Hitstat

31 May 2012

Galatia - Minggu 7 Kamis

Pembacaan Alkitab: Gal. 3:2, 5

Ekonomi Perjanjian Baru Allah adalah perkara penyuplaian dan penerimaan Roh itu. Di pihak Allah, Dia menyuplaikan Roh itu; di pihak kita, kita menerima Roh itu. Penyuplaian Roh itu dan penerimaan Roh itu bukan terjadi sekali untuk selamanya, melainkan terjadi secara berkesinambungan. Menurut 3:2, kita telah menerima Roh itu, tetapi menurut 3:5 Allah terus-menerus menyuplaikan Roh itu kepada kita. Hari demi hari Allah menyuplaikan Roh itu, dan hari demi hari kita menerima suplai Roh itu. Jadi, melalui pengalaman kita mengetahui bahwa penyuplaian Roh itu dan penerimaan Roh itu terjadi secara berkesinambungan. 

Penyuplaian Roh itu dan penerimaan Roh itu kedua-duanya adalah karena mendengarkan tentang iman, bukan karena melakukan hukum Taurat. Hukum Taurat adalah dasar hubungan antara manusia dengan Allah di dalam ekonomi Perjanjian Lama Allah (3:23); sedangkan iman (kepercayaan) adalah cara unik Allah untuk merampungkan ekonomi Perjanjian Baru-Nya atas manusia (1 Tim. 1:4). Hukum Taurat berhubungan dengan daging (Rm. 7:5) dan bersandar pada usaha daging; daging adalah ekspresi "aku". Iman berhubungan dengan Roh itu dan bersandar pada pekerjaan (operasi) Roh itu; Roh itu adalah perwujudan Kristus. Dalam Perjanjian Lama, "aku" dan daging memegang peranan penting dalam memelihara hukum Taurat. Dalam Perjanjian Baru, Kristus dan Roh itu mengambil alih tempat "aku" dan daging, dan iman menggantikan hukum Taurat, sehingga orang beriman bisa memperhidupkan Kristus berdasarkan Roh itu. Memelihara hukum Taurat berdasarkan daging adalah cara alamiah manusia, berada dalam kegelapan konsepsi manusia, dan menghasilkan kematian dan kesengsaraan (Rm. 7:10-11, 24). Menerima Roh itu melalui mendengarkan tentang iman adalah cara yang diwahyukan Allah, dalam terang wahyu Allah, dan menghasilkan hayat dan kemuliaan (Rm. 8:2, 6, 10-11, 30). Karena itu, kita wajib memustikakan mendengarkan ten-tang iman, bukan memustikakan melakukan hukum Taurat. Melalui mendengarkan tentang iman, kita menerima Roh itu sehingga kita dapat berbagian dalam berkat yang dijanjikan Allah dan memperhidupkan Kristus.

Jika kita ingin memahami makna mendengarkan tentang iman, kita perlu mengetahui apakah iman itu, juga perlu mengetahui apakah anugerah itu. Anugerah dan iman kedua-duanya mengacu kepada hal yang sama. Anugerah berada di pihak Allah, tetapi iman berada di pihak kita. Sebagaimana telah kita tunjukkan, anugerah adalah Allah Tritunggal yang melalui proses menjadi segala sesuatu kita. Ketika kita mendengar anugerah ini, dengan spontan kita memiliki iman.

Ketika orang mendengar tentang anugerah Allah dalam pengabaran Injil, ada sesuatu yang timbul dalam batin mereka yang mengapresiasi apa yang mereka dengar itu. Anugerah yang disajikan kepada mereka dalam batin mereka akan menjadi iman yang olehnya mereka percaya. Dengan spontan mereka mulai menaruh apresiasi terhadap Allah, Kristus, dan Roh itu. Mereka mengapresiasi apa yang telah dilakukan Kristus dalam menggenapkan penebusan. Apresiasi ini adalah iman. Iman datang ketika mereka mulai mengapresiasi apa yang mereka dengar dalam Injil itu.


Sumber: Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 1, Berita 14

30 May 2012

Galatia - Minggu 7 Rabu

Pembacaan Alkitab: Gal. 3:2

Penekanan dalam wahyu ekonomi Allah di dalam kedua pasal pertama Kitab Galatia ialah pada Kristus. Tetapi dalam pengalaman hayat kita, sebagaimana yang disajikan dalam keempat pasal terakhir, penekanannya adalah pada Roh itu. Pernahkah Anda perhatikan, dalam Galatia 1 dan 2 tidak disebut-sebut tentang Roh itu? Tetapi, ayat demi ayat membicarakan Kristus. Mulai 3:2, Roh itu diwahyukan; Roh itu dalam pasal 3 adalah Kristus dalam pasal 2. Janganlah mengira bahwa Roh itu terpisah dengan Kristus. Dalam pasal-pasal yang membahas wahyu ekonomi Allah, kita membaca tentang Kristus, tetapi dalam pasal-pasal yang mengungkapkan pengalaman hayat kita, kita membaca tentang Roh itu. Di samping memberi kita wahyu tentang ekonomi Allah, Kitab Galatia juga memberi kita wahyu tentang pengalaman hayat kita yang di depan bersifat obyektif, sedangkan yang di belakang bersifat subyektif. Penekanan dalam wahyu ekonomi Allah pada segi obyektifnya adalah Kristus, tetapi penekanan dalam pengalaman hayat pada segi subyektifnya adalah Roh itu.

Ada banyak orang Kristen, ketika ditanya apakah mereka telah menerima Roh itu, mereka tidak jelas, bahkan tidak tahu bagaimana menjawabnya. Mereka perlu nampak, ketika kita percaya kepada Tuhan Yesus, terjadilah suatu kesatuan yang organik. Saat bertobat dan beriman, saat itulah rampung suatu kesatuan organik yang ajaib antara kita dengan Tuhan Yesus. Banyak orang karena tidak tahu tentang fakta kesatuan organik semacam ini, maka mereka tidak dapat menikmati Roh itu sebagai berkat Injil yang almuhit dan terakhir. Mereka tidak menikmati berkat ini, malahan diselewengkan ke peraturan-peraturan, doktrin, atau ke pemahaman Alkitab secara harfiah dan mati. Yang lainnya mungkin menuntut apa yang disebut berkat yang kedua atau pencurahan Roh dengan berbahasa lidah. Namun, dalam keempat kitab yang merupakan jantung wahyu ilahi dalam Perjanjian Baru - Galatia, Efesus, Filipi, dan Kolose - tidak disebut-sebut tentang bahasa lidah atau pencurahan Roh. Sebaliknya, Paulus menempatkan penekanan yang kuat atas pemeteraian Roh itu, jaminan Roh itu, dan pencicipan Roh itu. Ketika kita percaya kepada Tuhan Yesus, kita dimeteraikan oleh Roh itu. Pada saat itu pula terjadi kesatuan yang organik, jaminan Roh itu diberikan. Dengan kata lain, ketika kita percaya kepada Tuhan Yesus, kita pun menerima Roh itu, dan Roh itu menjadi berkat Injil yang terakhir bagi kita.

Para penganut agama Yahudi tidak mengetahui kesatuan organik yang rahasia dengan Kristus semacam ini, sedang kaum beriman Galatia tidak jelas tentang hal ini dan diselewengkan dari hal ini. Demikian pula orang-orang Kristen hari ini. Karena begitu banyak orang beriman tidak memahami apa yang terjadi dalam batin mereka pada saat mereka percaya Tuhan Yesus, mereka diselewengkan dan diduduki oleh hal-hal lain. Karena itu, penting sekali kita nampak apakah yang terjadi di dalam kita ketika kita percaya kepada Tuhan. Dengan satu kesatuan yang organik ini kita telah dicangkokkan ke dalam Allah Tritunggal. Sekarang seluruh diri Allah Tritunggal, semua yang telah Ia lakukan, semua yang telah dirampungkan, dan semua yang telah dicapai dan diperoleh-Nya, telah menjadi bagian kita. Karena para penganut agama Yahudi mengacaukan kaum beriman di Galatia dan karena kaum beriman di Galatia itu sendiri kekurangan pengenalan, maka Paulus berbeban menulis Surat Kiriman ini. Ia teristimewa berbeban membahas masalah-masalah dalam pasal 3. Setiap orang yang percaya harus jelas bahwa Kristus dan Roh itu adalah satu. Kesatuan ini adalah satu rahasia bagi kenikmatan kita.


Sumber: Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 1, Berita 13

29 May 2012

Galatia - Minggu 7 Selasa

Pembacaan Alkitab: Rm. 8:9-10 

Pada prinsipnya, hubungan Kristus dengan Roh itu dan hubungan antara Kristus Putra dan Bapa adalah sama. Fakta bahwa Roh hayat berada di dalam Kristus berarti ada satu hubungan batini di antara Tiga dari keAllahan itu. Putra itu Putra, Bapa itu Bapa. Namun, Bapa di dalam Putra, dan Putra di dalam Bapa. Demikian pula, Putra itu Putra, Roh itu Roh, tetapi Roh itu berada di dalam Putra. Hal ini menunjukkan Tiga dari Allah Tritunggal itu tidak dapat dipisah-pisahkan.

Satu Korintus 15:45b mengatakan bahwa Adam yang akhir menjadi Roh pemberi-hayat (Tl.). Dua Korintus 3:17 menunjukkan kepada kita bahwa sekarang Tuhan adalah Roh itu. Adam yang akhir dalam 1 Korintus 15:45b dan Tuhan dalam 2 Korintus 3:17 keduanya mengacu kepada Kristus. Hal ini menunjukkan dengan jelas bahwa hari ini Kristus dan Roh itu adalah satu.

Orang-orang Galatia percaya kepada Kristus yang disalibkan melalui mendengar Injil, namun yang mereka terima adalah Roh itu (3:2; 4:6). Persona yang disalibkan di atas salib adalah Kristus, tetapi Persona yang masuk ke dalam orang-orang yang percaya adalah Roh itu. Dalam penyaliban untuk penebusan orang-orang yang percaya, Dia adalah Kristus, tetapi dalam penghunian sebagai hayat orang-orang yang percaya, Dia adalah Roh itu. Inilah Roh pemberi-hayat almuhit yang menjadi berkat Injil yang almuhit dan terakhir (ultima). Orang-orang yang percaya menerima satu Roh ilahi yang sedemikian ini karena mendengarkan tentang iman, bukan karena melakukan hukum Taurat. Dia masuk ke dalam orang-orang yang percaya dan hidup di dalam mereka, bukan karena mereka memelihara hukum Taurat, melainkan karena iman mereka dalam Kristus yang disalibkan dan dibangkitkan.

Jangan mengira bahwa Persona yang mati di atas salib itu berbeda dengan Persona yang masuk ke dalam kita. Persona yang mati bagi kita adalah Persona yang masuk ke dalam kita sebagai hayat kita. Ketika Persona ini mati di atas salib, Dia mati sebagai Kristus. Ketika Dia masuk ke dalam kita sebagai hayat kita, Dia masuk sebagai Roh itu. Dalam penyaliban untuk penebusan kita, Dia adalah Kristus (3:13), tetapi dalam penghunian sebagai hayat kita, Dia adalah Roh itu (Rm. 8:2, 9-10).

Yang kita percaya adalah Kristus yang disalibkan dan dibangkitkan, tetapi yang kita terima adalah Roh itu (3:2). Sebutan Persona yang kita percaya adalah Kristus, bukan Roh itu. Tetapi, ketika kita percaya kepada Kristus, kita menerima Roh itu. Kristus adalah Persona yang telah disalibkan demi penggenapan penebusan dan yang telah dibangkitkan. Karena itu, kita percaya kepada-Nya. Namun, ketika Dia masuk ke dalam kita, Dia masuk sebagai Roh itu. Dalam fungsi penebusan, sebutan-Nya adalah Kristus, sedang dalam fungsi hayat, sebutan-Nya adalah Roh itu. Selaku Persona yang paling penting dalam alam semesta, Kristus mempunyai status lebih dari satu. Meskipun Kristus dan Roh itu adalah satu, tetapi fungsi, sebutan, dan status-Nya berbeda.


Sumber: Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 1, Berita 13

28 May 2012

Galatia - Minggu 7 Senin

Pembacaan Alkitab: Rm. 8:2

Dalam 3:1-4:31 kita nampak satu perbandingan antara Roh oleh iman kepada Kristus dan daging oleh melakukan hukum Taurat. Dalam perbandingan ini kita nampak dua kelompok yang berlawanan satu sama lain: Roh dan daging sebagai kelompok pertama, sedangkan iman dan hukum Taurat sebagai kelompok yang lain. Hukum Taurat mengikuti daging, sedangkan iman mengikuti Roh itu. Jadi, Roh itu adalah oleh iman kepada Kristus dan melakukan hukum Taurat adalah oleh daging.

Kedua pasal pertama dari Kitab Galatia boleh dianggap seperti sisi luar dari kitab ini. Tetapi pasal 3 adalah inti kitab ini, lembaganya. Dalam bagian inti Kitab Galatia ini diketengahkan perbandingan antara Roh itu dengan daging, juga antara iman dengan hukum Taurat. Karena itu, benarlah kalau mengatakan bahwa judul utama pasal 3 dan 4 adalah: Roh oleh iman kepada Kristus berlawanan dengan daging oleh melakukan hukum Taurat. Memiliki pengertian yang sedemikian terhadap pasal-pasal ini berarti memiliki sesuatu yang sangat besar nilainya. Tanpa nampak perbandingan ini kita tidak berdaya memahami apa yang diwahyukan dalam pasal-pasal ini.

Galatia 3:1-14 menampakkan kepada kita bahwa Roh itu adalah berkat yang dijanjikan karena iman kepada Kristus. Di sini kita memiliki Roh itu, berkat, janji, iman, dan Kristus. Roh itu adalah berkat, berkat berasal dari janji, janji oleh iman, dan iman berada di dalam Kristus. Apa artinya mengatakan Roh itu adalah berkat dan berkat itu dari janji? Apakah artinya janji adalah karena iman? Tidaklah mudah kita memahami hal-hal ini, justru hal-hal inilah yang harus kita perhatikan ketika kita membahas pasal-pasal ini.

Dalam 3:1-5 Paulus menyinggung Roh itu tiga kali. Dalam ayat 2 ia bertanya, "Apakah kamu telah menerima Roh karena melakukan hukum Taurat atau karena percaya kepada mendengarkan tentang iman?" (Tl.). Dalam ayat 3 ia bertanya lagi, "Kamu telah mulai dengan Roh, apakah sekarang kamu mau mengakhirinya di dalam daging?" Kemudian dalam ayat 5 Paulus bertanya apakah kaum beriman. Galatia menerima suplai Roh itu karena melakukan hukum Taurat atau karena mendengarkan tentang iman (Tl.). Jadi, Roh itu merupakan hal yang sangat penting dalam 3:1-5.

Hal penting lainnya ialah "mendengarkan tentang iman". Paulus dua kali menyinggung hal mendengarkan tentang iman; pertama berkaitan dengan menerima Roh itu (ayat 2), kedua berkaitan dengan Allah menganugerahkan (menyuplaikan) Roh itu (ayat 5). Penerimaan Roh itu dan penyuplaian Roh itu, kedua-duanya berkaitan dengan mendengarkan tentang iman. Ditinjau dari segi doktrin, mendengarkan tentang iman di sini lebih penting daripada Roh itu, sebab yang ditekankan Paulus di sini adalah perbandingan antara melakukan hukum Taurat dan mendengarkan tentang iman. Walaupun mendengarkan tentang iman begitu pentingnya, tetapi kebanyakan pembaca Kitab Galatia justru mengabaikannya; kalau mereka tidak mengabaikan, tentu menganggapnya memang semestinya demikian. Jaranglah orang yang menuntut untuk mengetahui apakah sebenarnya arti mendengarkan tentang iman itu.


Sumber: Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 1, Berita 13

26 May 2012

Galatia - Minggu 6 Sabtu

Pembacaan Alkitab: Gal. 6:14

Kita perlu suatu pengertian yang jelas tentang manusia lama, ego, dan daging. Kita tidak perlu menanggulangi manusia lama, sebab manusia lama telah disalibkan bersama Kristus. Namun, dari hari ke hari kita perlu menyalibkan daging kita. Masalah kehidupan sehari-hari kita tidak berasal dari manusia lama, melainkan dari daging berikut hawa nafsu dan keinginannya. Karena itu, atas dasar fakta telah tertanggulanginya manusia lama kita melalui kematian Kristus, kita harus menyalibkan daging kita secara riil. 

Mengenal perbedaan antara Roma 6:6 dan Galatia 5:24 adalah hal yang sangat penting. Dalam 5:24 Paulus tidak berkata bahwa siapa yang milik Kristus, telah menyalibkan manusia lamanya. Tetapi Ia berkata bahwa mereka telah menyalibkan daging. Selain itu, kita perlu memahami : tidak ada seorang pun yang dapat menyalibkan dirinya sendiri. Orang tidak mungkin melakukan bunuh diri melalui penyaliban. Karena alasan inilah maka kita tidak mungkin menyalibkan manusia lama kita, yakni "aku" lama kita. Walaupun kita tidak dapat menyalibkan manusia lama, kita dapat menyalibkan daging. Ini bukan bunuh diri. Penyaliban manusia lama harus dilakukan orang lain, tetapi penyaliban daging harus kita laksanakan sendiri.

Lalu bagaimanakah kita menanggulangi ego? Kita harus menyangkal ego melalui memikul salib. Ego telah berada di atas salib, biarlah kita meninggalkannya di sana, dan jangan membiarkannya turun. Membiarkan ego tetap berada di atas salib itu berarti memikul salib.

Terakhir, Kristus disalibkan supaya dunia disalibkan bagi kita dan kita bagi dunia. Ini khususnya ditujukan kepada dunia agama. Dalam 6:14 Paulus mendeklarasikan, "Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dari aku bagi dunia." Ayat berikutnya membuktikan bahwa dunia dalam ayat 14 terutama ditujukan kepada dunia agama. Dunia agama ini adalah zaman jahat yang darinya kita telah diselamatkan melalui salib Kristus.

Ketika kita merenungkan hal-hal ini, kita tahu tidak satu pun dari semuanya itu yang dapat dirampungkan melalui memelihara hukum Taurat. Karena orang-orang Galatia berupaya memelihara hukum Taurat, Paulus menganggap mereka bodoh dan mengatakan mereka telah terkena pesona (tipu daya). Dalam Surat Kiriman ini Paulus membawa mereka kembali kepada salib dan mendorong mereka memandang Kristus yang disalibkan. Jika kita nampak visi yang jelas tentang Kristus yang disalibkan, kita tidak akan kembali lagi kepada hukum Taurat. Sebaliknya, kita akan menaruh hukum Taurat di bawah kaki kita dan tinggal bersama Kristus yang telah disalibkan bagi kita. Kristus ini adalah pusat ekonomi Allah, dan salib Kristus adalah pusat operasi Allah untuk merampungkan ekonomi-Nya. Hari ini kita tidak perlu hukum Taurat. Kristus dan saliblah yang kita perlukan.


Sumber: Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 1, Berita 12

25 May 2012

Galatia - Minggu 6 Jumat

Pembacaan Alkitab: Gal. 3:13 Kristus tersalib untuk menyerahkan diri-Nya sendiri untuk kita supaya Dia dapat membagikan hayat kepada kita. Hal ini sepenuhnya positif, sedang penanggulangan dosa-dosa dan melepaskan kita dari zaman jahat bersifat negatif. Pada pihak positif, Kristus disalibkan untuk menyalurkan hayat ilahi kepada kita, agar Dia dapat hidup di dalam kita dalam kebangkitan dan membebaskan kita dari perhambaan hukum Taurat (2:20). Melalui kematian-Nya di atas salib, Kristus membebaskan hayat ilahi-Nya dan menyalurkan hayat ilahi ke dalam kita. Hal ini memungkinkan Dia hidup di dalam kita dalam kebangkitan. Selain itu, Kristus yang hidup di dalam kita adalah Kristus yang berada dalam kebangkitan. Jika Kristus tidak disalibkan, bagaimanakah Ia dapat dibangkitkan? Sudah pasti hal itu tidak mungkin. Jika Kristus tidak berada dalam kebangkitan, Ia tidak dapat hidup di dalam kita. Kristus yang dapat tinggal di dalam kita adalah Kristus yang telah dibangkitkan, yang telah diproses, Kristus yang telah mengalami inkarnasi, kehidupan manusia, penyaliban, dan kebangkitan. Proses yang dialami Kristus ini memberi-Nya kedudukan dan jalan masuk ke dalam kita dan hidup di dalam kita dalam hayat kebangkitan-Nya. Kristus yang "mentah" tidak dapat menjadi hayat kita. Kristus yang menjadi hayat kita dan yang hidup di dalam kita adalah Kristus yang telah melalui proses. Melalui penyaliban-Nya Ia menanggulangi dosa-dosa kita dan alamiah kita yang jatuh. Kini, berdasarkan pekerjaan yang dirampungkan dalam penyaliban, Ia hidup di dalam kita dalam kebangkitan. Ini jelas menunjukkan bahwa salib merupakan pusat operasi Allah untuk melaksanakan ekonomi-Nya. Galatia 3:13 mengatakan, "Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib." Sebagai Pengganti kita, di atas salib, Kristus tidak hanya menanggung kutukan bagi kita, tetapi juga menjadi kutuk karena kita. Kutuk hukum Taurat berasal dari dosa manusia (Kej. 3:17). Ketika Kristus mengangkut dosa kita di atas salib, Ia menebus kita dari kutuk hukum Taurat. Dosa, zaman jahat, dan kutuk, semuanya adalah masalah yang serius. Tanpa salib Kristus, bagaimanakah Allah dapat menanggulangi masalah-masalah tersebut dan merampungkan ekonomi-Nya? Kita benar-benar perlu Kristus yang disalibkan. Kita perlu Kristus yang mati di atas salib untuk membereskan semua masalah tersebut. Galatia 2:21 mengatakan, "Aku tidak menolak anugerah Allah. Sebab sekiranya ada pembenaran melalui hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus." Ayat ini menunjukkan Kristus telah mati untuk memenuhi tuntutan hukum Taurat, agar kita dapat memiliki kebenaran di dalam Dia. Di dalam Adam, kita tidak dapat memiliki kebenaran sebaliknya kita memiliki sifat dosa. Tetapi Kristus telah disalibkan di atas salib untuk memenuhi semua tuntutan hukum Taurat Allah yang kudus dan benar itu. Kini di dalam Kristus kita dapat memiliki kebenaran. Sumber: Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 1, Berita 12

24 May 2012

Galatia - Minggu 6 Kamis

Pembacaan Alkitab: Gal. 3:1 Dalam 3:1 Paulus berkata, "Hai orang-orang Galatia yang bodoh, siapa yang telah mempesona kamu? Bukankah Yesus Kristus yang disalibkan itu telah dilukiskan dengan terang di depanmu?" Penyaliban Kristus menunjukkan bahwa semua persyaratan hukum Taurat telah digenapkan oleh kematian Kristus, dan melalui kematianNya, Kristus telah melepaskan hayat-Nya agar dapat disalurkan ke dalam kita dalam kebangkitan-Nya, untuk membebaskan kita dari perhambaan hukum Taurat. Hal ini sepenuhnya dilukiskan di hadapan orang-orang Galatia dalam pemberitaan Injil. Bagaimana mereka dapat mengabaikan hal ini dan terpesona hingga terbawa kembali kepada hukum Taurat? Betapa bodohnya! Dalam pandangan orang-orang Galatia, Kristus yang disalibkan itu telah dilukiskan dengan terang. Paulus heran mengapa kaum beriman Galatia bisa melupakan lukisan yang demikian. Orang-orang yang berbalik kembali kepada hukum Taurat akan tidak ada sangkut pautnya dengan Kristus yang disalibkan. Jika Allah menginginkan kita memelihara hukum Taurat dan jika kita mampu memeliharanya, maka Kristus tidak perlu disalibkan. Karena alasan inilah maka dalam 2:21 Paulus mendeklarasikan, "Sebab sekiranya ada pembenaran melalui hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus." Galatia 3:1 merupakan lanjutan langsung dari 2:21. Kristus tentu tidak disalibkan tan-pa alasan. Sebaliknya, Ia disalibkan untuk satu tujuan besar. Pada hakekatnya, salib adalah pusat pekerjaan Allah dalam ekonomi-Nya, sebagaimana halnya Kristus sendiri merupakan pusat ekonomi Allah. Salib adalah pusat perampungan ekonomi Allah. Tanpa Kristus, ekonomi Allah tidak ada pusatnya, dan tanpa salib Kristus, operasi ekonomi Allah tidak ada pusatnya. Karena itu, perampungan ekonomi Allah sepenuhnya tergantung pada salib Kristus. Salib ini adalah pusat pekerjaan Allah dalam alam semesta untuk merampungkan ekonomi-Nya. Dalam Galatia 1:4 Paulus berkata bahwa Kristus "telah menyerahkan diri-Nya karena dosa-dosa kita, untuk melepaskan kita dari dunia jahat yang sekarang ini, menurut kehendak Allah dan Bapa kita." Di sini kita nampak bahwa dalam penyaliban-Nya, Kristus menyerahkan diri-Nya sendiri karena dosa-dosa kita. Betapa bodohnya orang -orang Galatia, dan betapa tegar dan kerasnya para penganut agama Yahudi! Dengan beralih kembali kepada hukum Taurat, mereka tidak ada jalan untuk menanggulangi dosadosa mereka. Dalam kitab ini Paulus seolah-olah berkata, "Kalian telah melakukan banyak dosa. Apakah yang dapat kalian perbuat untuk menanggulangi dosa-dosa kalian? Tanpa kematian Kristus di atas salib, tidak ada jalan untuk tertebus dari dosa-dosa kalian." Meskipun Kristus telah tersalib bagi dosa-dosa kita, tujuan penyaliban-Nya ialah "melepaskan kita dari zaman jahat yang sekarang ini." Dosa-dosa itu milik Iblis, sedangkan zaman ini adalah zaman setani. Kita telah menunjukkan bahwa zaman sekarang ini adalah bagian dari sistem dunia Iblis (Satan) masa kini. Sebagai Iblis, seteru Allah berkaitan dengan dosa-dosa; dan sebagai Satan, ia berkaitan dengan zaman jahat. Sekalipun orang-orang Galatia dan para penganut agama Yahudi berhasil memelihara hukum Taurat, bagaimanakah mereka menanggulangi Iblis, Satan? Dapatkah Anda menaklukkan Iblis? Iblis begitu licik, bersembunyi di belakang dosa-dosa dan zaman jahat. Tanpa penyaliban Kristus, kita tidak berdaya menanggulangi dosa-dosa, yang di belakangnya Iblis bersembunyi, atau zaman jahat yang di belakangnya Satan bersembunyi. Kristus tersalib karena dosa-dosa kita agar Ia dapat melepaskan kita dari zaman jahat yang sekarang ini. Hal ini menunjukkan bahwa hanya Kristuslah yang dapat menyelamatkan kita dari Iblis, Satan. Dosa-dosa dan zaman jahat keduaduanya telah ditanggulangi oleh Kristus yang disalibkan. Dia menyerahkan diri-Nya sendiri karena kita di atas salib sesuai dengan kehendak Allah. Sumber: Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 1, Berita 12

23 May 2012

Galatia - Minggu 6 Rabu

Pembacaan Alkitab: Gal. 2:21 Kita tidak dapat menikmati anugerah Allah secara penuh dalam sehari atau bahkan dalam seumur hidup kita. Kita baru dapat menikmati anugerah ini secara penuh ketika kita berada dalam kekekalan. Inilah anugerah yang datang bersamaan dengan kedatangan Tuhan Yesus, dan inilah anugerah yang kita perlukan dari hari ke hari. Puji Tuhan bahwa ini adalah anugerah yang kita temukan melalui datang ke takhta anugerah setiap hari untuk memenuhi keperluan kita pada waktunya. Setiap pagi kita harus menengadah kepada Tuhan dan berdoa, "Tuhan, berikanlah anugerah-Mu hari ini kepadaku. Aku perlu bagian anugerah-Mu hari ini. Semoga anugerah menyertai aku dan semua saudara saudariku." Oh, kita semua perlu berdoa sedemikian! Kemudian, kita akan mengalami anugerah, yakni Allah Tritunggal yang telah melalui proses menjadi Roh pemberi-hayat yang almuhit bagi kenikmatan kita. Para penganut agama Yahudi yang buta itu sungguh bodoh. Jika mereka telah nampak apa itu anugerah Allah, mereka tidak mungkin menjadi para penganut agama Yahudi lagi. Namun, karena mereka buta, mereka berusaha dengan gairah untuk mengalihkan orang dari Kristus. Mereka tidak memahami bahwa ekonomi Allah tidak menghendaki umat pilihan-Nya memelihara hukum Taurat. Ekonomi Allah menghendaki umat-Nya menikmati Allah Tritunggal yang telah melalui proses menjadi Roh pemberihayat melalui inkarnasi, kehidupan insani, penyaliban, kebangkitan, dan kenaikan. Dalam ekonomi-Nya, Allah menghendaki umat-Nya menikmati diri-Nya sendiri sebagai Allah Tritunggal yang demikian, dan menjadi satu dengan Dia. Kemudian umat-Nya akan menjadi satu dalam hayat ilahi untuk mengekspresikan Allah secara korporat. Ekspresi korporat dari Allah Tritunggal ini adalah kehidupan gereja. Hasil terakhir dari hal ini ialah Yerusalem Baru, ekspresi korporat dari Allah Tritunggal dalam kekekalan. Jika kita nampak visi ekonomi Allah ini, bagaimana mungkin kita berbalik kembali ke hukum Taurat? Bagaimana mungkin kita beralih dari Allah Tritunggal yang telah melalui proses menjadi anugerah kita? Tidak heran Paulus berkata bahwa orang-orang Galatia itu bodoh, sebab mereka meniadakan anugerah Allah. Jika kita ingin menjadi orang-orang yang tidak meniadakan anugerah Allah, perlulah kita tinggal di dalam Kristus (Yoh. 15:4-5). Tinggal di dalam Kristus berarti menetap dalam Allah Tritunggal yang telah melalui proses. Selain itu, kita perlu menikmati Kristus, khususnya melalui makan Dia (Yoh. 6:57b). Kemudian kita harus maju untuk menjadi satu roh dengan Kristus (I Kor. 6:17), berjalan atau hidup di dalam Roh (Gal.5:16, 25), menyangkal "aku" yang alamiah (2:20), dan meninggalkan daging (5:24). Kita tidak boleh diselewengkan oleh hal-hal seperti hukum Taurat, sunat, hari Sabat, dan peraturan-peraturan tentang makanan. Sebaliknya, kita harus menikmati Kristus dan hidup bersama Dia dalam satu roh. Jika kita berjalan di dalam roh, menyangkal "aku" yang alamiah, dan meninggalkan daging, kita akan menjadi orang-orang yang tidak meniadakan anugerah Allah. Sumber: Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 1, Berita 11

22 May 2012

Galatia - Minggu 6 Selasa

Pembacaan Alkitab: Kol. 1:12 Sekarang marilah kita meninjau apa yang telah dan akan dilakukan anugerah bagi kita berdasarkan Perjanjian Baru. Walaupun manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah untuk mengekspresikan Dia dan mewakili Dia, namun manusia telah jatuh. Manusia yang jatuh tidak saja telah melakukan sesuatu yang keliru dari luar, tetapi juga telah terinjeksi oleh sifat dosa ke dalam dirinya. Di hadapan Allah yang benar, perbuatan kita penuh dosa, dan dalam pandangan Allah yang kudus, sifat kita adalah jahat. Tambahan pula, kita tidak dapat berbuat apa-apa terhadap situasi kita. Bagi manusia yang telah jatuh, menuju kepada hukum Taurat dan berusaha memeliharanya dengan sekuat tenaga adalah perbuatan yang terlalu bodoh. Kalaupun kita dapat memelihara hukum Taurat, apakah yang dapat kita lakukan terhadap sifat kita yang jahat? Betapa kita harus memuji Allah karena anugerah-Nya dan karena apa yang telah Ia lakukan bagi kita! Pertama-tama, Allah Tritunggal berinkarnasi, hidup di bumi untuk memenuhi tuntutan hukum Taurat Allah yang benar dan kudus. Setelah memenuhi tuntutan hukum Taurat, Ia naik ke atas salib dan mati bagi dosa-dosa kita sebagai pengganti kita. Melalui kematian-Nya, Kristus menebus kita. Karena itu, penebusan merupakan hal pertama dari apa yang telah digenapkan oleh anugerah Allah untuk kita. Setelah menggenapkan penebusan melalui kematian-Nya, Kristus dibangkitkan dari antara orang mati untuk membebaskan hayat ilahi dari dalam diri-Nya. Dalam kebangkitan, Dia telah menjadi Roh pemberi-hayat yang diterima oleh orang yang mau mengapresiasi Dia, mengasihi Dia, percaya kepada-Nya, berseru kepada-Nya, dan bertobat. Begitu orang yang berdosa berespon demikian kepada-Nya, Dia sebagai Roh pemberi-hayat segera masuk ke dalam orang ini, dan melalui kelahiran kembali terlahir ke dalamnya. Bukankah ini merupakan satu aspek dari anugerah Allah? Ini adalah hal kedua dari apa yang dilakukan anugerah Allah bagi kita. Ketiga, sejak hari kita dilahirkan kembali, Kristus tinggal di dalam roh kita untuk hidup di dalam kita, dan bersama kita. Melalui hidup di dalam kita, Kristus memungkinkan kita menempuh suatu kehidupan yang memuaskan hati Allah. Di dalam anugerah-Nya, Kristus hidup di dalam kita dan bersama kita. Keempat, tatkala Kristus hidup di dalam kita, Dia juga menyuplaikan semua kekayaan-Nya ke dalam diri kita untuk menguduskan, mengubah, dan menjadikan kita anakanak Allah dalam realitas dan pelaksanaannya (prakteknya). Dengan jalan inilah kita menikmati hak keputraan yang sempurna. Kelima, dalam waktu yang telah ditetapkan, Kristus akan kembali lagi dan menjenuhi tubuh jasmani kita dengan unsur-Nya. Hal ini akan membuat tubuh kita diubah menjadi tubuh mulia, yakni yang serupa dengan tubuh kebangkitan Kristus. Sudah tentu hal ini merupakan aspek lain dari anugerah Allah. Dengan menjenuhi kita, Kristus akan memuliakan kita dan dimuliakan di dalam kita. Dia akan membawa kita semua masuk ke dalam kemuliaanNya, di mana kita akan benar-benar serupa Dia, baik dalam roh, jiwa, dan tubuh. Terakhir, dalam kekekalan dan untuk selama-lamanya kita akan menikmati Kristus sebagai air hayat dan pohon hayat. Sumber: Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 1, Berita 11

21 May 2012

Galatia - Minggu 6 Senin

Pembacaan Alkitab: Yoh. 1:1, 14, 17 Dalam Galatia 2:21 Paulus berkata, "Aku tidak menolak (meniadakan) anugerah Allah." Jika kita memperhatikan ayat ini dalam konteksnya, kita nampak bahwa meniadakan anugerah (kasih karunia) Allah berarti dalam pengalaman kita, kita tidak membiarkan Kristus hidup di dalam kita. Dalam ayat 20 Paulus berkata, "Bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku." Kemudian ia berkata bahwa ia tidak meniadakan anugerah Allah. Ini merupakan satu petunjuk yang kuat bahwa bagi kita, kaum beriman, meniadakan anugerah Allah berarti menyangkal Kristus, dan tidak memberikan kesempatan kepada-Nya untuk hidup di dalam kita. Anugerah Allah justru adalah Kristus yang hidup itu sendiri. Membiarkan Kristus hidup di dalam kita berarti menikmati anugerah Allah. Tetapi tidak membiarkan Dia hidup di dalam kita berarti meniadakan anugerah Allah. Sekarang kita harus memaparkan definisi anugerah. Anugerah adalah Allah dalam Trinitas-Nya melalui proses inkarnasi, kehidupan insani, penyaliban, kebangkitan, dan kenaikan untuk menjadi segala sesuatu bagi kita. Sesudah mengalami proses yang begitu panjang, Allah Tritunggal telah menjadi segala sesuatu bagi kita. Dia adalah penebusan, keselamatan, hayat, dan pengudusan kita. Setelah melalui proses menjadi Roh pemberi-hayat yang almuhit, maka Allah Tritunggal itu sendiri menjadi anugerah kita. Jika kita ingin mengerti anugerah yang diwahyukan dalam Perjanjian Baru, kita perlu suatu pandangan yang jelas dan menyeluruh terhadap Perjanjian Baru itu sendiri. Anugerah adalah satu hal yang memiliki makna yang hebat. Pemberian hukum Taurat melalui Musa merupakan peristiwa besar bagi bangsa Yahudi. Fakta datangnya anugerah dibandingkan dengan pemberian hukum Taurat menunjukkan bahwa anugerah lebih besar daripada hukum Taurat. Sejauh yang menyangkut bangsa Yahudi, selain Allah, tidak ada apa pun yang lebih besar daripada hukum Taurat. Tetapi Yohanes 1:17 menunjukkan bahwa anugerah lebih besar daripada hukum Taurat. Hukum Taurat adalah sesuatu yang diberikan, namun anugerah adalah sesuatu yang datang. Kita telah menunjukkan bahwa menurut Yohanes 1:17, anugerah lebih besar daripada hukum Taurat. Sesungguhnya, Allah memang lebih besar daripada hukum Taurat. Namun, jika Allah tetap obyektif terhadap kita, maka dalam pengalaman kita Ia tidaklah lebih besar daripada hukum Taurat. Agar Ia bisa menjadi lebih besar daripada hukum Taurat bagi kita, maka Allah Tritunggal harus subyektif. Jadi, dalam Perjanjian Baru, anugerah menunjukkan Allah Tritunggal yang melalui proses menjadi segala sesuatu kita dan hidup di dalam kita. Tidak ada apa pun yang dapat mengungguli Roh pemberi-hayat almuhit dan yang melalui proses, yang tinggal di dalam kita ini. Kita pun telah menunjukkan bahwa dalam Galatia 2:20 Paulus berkata bahwa ia telah disalibkan bersama Kristus dan Kristus hidup di dalam dia. Lalu dalam ayat 21 ia berkata lagi bahwa ia tidak meniadakan anugerah Allah. Ini menunjukkan bahwa anugerah Allah adalah Putra Allah yang hidup di dalam kita. Sudah tentu ini jauh lebih besar daripada hukum Taurat. Putra Allah berinkarnasi tidak saja untuk hidup di bumi, tersalib, bangkit, dan naik ke surga, Dia pun datang untuk hidup di dalam kita. Inilah anugerah. Sumber: Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 1, Berita 11

19 May 2012

Galatia - Minggu 5 Sabtu

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 5:14-15 Bukti bahwa iman dalam Galatia 2:20 adalah iman dari dan di dalam Kristus terdapat dalam perkataan Paulus pada akhir ayat ini. Ia menutup ayat ini dengan menyatakan bahwa Anak Allah adalah Persona "yang mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku." Dalam menulis kata-kata ini, Paulus penuh dengan apresiasi atas Tuhan Yesus. Jika tidak, tentu ia tidak perlu membicarakan Kristus mengasihi dia dan menyerahkan diri-Nya untuk dia pada akhir ayat yang panjang ini. Ia dapat menutup ayat ini dengan perkataan "iman dari Anak Allah". Tetapi ketika berbicara tentang cara hidupnya yang sekarang, hatinya penuh dengan syukur dan apresiasi. Iman berasal dari apresiasi terhadap Tuhan Yesus. Iman yang di dalam dan dari Kristus ini berasal dari apresiasi terhadap Kristus. Dalam 2 Korintus 5:14-15 Paulus berkata, "Sebab kasih Kristus menguasai kami, karena kami telah mengerti bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati. Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka." Ketika kita membahas ayat-ayat ini, kita dapat melihat bahwa iman Paulus berasal dari suatu apresiasi atas kasih Kristus yang menguasainya. Semakin mengapresiasi kasih Kristus yang menguasai ini, kita akan semakin memiliki iman. Iman ini bukan dihasilkan dari kemampuan atau kegiatan kita sendiri. Sebaliknya, iman dihasilkan dari Kristus yang bekerja dalam kita, yang kita apresiasi. Dalam apresiasi kita atas Tuhan Yesus, kita akan berkata, "Tuhan Yesus, aku cinta kepada-Mu dan aku memustikakan Dikau." Ketika mengucapkan perkataan sedemikian kepada Tuhan, Dia akan beroperasi di batin kita dan menjadi iman kita. Iman ini akan mendatangkan suatu kesatuan organik yang di dalamnya kita benar-benar bersatu dengan Kristus. Orang-orang Galatia telah berbalik dari ekonomi Allah dan kembali kepada hukum Taurat yang mereka coba pelihara dengan upaya daging. Namun, bila kita berusaha memelihara hukum Taurat dengan kekuatan daging kita, kita jauh dari Allah. Ekonomi Allah bukan menghendaki kita berusaha memelihara hukum Taurat dengan kekuatan daging kita. Ekonomi-Nya ialah menggarapkan diri-Nya sendiri ke dalam kita. Allah Tritunggal telah menjadi Allah yang telah melalui proses. Melalui inkarnasi, Kristus datang dalam daging untuk menggenapkan hukum Taurat dan kemudian mengesampingkannya. Melalui kebangkitan-Nya, Kristus telah menjadi Roh pemberi-hayat, siap untuk masuk ke dalam kita. Ekonomi Perjanjian Baru Allah ialah menggarapkan Allah Tritunggal yang telah melalui proses ke dalam kita menjadi hayat dan seluruh diri kita. Jika kita nampak ini, kita akan dapat menyatakan bahwa kita telah disalibkan bersama Kristus dan kita tidak lagi hidup. Namun, Kristus hidup, di dalam kita, dan kita hidup oleh iman yang di dalam dan dari Dia. Persona lama kita telah disalibkan, tetapi persona baru, "aku" baru tetap hidup. Sekarang kita hidup oleh iman dalam Anak Allah dan dari Anak Allah, yakni iman yang menghasilkan suatu kesatuan organik yang di dalamnya kita dan Kristus menjadi satu. Memelihara hukum Taurat tidak dapat dibandingkan dengan kesatuan organik yang sedemikian ini. Sumber: Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 1, Berita 10

18 May 2012

Galatia - Minggu 5 Jumat

Pembacaan Alkitab: Gal. 2:19-20 Untuk mengerti bagaimana Kristus dapat hidup di dalam kita, kita perlu kembali ke Yohanes 14. Sebelum kematian dan kebangkitan-Nya, Tuhan Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, "Sebab Aku hidup dari kamu pun akan hidup" (ayat 19). Kristus hidup di dalam kita dengan membuat kita hidup bersama Dia. Kristus tidak hidup sendirian. Dia hidup di dalam kita dan bersama kita. Dia hidup dengan membuat kita hidup bersama Dia. Pada hakekatnya, jika kita tidak hidup, bersama Dia, Dia pun tidak dapat hidup di dalam kita. Kita tidak disingkirkan sama sekali, dan hayat kita tidak diganti atau ditukar dengan hayat ilahi. Kita hidup terus, tetapi kita hidup bersama Allah Tritunggal. Allah Tritunggal yang sekarang berhuni di batin kita membuat kita hidup bersama Kristus. Jadi, Kristus hidup di dalam kita melalui kita hidup bersama Dia. Sekali lagi ilustrasi pengokulasian dapat membantu kita untuk memahami hal ini. Sesudah sebatang ranting diokulasi dengan sebatang pohon yang produktif, ranting itu hidup terus. Tetapi, ia tidak hidup oleh dirinya sendiri, melainkan oleh pohon yang dengannya Ia diokulasikan. Se-lain itu, pohon itu hidup di dalam ranting yang telah diokulasi dengannya. Sekarang ranting itu memperhidupkan hayat yang telah diokulasikan. Ini berarti ranting itu hidup, bukan oleh dirinya sendiri, tetapi oleh hayat pohon yang dengannya ia telah diokulasikan. Tambahan pula, hayat yang lain ini, hayat pohon yang produktif ini, tidak hidup oleh dirinya sendiri, tetapi melalui ranting yang diokulasi dengannya. Hayat pohon itu hidup di dalam ranting itu. Akhirnya, ranting dan pohon itu memiliki satu hayat dengan satu kehidupan. Seprinsip dengan ini, kita dan Kristus juga memiliki satu hayat dan satu kehidupan. Demikian pula dalam hubungan kita dengan Kristus hari ini. Kita dan Kristus tidak memiliki dua kehidupan, sebaliknya kita memiliki satu hayat dan satu kehidupan. Kita hidup oleh Dia, dan Dia hidup di dalam kita. Jika kita tidak hidup, Dia pun tidak hidup; jika Dia tidak hidup, kita pun tidak dapat hidup. Di satu pihak, kita telah diakhiri; di pihak lain, kita tetap hidup; tetapi kita tak dapat hidup tanpa Dia. Kristus hidup di dalam kita, dan kita hidup bersama Dia. Karena itulah kita dan Dia memiliki satu hayat dan satu kehidupan. Galatia 2:20 menjelaskan bagaimana kita telah mati terhadap hukum Taurat oleh hukum Taurat. Menurut ekonomi Allah, ketika Kristus disalibkan, kita pun tercakup di dalam-Nya. Ini adalah fakta yang telah rampung. Kita telah mati di dalam Kristus melalui kematian-Nya, kini melalui kebangkitan-Nya, Dia hidup di dalam kita. Dia hidup di dalam kita sepenuhnya berdasarkan Dia sebagai Roh pemberi-hayat (1 Kor.15:45b). Butir ini dikembangkan sepenuhnya dalam pasal-pasal berikutnya dalam Kitab Galatia, di mana Roh itu disajikan dan ditekankan sebagai Persona yang telah kita terima sebagai hayat dan yang di dalam-Nya kita harus hidup. Paulus berkata bahwa hidup yang sekarang kita hidupi dalam daging adalah hidup dalam iman, yakni iman Anak Allah. Kita memperhidupkan hayat ilahi, bukan berdasarkan penglihatan juga bukan berdasarkan perasaan seperti halnya kita memperhidupkan hayat jasmani dan hayat jiwa. Hayat ilahi, yang adalah hayat rohani dalam roh kita, kita perhidupkan melalui menggunakan iman yang ditimbulkan oleh penyertaan Roh pemberi-hayat. Sumber: Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 1, Berita 10

17 May 2012

Galatia - Minggu 5 Kamis

Pembacaan Alkitab: Gal. 2:19-20 Galatia 2:20 adalah satu ayat yang terkenal. Dalam ayat ini ada salah satu butir dasar dari ekonomi Perjanjian Baru Allah: Bukan lagi aku, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Menurut ekonomi Allah, kita tidak seharusnya hidup lagi; sebaliknya Kristuslah yang harus hidup, di dalam kita. Inilah aspek dasar dari kebenaran Injil. Namun, kebanyakan orang Kristen tidak memiliki pengertian yang wajar dan memadai tentang apa yang dimaksud bukan lagi aku, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Galatia 2:20 bukanlah membicarakan suatu hayat yang diganti. Di sini Paulus berkata, "Bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku." Kemudian ia meneruskan, "Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dari Anak Allah" (Tl.). Di satu pihak Paulus berkata, "Bukan lagi aku yang hidup," di pihak lain ia berkata, "Aku hidup." Jika Anda merenungkan ayat ini secara keseluruhan, Anda akan nampak tidak ada pemikiran tentang suatu hayat yang diganti. Yang ditampilkan di sini bukanlah suatu penggantian, sebaliknya merupakan suatu rahasia yang dalam dan misteri. Kita sudah menunjukkan bahwa dalam ayat ini, di satu pihak Paulus berkata, "bukan lagi aku", di pihak lain, "Aku hidup". Bagaimana kita dapat menyerasikan kedua frase ini? Sekali lagi saya ingin menunjukkan bahwa ini bukanlah suatu hayat yang diganti. Cara menafsirkan Alkitab dengan tepat haruslah dengan Alkitab itu sendiri. Ini berarti kita perlu membaca ayat-ayat lain bila kita ingin mengerti ayat ini. Roma 6:6 menerangkan bahwa manusia lama kita telah disalibkan bersama Kristus. Ayat ini membantu kita mengetahui bahwa "aku" yang telah disalibkan bersama Kristus ini adalah "aku" lama, manusia lama. Selaku manusia yang telah dilahirkan kembali, kita mempunyai "aku" lama dan "aku" baru. "Aku" lama telah diakhiri, tetapi "aku" baru hidup. Dalam Galatia 2:20 kita melihat adanya "aku" lama dan "aku" baru. "Aku" lama telah disalibkan bersama Kristus, yakni telah diakhiri. Karena itu, Paulus dapat berkata, "Bukan lagi aku." Akan tetapi "aku" baru tetap hidup. Karena alasan ini maka Paulus bisa berkata, "Aku hidup." Sekarang kita harus maju melihat perbedaan antara "aku" lama dan "aku" baru. Karena kita sangat mengenal Galatia 2:20, mungkin kita mengira ayat ini memang semestinya demikian, dan mengira kita telah memahaminya. Namun apa perbedaan antara "aku" lama dan "aku" baru? Menurut pengertian alamiah, mungkin ada sebagian orang berkata bahwa "aku" lama itu buruk dan jahat, sedang "aku" baru itu baik. Konsepsi seperti ini harus ditolak. Di dalam "aku" lama tidak ada sesuatu yang dari Allah, sedangkan "aku" baru telah menerima hayat ilahi. "Aku" lama telah menjadi "aku" baru, sebab Allah sang hayat telah ditambahkan kepadanya. "Aku" yang telah diakhiri adalah "aku" yang tanpa sifat ilahi. "Aku" yang masih hidup adalah "aku" yang ke dalamnya telah ditambahkan Allah. Di sini terdapat suatu perbedaan yang sangat besar. "Aku" lama, "aku" yang tanpa Allah, telah diakhiri, tetapi "aku" baru tetap hidup; "aku" yang muncul ketika "aku" lama dibangkitkan dan ditambahkan dengan Allah ke dalamnya. Di satu aspek Paulus telah diakhiri, tetapi di aspek lain Paulus yang telah dibangkitkan dan bersatu dengan Allah sebagai hayatnya tetap hidup. Sumber: Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 1, Berita 10

16 May 2012

Galatia - Minggu 5 Rabu

Pembacaan Alkitab: Rm. 7:6 Dalam 2:19 Paulus berkata, "Sebab aku telah mati oleh hukum Taurat untuk (terhadap) hukum Taurat, supaya aku hidup untuk (terhadap) Allah." Hukum Taurat menuntut kita, orang dosa, untuk mati, dan menurut tuntutan tersebut Kristus mati bagi kita dan mati bersama kita. Melalui hukum Taurat kita telah mati dalam Kristus dan bersama Kristus. Karena itu, kewajiban di bawah hukum Taurat, yaitu hubungan dengan hukum Taurat, telah berakhir. Hidup terhadap Allah berarti bertanggung jawab kepada Allah dalam hayat ilahi. Dalam kematian Kristus kita telah putus hubungan dengan hukum Taurat, dan dalam kebangkitan-Nya kita bertanggung jawab kepada Allah dalam hayat kebangkitan. Kita telah mati terhadap hukum Taurat sehingga kita dapat hidup terhadap Allah. Selama kita masih berpegang kepada hukum Taurat jenis apa pun, entah itu hukum Taurat Musa atau hukum buatan kita sendiri, kita tidak dapat hidup terhadap Allah. Namun, ketika kita dikerat dari hukum Taurat melalui kesatuan yang organik dengan Kristus, dengan spontan kita hidup terhadap Allah. Mati terhadap hukum Taurat berarti kita telah dibebaskan dari hukum Taurat yang mengekang kita. Roma 7:6 mengatakan, "Tetapi sekarang kita telah dibebaskan dari hukum Taurat, sebab kita telah mati bagi dia, yang mengurung kita." Setelah dibebaskan dari kewajiban hukum Taurat, kita sekarang hidup dalam kebaruan hayat (Rm. 6:4). Akan tetapi, hidup di dalam kebaruan hayat tergantung pada pemotongan yang kita alami dalam kesatuan yang organik dengan Kristus. Semakin sering kita mengalami pemotongan, kita akan semakin hidup terhadap Allah dan hidup dalam kebaruan hayat. Karena kita telah mati terhadap hukum Taurat, kita tidak lagi berkewajiban memelihara hukum Taurat melalui berusaha keras di dalam daging (3:3). Bila kita mempunyai satu hukum buatan kita sendiri, kita selalu akan berusaha keras untuk memeliharanya dengan kekuatan daging, tidak dengan Roh. Hidup terhadap Allah berarti berkewajiban terhadap Allah dalam hayat ilahi, bertanggung jawab terhadap Allah dalam hayat kebangkitan. Dalam kesatuan yang organik dengan Kristus, kita mengalami hayat kebangkitan. Dalam hayat kebangkitan ini kita dengan spontan terkait oleh Allah dan berkewajiban kepada-Nya. Hal ini juga tergantung pada kesatuan yang organik itu. Karena kita telah disalibkan bersama Kristus, yang hidup bukan lagi kita, melainkan Kristus hidup di dalam kita. Kita tidak lagi hidup di dalam manusia lama, manusia alamiah. Sebaliknya, Kristuslah yang hidup di dalam kita. Kemudian dalam kebangkitan, kita akan hidup dalam iman Anak Allah. Hidup di dalam iman Anak Allah berarti hidup di dalam kesatuan yang organik dengan Anak Allah yang datang melalui kepercayaan kita terhadap-Nya. Kita hidup terhadap Allah bersama Kristus (Rm.6:8, 10) dari melalui Roh itu (Gal.5:16, 25). Inilah kenikmatan atas Allah Tritunggal yang telah melalui proses dalam pengalaman kita. Pengalaman ini tergantung pada apresiasi kita terhadap kemanisan dan kemustikaan Tuhan Yesus. Sumber: Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 1, Berita 9

15 May 2012

Galatia - Minggu 5 Selasa

Pembacaan Alkitab: Gal. 2:19-20 Masuknya kita ke dalam kesatuan organik semacam ini adalah melalui iman dalam Kristus. Kita telah menunjukkan bahwa iman berarti apresiasi terhadap Yesus. Apresiasi ini bahkan terkandung dalam Galatia 2:19b-20. Dalam ayat tersebut kita melihat bahwa kita telah disalibkan bersama Kristus. Hal ini mengacu kepada satu aspek dari sejarah kita. Kita pun nampak bahwa Kristus hidup di dalam kita dan hidup yang kita hidupi sekarang di dalam tubuh daging kita adalah hidup dalam iman Anak (Putra) Allah yang mengasihi kita dan menyerahkan diri-Nya untuk kita. Sungguh bermakna, dalam ayat ini Paulus dengan khusus menyebut Anak Allah sebagai "yang mengasihi kita". Jika kita sama sekali tidak ada perasaan terhadap kasih Kristus atas diri kita, kita tidak dapat beriman di dalam Dia. Iman yang hidup berasal dari perasaan kita, terhadap kasih-Nya. Hal ini menunjukkan bahwa iman yang olehnya kita dapat percaya kepada-Nya bertalian dengan apresiasi kita terhadap kemanisan-Nya. Bila kita merasakan kemustikaan-Nya, maka dengan spontan timbul satu apresiasi terhadap Dia dalam batin kita. Apresiasi ini adalah iman kita. Ketika Paulus menyinggung Anak Allah sebagai Persona yang "mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku" ia penuh dengan apresiasi tarhadap Tuhan Yesus. Apresiasi inilah iman yang ia bicarakan dalam ayat ini. Hidup yang ia hidupi di dalam daging ia tempuh di dalam iman, yakni iman dalam Anak Allah. Setiap kali kita berkata dari lubuk hati kita, "Tuhan Yesus, aku cinta kepada-Mu," maka iman kita akan dikuatkan. Kesatuan organik kita dengan Kristus juga akan diperkuat. Tambahan pula, kita merasakan bahwa kita telah terkerat dari dosa, dunia, daging, dan agama. Ada sebagian orang yang telah nampak terang tentang gereja belum rela melepaskan denominasi. Namun pada suatu hari mereka akan berkata kepada Tuhan betapa mereka mengasihi Dia. Dengan spontan mereka merasa dalam batin bahwa mereka harus memutus hubungan mereka dengan denominasi. Karena kesatuan organik mereka dengan Kristus telah diperkuat, maka mereka mengalami pemotongan lebih banyak. Semakin sering kita berkata, "Tuhan Yesus, aku cinta pada-Mu", kita akan semakin merasa bahwa kita telah terkerat dari setiap hal yang bukan Kristus. Ketika kita berkata kepada Tuhan Yesus bahwa kita mengasihi Dia, kita akan mengalami operasi iman yang sejati yang terkandung dalam apresiasi kita terhadap Dia. Dengan iman ini kita nampak kesatuan kita dengan Kristus. Dalam kesatuan ini kita nampak bahwa sejarahNya adalah sejarah kita; kita disalibkan, dikubur, dan dibangkitkan bersama Kristus. Kita telah mati terhadap setiap hal yang bukan Allah, dan kita telah hidup terhadap Allah. Betapa bodohnya orang-orang Galatia yang berbalik dari Tuhan kepada hukum Taurat! Tidakkah mereka menyadari bahwa mereka telah terkerat dari hukum Taurat dan bersatu dengan Allah yang hidup? Melalui kesatuan yang organik ini kita telah dimerdekakan dari perhambaan di bawah hukum Taurat. Dalam kesatuan ini kita menikmati kemerdekaan yang kita miliki di dalam Kristus. Sumber: Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 1, Berita 9

14 May 2012

Galatia - Minggu 5 Senin

Pembacaan Alkitab: Rm. 7:4 Konsepsi tentang kesatuan yang organik ini terkandung dalam Roma 7. Dalam pasal tersebut Paulus memakai ilustrasi kehidupan pernikahan. Dalam Roma 11 Paulus meneruskan dengan ilustrasi lain: pengokulasian sebuah ranting dari satu pohon ke pohon yang lain, sebuah ranting pohon zaitun liar diokulasi ke sebuah pohon zaitun yang baik. Sebagai akibat atau hasil pengokulasian itu, ranting dari pohon zaitun liar bertumbuh bersama pohon zaitun yang baik secara organik. Kita, ranting-ranting pohon zaitun liar, kini telah diokulasi dengan Kristus, pohon zaitun yang baik. Dalam hal pengokulasian, ada dua aspek utama: pemotongan dan penyatuan atau penyambungan. Tanpa pemotongan, pengokulasian sama sekali tidak dapat terlaksana. Jika ranting sebuah pohon ingin diokulasi dengan pohon lain, ranting itu pertama-tama harus dipotong. Setelah pemotongan dilakukan, barulah dilakukan penyambungan atau penyatuan. Penyatuan ini bersifat organik. Karena itu, dalam hal pengokulasian kita melakukan pemotongan, penyambungan, dan penyatuan yang organik. Pemotongan mengacu kepada kematian Kristus, dan penyambungan mengacu kepada kebangkitan Kristus. Dalam kematian Kristus hayat usang kita dikerat, dan dalam kebangkitan Kristus kita disambung dengan Kristus untuk pertumbuhan lebih lanjut. Pengalaman atas kematian Kristus menyebabkan kita mati terhadap hukum Taurat, sedangkan kebangkitan memungkinkan kita untuk hidup terhadap Allah. Jadi, mati terhadap hukum Taurat dan hidup terhadap Allah menyiratkan kematian dan kebangkitan Kristus. Hanya dengan diokulasi ke dalam Kristus barulah kita dapat bersatu dengan Dia di dalam kematian dan kebangkitan-Nya. Dalam diri kita sendiri mustahilah kita mati terhadap hukum Taurat atau hidup terhadap Allah. Tetapi, ketika kemustikaan Tuhan Yesus terinfus ke dalam kita dan kita mulai mengapresiasi Dia, kita diokulasi ke dalam Dia. Di satu pihak kita terpotong, di pihak lain kita disambung dengan Kristus dalam hayat kebangkitan-Nya. Setelah kesatuan ini terjadi, kita akan bersatu dengan Kristus secara organik. Sekarang kita harus hidup di dalam kesatuan organik ini. Pada aspek negatif kita telah terkerat di dalam kematian Kristus, pada aspek positif kita telah bersatu dengan Kristus dalam kebangkitan-Nya. Dalam pemotongan ini kita tidak saja telah mati tehadap hukum Taurat, tetapi juga terhadap setiap perkara yang bukan Allah. Berdasarkan Galatia 6, kita pun telah mati terhadap dunia, khususnya dunia yang agamis, melalui penyaliban Kristus (ayat 13-14). Melalui pemotongan yang almuhit dari kematian Kristus yang almuhit di atas salib, kita telah mati terhadap setiap hal yang bukan Allah. Karena kita telah diokulasikan dengan Kristus, pengalaman-Nya telah menjadi sejarah kita. Tatkala Dia mati di atas salib, kita pun mati di dalam Dia. Tatkala Dia disalibkan, kita pun dipotong dari pohon zaitun liar. Ini berarti kita telah dipotong dari ego, daging, dunia, agama, dan hukum Taurat berikut peraturan-peraturannya. Tambahan pula, karena kita telah diokulasi dengan Kristus, maka kebangkitan-Nya pun telah menjadi sejarah kita. Oleh karena itulah kita dapat mendeklarasikan dengan tegas bahwa kita telah disalibkan, dikubur, dan dibangkitkan bersama Kristus. Alangkah ajaibnya sejarah kita! Sumber: Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 1, Berita 9

12 May 2012

Galatia - Minggu 4 Sabtu

Pembacaan Alkitab: Gal. 6:15 Iman ini menciptakan satu kesatuan organik yang di dalamnya kita dan Kristus bersatu. Karena itu, ungkapan "karena iman dalam Kristus" sebenarnya menunjukkan suatu kesatuan organik yang digenapi oleh kepercayaan di dalam Kristus. Istilah "dalam Kristus" ditujukan kepada kesatuan organik itu. Sebelum kita percaya, di antara kita dan Kristus terdapat sekatan yang besar. Kita adalah kita dan Kristus adalah Kristus. Tetapi melalui percaya kita diikatkan dengan Kristus dan menjadi satu dengan Dia. Kini kita berada di dalam Kristus, dan Kristus di dalam kita. Ini merupakan kesatuan organik, kesatuan di dalam hayat. Kesatuan ini diilustrasikan dengan pengokulasian sebuah cabang dari satu pohon ke pohon yang lain. Melalui beriman dalam Kristus kita diokulasikan ke dalam Kristus. Melalui proses okulasi rohani ini, kedua hayat ini diokulasikan dan menjadi satu. Kebanyakan orang Kristen memiliki pengertian yang dangkal terhadap hal dibenarkan karena iman. Bagaimanakah Kristus dapat menjadi kebenaran kita jika kita tidak bersatu dengan Dia secara organik? Melalui kesatuan kita yang organik dengan Kristus, barulah Allah dapat menganggap Kristus sebagai kebenaran kita. Karena kita dan Kristus adalah satu, apa saja yang Ia miliki, adalah milik kita. Ini adalah dasar Allah untuk menganggap Kristus sebagai kebenaran kita. Dalam ekonomi Perjanjian Baru Allah, manusia juga memiliki hayat oleh iman dan hidup oleh iman. Dalam 3:11 Paulus berkata, "Orang yang benar akan hidup oleh iman." Kata "hidup" di sini menyiratkan memiliki hayat. Sebagai hasil dari kesatuan yang organik ini, kita memiliki hayat di dalam kita. Tambahan pula, kita hidup oleh iman yang adalah apresiasi kita terhadap kemustikaan Tuhan Yesus. Kita tidak saja memiliki hayat, tetapi juga hidup oleh hayat ini. Dalam 2:19 Paulus berkata, "Sebab melalui hukum Taurat aku telah mati terhadap hukum Taurat, supaya aku hidup terhadap Allah" (Tl.). Sangat sulitlah dijelaskan secara doktrin apa artinya mati terhadap hukum Taurat, supaya kita dapat hidup terhadap Allah. Merenungkan masalah ini dalam terang pengalaman sangatlah membantu kita. Pengalaman kristiani kita membuktikan bahwa segera sesudah kesatuan organik kita dengan Kristus terjadi, kita memiliki perasaan bahwa kita telah mati terhadap dunia, dosa, ego, dan segala kewajiban hukum Taurat. Pada saat yang sama, kita menyadari kenyataan bahwa kita telah hidup terhadap Allah. Mungkin pada kali pertama kita menyadari hal ini, kita tidak memiliki istilah atau pengetahuan untuk menjelaskan hal tersebut. Misalkan Anda berkata, "Tuhan Yesus, mulai sekarang aku tidak mempedulikan apa pun kecuali Engkau. Aku tidak peduli pendidikan, pekerjaan, atau masa depanku. Bahkan aku tidak peduli keluarga atau kehidupanku. Tuhan Yesus, aku hanya memperhatikan Engkau." Inilah yang dimaksud mati terhadap segala sesuatu untuk hidup terhadap Alah. Sumber: Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 1, Berita 8

11 May 2012

Galatia - Minggu 4 Jumat

Pembacaan Alkitab: Gal. 3:25 Ketika hukum Taurat berfungsi menyingkapkan manusia, itu berarti menjaga mereka. Jadi, hukum Taurat dipakai Allah seperti seorang wali yang menjaga umat-Nya, sama seperti sebuah kandang menjaga sekawanan domba selama musim dingin atau selama badai berlangsung. Masa sebelum Kristus datang dapat diibaratkan seperti musim dingin. Karena itu, Allah menggunakan hukum Taurat sebagai sebuah kandang untuk menjaga umat-Nya. Dalam kebutaan mereka, orang-orang Yahudi mengira hukum Taurat diberikan kepada mereka untuk dipelihara. Mereka tidak menyadari bahwa hukum Taurat diberikan untuk menjaga umat Allah di dalam pengawalan. Paulus menjelaskan prinsip dasar ini dalam Galatia 3:23. "Sebelum iman itu datang kita berada di bawah pengawalan hukum Taurat, dan dikurung sampai iman itu telah dinyatakan." Dalam ayat 24 ia meneruskan, "Jadi, hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan berdasarkan iman." Ayat-ayat ini dengan jelas mewahyukan bahwa hukum Taurat berfungsi sebagai seorang wali atau penuntun. Ketika hukum Taurat menyingkapkan pelanggaran manusia, bersamaan dengan itu juga menjaga umat Allah hingga kedatangan Kristus. Kini karena Kristus telah datang, hukum Taurat telah berlalu. Namun orang-orang Yahudi yang bodoh itu ingin kembali kepada hukum Taurat dan berusaha memeliharanya. Mereka tidak nampak bahwa hukum Taurat memiliki fungsi pada zamannya saja. Bila sudah lewat zamannya, hukum Taurat tidak boleh atau tidak seharusnya tetap tinggal lebih lama lagi. Orang-orang Yahudi yang keras kepala itu tidak mengerti kehendak Allah dalam memberikan hukum Taurat. Karena itu, sekalipun Kristus telah datang, mereka tetap berpegang pada hukum Taurat. Hal ini bertentangan dengan prinsip dasar ekonomi Allah. Dalam 3:25 Paulus berkata, "Sekarang iman itu telah datang, karena itu kita tidak berada lagi di bawah pengawasan penuntun." Karena Kristus telah datang, hukum Taurat telah berlalu. Para pengikut golongan Advent Hari Ketujuh perlu mempelajari kebenaran dasar ini. Sekarang karena Kristus telah datang, maksud Allah dalam memberikan hukum Taurat telah terpenuhi. Hukum Taurat telah menyerahkan umat Allah kepada Kristus. Merampas umat Allah dari Kristus dan membawa mereka kembali kepada hukum Taurat merupakan pemberontakan yang menentang ekonomi Allah. Kita harus berani berkata kepada para pengikut golongan Advent Hari Ketujuh bahwa sebagai orang Kristen kita tidak seharusnya kembali kepada hukum Taurat. Tujuan hukum Taurat telah digenapi. Dalam ekonomi Perjanjian Baru Allah, kita tidak memelihara hukum Taurat. Sebaliknya, kita dibenarkan karena iman dalam Kristus (2:16). Mungkin kita sangat mengenal ungkapan "Dibenarkan karena iman dalam Kristus" sehingga kita menganggap hal ini biasa saja. Namun, sebenarnya apakah iman dalam Kristus, dan apa artinya dibenarkan karena iman dalam Kristus? Iman dalam Kristus menunjukkan suatu kesatuan yang organik melalui percaya. Penginjilan yang tepat bukanlah memberitakan suatu doktrin, melainkan memberitakan Persona Putra Allah. Putra Allah adalah perwujudan Bapa dan direalisasikan sebagai Roh. Mengabarkan Injil berarti mengabarkan Persona ini. Kapan saja kita memberitakan Injil, kita harus mengesankan pendengar-pendengar kita dengan Persona yang hidup dari Putra Allah. Tak peduli apa judul berita Injil kita, pokok utama kita haruslah Persona yang hidup ini. Sumber: Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 1, Berita 8

10 May 2012

Galatia - Minggu 4 Kamis

Pembacaan Alkitab: Gal. 2:16; 3:11 Dalam Galatia 2:5 dan 14 Paulus berbicara mengenai kebenaran Injil. Kata kebenaran dalam ayat-ayat ini bukan berarti doktrin atau ajaran Injil, melainkan menunjukkan realitas Injil. Walaupun Galatia merupakan sejilid kitab yang pendek, namun ia memberi kita wahyu yang lengkap mengenai realitas Injil. Tetapi wahyu ini tidak diberikan secara rinci, melainkan dalam prinsip-prinsip yang mendasar. Karena itu, dalam berita ini kita akan membicarakan masalah kebenaran Injil yang diwahyukan dalam prinsip-prinsip yang mendasar ini. Aspek pertama dari kebenaran Injil adalah bahwa manusia yang telah jatuh tidak dapat dibenarkan karena melakukan hukum Taurat. Dalam 2:16 Paulus berkata, "Kita tahu bahwa tidak seorang pun yang dibenarkan karena melakukan hukum Taurat." Pada akhir ayat ini Paulus mengumumkan, "Tidak ada seorang pun (satu daging pun) yang dibenarkan karena melakukan hukum Taurat." Kata daging dalam 2:16 berarti manusia yang telah jatuh dan telah menjadi daging (Kej. 6:3). Tidak ada manusia jatuh yang dibenarkan karena melakukan hukum Taurat. Lagi pula dalam 3:11 Paulus mengatakan pula, "Jelaslah, tidak ada orang yang dibenarkan di hadapan Allah karena melakukan hukum Taurat." Dalam ayat ini dengan jelas dikatakan Paulus kepada kita bahwa tidak seorang pun yang dibenarkan karena melakukan hukum Taurat. Karena manusia yang telah jatuh tidak mungkin memelihara hukum Taurat, kita mungkin bertanya mengapa hukum Taurat diberikan. Allah memberikan hukum Taurat bukan supaya manusia memeliharanya. Ketika Allah memberikan hukum Taurat, Ia tahu bahwa manusia tidak akan dapat memeliharanya. Tujuan Allah dalam memberikan hukum Taurat ialah untuk menggunakannya sebagai wali atau penuntun yang menjaga umat-Nya hingga kedatangan Kristus (3:23-24; 4:2). Maksud Allah ialah menggunakan hukum Taurat itu sebagai kandang untuk menjaga domba-domba-Nya. Dalam Galatia 3:19 Paulus bertanya, "Kalau demikian, apakah maksud hukum Taurat?" Dalam ayat ini juga Paulus menjawab pertanyaannya sendiri "Hukum itu ditambahkan karena pelanggaran-pelanggaran." Hukum Taurat diberikan untuk menyingkapkan apa dan di mana manusia itu. Cara terbaik bagi manusia untuk disingkapkan adalah membuat keadaannya tertampak dalam terang atribut Allah. Kesepuluh perintah tersusun terutama dari empat atribut ilahi, yakni kudus, benar, terang, dan kasih. Allah itu kudus, benar, Ia juga terang dan kasih. Jika Anda meneliti kesepuluh perintah, Anda akan nampak bahwa perintah-perintah itu semua mewujudkan kekudusan, kebenaran, terang, dan kasih ilahi. Karena alasan inilah hukum Taurat menjadi kesaksian Allah. Dengan kata lain, kesepuluh perintah itu bersaksi bahwa Allah itu kudus dan benar, Allah itu terang dan kasih. Allah memakai kesaksian ini untuk menyingkapkan manusia. Ketika manusia berdiri di hadapan kesaksian ini, segera tersingkap kedosaannya. Sumber: Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 1, Berita 8

09 May 2012

Galatia - Minggu 4 Rabu

Pembacaan Alkitab: Gal. 3:21 Bila kita membicarakan masalah kebebasan di dalam Kristus, kita perlu melihat bahwa Kristus sebagai Roh pemberi-hayat menyalurkan hayat melalui anugerah. Anugerah ini dilambangkan oleh Sara, perempuan merdeka itu (4:31). Seperti telah berkali-kali kita tunjukkan, anugerah adalah Allah yang telah melalui proses menjadi kenikmatan kita. Dalam 1:15 Paulus berkata bahwa Allah memanggil dia dengan anugerah-Nya. Ini menunjukkan bahwa tatkala Allah memanggil kita, Ia memanggil kita dengan diri-Nya sendiri sebagai Persona yang telah melalui proses menjadi kenikmatan kita. Kristus sebagai Roh pemberi-hayat menyalurkan hayat ke dalam kita melalui Allah Tritunggal yang telah melalui proses menjadi kenikmatan kita. Anugerah dilambangkan oleh Sara, yang juga melambangkan janji Allah. Seperti telah kita tunjukkan, Hagar, si gundik itu melambangkan hukum Taurat. Ketika kita tiba pada pasal 4, kita akan nampak bahwa perempuan-perempuan tersebut merupakan kiasan-kiasan yang menandakan dua perjanjian yang melahirkan dua anak. Anugerah yang dilambangkan oleh Sara adalah perantara yang dipakai oleh Kristus untuk menyalurkan diri-Nya sendiri ke dalam kita sebagai hayat. Ini mutlak berbeda dengan hukum Taurat. Hayat yang disalurkan oleh Kristus melahirkan anak-anak seperti Ishak, anak-anak dari perempuan merdeka, yang mewarisi janji Allah (4:28, 30-31). Tatkala kita menerima Kristus sebagai hayat, kita menjadi anak-anak Allah untuk mewarisi berkat yang dijanjikan Allah bagi penggenapan kehendak-Nya. Selaku anak-anak perjanjian, kita mengambil bagian dalam anugerah hayat Allah dan karenanya kita menikmati kebebasan hayat (5:1). Ini berarti kita memiliki kebebasan dari kewajiban hukum Taurat, dan kita memiliki kepuasan, perhentian, dan kenikmatan atas Kristus. Ini adalah kebebasan yang berlawanan dengan perhambaan di bawah hukum Taurat. Galatia 2:4 mengemukakan perbandingan yang mendasar antara kebebasan di dalam Kristus dengan perhambaan di bawah hukum Taurat. Ini menunjukkan fakta bahwa Kitab Galatia memberi kita banyak kebenaran dan prinsip yang mendasar, agar kita mengenal ekonomi Perjanjian Baru Allah dengan tepat. Berita-berita mengenai Kitab Galatia ini seharusnya membantu kita semua dalam mengenal ekonomi Allah secara mendasar. Sumber: Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 1, Berita 7

08 May 2012

Galatia - Minggu 4 Selasa

Pembacaan Alkitab: Mat. 11:28 Karena kita semua mempunyai kekurangan manusia, kita tidak mampu memenuhi permintaan-permintaan hukum Taurat. Sepanjang sejarah, hanya satu Persona – Tuhan Yesus – yang telah memelihara hukum Taurat. Permintaan hukum Taurat terlampau berat untuk kita penuhi. Jika kita mencoba memelihara hukum Taurat, kita akan berada di bawah gandar (kuk) hukum Taurat. Dalam Kisah Para Rasul 15:10 Petrus berkata, "Kalau demikian, mengapa kamu mau mencobai Allah dengan meletakkan pada tengkuk murid-murid itu suatu gandar yang tidak dapat dipikul, baik oleh nenek moyang kita maupun oleh kita sendiri?" Perhambaan di bawah hukum Taurat itulah gandar yang dikatakan oleh ayat ini. Diperhamba di bawah hukum Taurat juga berarti tanpa kepuasan. Di bawah hukum Taurat tidak ada kepuasan karena tidak ada suplai. Hukum Taurat hanya meminta kepada manusia, namun tidak memberi manusia suplai untuk memenuhi permintaannya. Tambahan pula, diperhamba di bawah hukum Taurat akan membuat kita tidak mungkin berada dalam perhentian. Dalam Matius 11:28 Tuhan Yesus berkata, "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan (perhentian) kepadamu." Janji ini terutama ditujukan kepada mereka yang berusaha memelihara hukum Taurat. Ini khususnya ditujukan kepada jerih payah dalam memelihara perintah-perintah hukum Taurat dan peraturan-peraturan agama. Mendapat kelegaan atau perhentian di sini berarti dibebaskan dari kerja keras dan beban berat di bawah hukum Taurat dan agama. Dalam membuat deklarasi ini Tuhan Yesus seolah-olah berkata, "Marilah kepada-Ku, semua yang berbeban berat di bawah hukum Taurat, Aku akan membebaskan kamu. Aku akan membebaskan kamu dari gandar hukum Taurat itu. Di bawah hukum Taurat, kamu tidak memiliki perhentian. Perhentian yang sesungguhnya ada di dalam-Ku." Pada akhirnya diperhamba di bawah hukum Taurat akan kehilangan kenikmatan atas Kristus. Orang-orang yang menempatkan diri mereka di bawah kewajiban melakukan hukum Taurat akan kehilangan kepuasan, perhentian, atau kenikmatan. Jika kita merenungkan perbandingan antara kebebasan di dalam Kristus dengan perhambaan di bawah hukum Taurat, kita akan penuh dengan pujian kepada Tuhan. Di dalam Kristus kita telah dibebaskan dari segala macam kewajiban. Di dalam Dia kita pun memiliki kepuasan, perhentian, dan kenikmatan. Kebebasan di dalam Kristus ini berlawanan dengan perhambaan di bawah hukum Taurat. Banyak di antara kita yang dapat bersaksi bahwa kita memiliki kebebasan, kepuasan, dan perhentian, kenikmatan yang demikian. Sumber: Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 1, Berita 7

07 May 2012

Galatia - Minggu 4 Senin

Pembacaan Alkitab: Gal. 2:4 Apakah kebebasan di dalam Kristus? Pertama, kebebasan di dalam Kristus menyiratkan kemerdekaan dari kewajiban. Karena kita telah bebas di dalam Kristus, kita tidak lagi berkewajiban terhadap hukum Taurat dan peraturan-peraturan, praktek-praktek, serta ketetapan-ketetapannya. Orang yang berusaha memelihara hukum Taurat akan membuat dirinya berhutang kepada peraturan-peraturan, praktek-praktek, dan ketetapan-ketetapan hukum Taurat. Jadi, jika Anda mencoba memelihara hukum Taurat, Anda akan menempatkan diri Anda di bawah perhambaan dan melayani hukum Taurat sebagai budaknya. Akan tetapi, kebebasan di dalam Kristus memerdekakan kita dari semua kewajiban yang demikian. Kedua, kebebasan di dalam Kristus mencakup kepuasan penuh, dengan suplai yang kaya. Jika kita bebas secara lahiriah, tanpa sesuatu yang menunjang kita atau memuaskan kita, maka kebebasan itu bukanlah kebebasan yang sejati. Kebebasan yang benar bukan hanya bebas dari kewajiban, tetapi juga kepuasan penuh, karena di dalamnya ada suatu suplai dan tunjangan yang memadai. Ketiga, kebebasan di dalam Kristus berarti kenikmatan atas perhentian. Orang-orang yang tetap memelihara hari Sabat tidak menikmati perhentian sejati, sebab upaya mereka untuk memelihara hari Sabat telah menempatkan mereka di bawah beban yang berat. Namun, di dalam Kristus kita memiliki perhentian yang sejati. Keempat, kebebasan di dalam Kristus menyiratkan kenikmatan penuh atas Kristus. Karena kita telah bebas di dalam Dia, kita menikmati semua hakiki-Nya. Kebebasan sejati di dalam Kristus adalah kenikmatan penuh atas Kristus yang hidup. Jika kita ingin memiliki definisi yang tepat atas kebebasan di dalam Kristus, yakni satu definisi yang cocok dengan pengalaman kita, perlulah kita nampak bahwa kebebasan yang demikian ini mencakup kemerdekaan dari kewajiban, kepuasan karena suplai yang kaya dari Tuhan, perhentian sejati, dan kenikmatan atas Kristus. Mereka yang memiliki kebebasan semacam ini tidak lagi diperhamba oleh apa pun. Walau kadangkala mungkin Iblis menempatkan kita ke dalam situasi yang sulit, tetapi kita tetap dapat berada dalam perhentian. Kita tidak perlu diperhamba oleh situasi apa pun. Sebaliknya, kita dapat menikmati Tuhan. Ini berarti kita bebas di dalam lubuk batin kita. Inilah kebebasan kita di dalam Kristus. Begitu kita memiliki pengertian yang tepat terhadap kebebasan di dalam Kristus, kita mudah mengerti apa itu perhambaan. Perhambaan adalah lawan kebebasan. Diperhamba di bawah hukum Taurat mewajibkan kita melakukan hukum Taurat berikut peraturan-peraturan, perintah-perintah, praktek-praktek, dan ketetapan-ketetapannya. Namun, tidak seorang pun dapat memenuhi permintaan hukum Taurat. Kesepuluh perintah itu sebagian besar mengendalikan orang dari luar. Tetapi perintah yang berkaitan dengan keserakahan mengendalikan dari dalam. Kita mungkin bisa memelihara perintah-perintah lainnya, tetapi yang satu ini tidak. Kita justru tidak mampu meloloskan diri dari keserakahan dalam batin kita. Sebagai contoh, mungkin kita melihat seseorang mempunyai sebuah pena baru yang lebih baik daripada yang kita miliki. Dalam batin kita, kita pun damba memiliki pena sebaik itu. Itulah keserakahan. Sumber: Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 1, Berita 7

05 May 2012

Galatia - Minggu 3 Sabtu

Pembacaan Alkitab: Gal. 2:1-14 Karena Paulus jujur, setia, terus terang, dan berani, maka ia menentang Petrus dengan terbuka ketika Petrus tidak setia kepada kebenaran Injil. Dalam 2:11 Paulus berkata, "Tetapi waktu Kefas datang ke Antiokhia, aku dengan terang-terangan menentangaya, sebab ia salah." Seperti kita nampak kemudian, Petrus tidak setia kepada visi yang telah ia terima mengenai orang kafir. Ketika ia di Antiokhia, ia tidak saja bermain politik, tetapi juga bertindak munafik. Karena alasan inilah maka Paulus menentangnya. Dalam 2:12 tercatat, sebelum orang-orang tertentu datang dari kalangan Yakobus, Petrus makan bersama orang-orang kafir. Hal ini berlawanan dengan kebiasaan orang Yahudi dalam memelihara peraturan hukum Taurat mereka. Jika makan bersama orang-orang kafir itu salah, Petrus tidak boleh melakukan hal itu. Karena ia makan bersama mereka, maka Ia seolah-olah membuktikan hal itu benar dan boleh dilakukan. Dalam ayat 13 Paulus berkata, "Orang-orang Yahudi yang lain pun turut berlaku munafik dengan dia." Jika orang yang memimpin mundur, yang lainnya mudah mengikuti. Petrus, rasul yang terkemuka, munafik dalam masalah realitas Injil. Ini hampir tidak dapat dipercaya. Paulus menegaskan, bahkan Barnabas pun turut terseret oleh kemunafikan mereka. Barnabas mengambil bagian dalam perjalanan ministri Paulus kali pertama untuk mengabarkan Injil kepada orang kafir dan untuk mendirikan gereja-gereja orang kafir. Bahkan orang yang tidak memiliki banyak persekutuan dengan kaum beriman kafir turut terseret oleh kemunafikan Petrus. Betapa hebatnya pengaruh negatif Petrus terhadap orang lain! Sudah sepantasnya ia kehilangan kepemimpinannya. Karena Petrus dan orang-orang lainnya berlaku munafik, maka Paulus menegurnya, karena "kelakuan mereka itu tidak sesuai dengan kebenaran Injil" (ayat 14). Petrus benar-benar salah, dan Paulus berterus-terang menegurnya. Ia tidak dapat membiarkan kebenaran Injil yang jelas ini dirusak orang. Boleh jadi Paulus adalah satu-satunya orang yang berani menegur rasul terkemuka seperti Petrus. Syukur kepada Tuhan karena kesetiaan Paulus. Andaikata ia tidak setia di Antiokhia pada waktu itu, kebenaran Injil mungkin akan menjadi kabur. Kita bersyukur kepada Tuhan, melalui kesetiaan Paulus kebenaran Injil telah dipertahankan. Hari ini telah jelas menurut Perjanjian Baru bahwa dalam Kristus tidak ada lagi sunat. Kita telah dibebaskan dari perhambaan di bawah hukum dan belenggu sunat. Kita tidak perlu lagi memelihara hukum Taurat atau disunat. Sebaliknya, kita hanya perlu beriman di dalam Kristus. Karena kesetiaan dan keberanian Paulus, kebenaran Injil ini terpelihara dan tetap tinggal jelas bagi kita sampai hari ini. Kita bersyukur kepada Tuhan atas hal ini. Sumber: Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 1, Berita 6

04 May 2012

Galatia - Minggu 3 Jumat

Pembacaan Alkitab: Gal. 2:1-14 Paulus berkata selanjutnya dalam ayat 3, "Tetapi kendatipun Titus, yang bersama-sama dengan aku, adalah seorang Yunani, namun ia tidak dipaksa untuk menyunatkan dirinya." Ini menunjukkan bahwa dalam pergerakannya untuk kesaksian Tuhan, Paulus tidak mempedulikan pemeliharaan hukum Taurat. Paulus sengaja tidak menyuruh Titus untuk disunatkan. Tujuan Paulus ialah memelihara kebenaran. Karena di dalam Kristus praktek sunat sudah berlalu, menyunatkan orang beriman akan membuat kebenaran itu menjadi kabur. Karena itu, Paulus tidak memaksa Titus menyunatkan dirinya. Paulus menyambung dalam ayat 4-5, "Memang ada desakan dari saudara-saudara palsu yang menyusup masuk, yaitu mereka yang menyelundup ke dalam untuk menghadang kebebasan kita yang kita miliki di dalam Kristus Yesus, supaya dengan jalan itu mereka dapat memperhamba kita. Tetapi sesaat pun kami tidak mau mundur dan tunduk kepada mereka." Saudara-saudara palsu adalah penganut agama Yahudi yang memutarbalikkan Injil Kristus dengan diam-diam memasukkan pemeliharaan hukum Taurat ke dalam gereja dan menyusahkan saudara-saudara yang murni dalam Kristus (1:7). Kebebasan yang disebut Paulus di sini adalah kebebasan dari belenggu hukum Taurat. Perhambaan di sini ditujukan kepada perhambaan di bawah hukum Taurat. Saudara-saudara palsu yang tidak ditolerir Paulus ini telah menyebarkan konsepsi bahwa kaum beriman harus disunat dulu baru dapat beroleh selamat. Paulus menentang mereka dan tidak mau mundur sesaat pun. Ia tidak mau tunduk kepada mereka yang berusaha merusak kebebasan kita dalam Kristus dan membawa kita ke dalam perhambaan. Bebas di dalam Kristus berarti menikmati kemerdekaan dari belenggu hukum Taurat berikut tuntutan sunatnya. Semua orang beriman sekarang telah bebas dari kewajiban hukum Taurat, terutama dari kewajiban bersunat. Demi mempertahankan kebebasan ini, Paulus menolak disunatkannya Titus atau mundur dan tunduk kepada para penganut agama Yahudi. Dalam ayat 6 Paulus berkata, "Mengenai mereka yang dianggap terpandang itu - bagaimana kedudukan mereka dahulu, itu tidak penting bagiku, sebab Allah tidak memandang muka - bagaimanapun juga, mereka yang terpandang itu tidak memaksakan sesuatu yang lain kepadaku." Di sini kita nampak Paulus tidak menerima apa-apa dari mereka yang dianggap terpandang. Petrus, Yohanes, dan Yakobus tidak mengajarkan apa-apa kepada Paulus. Sebaliknya Paulus mempunyai banyak ajaran yang dapat diajarkan kepada mereka. Dalam kitab Perjanjian Baru, tulisan Paulus lebih banyak daripada tulisan siapa pun. Dalam Surat Kirimannya yang kedua, Petrus bahkan mengakui bahwa "dalam surat-suratnya (Paulus) itu ada halhal yang sukar dipahami." (2 Ptr. 3:16). Ini memperlihatkan kepada kita bahwa kita. tidak boleh mengandalkan usia atau senioritas kita. Memang Petrus, Yohanes, dan Yakobus lebih tua daripada Paulus, dan telah menjadi rasul ketika Paulus masih muda dan masih menganiaya para pengikut Tuhan Yesus. Tetapi, setelah ia bertobat, pengenalan Paulus terhadap Kristus dan ekonomi Allah lebih banyak daripada siapa pun. Kitab Roma misalnya, menunjukkan betapa dalamnya pengetahuan Paulus. Paulus benar-benar mempunyai banyak hal yang dapat diajarkan kepada mereka yang di Yerusalem. Namun suasana di sana tidak mendukungnya berbuat demikian. Karena itu, ia tidak mengajarkan apa-apa kepada mereka; tetapi ia pun tidak menerima apa-apa dari mereka yang terpandang itu. Sumber: Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 1, Berita 6

03 May 2012

Galatia - Minggu 3 Kamis

Pembacaan Alkitab: Gal. 2:1-14 Dalam Kitab Galatia kita nampak kesetiaan, kejujuran, keterbukaan, dan keberanian Paulus. Bersamaan dengan itu, ia pun memperlihatkan satu roh yang lemah lembut. Ia menunjukkan roh seperti itu dalam 6:1, di mana ia berkata bahwa siapa yang rohani harus memulihkan orang yang kedapatan melakukan pelanggaran dalam roh lemah lembut. Ketika menulis Surat Kiriman ini, Paulus berusaha memulihkan kaum beriman Galatia yang takluk oleh kelemahan mereka. Sudah tentu para penganut agama Yahudi dengan licik menunggangi kelemahan kaum beriman Galatia. Karena itu, Paulus menggunakan roh yang lemah lembut untuk memulihkan orang-orang yang telah melakukan pelanggaran. Di satu pihak ia sangat berani, di pihak lain ia sangat lemah lembut dalam roh. Dalam hal ini kita semua harus belajar kepada Paulus. Dalam menanggulangi masalah di Galatia, Paulus menghadapi situasi yang serius dan sangat sulit. Dalam 4:20 ia berkata bahwa ia telah habis akal terhadap orang-orang Galatia. Ia dibuat bingung, tidak tahu entah harus bagaimana menanggulangi kaum beriman yang telah menyimpang itu. Tetapi, walaupun Paulus sangat bingung, ia tidak bermain politik. Sebaiknya, ia tetap terus terang, jujur, dan berani. Dalam 1:18 Paulus berkata bahwa kepergiannya ke Yerusalem adalah untuk mengunjungi Kefas. Dalam 2:1-2 kita lihat setelah lewat 14 tahun ia pergi lagi ke Yerusalem berdasarkan wahyu. Bukan hanya Injil Paulus, bahkan kepergiannya ke Yerusalem pun dilakukan menurut wahyu Tuhan, bukan menurut organisasi atau sistem apa pun. Pergerakan dan kegiatan Paulus adalah menurut pimpinan Tuhan saat itu. Hal ini sekali lagi menunjukkan bahwa pemberitaan Injilnya bukan menurut pengajaran manusia, tetapi menurut wahyu Tuhan secara langsung. Kunjungan Paulus ke Yerusalem mengacu kepada waktu yang tercatat dalam Kisah Para Rasul 15. Para penganut agama Yahudi menyuruh kaum beriman kafir menyunat diri mereka jika mereka ingin beroleh selamat, hal itu menimbulkan banyak keresahan. Mereka membuat sunat sebagai suatu syarat bagi keselamatan Allah yang kekal. Akibat dari hal itu sangatlah serius. Menurut wahyu, Paulus pergi ke Yerusalem untuk menanggulangi sumber masalah itu. Paulus ke Yerusalem bukan untuk menerima wahyu atau mempelajari ajaran baru. Sebaliknya, ia pergi ke sana berdasarkan wahyu untuk menanggulangi sumber masalah yang serius itu. Dalam 2:2 Paulus juga berkata, "Kepada mereka kubentangkan Injil yang kuberitakan di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi - dalam percakapan tersendiri kepada mereka yang terpandang - supaya jangan dengan percuma aku berusaha atau telah berusaha." Dalam berbuat demikian pun Paulus terkendali. Jika kita pergi ke Yerusalem dalam situasi demikian, boleh jadi kita akan pergi dengan gembar gembor. Mungkin kita akan memasang iklan, memberi tahu orang bahwa rasul orang kafir akan tiba. Inilah cara yang dipraktekkan kekristenan dewasa ini. Pemberitahuan datangnya seorang pengkhotbah atau penginjil terkenal dilakukan jauh sebelumnya agar meyakinkan dan menarik orang banyak. Cara Paulus sama sekali berbeda dengan cara kekristenan hari ini. Ia membentangkan Injilnya dalam percakapan tersendiri kepada orang-orang tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa ia pergi ke Yerusalem secara diam-diam tanpa bermaksud berbicara di hadapan khalayak ramai. Ia hanya ingin berkontak dengan para pemuka, para rasul, dan para penatua. Ini sesuai dengan catatan Kisah Para Rasul 15 yang berhubungan dengan catatan Galatia 2. Sumber: Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 1, Berita 6

02 May 2012

Galatia - Minggu 3 Rabu

Pembacaan Alkitab: Gal. 1:15-24 Dalam ayat 17 Paulus berkata bahwa Ia "berangkat ke tanah Arab." Sukar ditelusuri, kota mana yang dituju Paulus di tanah Arab dan beberapa lama ia tinggal di sana setelah pertobatannya. Namun, tempat yang dikunjunginya pasti jauh dari orang Kristen lain, dan masa tinggalnya di sana pasti cukup lama. Tujuan Paulus menyinggung menetapnya dia di tanah Arab adalah untuk mempersaksikan bahwa ia tidak menerima Injil dari manusia. Di tanah Arab ia pasti telah menerima wahyu mengenai Injil secara langsung dari Tuhan. Melalui pergi ke tanah Arab, Paulus pergi ke sebuah tempat yang terpisah dari kebudayaan Yahudi maupun dari pengaruh-pengaruh kekristenan. Menurut pengertian yang tradisional, Paulus tinggal di tanah Arab selama tiga tahun. Sebenarnya kita tidak tahu berapa lama ia tinggal di sana. Kita hanya mengetahui ia dalam kurun waktu tertentu telah memisahkan diri dari agama Yahudi dan pengaruh kekristenan. Selama ia tinggal di tanah Arab, mungkin ia membandingkan pengalamannya dengan Perjanjian Lama, yang ia ketahui dengan baik melalui pengajaran Gamaliel. Saya percaya, di tanah Arab, ia memiliki waktu yang tenang dan jernih untuk memeriksa pengalamannya dengan kitab-kitab Perjanjian Lama. Sudah tentu, ia juga menggunakan banyak waktu untuk berdoa. Di sini kita nampak prinsip lain yang patut kita ikuti. Setelah kita memiliki sejumlah pengalaman yang langsung terhadap Tuhan, kita perlu memisahkan diri dari setiap jenis pengaruh agama untuk memeriksa pengalaman-pengalaman kita dengan Alkitab dalam keadaan tenang dan jernih. Hal ini sangat membantu kita. Saya percaya ketika Paulus membanding-bandingkan pengalamannya dengan Alkitab, banyak terang dan wahyu yang diperolehnya. Walaupun Paulus tidak berunding dengan daging dan darah, pada waktu tertentu ia pergi ke Yerusalem. Berunding dengan darah dan daging memang salah. Akan tetapi, mengisolir diri kita dari anggota-anggota Tubuh Kristus lainnya juga keliru. Setelah menerima wahyu, pada waktu yang tepat kita perlu berkontak dengan anggota-anggota Tubuh Tuhan yang mengenal Tuhan lebih awal daripada kita. Persekutuan semacam ini sangat kita perlukan. Dalam ayat 21 Paulus melanjutkan, "Kemudian aku pergi ke daerah-daerah Siria dan Kilikia." Tanah Arab, Siria, dan Kilikia semuanya adalah daerah orang kafir. Dengan menyebutkan pengalamannya ke semua tempat itu, Paulus bersaksi bahwa wahyu yang ia terima mengenai Injil bukan berasal dari manusia mana pun atau orang Kristen mana pun, yang pada saat itu kebanyakan terdapat di Yudea (ayat 22). Saya percaya bahwa di daerah-daerah Siria dan Kilikia itu Paulus telah menggunakan lebih banyak waktu untuk berdoa dan merenungkan kitab suci. Boleh jadi di sana ia juga menerima wahyu lebih lanjut. Sumber: Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 1, Berita 5

01 May 2012

Galatia - Minggu 3 Selasa

Pembacaan Alkitab: Gal. 1:15-24 Dalam 1:15-16 Paulus berkata bahwa Allah berkenan mewahyukan Anak-Nya (Putra-Nya) di dalam dirinya. Putra Allah telah diungkapkan kepada Paulus dan diperlihatkan kepadanya. Ini berarti ia telah menerima suatu visi dari Persona hidup Putra Allah itu. Karena Paulus merupakan suatu contoh bagi semua orang beriman dan Putra Allah telah diwahyukan di dalam dirinya, kita pun seharusnya memiliki Kristus terwahyu di dalam kita. Bila Putra Allah terwahyu di dalam kita, maka ada sesuatu yang ilahi bertambah di dalam kita. Panggilan dan pemilihan tidak membuat sesuatu bertambah di dalam kita, tetapi pewahyuan Putra Allah di dalam kita itulah yang membuat sifat ilahi tertambah ke dalam sifat insani kita. Allah itu sendiri ditambahkan ke dalam diri kita untuk menjadi hayat kita. Siapa saja yang memiliki Putra memiliki hayat (1 Yoh. 5:12). Jadi, memiliki Putra Allah yang diwahyukan di dalam kita berarti memiliki Allah yang ditambahkan di dalam kita sebagai hayat kita. Setelah Putra Allah diwahyukan dalam Paulus, ia "tidak berunding dengan daging dan darah" (ayat 16 Tl.). Ini berarti ia tidak berunding dengan manusia yang tersusun dari darah dan daging. Ini menguatkan fakta bahwa Paulus bukan menerima Injil dari manusia (1:12). Setelah kita percaya Tuhan Yesus, banyak di antara kita yang segera berunding dengan orang lain. Jika kita mengenang pengalaman kita, kita akan menyadari bahwa hal tersebut banyak yang tidak berguna. Begitu saya beroleh selamat, saya segera berpaling kepada banyak orang untuk minta bantuan. Namun, orang-orang itu hanya membuat saya kecewa dan dingin. Mungkin ada beberapa di antara kalian yang pernah bercakap-cakap dengan pengkhotbah atau pendeta tertentu, namun kalian dikecewakan melalui mengontak mereka. Paulus mengawali ayat 17 dengan kata-kata yang demikian: "Juga aku tidak pergi ke Yerusalem mendapatkan mereka yang telah menjadi rasul sebelum aku." Kita semua telah melakukan kekeliruan dalam hal ini. Kita pergi ke suatu tempat yang kita anggap Yerusalem hari ini untuk berunding dengan pemimpin tertentu. Pergi ke "Yerusalem" menemui mereka yang telah menjadi rasul sebelum kita adalah perkara yang berasal dari tradisi dan agama. Hal ini sebenarnya berarti berunding dengan daging dan darah. Mungkin ada beberapa pemimpin akan merasa prihatin kalau-kalau perkataan ini akan menyebabkan kaum saleh tidak mencari persekutuan yang wajar. Selain itu, mungkin mereka mengira hal ini bisa merusak kepemimpinan. Tetapi jika semua orang saleh terlatih untuk tidak berunding dengan daging dan darah, bukankah hal itu sangat indah? Alangkah baiknya jika kita semua membawa diri kita serta kebutuhan kita dan masalah kita langsung kepada Tuhan! Jika kita ingin menjadi rasul-rasul hari ini, haruslah kita mengikuti teladan Paulus; yakni tidak pergi ke Yerusalem untuk berunding dengan orang lain. Sumber: Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 1, Berita 5