Hitstat

31 October 2008

Lukas Volume 2 - Minggu 1 Sabtu

Jangan Mencobai Tuhan, Allahmu!
Lukas 4:12-13
Yesus menjawabnya, kata-Nya: “Ada firman: Jangan engkau mencobai Tuhan, Allahmu!” Sesudah Iblis mengakhiri semua pencobaan itu, ia mundur dari pada-Nya dan menunggu waktu yang baik.

Ayat Bacaan: Luk. 4:9-13; Rm. 11:36

Dalam Lukas 4:9-11 terdapat pencobaan Iblis yang ketiga terhadap Manusia-Penyelamat: “Kemudian ia membawa Yesus ke Yerusalem dan menempatkan Dia di puncak Bait Allah, lalu berkata kepada-Nya, ‘Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu dari sini ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau, Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya untuk melindungi Engkau, dan mereka akan menerima Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu.” Tetapi Yesus menjawab dan berkata kepadanya, “Ada firman: Jangan engkau mencobai Tuhan, Allahmu!” (Luk. 4:12). Pencobaan ini berhubungan dengan agama.
Iblis mencobai Manusia-Penyelamat agar memamerkan dari puncak Bait Allah bahwa Dia adalah Putra Allah. Tetapi Tuhan Yesus tidak perlu melakukan hal itu. Itu adalah pencobaan Iblis untuk memperlihatkan bahwa sebagai Putra Allah Dia mampu bertindak dengan ajaib. Seandainya Iblis tidak mencobai kita dalam masalah penghidupan kita, ia pasti mencobai kita dalam masalah keagamaan. Anda mungkin mendambakan menjadi tokoh agama, diakui sebagai rohaniwan yang berpengaruh. Orang lain harus berjalan turun perlahan-lahan dari bubungan bait, tetapi Anda, cukup dengan satu lompatan.
Jika kita ingin menjadi termashyur dalam agama Kristen, berhasil diakui sebagai orang yang “super”, maka kita telah menyerah pada godaan ini. Kita telah dikalahkan oleh musuh. Namun, apabila kita berhasrat mengalahkan musuh dalam ujian ini, kita harus tidak meloncat dari bait; sebaliknya kita harus berjalan menuruninya selambat mungkin; supaya orang lain mengira kita lemah dan tidak berkekuatan, melainkan hanya bersandar pada Allah saja.
Jangan pernah melakukan sesuatu untuk membuktikan bahwa kita mampu. Biarlah orang-orang mengira kita tidak ada apa-apanya. Saudara-saudari apabila kita ingin mengalahkan musuh, kita harus tidak menjadi apa-apa. Sesungguhnya, kita bukan apa-apa, Kristus itulah segala sesuatu kita. Jika kita mengambil kedudukan bukan apa-apa, kita akan membunuh musuh. Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! (Rm. 11:36)

30 October 2008

Lukas Volume 2 - Minggu 1 Jumat

Menyembah Allah dan Hanya Berbakti Kepada-Nya
Lukas 4:8
Tetapi Yesus berkata kepadanya: “Ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!”

Ayat Bacaan: Yeh. 28:13-14; Yoh. 12:31; Yes. 14:12-15; Why. 20:7-10

Perkataan Iblis kepada Tuhan Yesus bahwa semua kerajaan di bumi telah diserahkan kepadanya memang benar demikian. Penyerahan tersebut pasti terjadi di zaman sebelum Adam, yakni ketika Allah mengurapi penghulu malaikat untuk menjadi kepala zaman sebelum Adam (Yeh. 28:13-14). Pada saat itu kekuasaan dan kemuliaan kerajaan di bumi pasti telah diberikan kepadanya. Firman Tuhan dalam Yohanes 12:31 menegaskan hal ini. Setelah ia memberontak melawan Allah dan menjadi musuh Allah, ia dihakimi oleh Allah (Yes. 14:12-15), tetapi eksekusi penghakiman Allah atas dirinya baru tergenap pada akhir Kerajaan Seribu Tahun (Why. 20:7-10).
Sebelum tibanya waktu eksekusi hukuman atas Iblis, ia masih memiliki kuasa atas kerajaan-kerajaan di bumi. Ia mencobai Tuhan Yesus dengan menawarkan kuasa dan kemuliaannya ini kepada-Nya. Tawarannya yang jahat ditolak oleh Kristus, tetapi tawaran ini akan diterima oleh Antikristus, manusia durhaka pada akhir zaman ini untuk melaksanakan tipu muslihatnya yang jahat melawan Allah (2 Tes. 2:3-4; Why. 13:4).
Dalam Lukas 4:8 terdapat jawaban Tuhan atas pencobaan Iblis: “Ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!” Manusia-Penyelamat mengalahkan Iblis dengan berdiri pada kedudukan manusia untuk menyembah dan melayani Allah saja. Demi keuntungan materi, menyembah atau melayani sesuatu selain Allah, selalu merupakan cobaan Iblis untuk mendapatkan penyembahan manusia.
Sebelum hari Tuhan datang, pasti akan timbul banyak penyesatan. Iman sebagian besar orang akan berkurang, tidak saja karena mencintai dunia dan menyangkal firman Allah, juga karena iman palsu yang dibuat oleh Iblis. Banyak orang akan susah berlutut berdoa dengan tekun dan berkesinambungan. Mengapa? Karena Iblis terus menawarkan kemuliaan dunia ini kepada anak-anak Allah. Di dalam dunia ini, uang ingin menggantikan Allah meraja atas manusia. Kalau kita ingin melayani Allah dengan setia, kita harus belajar menerima suplai kita dari tangan Allah. Jika tidak, mata kedagingan kita mudah sekali memandang tangan Mamon!

29 October 2008

Lukas Volume 2 - Minggu 1 Kamis

Pengalaman Atas Ujian Mengenai Penghidupan
Lukas 4:3-4
Lalu berkatalah Iblis kepada-Nya: “Jika Engkau Anak Allah, suruhlah batu ini menjadi roti.” Jawab Yesus kepadanya: “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja.”

Ayat Bacaan: Luk. 4:3-4; 2 Tim. 2:4

Banyak keluarga Kristen, khususnya para istri, tidak tahan akan ujian mengenai masalah penghidupan atau kebutuhan pokok sehari-hari. Biasanya para istri akan sangat memperhatikan jaminan hidup seperti makanan yang baik, pakaian yang layak, dan rumah yang baik. Walau hal ini kedengarannya wajar, namun seringkali merupakan suatu problema bagi para suami Kristen yang ingin melayani Tuhan secara total.
Seorang pelayan Tuhan bernama Witness Lee pernah bersaksi demikian, “Ketika pada tahun 1933 aku dipanggil oleh Tuhan untuk melayani Dia dengan meninggalkan pekerjaanku, iparku berkata, “Kau telah mempunyai pekerjaan yang baik. Kau mampu membiayai keluargamu serta membantu yang lain. Kau pun dapat berkhotbah pada hari Minggu. Mengapa harus melepaskan mata-pencaharianmu? Bagaimana kau mampu menempuh hidup? Bagaimana dengan istri dan anak-anakmu?’ Namun mereka tidak dapat mencegahku untuk melayani Tuhan sepenuhnya. Sering kali iparku bahkan menyuruh anak perempuannya yang kecil menyelinap ke dapur untuk melihat apakah kami ada makanan.”
Banyak orang Kristen yang mungkin tergerak untuk melayani Tuhan sepenuhnya. Namun begitu mereka menyadari bahwa jalan ini sempit, mereka lalu khawatir akan apa yang bakal terjadi dengan penghidupan mereka dan memutuskan untuk melupakan minat itu. Untuk mengambil jalan sempit ini, kita harus hidup bersandar iman di dalam Allah. Walau mungkin hampir setiap hari kita diuji akan apa yang akan kita makan, namun pada saat bersamaan kita justru menikmati makanan yang rohani, yakni firman Allah.
Godaan dari Iblis adalah agar kita selalu mandiri terhadap Allah. Dia tidak selalu menggoda kita untuk berbuat jahat. Mengubah batu menjadi roti memang dapat memuaskan kebutuhan tubuh, tetapi semua itu dapat membuat manusia meninggalkan Allah dan mengikuti Iblis. Demi kehendak Allah, Tuhan Yesus rela melupakan keperluan diri-Nya sendiri. Saudara saudari terkasih, adakah kita memiliki pengalaman yang demikian? “Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya” (2 Tim. 2:4).

28 October 2008

Lukas Volume 2 - Minggu 1 Rabu

Manusia Hidup Bukan Dari Roti Saja
Lukas 4:3-4
Lalu berkatalah Iblis kepada-Nya: “Jika Engkau Anak Allah, suruhlah batu ini menjadi roti.” Jawab Yesus kepadanya: “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja.”

