Hitstat

29 June 2008

Markus Volume 5 - Minggu 1 Senin

Mendaki Gunung Untuk Menerima Wahyu
Kisah Para Rasul 26:19b
Kepada penglihatan (visi, Tl.) yang dari sorga itu tidak pernah aku tidak taat.

Ayat Bacaan: Mrk. 13:3-4; Kis. 26:19b

Fakta bahwa Tuhan sedang duduk dengan murid-muridnya di atas Bukit Zaitun (Mrk. 13:3-4) menunjukkan bahwa untuk menerima visi nubuat Tuhan tentang hal-hal yang akan datang, kita perlu mendaki gunung yang tinggi untuk masuk ke dalam penyertaan-Nya. Ketika murid-murid menanyai Dia secara pribadi, mereka menanyai Dia mengenai kapan hal-hal itu akan terjadi dan tandanya hal itu akan digenapi.
Dalam Alkitab, naik ke atas gunung memiliki satu makna, yaitu untuk mendapatkan wahyu. Dari Abraham naik ke atas gunung Moria, sampai Yohanes naik ke atas gunung di pulau Patmos, semuanya ditujukan kepada masalah wahyu. Meskipun naiknya Abraham ke gunung Moria adalah untuk mempersembahkan korban, tetapi akhirnya masih tetap untuk wahyu, supaya dia di satu pihak mengenal Allah adalah “TUHAN yang Menyediakan,” di pihak lain mengenal pekerjaan Allah di bumi. Karena semua janji Allah kepada Abraham di sana, adalah pekerjaan yang akan Allah lakukan di atas bumi. Naik ke atas gunung, ketempat tinggi, harus membayar harga. Hal ini berarti untuk mendapatkan wahyu, seseorang harus membayar harga.
Naik ke atas gunung adalah membayar harga, datang ke hadapan Tuhan, mendekati Tuhan. Inilah syarat utama dari pengajaran di atas gunung. Abraham, Musa, murid-murid Tuhan, semuanya mengeluarkan harga mendekati Tuhan. Demikianlah mereka mendapatkan wahyu. Mendapatkan wahyu berarti mendapatkan kebenaran. Orang yang mendapatkan teori hanya di dalam otak penuh dengan ide. Hanya orang yang mendapatkan wahyu yang mendapatkan realitas, mendapatkan hayat.
Marilah kita merenungkan, apakah selama mengikuti Tuhan, kita sudah berjerih lelah mencari Tuhan. Berapakah harga yang sudah kita kelurkan untuk Tuhan? Apakah kita tetap bangun pagi, tetap membaca Alkitab walaupun lelah, setia melayani walaupun yang lain tidak? Ataukah selama ini kita lebih menyukai “jalan pintas”, mengikuti Tuhan hanya bila situasinya sesuai dengan keinginan kita? Kiranya Tuhan terus merahmati kita, agar mau membayar harga mencari Tuhan dan kehendak kekal-Nya.

No comments: