Hitstat

31 March 2008

Markus Volume 2 - Minggu 3 Selasa

Pertumbuhan Benih dan Kerajaan
1 Petrus 1:23
Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, oleh firman Allah, yang hidup dan yang kekal.

Ayat Bacaan : Mrk. 4:26-28; Mat. 16:18; Ef. 2:20; 1 Tim. 4:13; 2 Tim. 3:16

Benih yang Tuhan taburkan ke dalam kaum beriman-Nya juga adalah benih kerajaan. Pertumbuhan dan perkembangan benih ilahi ini akan menghasilkan kerajaan Allah (Mrk. 4:26), suatu ruang lingkup di mana Allah dapat dengan sepenuhnya melaksanakan kuasa-Nya dan mengekspresikan kemuliaan-Nya. Dalam zaman kasih karunia, Kerajaan Allah adalah gereja yang dihasilkan dan dibangun dengan hayat ilahi (Mat. 16:18; Ef. 2:20).
Kita perlu terkesan dengan fakta bahwa Kerajaan Allah bukanlah soal pengajaran, aktifitas, ataupun organisasi ciptaan manusia. Kerajaan Allah itu sepenuhnya kudus dan ilahi. Suatu pengajaran, aktivitas ataupun organisasi tidak dapat menghasilkan sesuatu yang ilahi dan kudus. Hal-hal itu tidak dapat menyalurkan sifat ilahi Allah yang kudus ke dalam kita. Gereja sebagai Kerajaan Allah hanya dapat dibangun melalui firman hayat, karena hanya firman hayat yang dapat membagikan sifat Allah yang kudus ke dalam kita.
Bagaimana benih kerajaan ini dapat bertumbuh di dalam kita dan kemudian terekspresi keluar dari dalam kita? Caranya adalah kita perlu setiap hari menikmati firman Allah (1 Tim. 4:13). Dua Timotius 3:16 memberi tahu kita bahwa semua ayat dalam Alkitab adalah hembusan Allah. Hal ini menunjukkan bahwa ayat-ayat Alkitab, firman Allah, adalah nafas Allah. Ada banyak cara untuk menikmati firman yang adalah hembusan Allah. Salah satunya adalah dengan membaca dan berdoa dengan firman Allah.
Setelah bangun di pagi hari, marilah kita menyediakan waktu sepuluh hingga lima belas menit untuk membaca dan berdoa dengan dua atau tiga ayat yang kita baca tadi. Tidak hanya membaca, juga menjadikannya doa kita, dengan firman Tuhan langsung berbicara kepada Tuhan. Cara ini paling efektif untuk merawat kerohanian kita. Meskipun siang hari kita semua sibuk, tidak banyak waktu, tetapi asalkan mau siapa saja dapat bangun 15 menit lebih awal di pagi hari. Melalui pembacaan firman dan doa yang demikian, mudah sekali firman Tuhan tersimpan ke dalam hati kita sehingga mendapatkan suplai dari Tuhan. Asal kita tekun melakukannya, benih kerajaan di dalam kita pasti akan bertumbuh dan ternyatakan keluar melalui kita.

30 March 2008

Markus Volume 2 - Minggu 3 Senin

Jalan Untuk Menumbuhkan Kristus
1 Timotius 4:8
Latihan jasmani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang.

Ayat Bacaan: 1 Kor. 3:9; 1 Tim. 4:8; 1 Yoh. 2:27

Dalam Satu Korintus 3:9 Rasul Paulus berkata, “Kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah.” Paulus dapat berkata bahwa ia menanam, Apolos menyiram, dan Allah yang menumbuhkan; karena kaum beriman adalah ladang Allah. Secara harfiah, ladang berarti tanah pertanian. Kaum beriman yang telah dilahirkan kembali di dalam Kristus dengan hayat Allah adalah ladang Allah, tanah pertanian dalam ciptaan baru Allah, yang menumbuhkan Kristus. Sebagai orang-orang yang telah percaya kepada Kristus dan menerima-Nya, kita bukan lagi seperti tanah yang terlantar yang belum diolah. Sebaliknya, Allah telah menaburkan sesuatu ke dalam kita, dan “lahan” kita telah dijamah serta digarap oleh-Nya. Kini kita adalah ladang Allah yang menumbuhkan Kristus.
Dalam Alkitab, konsepsi mengenai menanam, menggarap, dan menumbuhkan sangatlah ditekankan. Apakah yang diharapkan dari pertumbuhan ini? Gereja sebagai ladang Allah harus menumbuhkan dan menghasilkan bahan-bahan untuk bangunan-Nya. Pertumbuhan adalah untuk pembangunan; ladang adalah untuk bangunan. Sudahkah Kristus tertabur ke dalam kita? Sudah! Sudahkah Kristus bertumbuh di dalam kita? Sudahkah kita dibangun rapi menjadi bangunan Allah? Kedua pertanyaan ini agak sulit dijawab. Kita hanya dapat mengatakan bahwa kita sedang menumbuhkan Kristus dan sedang dibangun menjadi bangunan Allah. Tahap yang kita capai dalam pembangunan sepenuhnya tergantung pada tingkat pertumbuhan hayat Kristus di dalam kita.
Agar Kristus sebagai benih hayat bertumbuh di dalam kita, kita perlu melatih roh kita. Kita semua perlu latihan jasmani, tetapi latihan jasmani juga tidak menolong kita untuk bertumbuh dalam hayat. Untuk bertumbuh dalam Allah sebagai hayat, kita harus melatih roh kita (1 Tim. 4:8). Ketika kita melatih roh, kita membuka jalan bagi Allah untuk bertumbuh di dalam kita. Selain itu, agar dapat bertumbuh, kita juga perlu belajar mematuhi pengurapan Roh itu yang mengajar kita tinggal di dalam Kristus. Semakin kita hidup menuruti pengurapan-Nya di batin, kita akan semakin diubah menjadi manusia yang dikehendaki-Nya (1 Yoh. 2:27).

Markus Volume 2 - Minggu 3 Minggu

Hamba-Penyelamat Datang sebagai Penabur Benih
Markus 4:2-3
Dan Ia mengajarkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Dalam ajaran-Nya itu Ia berkata kepada mereka: “Dengarlah! Adalah seorang penabur keluar untuk menabur.”

Ayat Bacaan: Mrk. 4:2-3; Yoh. 1:1, 14; Ibr. 10:22; 4:12; Yoh. 16:20; Kis. 11:23; Mat. 13:23

Dalam ministri-Nya, Hamba-Penyelamat sepertinya adalah seorang pengajar dan pemberita. Sesungguhnya, dalam mengajar kebenaran dan dalam memberitakan injil, Dia adalah seorang Penabur yang menaburkan benih firman ke dalam manusia. Kristus adalah benih yang melambangkan firman (Yoh. 1:1, 14). Di pandangan Allah, kita adalah tanah untuk menumbuhkan Kristus. Karena itu, Kristus sebagai firman adalah benih hayat yang ditaburkan ke dalam kita sebagai tanah.
Kristus datang ke bumi bukan saja untuk menyertai kita tetapi juga menaburkan benih ke dalam diri kita. Melalui inkarnasi-Nya, Dia menjadi benih hayat, dan dalam ministri-Nya Dia menaburkan benih ini ke dalam manusia. Ini berarti bahwa Dia menaburkan diri-Nya sendiri sebagai perwujudan Allah Tritunggal ke dalam kaum beriman-Nya, sehingga Dia dapat hidup di dalam kita, bertumbuh di dalam kita, dan diekspresikan melalui kita. Sebagaimana benih suatu tanaman ditaburkan ke tanah, berbaur dengan unsur tanah, dan bertumbuh bersama dengan tanah untuk menghasilkan tanaman, demikian pula Kristus menaburkan diri-Nya sendiri sebagai benih hayat ke dalam kita sebagai tanah sehingga Dia dan kita bertumbuh bersama.
Setelah ditaburkan ke dalam kita, benih hayat itu perlu bertumbuh, dan pertumbuhannya memerlukan kerjasama kita. Kerjasama kita ialah dengan memiliki hati yang tepat. Masalah kita biasanya bukan terletak pada roh, tetapi pada hati. Hati meliputi hati nurani (Ibr. 10:22), pikiran (Ibr. 4:12), emosi (Yoh. 16:20), dan tekad (Kis. 11:23). Jika kita mau bekerjasama dengan pertumbuhan benih di dalam kita, maka kita harus menanggulangi hati nurani, pikiran, emosi, dan tekad kita. Jika kita tidak menanggulangi semua bagian hati kita, akan sulit bagi benih hayat untuk bertumbuh di dalam kita. Hati yang baik adalah hati yang memiliki hati nurani yang baik dan murni, pikiran yang penuh pertimbangan dan tenang, emosi yang penuh kasih tetapi terkendali, serta tekad yang lunak. Hati seperti ini memberikan setiap inci dari tanahnya untuk menerima firman sehingga firman bisa bertumbuh, menghasilkan buah, bahkan seratus kali lipat (Mat. 13:23).

28 March 2008

Markus Volume 2 - Minggu 2 Sabtu

Siapakah Ibu-Ku dan Siapakah Saudara-saudara-Ku?
Markus 3:35
Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.

Ayat Bacaan: Mrk. 3:33-35; Rm. 8:29; Ibr. 2:11; 3:5; Ef. 5:30; 1 Kor. 12:12; Luk. 11:28

Dalam pelayanan Injil Sang Hamba-Penyelamat, Dia tidak tinggal di dalam hubungan hayat alamiah tetapi tinggal dalam hubungan hayat rohaniah. Perkataan Tuhan dalam Markus 3:33-35 menunjukkan penolakan-Nya yang tegas atas pandangan alamiah kaum kerabat-Nya. Untuk mengalahkan siasat si jahat dan demi menggenapi pelayanan Injil-Nya, Hamba Penyelamat tidak tinggal dalam hubungan hayat alamiah.
Hubungan Tuhan dengan kita bukanlah di dalam daging, tetapi di dalam roh. Barangsiapa melakukan kehendak Bapa-Nya, maka dialah saudara yang bisa membantu-Nya, saudari yang bisa bersimpati pada-Nya, dan ibu yang bisa dengan lembut mengasihi-Nya. Melalui pelayanan Injil Sang Hamba-Penyelamat, orang-orang berdosa yang percaya menjadi kaum kerabat rohani-Nya, menjadi saudara-saudara-Nya (Rm. 8:29; Ibr. 2:11) di dalam rumah Allah (Ibr. 3:5) dan menjadi banyak anggota-Nya bagi pembangunan Tubuh-Nya (Ef. 5:30; 1 Kor. 12:12) untuk melakukan kehendak Allah.
Mungkin ada orang berpikir, kalau saja kita adalah saudara kandung Tuhan Yesus, betapa bahagianya! Tetapi Tuhan memberitahu kita, “Siapa saja yang melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku...” Melakukan kehendak Allah membuat Tuhan mengakui kita sebagai saudara-Nya, bukan di dalam daging tetapi di dalam roh. Lukas 11:28 juga mengatakan, “Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya.”
Apakah kehendak Allah? Pertama, Allah menghendaki semua orang diselamatkan dan beroleh pengetahuan yang penuh akan kebenaran (1 Tim. 2:4). Terhadap hal ini, kita perlu bangkit memberitakan Injil dan kebenaran. Kedua, Allah menghendaki kita mempersembahkan diri kepada Allah sebagai kurban yang hidup untuk melayani Allah (Rm. 12:1-2), bagi pembangunan Tubuh Kristus - gereja (Ef. 4:12; 1 Ptr. 2:5). Ketiga, melakukan kehendak Allah adalah bertindak menuruti firman Allah - Alkitab (Ibr. 10:7). Kalau kita demikian melakukan kehendak Allah, maka kita akan menikmati kasih Bapa dan penyertaan Tuhan (Yoh. 14:21-23), diperkenan oleh-Nya (1 Sam. 15:22), dan dilayakkan untuk berbagian dalam Kerajaan Surga (Mat. 7:21).

27 March 2008

Markus Volume 2 - Minggu 2 Jumat

Mengikat Iblis dan Merampas Isi Rumahnya
Markus 3:27
Tetapi tidak seorangpun dapat memasuki rumah seorang yang kuat untuk merampas harta bendanya apabila tidak diikatnya dahulu orang kuat itu. Sesudah itu barulah dapat ia merampok rumah itu.

Ayat Bacaan: Mrk. 3:27; Ef. 2:19; Yoh. 3:5; Kis. 26:18; Ef. 6:12; Mat. 17:21

Orang-orang berdosa adalah “harta benda” yang berharga di mata Allah. Sejak kejatuhan manusia dalam Kejadian pasal tiga, “harta benda” ini telah disekap di dalam “rumah” Satan bagi kerajaannya. Melalui ministri-Nya, Hamba-Penyelamat harus mengikat Satan, orang kuat itu, dan memasuki rumahnya untuk merampas “harta bendanya”. Hal ini Dia lakukan agar orang-orang berdosa bisa dibawa masuk ke dalam rumah Allah (Ef. 2:19) melalui kelahiran kembali bagi Kerajaan Allah (Yoh. 3:5). Ketika Hamba-Penyelamat sedang melakukan pelayanan Injil, saat itulah Dia mengikat orang kuat itu, yakni Satan. Pelayanan Injil sebenarnya adalah suatu peperangan rohani untuk menghancurkan Satan dan kerajaan kegelapannya.
Kita perlu menyadari bahwa ketika kita memberitakan Injil, kita sedang merampas isi rumah Satan. Kita mungkin mengira pengabaran Injil itu hanyalah perkara memenangkan jiwa, atau menyelamatkan orang berdosa yang terhilang. Akan tetapi, Tuhan memiliki konsepsi yang lebih jauh mengenai pemberitaan Injil, yaitu merampas isi rumah Satan untuk melepaskan para tawanan, orang-orang berdosa. Perampasan yang demikian ini akan menghancurkan kerajaan setan. Kita perlu memiliki konsep yang demikian ini.
Seluruh kaum beriman perlu nampak pentingnya pelayanan Injil, karena melalui pelayanan ini kita mengusir Satan dari daerah kekuasaannya, merampas hartanya, dan melepaskan tawanannya. Dalam zaman kasih karunia yang tersisa ini, merebut jiwa berpaling kepada Juruselamat adalah cara tertinggi kita untuk merebut barang jarahan Iblis. Setelah nampak hal ini, maka kita semua seharusnya mementingkan perkara menyelamatkan jiwa (Kis. 26:18).
Untuk melepaskan tawanan Satan, kita perlu kekuatan dan kekuasaan. Roh Kudus adalah kuasa dan kekuatan kita. Kita perlu diperkuat oleh Roh Kudus untuk memberitakan Injil. Oleh karena itu, sebelum memberitakan Injil, kita perlu berdoa guna berkontak dengan Allah sebagai sumber kita, agar kita bisa menerima lebih banyak Roh Kudus dan diperkuat oleh-Nya. Hari ini gereja harus berdoa untuk mengikat orang kuat itu dan merampok isi rumahnya (Mrk. 3:27), berperang melawan roh-roh jahat di udara (Ef. 6:12), dan mengusir setan-setan (Mat. 17:21).

26 March 2008

Markus Volume 2 - Minggu 2 Kamis

Menanggulangi Tutur Kata dan Pendengaran
1 Timotius 4:12b
Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam murnianmu.

Ayat Bacaan: 1 Tim. 4:12; Mrk. 3:20-30

Ssebagai Hamba Penyelamat yang melayani umat Allah yang menderita, Tuhan Yesus harus membebaskan diri-Nya dari semua masalah duniawi yang merepotkan. Perkara-perkara materi, kehidupan jasmani, tidak menghalangi Tuhan untuk melayani. Itulah sebabnya Tuhan sampai mengabaikan waktu makan-Nya demi melayani mereka yang memerlukan pelayanan-Nya (Mrk. 3:20). Hal tersebut membuat sanak keluarga Tuhan Yesus menganggap Dia sudah tidak waras lagi (Mrk. 3:21).
Ungkapan yang mengekspresikan keprihatinan alamiah sanak keluarga Hamba-Penyelamat justru memberi kesempatan kepada ahli-ahli Taurat untuk menghujat Dia (Mrk. 3:22). Perkataan mereka berakibat fatal. Ahli-ahli Taurat bukan saja mengatai Dia dirasuk setan, bahkan juga menuduh bahwa Dia adalah bawahan Beelzebul, penghulu setan. Hujatan ini begitu seriusnya sehingga Tuhan kemudian menyatakan bahwa dosa ini tidak dapat diampuni, karena menghujat Roh Kudus (Mrk. 3:28-30).
Perkataan yang alamiah, sembarangan, asal-asalan, akan membuka pintu bagi si jahat untuk merusak pelayanan maupun mempermalukan kesaksian Tuhan. Jika kita pernah berlatih dalam hal ketepatan dan kecermatan, kita baru tahu bahwa ucapan manusia umumnya tidak tepat, tidak cermat. Kadangkala orang-orang yang melayani dalam gereja malah membuat urusan kaum beriman menjadi kacau, sebab mereka mengatakan satu perkataan yang tidak tepat. Kiranya kita belajar mengekang tutur kata kita, terlebih bila berkaitan dengan Injil, kebenaran, gereja, kaum beriman, dan para pelayan Tuhan.
Di satu aspek kita harus berhati-hati dengan tutur kata kita, di aspek yang lain kita harus belajar berlapang dada dalam menerima perkataan celaan. Setiap orang yang ingin melayani, harus belajar tidak terpengaruh oleh perkataan celaan. Apabila hati kita mudah marah, tidak tenteram, tidak terima karena mendengar perkataan celaan dari seseorang, maka pelayanan kita belum tahan ujian. Biasanya begitu kita terjun dalam suatu pelayanan, banyak orang akan mengkritik pelayanan kita, namun kita harus belajar lapang dan tidak membela diri. Inilah teladan yang dapat kita pelajari dari Hamba-Penyelamat.

25 March 2008

Markus Volume 2 - Minggu 2 Rabu

Mengesampingkan Diri Sendiri demi Pelayanan
Markus 3:20
Kemudian Yesus masuk ke sebuah rumah. Orang banyak datang lagi berkerumun, sehingga makanpun mereka tidak dapat.

Ayat Bacaan: Mrk. 3:20; 6:31; 1 Kor. 9:25-27

Karena banyaknya orang yang membutuhkan pelayanan-Nya, Hamba Penyelamat dan murid-murid-Nya tidak dapat makan (Mrk. 3:20). Karena ada kebutuhan yang mendesak, sebagai manusia, Tuhan tidak sempat istirahat, juga tidak sempat makan (Mrk. 3:20; 6:31). Ini menyatakan kesibukan, ketekunan, dan kesetiaan Tuhan Yesus sebagai Hamba Allah dalam pelayanan Injil-Nya.
Sebagai anak-anak Allah, kita pun perlu belajar memiliki sikap seperti Hamba Penyelamat yang rela mengesampingkan hak-Nya yang sah atas makanan demi melayani orang yang membutuhkan. Dalam mengikuti Tuhan, tidak jarang kita menjumpai adanya kebutuhan yang mendesak, yang tidak bisa ditunda-tunda lagi. Situasi seperti itu merupakan kesempatan yang baik bagi kita untuk belajar melayani dan mengesampingkan hak kita yang sah atas makanan, waktu tidur, atau waktu kita bersama keluarga.
Dalam suratnya kepada gereja di Korintus, Paulus bersaksi, “Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak” (1 Kor. 9:27). Kata ”melatih” dalam ayat ini berarti memukul sampai memar. Ini bukan pukulan biasa tetapi pukulan yang keras. Paulus menanggulangi tubuhnya dengan keras sehingga tubuhnya berada di bawah pengendaliannya. Ia tidak akan mengizinkan tubuhnya menjadi kendor sehingga menghambat pelayanan Injilnya.
Makanan, pakaian, istirahat, tidur, kenyamanan, dan perawatan khusus merupakan hak kita yang sah, bukan dosa, tetapi apabila hal-hal itu begitu menduduki hati kita, maka dengan mudahnya kita akan mengorbankan pelayanan demi hal-hal tersebut. Ini jelas bukan sikap Hamba Penyelamat. Setiap pelayan Allah seharusnya bekerja menurut satu peraturan dasar yaitu tubuhnya harus ditundukkan. Para pelari banyak melatih penguasaan dirinya demi mahkota yang fana (1 Kor. 9:25). Tidakkah kita yang mengejar mahkota yang abadi lebih-lebih lagi harus berlari dengan menguasai tubuh kita? Untuk dapat berdoa, membaca Alkitab, menginjil, dan merawat kaum beriman dengan baik, kita harus belajar mengalahkan keinginan-keinginan tubuh kita.

24 March 2008

Markus Volume 2 - Minggu 2 Selasa

Cara Allah dalam Memilih Kita
1 Korintus 1:27
Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat.

Ayat Bacaan: Mrk. 3:14-19; 1 Kor. 1:27; 2 Kor. 5:16

Ketika kita mempertimbangkan kepada siapa akan kita serahkan suatu pelayanan dalam gereja, seolah-olah tidak ada seorang pun yang memenuhi syarat. Mengapa? Karena kita mempertimbangkan latar belakang seseorang. Kalau saja Tuhan Yesus lebih dulu mengadakan uji kelayakan terhadap kedua belas rasul secara demikian, siapakah yang bisa terpilih? Matius tentu akan tersingkir. Bagaimana bisa Tuhan memilih seorang pemungut cukai menjadi salah seorang dari kedua belas rasul?
Menurut nalar kita, Tuhan seharusnya memilih seorang ahli Taurat. Tetapi Tuhan tidaklah demikian. Salah seorang dari orang-orang yang Dia pilih justru adalah seorang pemungut cukai yang hina dan direndahkan orang. Hampir semua murid yang Dia pilih seolah tidak berkualifikasi, karena latar belakang mereka yang sepertinya kurang terpelajar (Mrk. 3:14-19). Kita perlu belajar dari Tuhan bahwa pandangan alamiah itu berbeda dengan pandangan rohani. Dalam pandangan rohani-Nya, kita semua berharga, bersyarat, dan layak dikasihi.
Puji Tuhan! Dia menentukan pilihan-Nya atas kita semua bukan menurut pertimbangan atas latar belakang kita yang buruk, melainkan menurut pandangan rohani-Nya. Hari ini, jika kita dengan pandangan alamiah melihat kaum beriman di dalam kehidupan gereja, maka kita akan merasa bahwa kitalah satu-satunya orang yang layak melakukan hal-hal tertentu. Ketika kita membutuhkan lebih banyak orang untuk melayani, kita mungkin melakukan seleksi demikian, “Ya, orang ini baik dalam hal-hal tertentu, namun ia tidak cukup bagus.” Akhirnya, menurut pandangan alamiah kita, hanya kita sendirilah satu-satunya yang memenuhi syarat. Saudara saudari, kalau demikian maka sebenarnya kitalah satu-satunya orang yang tidak layak berada dalam pelayanan itu.
Segala sesuatu yang Tuhan perbuat adalah di dalam Roh. Pemilihan-Nya atas kita pun sepenuhnya berada di dalam Roh. Prinsip ini seharusnya kita terapkan baik dalam kehidupan gereja dan dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu, marilah kita belajar menerima dan memperlakukan orang menurut pandangan rohani, bukan menilai mereka menurut pandangan alamiah kita yang sangat terbatas (2 Kor. 5:16).

23 March 2008

Markus Volume 2 - Minggu 2 Senin

Bersatu dengan Tuhan dan Kehendak-Nya Melalui Berdoa
Lukas 6:12
Pada hari-hari itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah.

Ayat Bacaan: Mrk. 3:7-15; Luk. 6:12; Gal. 2:19-20

Setelah melayani orang-orang yang dengan tulus menjamah Dia secara langsung dengan menyembuhkan mereka dari berbagai penyakit dan melepaskan mereka dari kuasa roh-roh jahat (Mrk. 3:7-12), akhirnya Yesus naik ke atas bukit. Markus 3:13-15 memberi tahu kita bahwa tujuan Tuhan naik ke atas bukit adalah untuk memanggil orang-orang tertentu dan menjadikan mereka rasul-rasul-Nya bagi penyebaran pelayanan Injil-Nya.
Menurut catatan Lukas 6:12, sebelum Tuhan menetapkan rasul-rasul-Nya, di atas bukit itu Dia berdoa semalam-malaman kepada Allah. Tuhan tidak menetapkan rasul-rasul-Nya menurut kesukaan atau keinginan-Nya sendiri, melainkan menurut perkenan Bapa. Keesokan harinya, setelah Dia jelas akan kehendak Bapa, barulah Dia menetapkan kedua belas rasul. Karena itu penunjukkan-Nya terhadap kedua belas rasul itu pastilah menurut jawaban, keputusan, dan perintah Bapa.
Apakah yang bisa kita pelajari dari teladan Tuhan di sini? Berdoa sebelum melakukan sesuatu. Apabila kita melihat ada saudara atau saudari tertentu yang lemah, terhimpit masalah, atau sakit, apakah yang harus kita lakukan? Secara alamiah, kita mungkin sangat ingin melakukan sesuatu baginya sesuai dengan keperluannya. Namun dalam menghadapi situasi ini, kita harus belajar terlebih dahulu datang kepada Tuhan dan berdoa, “Tuhan, saudaraku sakit parah. Apakah yang hendak Kaulakukan melalui aku?” Bila kita berdoa terlebih dahulu demikian, maka perhatian kita terhadap saudara itu bukan menuruti keinginan alamiah kita, melainkan menurut pimpinan dan perkenan Tuhan. Doa yang demikan membuat pelayanan kita selaras dengan kehendak Tuhan.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita perlu berlatih hidup bersama Tuhan. Kita mungkin telah hafal firman yang berbunyi, “Bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.” Namun begitu kita masuk ke dalam kesibukan rutin kita, Kristus tidak ada di sana. Sehari suntuk kita sibuk melakukan ini dan itu, dan Tuhan Yesus seakan lenyap di tengah kesibukan kita. Kalau demikian halnya pengalaman kita, maka sekali lagi kita perlu bertobat karena telah gagal membiarkan Dia hidup melalui kita.

Markus Volume 2 - Minggu 2 Minggu

Menjamah Dia dan Disembuhkan
Roma 10:12b -13
Karena, Tuhan yang satu itu adalah Tuhan dari semua orang, kaya bagi semua orang yang berseru kepada-Nya. Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan.

Ayat Bacaan: Mrk. 3:7-8; 1 Kor. 15:45; Rm. 10:12-13; Yoh. 6:57

Segera setelah Hamba Penyelamat menyembuhkan orang yang tangannya mati sebelah pada hari Sabat, Dia pun menyingkir ke danau bersama dengan murid-murid-Nya (Mrk. 3:7-8). Walau demikian, banyak orang dari berbagai tempat datang dan mengikuti-Nya, karena mereka telah mendengar segala hal yang dilakukan-Nya. Di antara orang banyak itu, banyak yang menderita sakit, dan siapa saja yang menyentuh atau menjamah Tuhan segera mendapatkan kesembuhan.
Hari ini Tuhan telah bangkit dari kematian dan menjadi Roh yang menghidupkan (1 Kor. 15:45). Ketika kita ada keperluan, bagaimanakah agar dapat menjamah Dia? Pertama-tama, kita harus selalu terbuka terhadap Tuhan. Jalan yang paling sederhana untuk terbuka terhadap Tuhan adalah belajar membuka segenap diri kita, mulai dari roh, hati, sampai ke mulut. Kita buka segenap diri kita dan menyeru nama Tuhan, “O, Tuhan Yesus! Ya, Tuhan Yesus!” Kita harus belajar membuka diri kita terhadap Tuhan, menyeru nama-Nya. Inilah jalan yang paling sederhana dan paling baik, yang memungkinkan kita berjumpa dengan Tuhan, menjamah Tuhan. Bukan sekedar merenungkan Tuhan atau menyebut nama Tuhan dalam batin, melainkan berseru kepada nama-Nya.
Alkitab mengatakan bahwa Tuhan itu kaya bagi semua orang yang berseru kepada-Nya (Rm. 10:12). Tuhan itu hidup, riil, dan menyertai kita. Bila kita menyeru nama-Nya, terbuka terhadap-Nya, kita akan berjumpa dengan Dia di dalam roh kita. Selain itu, hendaklah kita belajar sungguh-sungguh bersentuhan dengan firman-Nya, sungguh-sungguh membaca dan berdoa dengan firman-Nya. Praktek yang demikian akan membuat Tuhan masuk ke dalam kita sebagai suplai hayat kita (Yoh. 6:57). Kalau kita setiap hari, setiap waktu, mengadakan persekutuan yang baru dengan Dia, menerima suplai yang baru, maka batin kita tentu mendapatkan penyegaran, pemeliharaan, penerangan dan suplai yang kaya, sehingga kita senantiasa hidup bersama Dia, bertindak tanduk bersama Dia, dan tinggal bersama Dia. Setiap hari luangkanlah waktu untuk menikmati Dia! Inilah jalan untuk disembuhkan dari berbagai kelemahan kita.

21 March 2008

Markus Volume 2 - Minggu 1 Sabtu

Mengalami Firman Kristus yang Membebaskan
2 Korintus 3:16-17
Tetapi apabila hati seorang berbalik kepada Tuhan, maka selubung itu diambil dari orang itu. Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Tuhan, di situ ada kemerdekaan.

Ayat Bacaan: Mrk. 3:1-6; Ibr. 1:3; 4-12; 2 Tim. 3:16; Yoh. 4:24; 6:63

Markus 3:1-6 mencatat kasus seorang yang lumpuh sebelah tangannya. Keadaannya melambangkan seorang yang bebas sebagian, tetapi belum bebas sepenuhnya. Kita mungkin telah bebas dari hukuman kekal Allah, tetapi masih belum bebas dari berbagai kelemahan, ketidakmampuan, ataupun dari ketidaknormalan fungsi rohani kita. Kondisi inilah yang digambarkan dengan orang yang tangannya mati sebelah.
Bagaimanakah agar seseorang dapat dibebaskan seluruhnya? Tuhan berkata kepada orang itu, “Ulurkanlah tanganmu!” (Mrk. 3:5). Di dalam perkataan Tuhan terkandung hayat yang menghidupkan. Dengan mengulurkan tangannya, orang itu telah menerima firman hayat, dan tangannya yang lumpuh seketika itu juga dipulihkan oleh hayat yang terkandung di dalam firman-Nya. Hal ini dengan jelas memberitahu kita bahwa firman Tuhan berkuasa membebaskan kita dari kelemahan, ketidakmampuan, ataupun dari ketidaknormalan fungsi rohani kita di hadapan Allah (Ibr. 1:3; 4:12; 2 Tim. 3:16).
Mengapa firman memiliki kuasa untuk membebaskan kita? Hal ini disebabkan di dalam firman terkandung Roh itu yang adalah hayat kita. Allah Tritunggal adalah Roh itu (Yoh. 4:24), dan Roh itu terwujud di dalam firman (Yoh. 6:63). Sayangnya, sekalipun firman adalah perwujudan Roh itu, banyak di antara kita yang tidak berkontak dengan firman melalui Roh itu. Walau kita mungkin sangat menyukai Alkitab, namun kita seolah tidak mendapatkan apa-apa darinya selain pengetahuan yang mati. Jika kita ingin menyalakan sebuah korek api, tidak cukup hanya mengasihi korek api itu. Kita perlu menggoreskan korek api itu dengan tepat. Seprinsip dengan itu, kita perlu “menggores korek api” firman itu dengan cara melatih roh kita.
Dalam pengalaman kita, firman hanya akan menyala jika kita menggoresnya di dalam roh kita. Inilah alasan perlunya kita melatih roh kita untuk berdoa ketika kita membaca firman Allah. Begitu firman dan doa kita baurkan bersama, maka roh kita segera dihidupkan, dikuatkan, dan fungsi rohani kita di hadapan Allah dipulihkan kembali. Pada saat demikian, kita benar-benar dibebaskan.

20 March 2008

Markus Volume 2 - Minggu 1 Jumat

Dua Macam Perhentian
Matius 11:29-30
Pikullah gandar yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab gandar yang Kupasang itu menyenangkan dan beban-Ku pun ringan.

Ayat Bacaan: Mat. 11:29-30; Mzm. 42:6; Flp. 2:6-8

Perhentian adalah keadaan yang didambakan oleh setiap orang, namun kita selalu mengira bahwa Allah tidak berkenan kepada kita, karena itu kita harus melakukan sesuatu yang baik, agar dapat diperkenan oleh-Nya. Tetapi Tuhan Yesus memanggil kita adalah untuk mendapatkan perhentian, bukan untuk bekerja. Asal kita datang kepada-Nya, pasti mendapatkan perhentian. Yang ingin Dia berikan kepada kita adalah perhentian. Dia bukan menyuruh kita untuk bersusah payah bekerja.
Mengapa Tuhan Yesus bisa memberikan perhentian, tanpa mengharuskan manusia bekerja lebih dulu? Hal itu pasti karena Tuhan Yesus telah merampungkan semua pekerjaan yang diperlukan. Dia telah menyelesaikan pekerjaan penebusan dosa, pekerjaan penghakiman manusia di depan Allah, pekerjaan pembenaran manusia, sehingga kita dapat memperoleh hidup yang kekal. Sekarang, yang perlu kita lakukan adalah datang kepada-Nya dan mendapatkan perhentian (Mat. 11:28).
Perhentian seperti yang diuraikan di atas adalah perhentian jenis pertama, perhentian yang seharusnya dimiliki oleh setiap orang Kristen. Selain itu, Alkitab memberitahu kita ada pula perhentian yang khusus, perhentian jenis kedua, yakni perhentian yang kita dapatkan tatkala kita memikul gandar yang Tuhan pasangkan bagi kita. Walau kita sudah beroleh keselamatan, seringkali jiwa kita masih tertekan dan gelisah (Mzm. 42:6). Jika kita ingin mendapatkan perhentian jiwa, ada dua perkara yang harus kita perbuat. Pertama, memikul gandar Tuhan; kedua, belajar kepada Tuhan. Gandar di sini adalah kehendak atau amanat yang Dia ukurkan bagi kita.
Hari ini Tuhan menghendaki kita memikul gandar-Nya, tidak saja terhadap perkara besar dalam seumur hidup kita, juga terhadap perkara kecil dalam hidup sehari-hari kita. Selain itu, kita juga perlu belajar kepada Tuhan (Flp. 2:6-8). Jika kita berkata kepada Tuhan, “Aku rela memikul gandar-Mu, aku mau berdiri pada kedudukan yang Kau atur”, maka kita pasti akan memiliki perhentian dan sukacita. Semoga mulai hari ini, kita mau menerima gandar yang berasal dari tangan Tuhan itu dan memikulnya dengan lemah lembut dan rendah hati.

19 March 2008

Markus Volume 2 - Minggu 1 Kamis

Mengalami Kristus sebagai Sabat yang Sejati
Matius 11:28
Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.

Ayat Bacaan: Mrk. 2:23; Kis. 3:20; Mat. 11:28; Mzm. 118:5; 121:3

Orang-orang Farisi hanya memperhatikan peraturan dan tradisi dari agama Yahudi yang usang, sebaliknya Hamba-Penyelamat memperhatikan para pengikut-Nya yang lapar. Ketika murid-murid Tuhan memetik bulir gandum pada hari Sabat, orang-orang Farisi mempersalahkan mereka (Mrk. 2:23).
Hari Sabat adalah waktu di mana umat Allah seharusnya menikmati perhentian dan dipuaskan. Namun faktanya, pada hari Sabat banyak orang justru menderita, tidak menikmati perhentian dan kepuasan. Pada hari Sabat banyak orang yang sakit tidak disembuhkan, banyak orang yang lapar tidak dikenyangkan, dan orang yang terbelenggu tidak dibebaskan. Mengapa? Karena hari Sabat yang dipelihara oleh orang-orang Farisi bukanlah Sabat yang sejati, melainkan hanya bayangan dari Sabat yang sejati. Kristuslah Sabat yang sejati. Hanya di dalam Kristus ada perhentian, ada suplai hayat, ada kesembuhan, dan ada kepuasan yang sejati (Kis. 3:20; Mzm. 118:5).
Kristus lebih memperhatikan rasa lapar kita, memperhatikan keperluan batiniah kita, bukannya ritual atau tata cara agamawi yang luaran. Dia memperhatikan setiap anggota-Nya yang lapar dan haus, memperhatikan anggota-Nya yang sakit dan lemah, serta membebaskan mereka yang terbelenggu. Oleh sebab itu, yang kita perlukan bukan memelihara hari Sabat melainkan datang kepada Kristus - Sabat sejati kita (Mat. 11:28).
Bagaimana menikmati Sabat yang sejati? Jalan terbaik untuk menikmati Sabat adalah dengan datang kepada Tuhan di dalam doa. Di antara kita ada satu kekurangan, yakni dalam hal memiliki waktu pribadi untuk berkontak dengan Tuhan. Banyak orang tidak memiliki kehidupan doa pribadi. Saudara saudari, setiap hari kita harus memiliki waktu doa. Kapan kala kita berdoa, segera kita mendapatkan perhentian. Begitu kita datang kepada Tuhan, Dia tidak akan membiarkan kaki kita goyah. Dia menjaga kita! Dia melindungi kita! (Mzm. 121:3). Apabila kita selalu datang kepada-Nya dengan roh yang tepat, maka dapat dipastikan setiap waktu yang kita miliki adalah Sabat, penuh damai sejahtera dan perhentian.

18 March 2008

Markus Volume 2 - Minggu 1 Rabu

Kehidupan Gereja sebagai Kantong Anggur yang Baru
Markus 2:22
Demikian juga tidak seorangpun menuang anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian anggur itu akan mengoyakkan kantong itu, .... Tetapi anggur yang baru hendaknya disimpan dalam kantong yang baru pula.

Ayat Bacaan: Mrk. 2:22; Rm. 12:5; Ef. 1:22-23; 1 Kor. 12:12

Anggur yang baru tidak dapat disimpan dalam kantong kulit yang tua, tetapi harus disimpan dalam kantong kulit yang baru (Mrk. 2:22). Kalau anggur yang baru melambangkan Kristus sebagai Roh itu, melambangkan apakah kantong kulit yang tua? Kantong kulit yang tua melambangkan perbuatan alamiah kita juga praktek agamawi. Setelah kita percaya Tuhan Yesus dan beroleh keselamatan, ada kemungkinan kita lalu bersandar diri kita melakukan perbuatan yang baik menurut prinsip agama yang usang. Keadaan yang demikian ini berarti kita sebagai orang Kristen kembali menjadi seperti orang Galatia yang ingin diperkenan Allah melalui memelihara hukum Taurat, ingin memperoleh perkenan Allah bersandar kekuatan diri sendiri. Siapa saja yang memulai kehidupan kristianinya dengan bersandar Kristus Yesus dan kemudian menggenapi dan mengakhirinya dengan kekuatan diri sendiri, itu berarti menaruh anggur baru di dalam kantong kulit yang tua.
Anggur yang baru harus disimpan dalam kantong kulit yang baru. Kantong kulit yang baru melambangkan kehidupan gereja yang normal. Artinya, Kristus beserta segala kekayaan hayat-Nya hanya dapat dinikmati, dialami, dan diperhidupkan sepenuhnya di dalam kehidupan gereja yang normal. Kristus sebagai anggur baru hanya dapat diekspresikan melalui kehidupan gereja yang tepat, kantong kulit yang baru (Rm. 12:5; Ef. 1:22-23; 1 Kor. 12:12).
Kitapun harus menyadari bahwa kantong kulit itu tidak hanya wadah anggur, tetapi juga sarana bagi kita untuk minum anggur. Banyak di antara kita dapat bersaksi, setiap kali kita masuk dalam kehidupan gereja yang normal, kita menemukan bahwa di sinilah tempatnya di mana kita dapat benar-benar minum Kristus sebagai anggur baru yang menyegarkan.
Saudara saudari kekasih, jangan mengatakan bahwa Anda hanya memerlukan Kristus tetapi tidak memerlukan gereja. Kita memerlukan keduanya. Kristus adalah untuk gereja, demikian pula sebaliknya. Mungkin kerohanian kita sedang lemah atau iman kita mulai goyah, tetapi roh kita masih dapat dikuatkan dan disegarkan melalui minum Kristus sebagai anggur baru di dalam kehidupan gereja yang tepat. Puji Tuhan!

17 March 2008

Markus Volume 2 - Minggu 1 Selasa

Mengalami Kristus sebagai Anggur yang Baru
Markus 2:22
Demikian juga tidak seorangpun menuang anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian anggur itu akan mengoyakkan kantong itu, .... Tetapi anggur yang baru hendaknya disimpan dalam kantong yang baru pula.

Ayat Bacaan: Mrk. 2:22; Ef. 3:17; Kis. 5:32

Kita tidak hanya membutuhkan pakaian yang menutupi tubuh kita, tetapi juga suplai makanan dan minuman untuk kelangsungan hidup kita. Demikian pula dalam hal rohani. Kristus bukan hanya jubah yang baru untuk kita kenakan sebagai kebenaran kita, Dia juga adalah anggur baru untuk menyuplai kita di batin (Mrk. 2:22). Anggur yang baru dalam Markus 2:22 melambangkan Kristus yang telah bangkit sebagai Roh itu untuk perawatan batiniah kita. Sebagai anggur yang baru, Kristus memberi kita tenaga, kekuatan, semangat, dan sukacita sehingga kita dapat mengikuti dan melayani Dia.
Berdoa dan mengaku dosa dengan tuntas merupakan cara terbaik untuk dipenuhi dengan anggur yang baru. Ketika kita sedang sibuk dengan pekerjaan kita, kita masih perlu mencari waktu sejenak secara pribadi berlutut di hadapan Tuhan, dengan tuntas memanjatkan doa dan mengaku dosa. Kita dapat berkata kepada Tuhan “Ya Tuhan, hari ini aku ingin dengan tuntas mengaku dosa di hadapan-Mu, ingin mengakui semua dosa-dosaku. Mohon terang-Mu menerangi aku!” Kita perlu belajar mengikuti perasaan atau terang Tuhan, satu per satu dosa kita diakui di hadapan Tuhan sampai tidak ada yang bisa diakui lagi. Doa yang demikian pasti membuat Roh itu memenuhi kita (Ef. 3:17).
Seberapa banyak Kristus sebagai anggur baru memenuhi kita tergantung pada seberapa banyak ruang yang kita berikan kepada-Nya. Semakin banyak ruang yang tersedia di dalam kita, Kristus akan semakin banyak memenuhi kita. Sama seperti seberapa banyak udara yang dapat memenuhi botol, tergantung seberapa banyak ruang yang kosong. Kalau di dalam botol itu separuhnya sudah terisi air, udara hanya akan memenuhi separuh dari botol itu. Namun semakin banyak air yang dikeluarkan dari botol itu, semakin banyak udara akan memenuhinya. Dengan prinsip yang sama, semakin kita membuang keluar semua kecemaran dosa, semakin membersihkan segala hal-hal najis di dalam kita, Kristus sebagai anggur baru semakin memenuhi kita. Hanya apabila batin kita dipenuhi secara demikian, kita dapat memiliki tenaga, kekuatan, semangat dan sukacita dalam mengikuti dan melayani Tuhan kita (Kis. 5:32).

16 March 2008

Markus Volume 2 - Minggu 1 Senin

Berlatih Mengenakan Kristus
Galatia 3:26-27
Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman melalui Yesus Kristus. Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus.

Ayat Bacaan: Mrk. 2:21: Yes. 64:6; Rm. 7:14-20; Luk. 15:22; Gal. 3:27; 2:19-20

Cara terbaik untuk mengasihi Kristus, Mempelai Laki-laki kita, bukanlah dengan berusaha meniru Dia, melainkan dengan memperhidupkan Dia. Perbuatan atau kesalehan manusia di hadapan Allah tidak ubahnya seperti kain yang kotor (Yes. 64:6). Kain atau jubah di dalam Alkitab melambangkan perbuatan kita. Dalam Markus 2:21, perbuatan kita diibaratkan dengan baju tua yang koyak. Baju yang koyak tidak mungkin dapat menutupi dengan baik. Ini berarti aib, dosa, kenajisan, dan kelemahan kita mustahil disembunyikan. Mungkin di hadapan manusia kita dapat menutupinya sehingga tidak terlihat, tetapi di hadapan Allah semuanya terlihat dengan jelas.
Fakta Alkitab membuktikan bahwa “baju” kita telah menjadi usang dan koyak. Menyadari hal ini, mungkin banyak di antara kita yang bertekad untuk memperbaiki kelakuan dengan berusaha meniru kehidupan Yesus. Kita ingin meniru bagaimana Yesus bersabar, bagaimana Yesus mengasihi, atau bagaimana Yesus mengampuni. Ada pula orang yang meniru bagaimana Yesus berpuasa dan mengasingkan diri ke gunung. Banyak orang bahkan sampai hari ini masih terus berusaha meniru secara luaran apa yang pernah Yesus lakukan ketika Ia masih hidup di bumi. Inilah yang dimaksudkan dengan menambalkan kain yang belum susut pada baju yang tua (Mrk. 2:19). Usaha yang demikian tidak akan berhasil, justru semakin menyingkapkan dosa-dosa dan kelemahan kita (Rm. 7:14-20).
Apakah yang harus kita lakukan agar dapat mengasihi Kristus dan diserupakan dengan-Nya? Kita harus membuang “baju” tua kita yang telah koyak itu dan mulai belajar mengenakan Kristus sebagai pakaian yang baru- jubah kebenaran kita (Luk. 15:22; Rm. 13:14; Gal. 3:27). Mengenakan Kristus berarti bersatu dengan Kristus dan membiarkan Dia hidup melalui kita (Gal. 2:19-20). Hal ini menuntut kita senantiasa tinggal di dalam Kristus dan firman-Nya, menikmati Dia sebagai anugerah, dan mengalami Dia secara riil dalam kehidupan kita sehari-hari. Menyeru nama Tuhan dan menjadikan firman Tuhan yang kita baca sebagai doa kita merupakan salah satu cara praktis untuk belajar mengenakan Kristus dan memperhidupkan Dia.

15 March 2008

Markus Volume 2 - Minggu 1 Minggu

Kristus - Mempelai Laki-laki
Markus 2:19a
Jawab Yesus kepada mereka: “Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berpuasa sementara mempelai itu bersama mereka?”

Ayat Bacaan: Mrk. 2:19; 2 Kor. 11:2-3; Mat. 25:1; Kid. 4:12

Sebagai Mempelai Laki-laki, Kristus adalah pribadi yang menyenangkan bagi kenikmatan kita. Ketika Dia hadir, seharusnya tidak ada dukacita, segala sesuatu seharusnya menyenangkan. Dia membuat kita, para pengikut-Nya, gembira dan sukacita. Mengapakah kita sering murung dan tidak gembira? Mungkin kita masih belum mengenal bahwa Kristus adalah Mempelai Laki-laki yang mencintai kita. Bukanlah hal yang kecil bila Kristus yang adalah Allah Pencipta langit dan bumi mencintai kita, manusia yang rendah, yang penuh dosa dan kelemahan. Hal ini seharusnya membuat kita bersukacita, menyambut cinta-Nya, dan memberikan seluruh diri kita kepada-Nya.
Setiap orang beriman adalah gadis-gadis-Nya (2 Kor. 11:2-3; Mat. 25:1). Kaum beriman adalah gadis-gadis, perawan suci yang telah dipertunangkan dengan Kristus. Sebagai gadis-gadis yang demikian, kita harus menjaga kesucian diri sambil menunggu kedatangan-Nya kembali. Karena kita adalah milik Kristus, maka siapa pun tidak seharusnya menarik kita atau memisahkan kita dari Dia. Kita pun tidak seharusnya memiliki kedambaan yang lain selain Dia. Dalam hal ini kita perlu berjaga-jaga, karena pikiran kita dapat saja disesatkan sehingga kita kehilangan hati yang suci dan murni terhadap Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya.
Setiap kita harus memiliki sebuah hati yang tanpa noda dan tidak dijamah oleh siapa pun. Bila kita hanya memikirkan kesenangan diri sendiri, tidak memikirkan Kristus, kita tidak mungkin diperkenan oleh-Nya. Hari ini kita perlu melakukan satu hal, yaitu berkata kepada Tuhan, “Ya Tuhan, aku milik-Mu. Jagalah pakaianku, jagalah hatiku, jagalah pikiranku, jagalah segalaku tetap bersih. Tidak ada siapa pun yang boleh menjamah aku.” Seperti Kidung Agung mengatakan, “Dinda pengantinku, kebun tertutup engkau, kebun tertutup dan mata air termeterai” (Kid. 4:12). Mengapa dikatakan: tertutup, termeterai? Karena kita tidak boleh dimasuki seorang pun, kecuali kekasih kita - Kristus. Kebunku, sumurku, mata airku, hanya untuk Dia. Saudara-saudari, hari demi hari kita harus mempertahankan sikap yang demikian.

14 March 2008

Markus Volume 1 - Minggu 4 Sabtu

Datang sebagai Tabib dan Juru Selamat
Markus 2:17
Yesus mendengarnya dan berkata kepada mereka, “Bukan orang sehat yang mem erlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”

Ayat Bacaan: Mrk. 2:17; Rm. 9:15

Ahli-ahli Taurat menganggap diri mereka benar dalam menyalahkan sang Hamba-Penyelamat karena Dia makan bersama para pemungut cukai dan orang-orang berdosa. Perkataan ahli-ahli Taurat kepada murid-murid Tuhan tersebut menunjukkan bahwa dengan membenarkan diri sendiri, mereka tidak mengenal kasih karunia Allah. Perkataan Tuhan dalam Markus 2:17 menunjukkan bahwa Sang Hamba-Penyelamat menganggap diri-Nya tabib bagi orang-orang yang sakit karena dosa-dosa. Dalam memanggil orang-orang agar mengikuti Dia, Tuhan melayani sebagai seorang Tabib, bukan sebagai hakim. Penghakiman seorang hakim didasarkan pada kebenaran, sedangkan penyembuhan tabib adalah menurut belas kasihan dan kasih karunia. Tuhan datang untuk melayani sebagai seorang Tabib, yaitu Dia datang untuk menyembuhkan, memulihkan, menghidupkan, dan menyelamatkan manusia.
Perkataan Tuhan tentang orang sehat tidak memerlukan tabib mengisyaratkan bahwa ahli Taurat yang membenarkan diri itu tidak menyadari bahwa mereka memerlukan Dia sebagai seorang Tabib. Mereka menganggap diri mereka sendiri sehat. Karena dibutakan oleh pembenaran diri mereka, mereka tidak tahu bahwa mereka sakit. Bukankah kita sering seperti ahli-ahli Taurat yang merasa diri sendiri sehat dan benar? Sesungguhnya yang kita perlukan adalah sorotan terang Tuhan.
Bagaimana caranya kita dapat menerima sorotan terang? Dari pihak Allah, sorotan terang sepenuhnya tergantung pada belas kasihan Allah (Rm. 9:15). Namun demikian, di pihak kita, kita harus memiliki sikap yang tepat yaitu mau dengan rendah hati datang kepada Tuhan, mohon sorotan terang-Nya. Begitu terang-Nya menyinari kita, maka segala dosa dan cemar kita tersingkap. Pada saat itulah kita akan menyadari betapa perlunya kita mengalami Tuhan sebagai Tabib dan Juruselamat kita. Karena itu, marilah kita demi iman dan dengan penuh keberanian datang kepada Tuhan, karena Dialah Tabib dan Juruselamat yang kita perlukan, Dialah jawaban dari segala yang kita butuhkan.

13 March 2008

Markus Volume 1 - Minggu 4 Jumat

Mempertahankan Sukacita Keselamatan
Markus 2:15
Kemudian ketika Yesus makan di rumah orang itu, banyak pemungut cukai dan orang berdosa makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nyamurid-Nya, sebab banyak orang yang mengikuti Dia.

Ayat Bacaan: Kis. 12:3-4; Yer. 15:16; Mrk. 2:15; Yes. 12:3-4; 1 Tes. 5:16

Semua orang yang berdosa telah kehilangan Allah dan juga telah kehilangan kenikmatan akan Allah. Orang-orang berdosa telah dirampas jauh dari Allah dan dari kenikmatan akan Allah dan menjadi hamba dosa. Semua orang berdosa adalah hamba-hamba di bawah kuasa setan, sehingga tidak memiliki kenikmatan dan damai sejahtera. Karena itulah dalam melaksanakan pelayanan Injil Allah, Tuhan Yesus pertama-tama mengampuni dosa-dosa kita dan kemudian membawa kita ke dalam kenikmatan akan Allah. Setelah kita diselamatkan, tidakkah kita mengalami kenikmatan yang dapat dibandingkan dengan kenikmatan dalam suatu perjamuan?
Pada hari kita diselamatkan, kita dapat merasakan betapa sukacitanya batin kita. Rasanya segala sesuatu di surga dan di bumi sangat menyenangkan bagi kita. Ini adalah kenikmatan akan Allah, sukacita keselamatan. Ketika kita memiliki sukacita keselamatan, kita tengah “bersantap” dengan Tuhan Yesus. Banyak orang di antara kita dapat bersaksi bahwa ketika kita mengingat pengalaman keselamatan kita, kita masih dapat merasakan sukacita yang kita alami. Setelah kita beroleh selamat, dan mengetahui bahwa dosa-dosa kita telah diampuni, ada sukacita di dalam kita.
Setelah kita diselamatkan, kita masih perlu mempertahankan sukacita keselamatan kita. Bagaimanakah caranya mempertahankan sukacita keselamatan? Pertama-tama kita harus belajar mengakui dosa-dosa kita dengan tuntas, baik di hadapan Allah maupun di hadapan manusia. Setelah hubungan kita dengan Tuhan dan manusia beres, maka dengan sendirinya akan timbul rasa lapar dan haus terhadap Tuhan dan firman-Nya. Semakin kita menyeru nama Tuhan, kita akan menimba air dengan kegirangan dari mata air keselamatan (Yes. 12:3-4). Tidak hanya demikian, firman Tuhan pun akan menjadi kegirangan dan kesukaan hati kita (Yer. 15:16). Sebagai orang yang telah diselamatkan, mengikuti Tuhan, dan melayani Dia, kita perlu menjaga sukacita keselamatan kita dari hari ke hari. Maka kita akan menjadi orang yang senantiasa bersukacita (1 Tes. 5:16).

12 March 2008

Markus Volume 1 - Minggu 4 Kamis

Firman yang Mengubah
Markus 2:15
Kemudian ketika Yesus makan di rumah orang itu, banyak pemungut cukai dan orang berdosa makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya, sebab banyak orang yang mengikuti Dia.

Ayat Bacaan: Mrk. 2:14-15; Kis. 10:24

Pengajaran Hamba-Penyelamat bukan sekadar memberikan perintah atau doktrin yang mati, melainkan menyuplaikan firman hayat yang memerdekakan orang dari kuasa kegelapan, belenggu setani, keinginan duniawi, dan dari ego. Semua hal ini telah dialami oleh seorang pemungut cukai yang bernama Lewi (Mrk. 2:14). Ketika Hamba-Penyelamat memanggil dia, dia tengah berada di rumah cukai. Mungkin dia berkedudukan tinggi dan memiliki banyak harta. Satu hal yang pasti, Lewi tentu amat mencintai uang dan kedudukan. Namun setelah berjumpa dengan Tuhan, menerima firman hayat, dan mengalami keselamatan, apakah yang Lewi lakukan? Menurut Injil Markus 2:15, Lewi membuka rumahnya, menyiapkan perjamuan, dan mengundang Yesus bersama-sama dengan murid-murid-Nya makan di rumahnya. Tidak hanya itu, dia juga mengundang banyak pemungut cukai lain dan orang berdosa makan bersama-sama di rumahnya.
Perjumpaan langsungnya dengan Hamba-Penyelamat telah mengubah Lewi dari seorang yang tadinya melayani diri sendiri menjadi orang yang membuka rumahnya, mengeluarkan harga untuk menyiapkan perjamuan, dan mengundang banyak pemungut cukai dan orang berdosa makan di rumahnya. Dengan mengadakan perjamuan di rumahnya, Lewi memberi kesempatan yang baik bagi Tuhan untuk menyelamatkan teman-temannya, orang-orang berdosa. Dia benar-benar telah dilepaskan dari cinta akan uang dan kedudukan.
Dalam Kisah Para Rasul 10:24, kita juga melihat teladan Kornelius yang telah membuka rumahnya demi tujuan Injil. Ia mengumpulkan sanak saudaranya dan sahabat-sahabatnya di rumahnya untuk mendengarkan Injil. Menurut kondisi kita hari ini, bisakah kita melakukan hal yang sama? Relakah kita membuka rumah kita dan mengundang sanak saudara dan sahabat-sahabat kita untuk mendengarkan Injil? Janganlah kita berkata bahwa kita tidak memiliki apapun untuk dipersembahkan. Kita perlu berdoa pada Tuhan, agar Dia menjadikan kita saluran berkat melalui apa adanya kita dan apa yang kita miliki. Dengan demikian banyak orang dosa yang dibawa kepada Tuhan melalui kita.

11 March 2008

Markus Volume 1 - Minggu 4 Rabu

Memimpin Orang kepada Firman yang Hidup
Markus 2:11-12a
“Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tikarmu dan pulanglah ke rumahmu!” Orang itupun bangun, segera mengangkat tikarnya dan pergi ke luar dari hadapan orang-orang itu, sehingga mereka semua takjub...

Ayat Bacaan: Yoh. 4:24; 1:1; 6:63; Ibr. 1:1-2; Mrk. 2:11-29

Perkataan Tuhan kepada orang yang lumpuh itu bahwa dosa-dosanya sudah diampuni dan bahwa ia harus bangun, mengangkat tikarnya, dan pulang ke rumahnya adalah firman hayat. Setelah mendengar perkataan itu, yang diperlukan oleh orang lumpuh itu adalah percaya, mengaminkan, dan demi iman bertindak menurut perkataan Tuhan. Begitu dia bertindak menurut perkataan Tuhan, seketika itu pula ia mengalami keselamatan yang meliputi pengampunan dosa dan disembuhkan dari kelumpuhannya.
Pelayanan yang tepat adalah pelayanan yang memimpin orang datang kepada Allah, dan membawakan Allah kepada orang. Bagaimanakah hal ini dapat terjadi? Hal ini dapat terjadi karena Allah adalah Roh (Yoh. 4:24) dan Ia terwujud di dalam firman (Yoh. 1:1; 6:63). Firman adalah perwujudan dari Allah yang hidup. Allah kita adalah Allah yang berbicara (Ibr. 1:1-2) dan pembicaraan Allah terkandung dalam Alkitab. Melalui pembicaraan Allah, kita menerima firman, dan firman ini adalah firman hayat. Dalam pelayanan kita, kita harus belajar selangkah demi selangkah memimpin orang menjamah Tuhan melalui firman kudus-Nya, sehingga rohnya berkontak dengan Tuhan sang Roh.
Setiap hari kita perlu datang kepada firman dengan roh yang terbuka dan terlatih. Ketika kita berkontak dengan firman secara memadai melalui membaca dan berdoa, kita akan mengalami “arus listrik” ilahi. Jika kita dengan sikap dan cara yang tepat datang kepada firman, kita akan mengalami aktivitas ilahi yang batini; ada sesuatu yang bergerak di dalam kita, dan kita akan diperkuat, dihibur, dirawat, disuplai, dan disegarkan. Itulah operasi Allah di dalam kita.
Hasil operasi Allah di dalam kita adalah kita dengan spontan memiliki hayat yang dengannya kita dapat memperhidupkan firman hayat kepada orang lain. Jika Allah beroperasi di dalam kita dan kita dipenuhi dengan firman, di mana saja kita berada, dan apa saja yang kita katakan atau lakukan, kita pasti akan menjadi ekspresi dari Allah yang hidup. Setiap orang yang bertemu dengan kita dapat dipimpin kepada Kristus - Firman yang Hidup.

10 March 2008

Markus Volume 1 - Minggu 4 Selasa

Reaksi Ahli-ahli Taurat
Markus 2:8
Tetapi Yesus segera mengetahui dalam hati-Nya, bahwa mereka berpikir demikian, lalu Ia berkata kepada mereka, “Mengapa kamu berpikir begitu dalam hatimu?”

Ayat Bacaan: Mrk. 2:8; 12:24; Gal. 2:16; Ef. 4:20

Ahli-ahli Taurat mengira bahwa mereka mengerti Alkitab, mengira bahwa hanya Allah yang berkuasa untuk mengampuni dosa-dosa, dan bahwa Yesus, yang dalam pandangan mereka hanya sebagai manusia, telah menghujat Allah ketika Dia mengatakan “dosa-dosamu telah diampuni”. Ini menunjukkan bahwa mereka tidak menyadari bahwa Yesus adalah Allah, dan mereka tidak mempunyai iman.
Dalam hati mereka menuduh Yesus telah menghujat Allah. Mereka seolah-olah berkata, “Siapakah orang ini sehingga berhak mengampuni dosa-dosa? Hanya Allah yang memiliki kekuasaan melakukan hal tersebut. Kita mengenal orang ini adalah orang Nazaret. Bagaimana mungkin seorang Nazaret yang hina dapat mengampuni dosa-dosa seseorang? Tetapi Hamba-Penyelamat mengetahui iman orang-orang yang mencari-Nya dan dosa-dosa orang yang sakit (Mrk. 2:5), serta pemikiran dalam batin para ahli Taurat. Ini menunjukkan bahwa Dia mahatahu. Kemahatahuan-Nya ini menyatakan atribut ilahi-Nya. Iman yang sejati ialah iman yang percaya bahwa Tuhan Yesus adalah Allah. Kita dibenarkan oleh iman, bukan karena melakukan hukum Taurat (Gal. 2:16). Kebenaran Allah telah dinyatakan tanpa hukum Taurat, dan telah dinyatakan melalui kita percaya kepada Yesus Kristus.
Di dalam Markus 12:24 dikatakan, ”Jawab Yesus kepada mereka, ’Kamu sesat, justru karena kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah.’” Kita perlu menjadi orang yang percaya dan mengenal kuasa Allah, yaitu kuasa yang sama yang dikerjakan Allah di dalam Kristus. Dalam hidup gereja, janganlah kita menjadi orang yang suka mengkritik. Janganlah kita menjadi orang yang suka menggembosi keadaan. Jika kita selalu bersikap demikian, itu menunjuk­kan bahwa hati kita seperti hati ahli-ahli Taurat yang tidak percaya terhadap kuasa Allah. Hati yang tidak murni sehingga tidak dapat melihat Allah. Hendaklah kita senantiasa menjaga hati kita murni di dalam hidup gereja. Hati yang percaya dan beriman bahwa Allah mampu melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan (Ef. 4:20).

09 March 2008

Markus Volume 1 - Minggu 4 Senin

Yesus Melihat Iman Mereka
Markus 2:5
Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: “Hai anak-Ku, dosa-dosamu sudah diampuni!”

Ayat Bacaan: Mrk. 2:1-5; Rm. 10:17

Ketika Tuhan sedang mengajar orang-orang yang mengerumuni-Nya di sebuah rumah di Kapernaum, seorang yang lumpuh digotong oleh empat orang datang ke hadapan-Nya (Mrk. 2:1-3). Untuk dapat membawa orang lumpuh tersebut kehadapan Tuhan, empat orang tersebut harus melakukan suatu perbuatan yang liar. Mereka membuka atap rumah dan menurunkan tilam tempat orang lumpuh itu terbaring (Mrk. 2:4). Namun ketika orang lumpuh itu dibawa ke hadapan Tuhan dengan cara yang demikian, Tuhan tidak menegur perbuatan keempat orang tersebut. Sebaliknya ketika Tuhan melihat iman mereka, maka orang lumpuh tersebut menerima pengampunan dosa dan disembuhkan.
Hanya Allah yang dapat melihat iman manusia. Di dalam Roma 10:17 Paulus berkata bahwa “iman timbul dari pendengaran oleh firman Kristus”. Ini menunjukkan bahwa keempat orang yang menggotong itu telah telah mendengar hal mengenai sang Hamba-Penyelamat. Keempat orang tersebut percaya bahwa dengan membawa orang lumpuh tersebut ke hadapan Tuhan maka dia akan disembuhkan.
Ketika orang lumpuh itu dibawa kepada Tuhan, Tuhan berkata “Hai anak-Ku, dosa-dosamu sudah diampuni!” Perkataan ini menunjukkan bahwa orang tersebut lumpuh karena dosa sehingga tidak bisa berjalan dan bergerak di hadapan Allah. Saudara-saudari, kita perlu menyadari bahwa hari ini semua orang dosa adalah lumpuh di mata Allah. Mereka tidak mempunyai kekuatan untuk datang kepada Tuhan. Mereka membutuhkan kita sebagai “empat orang” yang memiliki iman untuk membawa mereka datang kepada Tuhan. Untuk memiliki iman yang demikian maka kita perlu setiap hari menikmati firman Tuhan. Semakin kita menikmati firman Tuhan setiap hari, semakin besar pula iman yang kita miliki. Jika hari ini kita merasa takut memberitakan injil, membawa orang beroleh selamat, ini menunjukkan bahwa kita kekurangan iman. Oleh karena itu, kita perlu lebih banyak mendoa bacakan firman sampai menjadi iman di dalam kita.

08 March 2008

Markus Volume 1 - Minggu 4 Minggu

Melayani dalam Koordinasi
Markus 2:3
Ada orang-orang datang membawa kepada-Nya seorang lumpuh, digotong oleh empat orang

Ayat Bacaan: Pkh. 4:12; Mrk. 2:3

Setibanya Yesus di Kapernaum, datanglah banyak orang dari berbagai tempat hendak menemui Yesus. Di antara orang banyak itu terdapat seorang lumpuh yang digotong oleh empat orang. Tetapi karena orang banyak itu, mereka tidak dapat membawanya kepada Yesus. Mereka lalu membuka atap dan menurunkan tilam, tempat orang lumpuh itu terbaring.
Orang yang lumpuh ini melambangkan seorang berdosa yang lumpuh karena dosa, orang yang tidak mampu berjalan, dan bergerak di hadapan Allah. Kegairahan mereka dalam mencari penyembuhan dari Hamba-Penyelamat memaksa pencari-pencari itu mendobrak rintangan. Kemudian melalui atap mereka menurunkan tempat tidur, kasur atau tilam kecil, di mana orang sakit itu berbaring. Hasil dari kerjasama keempat orang itu membuat orang lumpuh itu datang kepada Tuhan dan dipulihkan.
Bila kita memiliki empat orang rekan rohani yang mendukung kita dari setiap arah, kita tidak akan jatuh, meskipun kondisi kita lemah. Bila seseorang berdiri sendiri, dia mungkin akan dapat ditangkap oleh musuh. Merupakan hal yang baik bagi empat atau lima saudara berkumpul bersama-sama sebagai rekan rohani. Marilah kita saling menjadi rekan rohani satu dengan yang lainnya agar kerohanian kita terjaga dan terbina dengan baik.
Berkoordinasi dalam pelayanan akan menghasilkan api injil yang besar, Oleh karena itu dalam menempuh hidup gereja bersama-sama, kita dapat membuka rumah dan pergi keluar merawat kaum imani yang lemah, serta menginjil bersama. Pengkhotbah 4:12 berkata, “tali tiga lembar tidak mudah diputuskan.” Bila seorang memiliki empat orang rekan rohani, mereka berlima akan menjadi seutas tali lima ganda. Pemberitaan Injil dari kelima orang ini akan memiliki kekuatan. .
Kita harus mohon kepada Tuhan untuk memiliki empat atau lima orang rekan rohani. Dengan diri sendiri kita tidak mampu melakukan banyak hal, tetapi ketika kita memiliki empat orang rekan rohani, kita akan mampu melakukan banyak hal. Dengan jalan demikian Tuhan akan mendapatkan kemuliaan.

07 March 2008

Markus Volume 1 - Minggu 3 Sabtu

Menghindari Publisitas
Yohanes 5:41
Aku tidak memerlukan hormat dari manusia.

Ayat Bacaan: Mrk. 1:44; 5:43; 7:36; 9:9; Yes. 42:2; Yoh. 5:41

Setelah mentahirkan orang sakit kusta, Tuhan Yesus memperingatkan dengan keras dan berkata, “Ingat, jangan katakan sesuatu kepada siapa pun juga, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk upacara penyucianmu persembahan, yang diperintahkan oleh Musa, sebagai bukti bagi mereka” (Mrk. 1:44). Peringatan sedemikian itu di seluruh catatan pelayanan Injil Hamba-Penyelamat cukup menonjol (Mrk.5:43; 7:36; 9:9). Hal ini serupa dengan apa yang dinubuatkan tentang karakter-Nya yang pendiam dalam Yesaya 42:2. Dia menghendaki pekerjaan-Nya dikerjakan dalam gerakan yang terbatas yang mutlak sesuai dengan tujuan Allah, bukan dipromosikan oleh kegairahan dan propaganda manusia.
Tuhan Yesus berkata, “Aku tidak memerlukan hormat dari manusia”(Yoh. 5:41). Tetapi kita mungkin sebaliknya, selalu ingin mendapatkan hormat dari manusia. Jika orang memberikan hormat kepada kita, maka kita bersukacita; tetapi kalau orang tidak memberi kita hormat, kita segera kecewa dan putus asa. Namun Tuhan di aspek negatif tidak menerima hormat apapun dari manusia, Dia tidak mengharapkan apapun, Dia tidak menerima apapun. Sebab itu, Dia tidak kecewa atau putus asa.
Saudara Watchman Nee adalah seorang yang tidak mencari nama, selain untuk hal-hal yang membawa tanggung jawab dalam karya-karya tulis, barulah dicantumkan namanya. Asal dapat dihindari, dia sedapatnya menghindarinya; jika dapat menyembunyikan diri, dia sedapat mungkin menyembunyikan diri. Dia tidak mau terkenal. Dalam perasaannya, seorang hamba Tuhan seharusnya rendah, tidak menerima hormat dari manusia. Namun banyak orang Kristen, bahkan tidak sedikit hamba Tuhan, yang lebih senang mendapatkan nama bagi dirinya. Tuhan pernah berkata bahwa seorang hamba tidaklah lebih daripada tuannya (Yoh. 13:16). Kalau Tuhan kita tidak mencari nama, patutkah kita mencarinya bagi diri kita?

06 March 2008

Markus Volume 1 - Minggu 3 Jumat

Demi Iman Datang kepada Yesus
Markus 1:40
Seorang yang sakit kusta datang kepada Yesus, dan sambil berlutut di hadapan-Nya ia memohon bantuan-Nya, katanya: “Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku.”

Ayat Bacaan: Yes. 14:12-14; Mat. 8:17

Dalam Perjanjian Lama tugas seorang imam adalah melayani Allah. Imam juga adalah orang yang taat mengikuti urapan, seorang yang kudus dan tidak bercacat atau berpenyakit apa pun. Hari ini setiap orang yang telah percaya dan dibaptis sebenarnya adalah imam-imam yang melayani Allah, oleh sebab itu kita perlu dikuduskan dan ditahirkan, sedikit saja ada penyakit membuat kita tidak dapat melayani Allah.
Kita harus ditahirkan dari penyakit kusta, yaitu penyakit pemberontakan. Dalam Yesaya 14:12-14 Iblis hanya mengatakan aku hendak dan masih belum dilakukan, namun hal itu di pandangan Allah dihitung sebagai pemberontakan. Dalam pelayanan kita, sering kali banyak benih pemberontakan. Misalkan ada saudara yang memimpin memutuskan sesuatu yang bertentangan dengan kita, mungkin kita diam secara luaran namun apakah di dalam kita juga diam? Kebanyakan kita memiliki cerita yang di dalam. Oleh sebab itu kita perlu belas kasih Tuhan untuk menyelamatkan kita dari sifat kita yang memberontak.
Puji Tuhan, Hamba Penyelamat yang kita miliki adalah persona yang telah datang ke dalam dunia dan membawakan kesembuhan bagi kita. Sebelum mati di atas salib, Ia sudah menanggung kesengsaraan kita dan memikul kelemahan kita. Ketika Tuhan di bumi, Dia menganggap penyakit sebagai tanggungan atau urusan-Nya. Asalkan kita mau datang kepada-Nya, maka Dia akan menyembuhkan segala penyakit kita. Mungkin sifat memberontak ini mulai timbul di dalam kita maka kita harus secepatnya memalingkan hati dan pikiran kita kepada Tuhan. Kita dapat berkata, “Tuhan selamatkan aku dari sifat pemberontakku, aku mau menjadi orang yang taat”.
Dalam Matius 8:17 dikatakan “Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita.” Semoga kita dengan penuh keberanian dapat datang kepada Tuhan sehingga dengan kondisi kita yang sehat, pelayanan kita berada di jalur yang tepat dan diperkenan oleh Allah. Karenanya kita perlu darah adi Tuhan yang senantiasa membasuh segala kecemaran, benih pemberontakan dalam kita.

05 March 2008

Markus Volume 1 - Minggu 3 Kamis

Kekuatan untuk Melayani
Markus 1:35
Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang terpencil dan berdoa di sana.

Ayat Bacaan: 1 Kor. 15:58; Mrk. 1:35

Tuhan Yesus adalah teladan yang baik, Ia bangun pagi-pagi benar waktu hari masih gelap untuk berlutut berdoa dan mencari kehendak Bapa sehingga Bapa adalah sumber dari setiap pelayanan-Nya. Tuhan Yesus saja perlu berdoa untuk pelayanan-Nya, apa lagi kita lebih-lebih juga perlu berdoa.
Siapa yang bangunnya pagi-pagi, dia akan mendapatkan banyak faedah rohani. Doa pada pagi-pagi hari menghasilkan faedah yang lebih besar dibanding doa pada waktu biasa. Pembacaan Alkitab di pagi hari menghasilkan faedah yang lebih besar dibanding pembacaan Alkitab di waktu biasa. Persekutuan dengan Tuhan pada waktu pagi-pagi hari memberikan faedah yang lebih besar dibanding persekutuan dengan Tuhan pada waktu biasa. Pagi-pagi adalah waktu yang paling baik. Kita tidak seharusnya menggunakan waktu yang paling baik untuk perkara-perkara yang lain. Kita harus menggunakan waktu yang paling baik dalam satu hari, yaitu pagi-pagi hari, di hadapan Tuhan.
Banyak orang Kristen menggunakan waktu sepanjang hari untuk perkara-perkara yang lain, sampai malam hari, sewaktu ia paling lelah, hampir naik tempat tidur, baru berlutut berdoa, membaca Alkitab. Tidak heran kalau pembacaan Alkitabnya tidak baik, doanya tidak baik, persekutuannya dengan Tuhan juga tidak baik, karena ia bangun terlalu lambat. Sebab itu begitu kita percaya Tuhan, harus belajar pada pagi-pagi hari meluangkan waktu untuk bersekutu dengan Allah, berhubungan dengan Allah.
I Korintus 15:58 mengatakan bahwa “...dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia”. Jadi ketika persekutuan kita dengan Tuhan baik maka jerih payah (pelayanan) kita tidak menjadi sia-sia. Semoga apa yang telah kita nikmati tidak hanya menjadi teori semata tetapi juga dapat diterapkan dalam kehidupan kita. Saudara Watchman Nee pernah berkata bahwa Allah lebih mementingkan apa adanya kita, daripada apa yang kita kerjakan. Pelayanan kita seharusnya merupakan pengaliran keluar dari kenikmatan kita terhadap Tuhan.

04 March 2008

Markus Volume 2 - Minggu 3 Sabtu

Hati yang Menumbuhkan Benih Hayat Ilahi
Markus 4:20
Dan akhirnya yang ditaburkan di tanah yang baik, ialah orang yang mendengar dan menyambut firman itu lalu berbuah, ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, dan ada yang seratus kali lipat.

Ayat Bacaan: Mrk. 4:8, 20; Yes. 5:2; Mzm. 65:11

Tanah yang baik menunjukkan hati yang baik, yang tidak dikeraskan oleh lalu lintas duniawi, yang tidak ada dosa yang tersembunyi, dan yang tidak ada kekhawatiran dunia, serta tipu daya kekayaan. Hati yang sedemikian, setiap jengkalnya merupakan tempat bagi tertampungnya firman, agar firman itu dapat bertumbuh, berbuah dan bahkan menghasilkan buah seratus kali lipat (Mrk. 4:8, 20). Hati yang baik adalah hati yang tidak ada lalu lintas duniawi, tidak berbatu-batu, dan tidak ada semak duri. Tidak ada dosa yang tersembunyi, egois, nafsu atau daging, dan tidak ada kekhawatiran dunia atau tipu daya kekayaan. Hati yang demikian adalah tanah yang baik yang menumbuhkan Kristus, yang menumbuhkan kerajaan.
Yesaya 5:2 mengatakan bahwa dalam menggarap kebun anggur, petani perlu mencangkul dan membuang batu-batunya. Hanya hati lemah lembut yang dapat membuat firman Allah bertumbuh dan berbuah. Mazmur 65:11 mengatakan, “Engkau mengairi alur bajaknya, Engkau membasahi gumpalan-gumpalan tanahnya, dengan dirus hujan Engkau menggemburkannya; Engkau memberkati tumbuh-tumbuhannya.” Hati yang baik adalah hati yang telah dibajak seluruhnya sehingga menjadi lembut terhadap Tuhan. Terhadap firman Allah, kita mempercayai setiap kata, mengaminkan setiap kata. Bagaimana firman Allah mengatakan, kita bisa membuat diri kita sesuai dengan firman Allah. Jika kita memiliki hati sedemikian, maka firman Allah dapat bertumbuh dan berbuah di dalam kita, ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang seratus kali lipat (Mrk. 4:20).
Kerajaan Allah hanya dapat bertumbuh di atas tanah yang baik. Kerajaan tidak dihasilkan oleh pekerjaan kita, tetapi hanya dihasilkan oleh pertumbuhan Kristus di dalam kita. Jika kita dengan ketat menanggulangi dosa, dunia, dan kekuatiran hidup, maka semua perkara yang menduduki kita akan disingkirkan dari diri kita. Hasilnya, hati kita akan menjadi tanah yang baik dan murni. Hati yang baik bekerja sama dengan benih hayat ilahi yang ditabur ke dalamnya untuk bertumbuh dan menghasilkan buah secara spontan bagi ekspresi Allah.

Markus Volume 1 - Minggu 3 Rabu

Disembuhkan untuk Melayani
Markus 1:31
Ia pergi ke tempat perempuan itu, dan sambil memegang tangannya Ia membangunkan dia, lalu lenyaplah demamnya. Kemudian perempuan itu melayani mereka.

Ayat Bacaan: Mat. 9:35; Mrk. 1:31

Sebagaimana cahaya terang membatalkan kegelapan, demikian juga kesembuhan membatalkan kematian. Semua penyakit, semua kelemahan, mengarah kepada kematian. Karena itu, disembuhkan adalah ditolong dari kematian. Sebagai Penyembuh, Kristus menyembuhkan penyakit dan kelemahan kita. Matius 9:35, mengatakan, “...segala penyakit dan kelemahan.” Ini melambangkan penyakit rohani.
Markus 1:31 menceritakan ibu Simon yang sakit demam. Penyakit adalah akibat dari dosa dan menunjukkan suatu kondisi yang tidak normal. Demam, menandakan suatu keadaan yang tidak stabil. Hari ini di dalam kehidupan kristiani kita sebenarnya juga demikian. Ada banyak ketidaknormalan, ketidakstabilan, terutama di dalam emosi kita. Sedikit ada perkataan yang tidak menyenangkan, pekerjaan tidak selesai, anak-anak yang nakal dapat membuat temperamen kita naik. Dalam pelayanan disinggung sedikit sudah tidak mau melayani. Ini adalah kondisi yang kasihan dimana banyak orang telah menjadi “demam”.
Bagaimana orang yang demam (tidak normal) dapat melayani? Dapat dipastikan bahwa orang-orang yang dilayani pun akan mengalami ketidaknormalan atau “demam”. Oleh sebab itu setiap orang memerlukan Sang Penyembuh sejati yang dapat melepaskan kita dari “demam” rohani ini. Ketika kita disembuhkan dari demam ini maka kita dengan otomatis akan melayani seperti yang dilakukan oleh ibu mertua Simon.
Kemudian bagaimana kita dapat disembuhkan dari sakit ini? Kita memerlukan Tuhan untuk mengulurkan tangan-Nya menjamah kita. Di pihak Tuhan tidak ada masalah, namun bagaimana di pihak kita? Apakah kita mau terbuka terhadap jamahan Tuhan dan membiarkan Dia menyembuhkan kita? Semoga melalui kesembuhan kita, kita dapat memiliki pelayanan yang sehat di dalam kehidupan gereja dan di hadapan Tuhan. Ingatlah, hasil dari kesembuhan dari segala penyakit rohani, adalah membuat kita melayani Tuhan.

03 March 2008

Markus Volume 1 - Minggu 3 Selasa

Dilepaskan dari Kuasa Kegelapan
Kisah Para Rasul 26:18
Untuk membuka mata mereka, supaya mereka berbalik dari kegelapan kepada terang dan dari kuasa Iblis kepada Allah,...

Ayat Bacaan: Mrk. 1:23; Kis. 26:18; Ef. 5:16

Dalam Markus 1:23 kata “roh jahat” mengacu kepada Satan yang ikut serta dalam pemberontakan Iblis, keduanya berbuat jahat kepada manusia demi kerajaan mereka. Hari ini dunia sedang berada di bawah cengkeraman kekuasaan Iblis dan para pengikutnya. Apa buktinya? Dunia hari ini telah dipenuhi oleh hal-hal yang memikat manusia sehingga manusia tidak ada kesempatan untuk datang kepada Allah. Contohnya hari minggu adalah hari Tuhan, seharusnya dipersembahkan kepada Tuhan, namun karena hobi, pekerjaan, kesibukan maka tidak datang untuk beribadah kepada-Nya. Mengapa bisa terjadi demikian? Karena keterikatan kita terhadap dunia begitu kuat sehingga kita tidak ada kekuatan untuk dapat terlepas. Bagaimana dengan kehidupan kita apakah kita juga demikian?
Namun kita harus mengucap syukur kepada Allah yang begitu mengasihi kita sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal kepada kita sebagai Hamba Penyelamat yang melayani kita. Melalui kematian dan kebangkitan-Nya Ia telah menghancurkan kerajaan Iblis beserta dengan para pengikutnya dan melepaskan kita dari keterikatan dunia ini. Lalu bagaimana caranya kita dapat terlepas? Asalkan kita terus datang kepada Allah dan mempersembahkan tekad kita kepada-Nya, maka Ia akan datang melayani kita dan Dia akan menguatkan kita dengan kekuatan-Nya. Sehingga dunia tidak ada kekuatan apa pun untuk mengikat kita. Kristus seperti magnet yang besar yang sanggup membuat benda-benda yang ada di sekitar melekat kepada-Nya.
Karena itu saudara saudari, janganlah kita menjauh dari Tuhan tetapi usahakanlah diri kita terus dekat bahkan terus melekat dengan Tuhan sehingga dunia tidak ada kesempatan untuk mendekati atau mempengaruhi kehidupan kita. Semoga Tuhan terus menjaga hari-hari kita dari tipuan licik musuh. Kita perlu sadar bahwa hari-hari ini adalah jahat. Iblis akan sekuatnya untuk merebut kita dari Allah. Pergunakanlah waktu kita dengan sebaik-baiknya, jangan menghamburkannya untuk memuaskan hawa nafsu kita (Ef. 5:16).

02 March 2008

Markus Volume 1 - Minggu 3 Senin

Menjadi Penjala Manusia
Markus 1:17
Yesus berkata kepada mereka: “Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.”

Ayat Bacaan: Mrk. 1:17; Luk. 5:10; Mat. 4:19; Kis. 2:38; 11:15

Dalam Lukas 5:10 Tuhan Yesus berkata kepada Simon, “Jangan takut, mulai sekarang engkau akan menjala manusia.” Ini adalah panggilan Tuhan kepada Petrus melalui suatu mujizat dalam hal menjala ikan. Kata Yunani untuk “menjala” adalah zogreo, yang terdiri atas zoos, hidup dan agreuo, menangkap; jadi artinya, menangkap hidup-hidup, menangkap tawanan perang hidup-hidup, bukan membunuhnya. Para nelayan biasanya menangkap ikan untuk mematikannya. Tetapi Petrus dipanggil Tuhan untuk menjadi penjala manusia (Mat. 4:19) untuk menjala manusia supaya membuatnya hidup, mendapatkan hayat (Kis. 2:38; 11:15).
Ketika Petrus dan Andreas dipanggil oleh Tuhan, mereka sedang menebarkan jala ke laut. Tuhan memanggil mereka untuk mengikuti-Nya dan berjanji akan menjadikan mereka penjala manusia. Jika kita mengikuti Tuhan kita harus menjadi penjala manusia! Inilah pekerjan kita yang utama. Kita harus menjadi penjala–penjala manusia, yang membawa orang-orang kepada Kristus dan ke dalam perhimpunan kelompok. Untuk ini kita harus berjerih lelah untuk mengontaki semua teman dan tetangga-tetangga kita.
Kita harus ingat bahwa dalam jerih lelah Injil, kita adalah penjala manusia (Mat. 4:19). Hari ini memberitakan Injil bukan lagi dilakukan oleh penginjil saja, tetapi dilakukan oleh semua orang Kristen. Jalan paling praktis bagi kita bisa menjadi penjala manusia adalah dengan berdoa, setiap hari pergi menjenguk dan memberitakan injil. Memang pengalaman pribadi kita harus diperdalam, tetapi setiap orang tetap perlu melakukan pekerjaan pemberitaan Injil. Tidak boleh dengan menuntut kerohanian sebagai alasan, lalu tidak memberitakan Injil. Sebaliknya setiap orang yang penuntutan hayat rohaninya semakin dalam, pasti semakin baik juga dalam pemberitaan Injil. Dengan ini barulah pekerjaan gereja yang sempurna dapat dinyatakan. Hendaklah kita menjadi orang yang seimbang, bukan hanya di dalam berdoa dan membaca Alkitab di rumah, tetapi juga pergi ke luar, menjadi penjala manusia.

01 March 2008

Markus Volume 1 - Minggu 3 Minggu

Dipanggil untuk Diselamatkan
Markus 1:14-15
Sesudah Yohanes ditangkap datanglah Yesus ke Galilea memberitakan Injil Allah, kata-Nya: “Saatnya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil.”

Ayat Bacaan: Mrk. 1:14-15; Rm. 10:9; Yoh. 8:12; 9:5; Mat. 4:12-16

Menurut Markus 1:14, Yesus datang ke Galilea memberitakan Injil Allah. Pemberitaan Hamba-Penyelamat adalah untuk memberitakan kabar kesukaan Allah kepada orang-orang terbelenggu yang patut dikasihani. Kejatuhan manusia ke dalam dosa merusak persekutuannya dengan Allah. Akibatnya, manusia bersikap masa bodoh terhadap pengetahuan tentang Allah. Sikap masa bodoh ini mula-mula mendatangkan kegelapan dan kemudian kematian. Hamba-Penyelamat, sebagai terang dunia (Yoh. 8:12; 9:5) datang ke Galilea, tanah kegelapan, tempat orang-orang diam di dalam bayang-bayang maut, dan Ia datang sebagai terang yang besar untuk menyinari mereka (Mat 4:12-16). Hari ini kita perlu tahu dimanakah kita? Memang Tuhan sudah menyelamatkan kita dari dosa tetapi apakah kita masih tetap tinggal di Galilea, di tanah kegelapan yang penuh bayang–bayang maut? Pekerjaan, keluarga, hobi dan cita- cita kita mungkin saja adalah dunia yang menutupi kita sehingga kita tidak bisa melihat terang Allah.
Sekarang kita telah beroleh selamat. Namun kalau kita mengenang kembali pengalaman-pengalaman kita sebelum diselamatkan, apa yang dapat kita saksikan tentang sikap kita terhadap Allah? Bagaimana keadaan akal budi dari orang dosa di hadapan Allah? Jika setelah ia menerima terang Allah pada waktu beroleh selamat, kemudian dilanjutkan dengan akal budinya yang setiap hari terbuka terhadap Allah, tentu keadaannya tidak akan tak berdaya dan lemah seperti saat ini. Kalau kita mempunyai akal budi yang setiap hari terbuka terhadap Alah, kita akan menerima banyak terang. Hanya terang yang berasal dari Allah yang dapat menyelamatkan kita.
Hari ini Allah masih memanggil kita untuk keluar dari kegelapan dan bayang–bayang maut ini. Karena itu luangkanlah waktu setiap hari untuk menikmati Firman-Nya, sehingga kita bisa mendapatkan terang Allah dan semakin mendapatkan hayat-Nya. Dengan demikian kita akan memiliki kekuatan untuk menangkal segala kuasa kegelapan yang mencoba menaungi kita.