Ayat Bacaan: Luk. 4:3-4; Kej. 3:1-6; 2 Tim. 2:4

Mengubah batu menjadi roti itu benar-benar suatu mujizat. Hal ini diajukan oleh Iblis sebagai suatu cobaan. Seringkali pemikiran yang menghendaki terjadinya mujizat dalam situasi tertentu merupakan suatu cobaan dari Iblis. Cobaan Iblis atas manusia yang pertama, Adam, berhubungan dengan perkara makan (Kej. 3:1-6). Sekarang cobaannya atas Manusia yang kedua (Kristus) juga berhubungan dengan perkara makan. Perkara makan selalu merupakan perangkap yang dipakai oleh Iblis untuk menjerat manusia, menyebabkan manusia melupakan Allah, Sang Sumber.
Iblis mencobai Manusia-Penyelamat untuk mempertahankan kedudukan-Nya sebagai Putra Allah. Tetapi Tuhan Yesus menjawab dengan berkata, “Manusia hidup bukan dari roti saja.” Ini menunjukkan bahwa Dia berdiri pada kedudukan manusia untuk mengalahkan musuh. Sanak saudara kita, terutama generasi yang lebih tua, selalu memperhatikan tentang bagaimana mencari nafkah. Mereka mungkin berkata, “Mengasihi Tuhan itu tidak salah, tapi jangan terlalu fanatik. Kalian harus mengejar penghidupan yang baik.” Masalah penghidupan (makanan) memang sangat menjamah batin kita, bahkan Tuhan Yesus pun diuji atas masalah ini. Saudara saudari, apabila kita tidak tahu pentingnya mengurangi permintaan-permintaan fisik kita dan menjaga tuntutan rohani, maka kita takkan bersyarat bagi ministri-Nya (2 Tim. 2:4).
Penghidupan yang lebih baik, makanan yang lezat, pakaian yang indah, dan rumah yang besar, semuanya tak lain hanyalah kebutuhan sekunder. Makan makanan rohani itulah yang primer. Di sini Yesus seolah mendeklarasikan kepada seluruh alam semesta bahwa Dia bukan untuk kebutuhan fisik, melainkan untuk kebutuhan rohani. Kendati Dia tidak makan untuk mempertahankan tubuh jasmani-Nya, tetapi Dia makan banyak firman Allah untuk memelihara roh-Nya. Sudahkah Anda nampak akan hal ini?
Ujian pertama yang harus kita lalui ialah ujian mengenai penghidupan kita. Kita harus menikmati makanan rohani lebih banyak daripada makanan jasmani. Baik kita hidup atau mati itu perkara sekunder. Kita hanya memperhatikan makanan rohani kita sehingga roh kita dikenyangkan oleh firman Allah.

27 October 2008

Lukas Volume 2 - Minggu 1 Selasa

Jalan Untuk Mengalahkan Iblis, Si Pendakwa
Wahyu 12:10b
Sekarang telah tiba keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Allah kita, ..., karena telah dilemparkan ke bawah pendakwa saudara-saudara kita, yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita.

Ayat Bacaan: Why. 12:9-11; 2 Tim. 2:19; 1 Yoh. 1:9; Ams. 28:13; 1 Ptr. 5:9

Bahasa Yunani yang diterjemahkan “Iblis” adalah diabolos, yang berarti pendakwa, pemfitnah (Why. 12:9-10). Iblis, yaitu Satan, mendakwa kita di hadapan Allah dan memfitnah kita di hadapan manusia. Kegiatan Iblis yang paling licik dan paling ganas saat ini adalah menjadi pendakwa kaum beriman. Apakah Iblis pembunuh? Ya. Apakah ia pembohong dan penggoda? Ya. Apakah dia menyerang kita? Ya. Tetapi bukan ini saja. Pekerjaan utamanya adalah mendakwa kita, kaum beriman dalam Kristus.
Iblis mendakwa saudara-saudara seiman siang dan malam. Ia bukan hanya pendakwa di hadapan Allah, ia juga pendakwa dalam hati nurani kita, dan dakwaan-dakwaannya dapat membuat kita menjadi lemah dan tanpa daya. Ia suka mendakwa orang sedemikian rupa sehingga sampai mereka menganggap diri mereka sendiri tidak berguna dan dengan demikian kehilangan kedudukan untuk berperang dengannya.
Begitu seorang anak Allah menerima dakwaan Iblis, sepanjang hari ia akan merasa bersalah. Ketika ia bangun pagi, ia merasa bersalah. Ketika ia berlutut untuk berdoa, ia merasa bersalah dan bahkan tidak percaya bahwa Allah akan menjawab doa-doanya. Ketika ia ingin berbicara tentang firman, ia merasa bahwa hal itu tidak berguna, karena ia sendiri tidak benar. Ketika ia akan memberikan persembahan kepada Tuhan, ia bertanya-tanya mengapa ia harus mempersembahkan sesuatu, karena bagaimana mungkin Allah akan menerima persembahan dari orang seperti dia. Inilah dakwaan Iblis.
Bagaimanakah agar terlepas dari dakwaan Iblis? Pertama, kita harus menanggulangi dosa. Orang Kristen harus memiliki perasaan yang peka terhadap dosa, menjauhi dosa (2 Tim. 2:19). Kedua, kita harus mengakui dosa-dosa kita (1 Yoh. 1:9; Ams. 28:13). Pengakuan dosa membuat hati nurani kita disucikan tanpa cela oleh darah Yesus, sehingga Iblis tidak ada tumpuan untuk mendakwa kita (Why. 12:11a). Ketiga, kita perlu melawan Iblis dengan iman yang teguh (1 Ptr. 5:9). Berbuat dosa memang memalukan, tetapi tidak mempercayai darah Yesus, itu lebih memalukan lagi. Kita harus percaya akan kuasa darah-Nya dan percaya terhadap penjagaan dan perhatian kasih Allah.

26 October 2008

Lukas Volume 2 - Minggu 1 Senin

Sikap yang Diperlukan dalam Menghadapi Pencobaan
Lukas 4:1-2a
Yesus, yang penuh dengan Roh Kudus, kembali dari sungai Yordan, lalu dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun. Di situ empat puluh hari lamanya Ia dicobai Iblis.

Ayat Bacaan: Luk. 4:1-2a; Mat. 6:13; Yak. 1:13; Mrk. 14:38

Setelah dibaptis dalam air dan diurapi dengan Roh Allah, Yesus sebagai seorang Manusia bergerak menurut pimpinan Roh. Pertama-tama, Roh memimpin Manusia-Penyelamat yang telah diurapi itu untuk dicobai oleh Iblis. Pencobaan ini adalah satu ujian untuk membuktikan bahwa Dia layak menjadi Manusia-Penyelamat.
Dalam Matius 6:13, Tuhan Yesus mengajar murid-murid untuk berdoa, “Janganlah membawa kami ke dalam pencobaan....” Namun, Tuhan sendiri dipimpin oleh Roh Kudus ke padang gurun agar Dia dicobai oleh Iblis. Tuhan Yesus itu kuat, sebab itu Dia mampu menahan pencobaan. Sebaliknya, kita sama sekali tidak mampu menahan pencobaan. Kita tidak boleh sombong, mengira bahwa karena kita telah memiliki Roh Kudus, maka kita sekarang mampu menahan pencobaan. Pemikiran yang demikian itu menunjukkan bahwa kita belum mengenal diri kita sendiri.
Tuhan Yesus adalah satu-satunya Manusia yang dapat menahan pencobaan dari musuh Allah. Ketika Dia di bumi, Dia sempurna dan kuat. Karena itu, Roh Kudus, yaitu Allah yang mencapai manusia, memimpin Manusia yang sempurna ini ke dalam pencobaan untuk mengalahkan musuh Allah. Melalui menguji Manusia-Penyelamat ini, Allah dapat memperlihatkan kepada musuh-Nya bahwa ada seorang Manusia yang mampu menahan pencobaan.
Roh Kudus tidak pernah memimpin kita untuk dicobai oleh Iblis, karena kita tidak sanggup menahan pencobaan Iblis (Yak. 1:13). Sekalipun kita telah dilahirkan kembali, dikuduskan, dan diubah sedemikian rupa, kita tidak mampu menahan pencobaan dari si jahat. Karena itu kita perlu berdoa, “Ya Bapa, janganlah bawa aku ke dalam pencobaan.” Tidak peduli kita merasa diri kita betapa kuat, kita sebenarnya lemah dan tidak sanggup menahan pencobaan.
Satu-satunya Manusia yang sanggup menahan pencobaan dari Iblis adalah Tuhan Yesus, Manusia-Penyelamat kita. Itulah sebabnya Dia menasihati kita dengan berkata, “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan....” (Mrk. 14:38). Kalau kita tidak berjaga-jaga dan berdoa, bersandarkan kekuatan diri sendiri menghadapi pencobaan, kita pasti gagal!

25 October 2008

Lukas Volume 2 - Minggu 1 Minggu

Empat Nama Penting dalam Silsilah Kristus
Lukas 3:23
Ketika Yesus memulai pekerjaan-Nya, Ia berumur kira-kira tiga puluh tahun dan menurut anggapan orang, Ia adalah anak Yusuf, anak Eli.

Ayat Bacaan: Luk. 3:23-38; Yoh. 1:12-13, 3:16; 2 Ptr. 1:4; Kis. 17:28

Lukas 3:23-38 menyajikan kepada kita silsilah Kristus, Manusia-Penyelamat. Silsilah ini sedikit berbeda dengan yang tercatat dalam Injil Matius, yakni dalam hal urutan penulisannya. Dalam Injil Matius, penulisannya dimulai dari Abraham sampai kepada Kristus (Mat. 1:1-16), sedangkan dalam Injil Lukas dimulai dari Kristus lalu menelusur kembali kepada Allah. Dua cara penulisan silsilah Kristus ini bukanlah suatu kebetulan melainkan mengandung makna yang indah. Artinya, Kristus dilahirkan sebagai seorang manusia untuk membawakan Allah kepada manusia supaya Dia dapat menggenapkan penebusan. Lalu apakah tujuan penebusan? Penebusan bertujuan membawa manusia kembali kepada Allah. Jadi di dalam Kristus, Allah dan manusia yang tadinya terpisah kini disatukan.
Dalam silsilah Kristus tercantum empat nama penting yang ditekankan secara khusus yakni Allah, Adam, Abraham, dan Yesus. Nama-nama ini sungguh bermakna. Kita diciptakan oleh Allah (Kej. 1:26-27), lalu jatuh di dalam Adam (Kej. 3). Namun kita kemudian menerima janji Allah di dalam Abraham (Kej. 12:1-3), dan akhirnya kita diselamatkan di dalam Yesus yang adalah Kristus (Luk. 2:10-11). Haleluya! Inilah kesimpulan dari silsilah Manusia-Penyelamat kita dalam Injil Lukas.
Kristus kita datang bukan hanya untuk menyelamatkan kita secara obyektif dari hukuman kekal api neraka, terlebih menyelamatkan kita dengan menyatukan diri-Nya sendiri dengan kita. Di dalam Dia kita memiliki Allah yang menyatukan diri-Nya dengan manusia. Silsilah Kristus ini dimulai dengan seorang manusia dan diakhiri dengan Allah. Sungguh suatu catatan silsilah yang ajaib!
Adam diciptakan oleh Allah (Kej. 5:1-2), dan Allah adalah asal-usulnya. Berdasarkan inilah dia dianggap anak Allah. Pujangga-pujangga kafir juga mengakui bahwa semua manusia adalah “keturunan” Allah (Kis. 17:28). Puji Tuhan! Kita yang percaya bukan saja diciptakan oleh Allah, terlebih telah dilahirkan dari Allah, dilahirkan kembali, dan memiliki hayat dan sifat Allah (Yoh. 1:12-13; 3:16; 2 Ptr. 1:4). Melalui kelahiran kembali ini, kita memiliki Allah sebagai hayat kekal di dalam kita.

24 October 2008

Lukas Volume 1 - Minggu 4 Sabtu

Mengenal dan Mengalami Dua Aspek Roh Itu
Lukas 3:21b-22
Dan ketika Yesus juga dibaptis dan sedang berdoa, terbukalah langit dan turunlah Roh Kudus dalam rupa burung merpati ke atas-Nya. Dan terdengarlah suara dari langit: “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.”

Ayat Bacaan: Luk. 3:22; Rm. 8:3

Tuhan Yesus adalah seorang Manusia yang sempurna, seorang Manusia yang memiliki semua kebajikan insani, namun Dia berada dalam rupa daging dosa. Tentunya, Tuhan Yesus tidak memiliki sifat dari manusia yang telah jatuh: namun Dia memiliki rupa, bentuk luaran atau penampilan luaran, dari manusia yang telah jatuh. Dalam Roma 8:3 Paulus mengatakan bahwa Kristus datang dalam rupa daging dosa. Dia tidak memiliki sifat dosa, tetapi Dia memiliki rupa, penampilan, bentuk, daging dosa. Rupa daging dosa ini perlu dihakimi, diakhiri, dan dikuburkan. Ini adalah alasan lain dari pembaptisan Manusia-Penyelamat.
Agar Tuhan Yesus dapat mengekspresikan Allah di dalam kehidupan insani-Nya, maka pada permulaan ministri-Nya Tuhan mengesampingkan diri-Nya sendiri melalui pembaptisan. Dia adalah seorang Manusia yang sempurna dan lengkap, tetapi Dia tidak mau hidup oleh diri-Nya sendiri. Sebaliknya, Dia hidup oleh Allah Bapa yang ada di dalam-Nya. Kita semua perlu nampak hal ini. Prinsip ini berlaku bagi kita semua dalam pelayanan kita kepada Allah. Jika kita ingin berbagian dalam suatu pelayanan kepada Allah, kita perlu dikesampingkan; yaitu, kita perlu diakhiri dan dikubur melalui baptisan. Sebagai manusia yang diciptakan Allah dan sebagai manusia yang telah jatuh, kita perlu diakhiri. Pengakhiran yang demikian akhirnya mendatangkan pengurapan.
Mengapa Tuhan Yesus, yang dikandung dari Roh Kudus dan yang hidup oleh Roh selama tiga puluh tahun, masih memerlukan Roh Kudus turun ke atas-Nya pada waktu Dia dibaptis? Ketika Dia dibaptis, bukankah Dia sudah memiliki Roh itu di dalam-Nya? Ya. Dia memang telah memiliki Roh secara batini. Namun untuk melaksanakan pekerjaan Allah, untuk menjalankan ministri-Nya, Tuhan Yesus perlu diurapi oleh Roh Kudus yang turun ke atas-Nya.
Di dalam pengalaman kita, kita perlu juga mengenal dan mengalami dua aspek Roh itu, baik yang secara batini berhuni di dalam kita maupun yang turun ke atas kita sebagai kuasa bagi pekerjaan Allah. Melalui pengenalan dan pengalaman yang riil atas kedua aspek Roh itu, kita dapat melayani Allah dalam kebangkitan bagi perampungan kehendak kekal Allah.

23 October 2008

Lukas Volume 1 - Minggu 4 Jumat

Dibaptis dan Diurapi
Lukas 3:21b-22
Dan ketika Yesus juga dibaptis dan sedang berdoa, terbukalah langit dan turunlah Roh Kudus dalam rupa burung merpati ke atas-Nya. Dan terdengarlah suara dari langit: “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.”

Ayat Bacaan: Luk. 3:22; Mat. 3:16

Tuhan Yesus dibaptis bukan hanya untuk memenuhi kebenaran menurut ketentuan Allah (Mat. 3:16), tetapi juga untuk membiarkan diri-Nya sendiri diletakkan ke dalam kematian dan kebangkitan, agar Dia dapat melayani bukan secara alamiah, melainkan dalam kebangkitan. Karena Dia telah mengalami baptisan dan tinggal dalam realitas baptisan, Dia mampu hidup dan melayani dalam kebangkitan, walaupun secara pengalaman, Dia baru mengalami mati dan bangkit tiga setengah tahun kemudian.
Perihal Tuhan dibaptis untuk memenuhi kebenaran Allah dan diletakkan ke dalam kematian dan kebangkitan membawakan tiga hal kepada-Nya: langit terbuka, Roh Allah turun, dan Bapa berbicara. Hal ini seharusnya kita alami pada hari ini. Lukas 3:22 mengatakan bahwa Roh Kudus turun dalam rupa seekor burung merpati. Merpati itu lembut, dan matanya hanya dapat melihat satu sasaran pada satu saat. Karena itu, merpati menandakan kelembutan dan ketulusan dalam pandangan dan tujuan. Dengan turunnya Roh Allah ke atas-Nya seperti burung merpati, maka Tuhan Yesus melayani dalam kelembutan dan ketulusan, hanya tertuju kepada kehendak Allah.
Dalam Lukas 3:22 kita juga nampak bahwa ada suara dari langit, “Engkaulah Anak-Ku yang terkasih, kepada-Mulah Aku berkenan.” Turunnya Roh Kudus adalah pengurapan Kristus, sedangkan pembicaraan Bapa adalah kesaksian bagi Dia sebagai Anak yang terkasih. Ini adalah gambaran Trinitas Ilahi: Anak bangkit keluar dari air, Roh turun ke atas Anak, dan Bapa berbicara mengenai Anak. Ini membuktikan bahwa Bapa, Anak, dan Roh ada secara bersamaan dan bekerja bersama-sama untuk merampungkan rencana kekal Allah.
Apakah kualifikasi dari seorang yang hendak melayani? Bila kita hendak melayani Tuhan, pertama-tama kita memerlukan Roh Kudus mengurapi kita sehingga kita dapat melayani dalam kelembutan dan ketulusan, dengan mata yang hanya tertuju kepada kehendak Allah. Agar dapat melayani secara demikian, kita perlu mengalami realitas baptisan, yakni pengakhiran atas daging kita. Tanpa pengalaman atas realitas baptisan yang demikian, kita tidak akan mampu melayani dalam kelembutan dan ketulusan yang sebenarnya.

22 October 2008

Lukas Volume 1 - Minggu 4 Kamis

Memimpin Orang kepada Kristus
Lukas 3:16
Yohanes menjawab dan berkata kepada semua orang itu: “Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia yang lebih berkuasa dari padaku akan datang dan membuka tali kasut-Nyapun aku tidak layak. Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api.”

Ayat Bacaan: Luk. 3:15-16; Kol. 1:28-29; 2 Kor. 11:2-3

Meskipun Yohanes memberitakan baptisan pertobatan dan banyak orang menyambut pelayanannya, namun sasaran ministrinya adalah Persona yang ajaib, Yesus Kristus, Putra Allah. Dia tidak menjadikan dirinya pusat dari ministrinya, seperti sebuah magnet yang menarik orang lain kepada dirinya sendiri. Ia sadar bahwa ia hanyalah seorang utusan yang diutus oleh Tuhan semesta alam untuk membawa orang-orang kepada Yesus Kristus. Yohanes tidak bermaksud mengambil keuntungan sedikitpun dari situasi itu bagi dirinya sendiri.
Dalam hal melayani Tuhan, Yohanes pembaptis adalah teladan yang baik. Dia tidak hanya penuh dengan Roh, tetapi juga rendah hati. Banyak orang di masa itu mengira Yohanes-lah Mesias itu, tetapi dia dengan jujur menunjukkan bahwa dia bukanlah Mesias itu, melainkan seorang yang akan datang kemudian, yang akan membaptis orang dengan Roh Kudus dan dengan api (Luk. 3:15-16). Dengan berkata demikian, Yohanes membimbing orang kepada Kristus, bukan kepada dirinya sendiri. Kita semua perlu menyadari bahwa sebaik apa pun pelayanan kita, kita hanyalah pembuka jalan bagi Kristus. Kristuslah fokus dan sasaran pelayanan kita. Ini berarti kita tidak patut mengambil keuntungan apa pun dari pelayanan kita. Kita harus membimbing orang kepada Kristus, agar mereka berjumpa dengan Kristus dan mengalami Kristus.
Menurut keinginan daging kita, kita tentu ingin orang lain menghargai pelayanan kita dan menempatkan kita pada kedudukan yang terhormat. Di satu sisi kita ingin Kristus dimuliakan, di sisi yang lain kita juga ingin mendapatkan pujian. Kita senang bila Kristus diagungkan, kita pun senang bila orang menyanjung kita. Saudara saudari terkasih, perasaan dan sikap yang demikian ini bukan berasal dari Kristus, melainkan dari Iblis yang bercokol di dalam daging kita. Semua pelayanan para rasul sebermula adalah untuk memimpin orang kepada Kristus, bukannya membawa orang ke dalam “kantong” mereka (Kol. 1:28-29; 2 Kor. 11:2-3). Pelayanan apa pun yang bukan membawa orang kepada Kristus, tidak membawa orang menikmati dan mengalami Kristus, bukanlah pelayanan yang sejati.

21 October 2008

Lukas Volume 1 - Minggu 4 Rabu

Hidup dalam Standar Moralitas yang Tertinggi
Lukas 3:11
Jawabnya: “Barangsiapa mempunyai dua helai baju, hendaklah ia membaginya dengan yang tidak punya, dan barangsiapa mempunyai makanan, hendaklah ia berbuat juga demikian.”

Ayat Bacaan: Luk. 3:11-14; Yoh. 3:7; Gal. 2:20; Flp. 1:20-21

Lukas 3:11-14 memuat catatan yang lugas mengenai standar moralitas yang seharusnya dimiliki oleh umat Allah. Terhadap pertanyaan yang dilontarkan orang banyak tentang apa yang harus mereka perbuat, Yohanes menyuruh mereka berbelaskasihan terhadap orang yang kekurangan dengan cara membagikan pakaian dan makanan yang mereka miliki. Terhadap para pemungut cukai, Yohanes menasihati mereka untuk tidak menagih lebih daripada yang seharusnya. Terhadap orang yang bekerja di kemiliteran, Yohanes memperingatkan mereka agar jangan merampas dan jangan memeras, melainkan mencukupkan diri dengan gaji mereka. Betapa baiknya masyarakat hari ini jika mereka mau melakukan apa yang Yohanes ajarkan tersebut.
Ketika kita membicarakan masalah moralitas, kita tidak membicarakannya dalam konteks yang terpisah dari Kristus. Hari ini tidak sedikit juga orang yang bermoral baik, namun tanpa Kristus. Terhadap orang yang demikian, Tuhan berkata, “Kamu harus dilahirkan kembali” (Yoh. 3:7). Artinya, moral yang baik saja tidak cukup untuk membuat seseorang masuk ke dalam Kerajaan Allah. Tetapi puji Tuhan, kita telah dilahirkan kembali dan Kristus ada di dalam kita. Kita kini memiliki “modal” untuk menempuh hidup dengan standar moralitas yang tertinggi, dan modal itu adalah Kristus sendiri sebagai hayat kita. Apabila kita membiarkan Kristus hidup di dalam kita, maka dengan sendirinya kita akan memiliki standar moralitas yang tertinggi (Gal. 2:20).
Dewasa ini banyak orang muda telah teracuni oleh dunia sehingga merusak moralitas mereka. Lihatlah cara mereka berpakaian, seolah tidak ada perasaan malu. Seringkali ketika berada di jalan, kita terpaksa memalingkan mata kita ke arah lain. Tidak hanya dalam hal berpakaian, dalam hal tutur kata juga demikian. Perkataan yang najis dan tidak patut dengan mudah terdengar di tempat-tempat umum. Di seluruh dunia, perasaan malu dan moralitas telah diracuni sehingga tidak ada lagi kemuliaan Allah. Karena uang, banyak orang rela mengorbankan moralitas, reputasi, keadilan, latar belakang, kepribadian, dan segala sesuatu mereka. Namun bagi kita, yang terpenting bukan uang atau penampilan, melainkan Kristus diperbesar melalui kita (Flp. 1:20-21).

20 October 2008

Lukas Volume 1 - Minggu 4 Selasa

Hasilkanlah Buah-buah Pertobatan
Lukas 3:8a, 9
Jadi hasilkanlah buah-buah yang sesuai dengan pertobatan... Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, akan ditebang dan dibuang ke dalam api.

Ayat Bacaan: Luk. 3:8-9; Why. 20:15; Rm. 10:17; Mrk. 16:16; Kis. 26:20; Yak. 2:26

Yohanes Pembaptis mengatakan bahwa setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik akan ditebang dan dibuang ke dalam api (Luk. 3:9). Api ini adalah api dari telaga api (Why. 20:15), di mana orang-orang yang tidak percaya akan menderita kebinasaan kekal. Apakah buah yang baik itu? Buah yang baik yang seharusnya dihasilkan dari pemberitaan Injil adalah iman (Rm. 10:17). Hanya iman kepada Kristuslah yang dapat menghindarkan kita dari hukuman api kekal (Rm. 3:28). Kalau setelah mendengarkan Injil, seseorang tidak mau bertobat, tidak mau percaya, maka ia akan mendapatkan hukuman Allah dalam kebinasaan kekal (Mrk. 16:16).
Setelah kita percaya dan memiliki iman kepada Kristus, kita masih perlu memperhatikan cara hidup atau perilaku kita. Kita perlu melakukan pekerjaan-pekerjaan (perbuatan) yang sesuai dengan pertobatan itu (Kis. 26:20). Iman diperlukan untuk menerima keselamatan, perbuatan yang baik diperlukan untuk kesaksian. Iman tidak kelihatan, namun perbuatan itu kelihatan. Kalau perbuatan kita tidak terpuji, mampukah kita berkata kepada orang-orang di sekitar kita bahwa kita memiliki iman? Tentu tidak. Jadi, pertama-tama kita harus memiliki iman, kemudian iman ini akan memimpin kita kepada kebenaran. Itulah sebabnya Yakobus berkata bahwa iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati (Yak. 2:26). Perbuatan benar kita adalah bukti dari iman kita!
Mengapa kita sering mendengar orang menghujat kekristenan? Kita mungkin paling gampang menyalahkan mereka yang menghujat. Tetapi Paulus memberitahu kita bahwa nama Allah, firman Allah, dan Jalan Kebenaran sering dihujat orang karena mereka melihat cara hidup kita yang tidak tepat (Rm. 2:24; 1 Tim. 6:1; Tit. 2:5; 2 Ptr. 2:2). Sebagai orang Kristen, kita harus memiliki cara hidup dengan standar moralitas yang tertinggi. Allah kita tidak kelihatan, namun orang dapat melihat Allah yang kita perhidupkan. Dapatkah Anda memperhidupkan Allah sambil menghisap rokok atau menenggak minuman keras? Tentu tidak. Marilah kita demi iman melakukan apa yang baik bagi semua orang (Rm. 12:17b) dan janganlah jemu-jemu berbuat apa yang baik (2 Tes. 3:13) supaya nama Allah dan firman-Nya tidak dihujat orang!

19 October 2008

Lukas Volume 1 - Minggu 4 Senin

Mempersiapkan dan Meluruskan Jalan Bagi Tuhan
Lukas 3:4b-6
Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya. Setiap lembah akan ditimbun dan setiap gunung dan bukit akan menjadi rata, yang berliku-liku akan diluruskan, yang berlekuk-lekuk akan diratakan, dan semua orang akan melihat keselamatan yang dari Tuhan.

Ayat Bacaan: Luk. 1:16-17; 3:5; 14:17-19; Mat. 8:19-22

Mempersiapkan jalan bagi Tuhan dan membuat jalan-Nya lurus berarti mengubah pikiran orang, memalingkan pikiran orang kepada Kristus, Manusia-Penyelamat. Ini juga berarti membuat hati orang tepat, meluruskan setiap bagian hati orang melalui pertobatan, supaya Manusia-Penyelamat dapat masuk untuk menjadi hayatnya dan memilikinya.
Lembah, gunung, yang berliku-liku, dan yang berlekuk-lekuk dalam Lukas 3:5 adalah kata-kata kiasan yang menggambarkan keadaan hati manusia terhadap Allah dan terhadap satu sama lain, dan hubungan antara manusia (Luk. 1:16-17). Keadaan hati manusia dan hubungan antar manusia perlu ditanggulangi untuk mempersiapkan jalan bagi kedatangan Penyelamat. Lukas 3:6 mengatakan bahwa semua orang akan melihat keselamatan yang dari Tuhan. Keselamatan ini adalah Kristus sendiri, Sang Penyelamat yang dari Allah.
Renungkanlah bagaimana kondisi hati kita saat ini: apakah lurus dan rata atau berliku-liku dan berlekuk-lekuk? Sesungguhnya jalan dalam pikiran kita banyak terdapat bukit dan lembah. Jangan katakan bahwa jalan dalam pikiran yang demikian hanyalah milik mereka yang belum percaya. Bahkan jalan dalam pikiran orang Kristen juga banyak yang berliku-liku dan berlekuk-lekuk.
Misalnya, Tuhan ingin kita dengan sederhana percaya dan mengikuti Dia (Mat. 8:19-22). Namun kebanyakan orang akan mempertimbangkannya dengan rumit, dengan alasan-alasan yang tidak ada dasarnya (Luk. 14:17-19). Akhirnya, bagi kebanyakan kita, perkara percaya kepada Tuhan dan mengikuti Tuhan tidak lagi sederhana, tetapi menjadi perkara yang sangat rumit. Hal ini membuktikan tidak lurus dan tidak ratanya jalan-jalan dalam pikiran kita!
Bagaimana agar jalan dalam pikiran kita dapat diluruskan dan diratakan? Pertama-tama, pikiran kita harus taat kepada firman Kristus. Jangan membantah, mendebat, atau mencurigai apa yang tertulis di Alkitab. Ketaatan yang demikian akan meluruskan pikiran kita. Kedua, jangan mempertahankan konsepsi agama usang atau tradisi apa pun. Sebaliknya, kita harus mengosongkan diri, dan belajar menerima konsepsi surgawi. Pikiran yang lurus dan rata demikian akan memberi jalan bagi Tuhan untuk menyelamatkan kita.

18 October 2008

Lukas Volume 1 - Minggu 4 Minggu

Yohanes Memberitakan Baptisan Pertobatan
Lukas 3:3
Maka datanglah Yohanes ke seluruh daerah Yordan dan menyerukan: “Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu.”

Ayat Bacaan: Yoh. 3:3, 5-6; Luk. 3:3; Rm. 3:18; 5:10; 8:7-8; Kol. 1:21; Tit. 3:5

Adakah kaitannya antara bertobat dan dibaptis? Dalam ministrinya, Yohanes pembaptis menyuruh orang bertobat dan memberi diri dibaptis. Bertobat adalah mengubah pikiran, memalingkan pikiran kepada Kristus. Membaptis adalah menguburkan orang-orang yang bertobat, mengakhiri mereka, supaya Kristus dapat menunaskan mereka oleh kelahiran kembali (Yoh. 3:3, 5-6). Menurut Lukas 3:3, baptisan tobat adalah untuk pengampunan dosa-dosa (TL.). Kata Yunani yang diterjemahkan “untuk” juga berarti “kepada”. Bertobat dan dibaptis adalah untuk dan menghasilkan pengampunan dosa-dosa, sehingga penghalang yang ada karena kejatuhan manusia dapat disingkirkan dan manusia dapat didamaikan dengan Allah.
Sudahkah dosa-dosa Anda diampuni dan berdamai dengan Allah? Karena jatuh dalam dosa, kita tidak saja jauh dari Allah, juga terisolir dari Allah (Rm. 3:18). Karena perbuatan yang jahat, hati kita bermusuhan dengan Allah (Kol. 1:21; Rm. 5:10). Sebab itu kita tidak saja perlu bertobat, berpaling kepada Allah; tidak saja perlu diampuni oleh Allah, juga perlu berdamai dengan Allah. Mungkin ada orang mengatakan, “Aku bukan pembunuh atau perampok. Di masyarakat aku memiliki reputasi yang cukup baik. Mengapa aku masih perlu berdamai dengan Allah?” Mungkin kita tidak memiliki masalah dengan orang-orang di sekitar kita, tetapi kita tidak dapat menyangkal bahwa kita ada masalah dengan Allah; kita tidak tunduk sepenuhnya terhadap hukum Allah (Rm. 8:7-8).
Allah menghendaki kita berdamai dengan Dia. Oleh sebab itu, Allah telah menggenapkan satu pendamaian untuk kita yaitu penebusan Kristus. Pengampunan dosa kita berdasarkan penebusan Tuhan, perdamaian kita dengan Allah juga berdasarkan penebusan Tuhan. Tanpa penebusan Tuhan, kita tidak bisa berdamai dengan Allah. Puji Tuhan! Penebusan-Nya sudah menyelesaikan segala persoalan antara kita dengan Allah. Namun, di pihak kita, kita perlu bertobat, berpaling kepada Allah, dan memberi diri kita diakhiri oleh air baptisan (Luk. 3:3). Setelah dibaptis, kita masih perlu setiap saat berpaling kepada Allah untuk tetap tinggal di dalam realitas baptisan, agar kita mengalami pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus (Tit. 3:5).

17 October 2008

Lukas Volume 1 - Minggu 3 Sabtu

Penuh Hikmat, Dikasihi oleh Allah dan Manusia
Lukas 2:40, 52
Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya. ... Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.

Ayat Bacaan: Luk. 2:41-52; Yoh. 5:18

Dalam Lukas 2:52 terdapat kesimpulan dari bagian masa kecil Manusia-Penyelamat: “Yesus makin dewasa dan bertambah hikmat-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.” Dia makin dikasihi Allah karena Dia bertumbuh dalam ekspresi Allah menurut hasrat hati Allah. Dia makin dikasihi manusia karena Dia bertumbuh dalam kebajikan-kebajikan insani yang penuh hikmat terhadap manusia.
Sebagai manusia, kita semua memerlukan hikmat dan kasih karunia Allah. Hikmat berhubungan dengan cara melakukan sesuatu, dan kasih karunia berhubungan dengan kekuatan, kemampuan, untuk melaksanakan sesuatu itu. Dalam kehidupan kita, pertama-tama kita memerlukan cara untuk melakukan sesuatu; kemudian kita memerlukan kekuatan untuk melakukannya. Manusia-Yesus ini hidup di dalam hikmat dan kasih karunia Allah.
Dalam Lukas 2:41-51 kita nampak bahwa Tuhan Yesus memperhatikan kepentingan Allah pada umur dua belas tahun dan juga patuh kepada orang tua-Nya. Ayat 42 mengatakan, “Ketika Yesus telah berumur dua belas tahun pergilah mereka ke Yerusalem seperti yang lazim pada hari raya itu.” Menurut Lukas 2:43-48, Yesus tetap tinggal di Yerusalem, dan orang tua-Nya tidak mengetahuinya. Ketika orang tua-Nya menyadari hal itu, mereka segera kembali ke Yerusalem untuk mencari Dia.
Ketika mereka menemukan Dia, ibu-Nya berkata kepada-Nya, “Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami? Lihat, bapak-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau” (Luk. 2:48). Tuhan menjawab, “Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?” (Luk. 2:49). Ini menunjukkan bahwa Yesus memperhatikan kepentingan Allah. Kata “Bapa-Ku” dalam ayat 49 menunjukkan ke-Allahan Yesus, anak laki-laki itu (Yoh. 5:18). Dalam keinsanian-Nya Dia adalah anak orang tua-Nya; dalam keilahian-Nya Dia adalah Putra Allah Bapa. Lukas 2:51 mengatakan bahwa Tuhan Yesus “pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan tetap hidup dalam asuhan mereka.” Di sini kita nampak kepatuhan keinsanian-Nya kepada orang tua insaninya.

16 October 2008

Lukas Volume 1 - Minggu 3 Jumat

Dipersembahkan Kepada Allah
Lukas 2:21-22
Dan ketika genap delapan hari dan Ia harus disunatkan, Ia diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya. Dan ketika genap waktu pentahiran,... mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan.

Ayat Bacaan: Luk. 2:15-39

Dalam Injil Lukas 2:15-20 tercatat bahwa gembala-gembala di padang itu pergi ke Betlehem dan “menjumpai Maria dan Yusuf dan bayi itu, yang sedang berbaring di dalam palungan” (Luk. 2:16). Kabar baik mengenai kelahiran Manusia-Penyelamat ini pertama-tama diberitakan oleh malaikat kepada gembala-gembala. Kita dapat mengatakan bahwa malaikat itu memberitakan Injil kepada mereka. Kemudian gembala-gembala itu, setelah mendengar pemberitaan malaikat dan datang melihat anak kecil itu, mulai memberitakan kepada orang lain.
Lukas 2:18 mengatakan, “Semua orang yang mendengarnya heran tentang apa yang dikatakan gembala-gembala itu kepada mereka.” Setelah melihat Yesus, Anak itu, “Kemudian kembalilah gembala-gembala itu sambil memuji dan memuliakan Allah karena segala sesuatu yang mereka dengar dan mereka lihat, semuanya sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka” (Luk. 2:20). Kemudian Lukas 2:21 membicarakan tentang penyunatan dan pemberian nama Tuhan Yesus: “Ketika genap delapan hari dan Ia harus disunatkan, Ia diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya.” Menurut hukum Taurat, setiap anak laki-laki harus disunat pada hari kedelapan dan diberi nama pada hari itu. Tuhan Yesus disunat dan diberi nama pada hari kedelapan.
Selanjutnya dalam Lukas 2:22-39 terdapat catatan tentang Manusia-Penyelamat ini dipersembahkan dan disembah. Di satu pihak, sebagai seorang Anak, Dia dipersembahkan kepada Allah; di pihak lain, pada saat itu juga Dia dipuja, dipuji, dan disembah oleh manusia. Dalam Lukas 2:25-35 Yesus dipuja oleh Simeon, dan dalam Lukas 2:36-39 terdapat catatan bagaimana Hana memuja Yesus, Anak itu. Pemujaan mereka terhadap Yesus adalah di dalam Roh Kudus. Menurut perkataan Simeon, Manusia-Penyelamat diwahyukan sebagai penghiburan bagi umat Israel, keselamatan Allah, terang bagi bangsa-bangsa, kemuliaan Israel, ujian bagi Israel, dan tanda pertentangan. Sedangkan Hana bersyukur kepada Allah atas Manusia-Penyelamat ini dan berbicara tentang Dia sebagai penebusan bagi umat Allah, kelepasan bagi umat Allah.

15 October 2008

Lukas Volume 1 - Minggu 3 Kamis

Hari Ini Telah Lahir Bagimu Juruselamat
Lukas 2:10-11
Lalu kata malaikat itu kepada mereka: “Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.”

Ayat Bacaan: Luk. 2:8-14; Yes. 9:5

Kelahiran Manusia-Penyelamat diberitakan kepada gembala-gembala oleh malaikat sebagai kabar baik dengan kesukaan yang besar bagi semua orang (Luk. 2:8-10). Lukas 2:8 mengatakan, “Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam.” Pekerjaan mereka dalam menggembalakan kawanan domba (tidak hanya menyediakan makanan bagi manusia, tetapi juga kurban persembahan kepada Allah) dan kerajinan mereka dalam berjaga malam melayakkan mereka menjadi yang pertama menerima kabar gembira tentang kelahiran ajaib dari Penyelamat yang diumumkan oleh malaikat.
Dalam Lukas 2:10-11, malaikat itu berkata kepada gembala-gembala itu, ”Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa; Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus,Tuhan, di kota Daud.” Kabar baik dengan kesukaan yang besar ini harus diberitakan kepada semua orang. Kabar baik ini harus diberitakan kepada orang-orang Yahudi, juga kepada seluruh umat manusia.
Dalam Lukas 2:12 malaikat itu melanjutkan, “Inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan kain lampin dan terbaring di dalam palungan.” Seorang bayi di dalam palungan, menunjukkan kerendahan hati, tanda dari kehidupan Manusia-Penyelamat. Bayi kecil ini disebut Allah yang perkasa dalam nubuat mengenai Manusia-Penyelamat (Yes. 9:5).
Lukas 2:13-14 mengatakan, “Tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara surga yang memuji Allah, katanya, ‘Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.’” Sorak-sorai para malaikat yang bergembira karena kelahiran Penyelamat bagi keselamatan manusia menghasilkan pujian kepada Allah. Kedatangan Penyelamat membawa kemuliaan bagi Allah di surga dan membawa damai sejahtera bagi manusia di bumi. Pujian bala tentara surga ini memiliki dua aspek: kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di antara manusia di bumi. Kristus adalah bagi kemuliaan Allah dan damai sejahtera manusia.

14 October 2008

Lukas Volume 1 - Minggu 3 Rabu

Yesus Dilahirkan Menurut Kedaulatan Allah
Lukas 2:4-5
Demikian juga Yusuf pergi dari kota Nazaret di Galilea ke Yudea, ke kota Daud yang bernama Betlehem, karena ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud supaya didaftarkan bersama-sama dengan Maria, tunangannya, yang sedang mengandung.

Ayat Bacaan: Luk. 1:26-27, 31; 2:1-7; Mi. 5:1-2; Yes. 9:5

Maria mengandung seorang bayi laki-laki dari Roh Kudus di Nazaret (Luk. 1:26-27, 31). Menurut nubuat dalam Mikha 5:2 bagaimanapun juga Kristus harus dilahirkan di Betlehem. Di bawah pengaturan kedaulatan Allah, kaisar Agustus memerintahkan sensus pertama sejak kerajaan Roma berdiri (Luk. 2:1-7). Ini memaksa semua orang kembali ke tempat asal mereka. Maria dan Yusuf terpaksa kembali ke Betlehem, dan segera setelah mereka sampai ke Betlehem, Yesus pun terlahir (Luk. 2:6-7).
Setelah Israel ditawan oleh bangsa Romawi, bangsa Israel sangat mengharapkan Mesias mereka datang dan membebaskan mereka dari tangan penjajah Romawi. Namun, ketika Yesus dilahirkan di antara umat manusia Dia muncul dalam cara yang agak tersembunyi, tidak dalam cara yang terbuka. Setiap orang kemudian menyebut Dia Yesus dari Nazaret, sebab Dia seorang Nazaret. Tetapi Alkitab mengatakan bahwa Kristus akan dilahirkan di Betlehem. Semua kejadian ini sepertinya terjadi secara kebetulan, namun sesungguhnya tidaklah demikian sebab dibalik semua kejadian ini terdapat tangan kedaulatan Allah dalam menggenapkan nubuat Perjanjian Lama (Mi. 5:1-2).
Lukas 2:7 mengatakan, “Dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan kain lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan.” Kehidupan Manusia-Penyelamat dimulai di sebuah palungan, tempat yang paling rendah, karena penginapan penuh dengan umat manusia yang jatuh dengan kesibukan kegiatannya. Kita dapat mengatakan bahwa palungan adalah sebuah lambang dari kehidupan insani Penyelamat.
Menurut Yesaya 9:5, anak yang dilahirkan bagi kita ialah Allah yang perkasa. Ini berarti anak yang dilahirkan di palungan di Betlehem itu adalah Allah yang perkasa itu sendiri. Sebagai seorang anak, Dia dibesarkan di Nazaret, di wilayah Galilea yang dianggap hina. Dia tidak tinggal di rumah gedung orang kaya, tetapi di rumah seorang tukang kayu yang miskin. Bayangkanlah Yesus, Allah yang perkasa yang berinkarnasi, hidup di rumah tukang kayu di Nazaret kira-kira tiga puluh tahun! Ini merupakan bagian yang penting dari sejarah Allah.

13 October 2008

Lukas Volume 1 - Minggu 3 Selasa

Bertumbuh dan Menjadi Kuat dalam Rohnya
Lukas 1:80
Adapun anak itu bertambah besar dan makin kuat rohnya. Dan ia tinggal di padang gurun sampai kepada hari ia harus menampakkan diri kepada Israel.

Ayat Bacaan: Luk. 1:41, 67, 80; Kis. 2:21; Rm. 10:13; 8:16; Mzm. 116:2; 2 Tim. 1:7; Yoh. 3:5-6

Lukas 1:80 membicarakan masa kecil Yohanes Pembaptis. Ayat ini menyinggung bahwa Yohanes Pembaptis menjadi kuat rohnya. Hal ini tentu dipengaruhi oleh orang tuanya yang sama-sama dipenuhi dengan Roh Kudus (Luk. 1:41, 67) sehingga anak mereka mudah bertumbuh dan menjadi kuat dalam rohnya, dan kemudian tinggal di padang gurun. Bertumbuh dan menjadi kuat di dalam rohnya berarti dia hidup bersama dengan Allah dan hidupnya sepenuhnya bagi Allah.
Banyak orang Kristen yang tidak memperhatikan roh mereka. Roh mereka telah menjadi seperti “ban-ban kempes,” tidak memiliki perasaan hayat maupun petunjuk dari pengurapan itu. Mereka berdosa dan melakukan hal-hal duniawi tanpa malu karena roh mereka terlalu lemah. Begitu kita diselamatkan, kita harus melatih roh kita setiap hari agar roh kita tetap kuat. Dari pengalaman kita tahu bahwa jika roh kita tidak dikuatkan, dan bila jiwa kita tidak ditopang oleh roh yang kuat, kita akan mudah dikalahkan oleh berbagai pencobaan dan godaan.
Menyeru nama Tuhan adalah jalan yang termudah, tercepat, terbaik untuk melatih roh kita, untuk menjamah roh kita, dan untuk memelihara satu roh yang kuat. Kita memulai kehidupan Kristen kita dengan menyeru, “Dan barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan akan diselamatkan” (Kis. 2:21). Setiap hari kita perlu terus-menerus menyeru nama Tuhan agar diselamatkan (Rm. 10:13). Mazmur 88:9 berkata, “Aku telah berseru kepadaMu, ya Tuhan, sepanjang hari”. Mazmur 116:2 berkata, “... maka seumur hidupku aku akan berseru kepada-Nya.” Selama kita hidup, kita harus menyeru nama Tuhan.
Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban (2 Tim. 1:7). Roh di sini mengacu kepada roh manusia, yang telah dilahirkan kembali dan dihuni oleh Roh Kudus (Yoh. 3:5-6; Rm. 8:16). Paulus berkata bahwa kita memiliki roh kekuatan, kasih dan ketertiban. Roh yang kuat sedemikian membuat kita tidak boleh merasa malu akan kesaksian Tuhan, sebaliknya tetap berdiri teguh melawan arus kemerosotan gereja. Kita perlu percaya bahwa Allah telah memberi kita roh sedemikian itu, dan kita patut memuji Dia karenanya.

12 October 2008

Lukas Volume 1 - Minggu 3 Senin

Melayani Dia dalam Kekudusan dan Kebenaran
Lukas 1:74-75
Supaya kita, terlepas dari tangan musuh, dapat beribadah kepada-Nya tanpa takut, dalam kekudusan dan kebenaran di hadapan-Nya seumur hidup kita.

Ayat Bacaan: Luk. 1:64, 67-69, 74-75, 78; 1 Ptr. 2:9

Setelah Zakharia menulis nama Yohanes di atas batu, “Seketika itu juga terbukalah mulutnya dan terlepaslah lidahnya, lalu ia berkata-kata dan memuji Allah” (Luk. 1:64). Dalam Lukas 1:67-79 terdapat satu catatan bahwa Zakharia dipenuhi dengan Roh Kudus lalu bernubuat. Jika kita membandingkan perkataan Zakharia dalam Lukas 1:69 dengan perkataannya dalam ayat 78, kita akan nampak bahwa ia membicarakan dua aspek Persona Kristus. Dia membicarakan keinsanian-Nya dan keilahian-Nya.
Dalam keinsanian-Nya Kristus adalah tanduk keselamatan yang dibangkitkan Allah dalam keluarga insani, keluarga Daud. Dalam keilahian-Nya Dia adalah Surya yang terbit dari langit. Karena itu, Kristus adalah Manusia, juga Allah. Sebagai Manusia, Dia adalah tanduk keselamatan; sebagai Allah, Dia adalah Surya yang terbit. Pekerjaan penebusan Allah bagi keselamatan umat-Nya digenapkan oleh kebangkitan Kristus dalam dua aspek, yaitu sebagai tanduk keselamatan dan Surya yang terbit.
Puji Tuhan, Allah telah menumbuhkan sebuah tanduk keselamatan bagi kita di dalam keturunan Daud. Kita sudah memiliki tanduk keselamatan ini, yaitu Kristus. Dia telah melepaskan kita dari tangan musuh-musuh kita. Karena itu firman-Nya mengatakan bahwa Dia menghendaki agar kita melayani-Nya dalam kekudusan dan kebenaran seumur hidup kita (Luk. 1:74-75). Kita harus melayani Dia dalam kekudusan dan kebenaran selama kita hidup di bumi.
Berapa lama kita hidup di bumi, selama itulah kita seharusnya melayani Dia (beribadah, LAI) dalam kekudusan dan kebenaran sebagai imam-imam (1 Ptr. 2:9). Kekudusan terutama ditujukan terhadap Allah, dan kebenaran terutama ditujukan terhadap manusia. Inilah kehidupan yang ditentukan oleh Allah bagi kita. Kita harus melayani Dia dalam kekudusan dan kebenaran seumur hidup kita. Tentu saja, kita merasa sangat berhutang sebab kita harus mengakui bahwa kita belum setiap hari melayani Dia dalam kekudusan dan kebenaran, walaupun Allah telah melepaskan kita dari tangan musuh-musuh kita. Kekudusan dan kebenaran merupakan karakteristik utama dari perilaku kita di hadapan Allah, yang dengannya kita dapat melayani Dia.

11 October 2008

Lukas Volume 1 - Minggu 3 Minggu

Kelahiran dan Pemberian Nama Yohanes
Lukas 1:63-64
Ia meminta batu tulis, lalu menuliskan kata-kata ini: “Namanya adalah Yohanes.” Dan merekapun heran semuanya. Dan seketika itu juga terbukalah mulutnya dan terlepaslah lidahnya, lalu ia berkata-kata dan memuji Allah.

Ayat Bacaan: Luk. 1:7, 19-20, 59-61, 63; 2 Raj. 25:23; 2 Taw. 28:12.

Yohanes Pembaptis dilahirkan menurut kedaulatan Allah. Dia bukan dikandung dengan kekuatan alamiah orang tuanya, sebab Elisabet mandul dan keduanya telah lanjut umurnya (Luk. 1:7), melainkan oleh kuat kuasa ilahi dengan cara yang ajaib (Luk. 1:19-20). Akan tetapi tidak saja kelahirannya yang ajaib, bahkan pemberian namanya juga dengan cara yang ajaib. Ketika beberapa orang akan menamainya Zakharia menurut nama ayahnya, maka ibunya menjawab, “Jangan, ia harus dinamai Yohanes” (Luk. 1:59-60). Selanjutnya beberapa orang itu berkata, “Tidak ada di antara sanak saudaramu yang bernama demikian” (Luk. 1: 61). Maka Zakharia pun menulis di atas sebuah batu, “Namanya adalah Yohanes” (Luk. 1: 63).
Dalam Lukas 1:13 Zakharia diberi tahu oleh malaikat bahwa Elisabet akan melahirkan seorang anak laki-laki dan ia harus menamainya Yohanes. Nama ini dalam bahasa Ibrani disebut Yehohanan yang disingkat menjadi Yohanan (2 Raj. 25:23; 2 Taw. 28:12). Sedangkan dalam bahasa Yunaninya adalah Ioannes, yang berarti Yehova berkenan, Yehova menunjukkan kasih karunia, atau Yehova adalah Pemberi yang murah hati. Orang-orang itu memang benar saat mengatakan bahwa tidak ada seorang pun dari sanak saudara Elisabet yang bernama Yohanes. Pelopor Tuhan diberi nama ini karena ia akan menjadi seorang yang tidak akan memelihara tradisi-tradisi. Karena alasan inilah, maka ia tidak diberi nama yang tradisional, tetapi diberi sebuah nama yang baru.
Manusia mempunyai kecenderungan alami, yakni mengapresiasi perkara-perkara tradisi. Karena Kristus sudah datang, maka kita harus beralih dari bayangan kepada realitasnya. Kristus tidak dapat disandingkan dengan tradisi apa pun. Hari ini, sangat banyak orang Kristen terpikat oleh mujizat-mujizat, kesembuhan, nubuat, bahasa lidah, apa yang disebut pernyataan karunia, penudungan kepala dan lain sebagainya. Namun, sedikit sekali yang terpikat oleh Kristus. Alangkah kasihannya situasi semacam itu! Saudara-saudari, jika hari ini kita mau menjadi orang yang diperkenan oleh Bapa, maka tidak seharusnya kita memperhatikan lagi tradisi-tradisi ataupun perkara-perkara selain Kristus. Perhatian kita haruslah sepenuhnya tertuju kepada Kristus.

10 October 2008

Lukas Volume 1 - Minggu 2 Sabtu

Pujilah Allah atas Rahmat-Nya
Lukas 1:54-55
Ia menolong Israel, hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya, seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya.

Ayat Bacaan: Luk. 1:48-50, 52-55, 70-72; Luk. 15:20-24

Dalam Lukas 1:48-50 Maria berkata, “Sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan kuduslah nama-Nya. Rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia.” Dalam hal ini Maria menekankan rahmat Allah (Luk. 1:54, 58, 72, 78), menyadari kedudukannya yang rendah (Luk. 1:48) dan dengan rendah hati (Luk.1:52) mengakui bahwa dirinya tidak layak menuju perkenan Allah.
Rahmat Allah dan kasih karunia-Nya adalah ekspresi kasih-Nya. Ketika kita berada dalam satu keadaan yang kasihan, rahmat-Nya pertama-tama mencapai kita dan membawa kita masuk ke dalam satu situasi di mana Allah dapat memperkenan kita dengan kasih karunia-Nya. Lukas 15:20-24 menunjukkan bahwa ketika bapa melihat putranya yang hilang itu kembali, ia tergerak oleh belas kasihan kepadanya. Itu adalah rahmat, sebagai ekspresi dari kasih bapa. Rahmat Allah mencapai lebih jauh dan menjembatani pemisah di antara kita dan kasih karunia Allah.
Dalam Lukas 1:53-55 Maria berkata, “Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa; Ia menolong Israel, hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya, seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya.” Maria bukan hanya menekankan rahmat Allah tetapi juga kesetiaan-Nya (Luk. 1:70-72). Rahmat Allah memelihara keadaan mereka, dan kesetiaan-Nya memelihara kedudukan-Nya supaya Dia memperkenan mereka dengan perbuatan-perbuatan-Nya yang murah hati.
Sekalipun Maria begitu muda, ia dapat mempersembahkan satu pujian berhubungan dengan pengalamannya sendiri terhadap Allah sebagai Penyelamat dan Tuhannya. Ia dapat berbicara mengenai rahmat Allah dan kesetiaan-Nya dalam memperhatikan umat-Nya menurut janji-janji yang diberikan kepada nenek moyang mereka. Ketika kita menikmati Allah sebagai Juruselamat, bergembira karena-Nya, kita pun akan mengagungkan dan melayani Dia sebagai Tuhan.

09 October 2008

Lukas Volume 1 - Minggu 2 Jumat

Yesus, Anak Allah Yang Mahatinggi
Lukas 1:32-33
Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.”

Ayat Bacaan: Luk. 1:32-33; Kej. 14:18; Mat. 1:1; 22:45; Kis. 1:6; 15:16; Why. 11:5; 20:4, 6

Karena Tuhan Yesus dikandung dari Roh Kudus, maka Dia adalah Putra Allah. Mengenai Dia Lukas 1:32 mengatakan, “Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi.” Yang Mahatinggi adalah satu gelar ilahi. Dalam bahasa Ibrani, Yang Mahatinggi adalah Elyon (Kej. 14:18), yang menyatakan (Allah) Yang Mahatinggi. Yesus itu agung, karena Dia adalah Anak Allah Yang Mahatinggi, Allah yang Tertinggi. Karena keterkandungan itu berasal dari Roh Kudus, maka apa yang dilahirkan dari keterkandungan itu adalah hal yang kudus, sesuatu yang kudus secara mendasar. Inilah Yesus Penyelamat kita.
Bagian belakang Lukas 1:32 mengatakan tentang Manusia-Penyelamat, “Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapak leluhur-Nya.” Yesus, yang dikandung dari Roh Kudus dan lahir dari seorang dara manusia, adalah Anak Allah yang Mahatinggi, dan pada waktu yang sama Dia adalah anak seorang bangsawan, Raja Daud (Mat. 1:1; 22:45). Itulah sebabnya kita dapat mengatakan bahwa status-Nya adalah ilahi dan insani.
Lukas 1:33 melanjutkan, “Dan Ia akan memerintah atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.” Ayat sebelumnya menyingkapkan keluarga Yesus dan ayat ini menyingkapkan kerajaan-Nya. Yesus akan mendapatkan keluarga Yakub, yaitu bangsa Israel, sebagai pusat pemerintahan-Nya (Kis. 1:6; 15:16), yang melaluinya Dia akan memerintah atas seluruh dunia sebagai Kerajaan-Nya (Why. 11:15), pertama-tama dalam Kerajaan Seribu Tahun (Why. 20:4, 6) dan kemudian dalam langit baru dan bumi baru sampai selama-lamanya (Why. 22:3, 5).
Pengenalan terhadap Yesus Juruselamat kita seharusnya membuat kita bersorak, “Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku.” Roh kita perlu dipenuhi dengan sukacita karena pengalaman kita akan Allah Juruselamat kita. Kita pun perlu meninggikan Tuhan berdasarkan pengalaman kita atas rahmat-Nya yang tidak berkesudahan (Luk. 1:47-50) dan berdasarkan pengenalan kita yang subyektif atas perbuatan-perbuatan Allah yang setia dan penuh rahmat (Luk. 1: 51-55).

08 October 2008

Lukas Volume 1 - Minggu 2 Kamis

“Sesungguhnya Aku Ini adalah Hamba Tuhan”
Lukas 1:38
Kata Maria: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Lalu malaikat itu meninggalkan dia.

Ayat Bacaan: Luk. 1:30-38, 46-55; Mzm. 119:97-98, 11; Ayb. 23:12.

Hal yang paling menonjol dari Maria adalah ketaatannya kepada firman Tuhan. Ketika malaikat Gabriel berbicara kepadanya, ia menempatkan dirinya pada kedudukan seorang hamba Tuhan, sehingga ia dapat berkata, “jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (Luk.1:38). Jawaban Maria yang singkat itu sepertinya diucapkan dengan spontan tanpa mempertimbangkan resiko-resiko sosial-agama yang berlaku saat itu yang bisa saja mencelakakan keselamatan jiwanya.
Pernahkah terlintas dalam pikiran kita mengapa Maria tidak berani menolak kehendak Allah atas dirinya untuk mengandung dan melahirkan Yesus dari Roh Kudus? Dari catatan Lukas, setidaknya kita bisa menemukan beberapa alasan. Pertama, Maria menyadari bahwa dia telah beroleh kasih karunia di hadapan Allah (Luk. 1:30). Kedua, Maria memposisikan dirinya sebagai hamba Tuhan, seorang yang tidak berhak menolak kehendak Tuannya (Luk. 1:38).
Terakhir, Maria adalah seorang yang menyimpan firman Tuhan di dalam hatinya (Luk. 1:46-55). Pujian Maria merupakan kutipan dari ayat-ayat dalam Perjanjian Lama. Sebelum Maria dikunjungi oleh malaikat untuk menerima firman mengenai keterkandungan Yesus, ia sudah penuh dengan pengetahuan terhadap firman Allah. Banyak ayat dari Kitab Suci yang telah diserapnya. Karena itu, pada waktu yang tepat ia dapat mencurahkan apa yang ada di dalam dirinya untuk mempersembahkan pujian kepada Allah.
Dari pelajaran di atas, kita mengetahui bahwa untuk dipakai oleh Allah, kita perlu memiliki syarat-syarat tertentu. Salah satu syaratnya ialah pengetahuan yang tepat terhadap firman Allah. Sikap yang seharusnya dimiliki oleh kaum imani terhadap Alkitab adalah damba firman Allah, merenungkannya sepanjang hari (Mzm. 119:97, 20; 1:2), mementingkan firman Allah lebih daripada makanan dan minuman (Ayb. 23:12), dan menyimpan firman Allah di dalam hati (Mzm. 119:11, 98). Ketika kita dipenuhi dan dijenuhi oleh firman Tuhan yang kaya dan limpah, maka secara spontan kita akan dapat membicarakan Kristus kepada orang lain. Pembicaraan yang demikian akan menaburkan benih Kristus di dalam orang dan pada akhirnya akan melahirkan Kristus di dalam mereka.

07 October 2008

Lukas Volume 1 - Minggu 2 Rabu

Beroleh Kasih Karunia untuk Melahirkan Yesus
Lukas 1:30-31
Kata malaikat itu kepadanya: “Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.”

Ayat Bacaan: Luk. 1:26-35; Yoh. 7:52; 1:46; Bil. 13:16 Ibr. 4:8; Mat. 11:28-29

Maria beroleh kasih karunia di hadapan Allah untuk melahirkan Yesus (Luk. 1:30-31). Lukas 1:26-27 mengatakan, “Dalam bulan yang keenam malaikat Gabriel disuruh Allah pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria.” Galilea adalah sebuah daerah yang tidak terkenal, dan Nazaret adalah sebuah kota yang diremehkan orang (Yoh. 7:52; 1:46). Dara Maria hidup di sebuah kota yang diremehkan di suatu wilayah yang tidak memiliki ketenaran, namun Maria adalah keturunan keluarga raja dari Raja Daud (Luk. 1:31-32; Mat. 1:16).
Menurut Lukas 1:28-30, malaikat itu memberitahu Maria bahwa ia adalah orang yang dikaruniai, orang yang disertai dengan kasih karunia, dan bahwa ia beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Kemudian dalam Lukas 1:31 malaikat Gabriel itu melanjutkan berkata, “Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.” “Yesus” adalah kata Yunani yang sama dengan kata Ibrani Yosua (Bil. 13:16), yang berarti Yehova Juruselamat, atau keselamatan Yehova. Maka, Yesus bukan hanya seorang Manusia melainkan Yehova, dan bukan hanya Yehova, melainkan Yehova menjadi keselamatan kita. Jadi, Dia adalah Penyelamat kita. Dia adalah Yosua kita yang membawa kita masuk ke dalam perhentian (Ibr. 4:8; Mat. 11:28-29), yang adalah diri-Nya sendiri sebagai tanah permai bagi kita. Haleluya!
Dalam Lukas 1:35 kita nampak dengan jelas bahwa Yesus dikandung dari Roh Kudus: “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.” Matius 1:18 dan 20 memberi tahu kita bahwa Maria “mengandung dari Roh Kudus”, dan “anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus”. Ini menunjukkan bahwa unsur ilahi yang berasal dari Roh Kudus telah terkandung dalam rahim Maria sebelum dia melahirkan bagi Yesus. Melihat kehidupan Maria yang saleh dan taat kepada Tuhan, tidak mengherankan bila ia pun beroleh kasih karunia di hadapan Allah untuk melahirkan Yesus.

06 October 2008

Lukas Volume 1 - Minggu 2 Selasa

Dilahirkan dan Dibesarkan Sebagai Seorang Nazir Allah
Lukas 1:15
Sebab ia akan besar di hadapan Tuhan dan ia tidak akan minum anggur atau minuman keras dan ia akan penuh dengan Roh Kudus mulai dari rahim ibunya.

Ayat Bacaan: Luk. 1:14-17; Hak. 13:1-25; 1 Sam. 1:11, 28

Keterkandungan dan kelahiran Yohanes mirip dengan keterkandungan dan kelahiran Simson, seorang nazir yang dibangkitkan Allah dalam zaman Hakim-hakim (Hak. 13:1-25), juga mirip dengan yang terjadi pada Samuel (1 Sam. 1:11, 28). Dalam Lukas 1:14-17 setidaknya terdapat delapan butir penting yang malaikat Allah katakan tentang Yohanes, antara lain: Kelahirannya akan mendatangkan sukacita (1:14); ia akan besar di hadapan Tuhan (1:15); ia tidak minum anggur atau minuman keras (1:15); ia akan penuh dengan Roh Kudus mulai dari rahim ibunya (1:15); ia akan membuat banyak orang Israel berbalik kepada Tuhan (1:16); ia akan berjalan mendahului Tuhan (1:17); ia memiliki roh dan kuasa Elia (1:17); dan ia akan menyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak bagi-Nya (1:17).
Firman mengenai tidak minum anggur atau minuman keras di sini menunjukkan bahwa Yohanes akan menjadi seorang nazir (Bil. 6:1-4). Dia tidak akan minum anggur, tetapi akan dipenuhi Roh Kudus. Roh Kuduslah yang menggantikan anggur (Ef. 5:18). Dalam perlambangan, anggur atau segala sesuatu yang berasal dari anggur melambangkan kesenangan bumiah atau kenikmatan duniawi. