab hidup kami ini adalah hidup berdasarkan iman, bukan berdasarkan apa yang kelihatan

Ayat Bacaan: 2 Kor. 5:7; Mrk. 10:46-52; Mzm. 119:105

Kehidupan orang Kristen adalah kehidupan karena iman (2 Kor. 5:7), dan iman mempunyai sumber. Sumber ini bukan berasal dari orang-orang kudus, melainkan di dalam Allah. Karena iman bersumber dari Allah, maka iman itu tidak akan rapuh. Iman datang secara spontan dan tanpa dipaksakan. Dia datang karena kita menaruh kepercayaan kepada persona (pribadi) yang kita anggap dapat dipercaya. Karena itu, jika hari ini kita tidak berani menyerahkan diri kepada Allah, itu bukan karena kita tidak memiliki iman atau pun kecilnya iman kita, tetapi karena kita merasa Allah itu tidak dapat diandalkan.
Dalam Markus pasal 10 kita dapat melihat kisah Bartimeus. Walau ia seorang yang buta, namun ia mempunyai iman yang kuat di dalam Allah. Dia percaya bahwa Yesus keturunan Daud itu sanggup menyembuhkan kebutaannya. Dia tidak peduli terhadap teguran orang-orang di sekitar atas tindakannya yang sepertinya kurang sopan (Mrk. 10:48). Sebaliknya dia berseru dan terus berseru dengan suara yang semakin keras kepada Tuhan. Dan hasil dari usahanya itu adalah ia mendapatkan kesembuhan. Dia yang buta, yang hidup dalam kegelapan dapat menerima terang dan disembuhkan.
Marilah kita meneladani Bartimeus. Kita sangat perlu mengenal diri kita sendiri. Kita adalah orang buta yang perlu disembuhkan. Janganlah kita percaya pada perasaan kita sendiri, karena perasaan kita tidak dapat dipercaya, tidak dapat diandalkan. Sebaliknya, kita perlu percaya kepada firman Tuhan, karena firman-Nya adalah pelita bagi kaki kita dan terang bagi jalan kita (Mzm. 119:105). Semakin kita menikmati firman-Nya, kita semakin diterangi. Semakin kita diterangi, semakin kita memiliki iman di dalam kita. Karena itu, tatkala merasa lemah, gelap, dan tidak ada sukacita, itu menandakan kita perlu datang kepada Tuhan, berseru kepada-Nya. Kita tidak boleh berdiam diri. Seandainya Bartimeus hanya diam dan tidak melakukan apapun dan ia hanya memandang kelemahannya maka dia tidak akan mendapatkan kesembuhan. Keperluan kita adalah dengan iman datang kepada Tuhan, maka kebutaan kita pasti disembuhkan oleh-Nya.

06 June 2008

Markus Volume 4 - Minggu 4 Sabtu

Jalan Naik Tahta (3) - Meneladani Tuhan
Markus 10:45
Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.

Ayat Bacaan: Mrk. 10:45

Menurut Markus 10:45, Tuhan datang untuk melayani manusia bahkan sampai pada titik memberikan diri-Nya sebagai tebusan. Tujuan kedatangan-Nya adalah untuk melayani manusia. Dalam pelayanan-Nya kepada manusia, terdapat suatu keperluan bagi-Nya untuk memberikan diri-Nya sebagai tebusan, dan memang itulah yang dilakukan-Nya. Menjadi tebusan adalah tindakan-Nya yang tertinggi dan perampungan akhir dari pelayanan-Nya kepada manusia. Tuhan tidak mengatakan bahwa Anak Manusia hanya datang sebagai tebusan. Ia mengatakan Anak Manusia datang untuk “melayani”. Ia tertarik pada manusia, dan Ia menganggap manusia mustika dan berharga untuk dikasihi dan dilayani. Ia melayani manusia sedemikian rupa sampai Ia memenuhi keperluan mereka melalui menjadi juruselamat mereka. Inilah sebabnya Ia memberikan diri-Nya sebagai tebusan.
Saudara saudari, pertama-tama kita harus mengasihi semua manusia agar kita dapat memimpin mereka kepada Tuhan. Kita tidak dapat menahan kasih kita sampai mereka menerima Tuhan atau sampai mereka menjadi saudara-saudara kita. Sungguh disayangkan, perkara ini adalah masalah kebanyakan orang; mereka kekurangan hal ini. Ini bukanlah jalan Tuhan. Ia lebih dahulu mengasihi, baru kemudian Ia memberikan hayat-Nya. Kita yang yang memberitakan tentang penebusan-Nya seharusnya juga mengasihi lebih dahulu baru kemudian memberitakan penebusan. Tuhan kita lebih dahulu melayani dan membelaskasihani orang lain sebelum memberikan diri-Nya sebagai tebusan. Dengan cara yang sama kita seharusnya berminat pada manusia, memandang mereka layak akan kasih dan kasih karunia kita, baru kita mengemukakan penebusan Tuhan kepada mereka.
Kalau kita tidak dapat merendahkan diri kita sampai titik terendah, maka kita tidak dapat melayani Allah. Kita harus dibawa sampai ke titik terendah; kita tidak boleh pernah merasa bahwa kita lebih baik daripada orang lain. Kita harus melihat bahwa semua manusia sama di pandangan Allah. Tuhan kita datang ke bumi bagi semua manusia. Oleh karena itu, kita seharusnya merendahkan diri kita juga.

05 June 2008

Markus Volume 4 - Minggu 4 Jumat

Jalan Naik Tahta (2) - Menjadi Hamba yang Melayani
Markus 10:43-44
Tidaklah demikian di antara kamu. Siapa saja yang ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan siapa saja yang ingin menjadi yang pertama di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya.

Ayat Bacaan: Mrk. 10:42

Hari ini orang dunia mengharapkan kedudukan, tetapi di antara anak-anak Allah tidak boleh ada pikiran berebut menjadi yang lebih besar, tidak boleh ada pikiran merebut kekuasaan, tidak boleh bermaksud mengatur orang lain. Kalau tidak, kita akan jatuh ke dalam keadaan bangsa-bangsa (orang kafir). Tidak ada satu keadaan yang lebih jelek daripada seseorang yang ingin menjadi kekuasaan.
Dalam Markus 10:42 Tuhan berkata bahwa mereka yang diakui sebagai pemerintah bangsa-bangsa bertindak sebagai tuan atas rakyatnya, dan para pembesar bertindak sewenang-wenang atas mereka. Tidaklah demikian “di antara kamu”. Artinya, mengenai kekuasaan, ada perbedaan yang sangat besar di tengah-tengah orang yang tidak percaya dengan di tengah-tengah gereja! Orang yang tidak percaya berkuasa berdasarkan kedudukan, namun gereja berdasarkan pelayanan hayat rohani. Di tengah-tengah orang yang tidak percaya Tuhan ada perebutan kekuasaan. Di tengah-tengah kita, orang yang semakin menganggap dirinya bisa menjadi kekuasaan, semakin tidak layak menjadi kekuasaan. Siapa yang semakin merasa layak, semakin tidak layak.
Terhadap orang yang mau menjadi pelayan, Tuhan akan berkata, boleh mengangkat dia menjadi besar, boleh menyerahkan kekuasaan kepadanya. Orang yang mau menjadi hamba, yaitu mau melayani saudara saudari, Tuhan akan mengangkat dia menjadi yang pertama. Dengan kata lain, di satu pihak seseorang perlu ada dasar rohani, di lain pihak terhadap kekuasaan ia sendiri harus mempunyai sikap yang benar, pandangan yang tepat, terhadap kekuasaan tidak ada permintaan. Orang yang demikian baru bisa menjadi kekuasaan.
Di atas jalan ketaatan, kita harus berjalan lurus. Karena jalan kita di atas ketaatan, bukan di atas kekuasaan; di atas menjadi pelayan, bukan di atas menjadi besar; di atas menjadi hamba, bukan di atas menjadi yang pertama. Hari ini orang yang menjadi kekuasaan juga harus demikian, dalam perkara kekuasaan ini, harus selalu takut dan gentar. Semoga Allah membelaskasihani kita agar tidak menjadi orang yang berkuasa, melainkan menjadi hamba.

04 June 2008

Markus Volume 4 - Minggu 4 Kamis

Jalan Naik Tahta (1) - Melalui Kematian dan Kebangkitan
Galatia 5:24
Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.

Ayat Bacaan: Mrk. 10:35-45; Mat. 20:20-21

Markus pasal sepuluh menggambarkan sejumlah perkara yang terjadi pada perjalanan Yesus menuju ke Yerusalem. Dalam Markus 10:1 Tuhan Yesus berangkat dari Galilea dan tiba di daerah Yudea. Tuhan sengaja melakukan tindakan ini agar Dia bisa mati di Yerusalem bagi penggenapan rencana kekal Allah. Karena itu, berada pada jalan menuju ke Yerusalem adalah berada di jalan masuk ke dalam kematian Kristus. Kemudian melalui kematian, kita masuk ke dalam kebangkitan-Nya.
Kematian Tuhan Yesus di Yerusalem tidak hanya mencakup Tuhan sendiri, tetapi juga pengikut-Nya. Faktanya, kita juga tercakup dalam kematian-Nya. Ketika Tuhan masuk ke dalam kematian-Nya yang almuhit, Dia membawa pengikut-Nya masuk ke dalam kematian bersama dengan Dia.
Peristiwa yang dicatat di dalam Markus 10:35-45 membuktikan bahwa murid-murid Hamba-penyelamat buta terhadap visi kematian dan kebangkitan-Nya. Permintaan Yakobus dan Yohanes untuk duduk di sebelah kanan dan kiri Tuhan Yesus mengungkapkan fakta bahwa Yohanes dan Yakobus masih anak-anak guruh yang alamiah. Menurut catatan dalam Injil Matius, ibu dari anak-anak Zebedeus yang membuat permintaan ini (Mat. 20:20-21). Dia adalah saudara dari Maria, ibu Tuhan, dan karena itu adalah bibi-Nya. Dari perkara ini kita nampak bahwa Yakobus dan Yohanes adalah saudara sepupu Tuhan. Ini mungkin berdasarkan fakta bahwa mereka meminta suatu hadiah — duduk di sebelah kiri atau kanan Tuhan di dalam kemuliaan-Nya. Ini adalah bukti bahwa mereka masih penuh dengan sifat alamiah.
Saudara-saudari, kita mungkin merasa bahwa Yakobus dan Yohanes keterlaluan. Tuhan akan disalibkan, tetapi mereka masih mempermasalahkan siapa yang duduk di sebelah kiri dan kanan Tuhan. Tetapi pernahkan kita merenungkan bahwa keadaan kita seringkali sama seperti keadaan mereka? Seringkali di dalam gereja, kita begitu berambisi untuk menjadi orang nomor satu, dikenal oleh banyak orang. Kita tidak lagi memperhatikan apa yang Tuhan katakan kepada kita melainkan lebih memperhatikan posisi dan status kita. Semoga kita semua diselamatkan dari keadaan ini.

03 June 2008

Markus Volume 4 - Minggu 4 Rabu

Menanggulangi Cinta Uang
1 Timotius 6:10
Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang dan karena memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.

Ayat Bacaan: Mrk. 10:17-31; Luk. 6:38

Kita telah melihat bahwa dua perkara yang dapat menghalangi kita dari masuk ke dalam Kerajaan Allah adalah cara kita menangani pernikahan dan keusangan. Dalam Markus 10:17-31 kita nampak bahwa harta adalah hal lain yang dapat menghalangi kita.
Dalam Markus 10:21 Tuhan Yesus memandang kepada orang yang bertanya kepada-Nya, apa yang harus dia perbuat untuk memperoleh hidup yang kekal, Dia berkata kepadanya, “Hanya satu lagi kekuranganmu: Pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di surga, kemudian datanglah kemari dan ikutlah Aku.” Kita tidak seharusnya dibelenggu oleh harta. Sebaliknya, perbudakan harta harus ditiadakan. Kita bukan bagi kekayaan; kekayaan adalah bagi kita. Kita harus bebas dari jerat materi dan menggunakan harta kita bagi perampungan tujuan Allah.
Tentunya, sebagai umat manusia, kita memerlukan uang untuk hidup. Tetapi kita seharusnya tidak pernah diperbudak oleh uang. Uang seharusnya tidak menjadi tuan kita. Sebaliknya, uang seharusnya di bawah pengelolaan kita dan seharusnya digunakan bagi tujuan Allah. Jika uang tidak berada di bawah pengendalian kita dan jika tidak digunakan bagi tujuan Allah, maka kita telah diperbudak olehnya. Sebagai akibatnya, kita tidak akan mampu masuk ke dalam Kerajaan Allah.
Cara orang Kristen mengatur keuangan bukanlah menggenggamnya dalam tangan. Semakin kita menggenggamnya, uang itu akan semakin mati; semakin kita menggenggamnya, uang itu akan semakin lenyap, ibarat air menguap. Tetapi, semakin kita memberi, ia akan semakin banyak. Kalau anak-anak Allah semua mau belajar memberi, niscaya Allah akan menyatakan mujizat-Nya di mana-mana. Bagaimanapun bila anak-anak Allah menggenggam uang dalam tangan mereka, mereka akan menjadi orang miskin. Siapa saja yang selalu memegang uang di tangan, tidak mau memberi, ia tidak akan dipercayai Allah. Semakin kita memberi, Allah akan semakin memberi kepada kita (Luk. 6:38).

02 June 2008

Markus Volume 4 - Minggu 4 Selasa

Menjadi seperti Anak Kecil
Markus 10:14
Melihat hal itu, Yesus marah dan berkata kepada mereka: “Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan halang-halangi mereka, sebab orang-orang seperti inilah yang memiliki Kerajaan Allah.”

Ayat Bacaan: Mrk. 10:13-16; Mat. 13:43; Ams. 4:18; 2 Kor. 4:16

Kisah mengenai pemberkatan anak-anak kecil oleh Hamba-Penyelamat (Mrk. 10:13-16) menerangi kita untuk melihat bahwa mereka yang berada pada jalan memasuki Kerajaan Allah tidak seharusnya menjadi tua. Sebaliknya, mereka seharusnya muda, bahkan seperti anak-anak kecil. Dengan memeluk anak-anak itu dan sambil memberkati mereka (Mrk. 10:16), Tuhan menunjukkan kepada pengikut-pengikut-Nya bahwa mereka tidak seharusnya usang, melainkan seharusnya sama seperti anak-anak untuk dapat masuk ke dalam kerajaan. Jika kita ingin masuk ke dalam Kerajaan Allah, kita perlu muda dan segar.
Kita mungkin dapat menggunakan pengumpulan manna dalam Perjanjian Lama sebagai suatu ilustrasi akan keperluan kita baru dan segar setiap hari. Prinsip pengumpulan manna adalah manna dikumpulkan pada satu hari itu pada waktu tertentu. Kecuali pada hari Sabat, setiap manna yang ditinggal sampai esok hari akan busuk dan berulat. Hal ini menggambarkan keperluan kita untuk disegarkan dan diperbarui setiap hari.
Dalam Matius 13:43 para pemenang diumpamakan seperti matahari yang bersinar dalam kerajaan Bapa mereka. Matahari kembali terbit setiap pagi. Jika kita ingin menjadi para pemenang, matahari, kita juga harus setiap pagi disegarkan (dibangunkan) oleh Tuhan. Amsal 4:18 mengatakan, “Jalan orang benar seperti cahaya fajar, yang makin bertambah terang, sampai rembang tengah hari” Kita seharusnya mengikuti matahari, disegarkan dan memiliki permulaan baru setiap pagi. Jalan kita seperti cahaya fajar yang makin bertambah terang sampai rembang tengah hari. Kita perlu memperhatikan ungkapan Paulus dalam Dua Korintus 4:16 — “dari sehari ke sehari”. Kehidupan orang Kristen bukan hanya berlangsung selama satu hari. Kita diperbarui dari sehari ke sehari. Ini berarti dari sehari ke sehari kita disegarkan oleh Tuhan. Kemarin pagi mungkin kita sudah mengalami penyegaran, tetapi pagi ini kita perlu penyegaran yang lain, dan besok kita perlu yang lain lagi. Setiap tahun kita perlu 365 kebangunan (penyegaran) agar diperbarui dari sehari ke sehari.

01 June 2008

Markus Volume 4 - Minggu 4 Senin

Ketetapan Allah atas Pernikahan
Markus 10:9
Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.

Ayat Bacaan: Mrk. 2:2-12; Ibr. 13:4

Kita perlu melihat bahwa pernikahan itu terhormat dan kudus, karena ditentukan untuk perkembangbiakan umat manusia bagi penggenapan tujuan Allah. Terpisah dari penciptaan manusia dan perkembangbiakan umat manusia melalui pernikahan, tidak akan ada penggenapan tujuan Allah. Kita perlu melihat pernikahan dengan sudut pandang ini. Jika kita melihat pernikahan dari sudut pandang ini, kita akan menghormati pernikahan. Kita akan menyadari bahwa pernikahan adalah perluasan umat manusia sehingga tujuan kekal Allah dapat terpenuhi.
Sejak kita berada pada jalan masuk menuju Kerajaan Allah, kita terutama perlu kokoh dalam pendirian kita mengenai pernikahan. Kita perlu menyadari bahwa sekali orang Kristen menikah, tidak seharusnya ada perceraian.
Menurut Markus 10:2-12, orang Farisi menanyai Tuhan Yesus, “Apakah seorang suami diperbolehkan menceraikan istrinya.” Dalam jawaban-Nya Tuhan mengatakan, “Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.” (Mrk. 10:9) Di sini kita melihat bahwa perceraian tidak hanya melawan hukum Allah; perceraian melawan diri Allah sendiri. Apa yang Allah persatukan dalam satu kuk tidak boleh dipisahkan oleh manusia.
Di satu pihak, pernikahan adalah suatu kebutuhan. Di pihak lain, kehidupan pernikahan itu sulit. Walaupun demikian, kita harus belajar untuk mengasihi kesulitan ini dan bahkan memperhatikannya dengan kasih sayang. Ini berarti bahwa kita seharusnya mengasihi pernikahan kita dan memperhatikannya baik-baik. Jika tidak, kita akan terhalang untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah.
Kita percaya bahwa Allah itu benar, dan kita juga percaya bahwa perkataan-Nya, Alkitab, juga benar. Karena itu, kita harus menghormati apa yang Tuhan katakan di dalam firman-Nya mengenai pernikahan. Adalah suatu hal yang serius jika kita tidak menangani hidup pernikahan kita dengan tepat. Gagal memperhatikan kehidupan pernikahan kita akan mencegah kita masuk ke dalam kerajaan. Ingatlah perkataan dalam Ibrani 13:4, “Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan.” Pernikahan adalah kudus, dan kita harus menghormatinya.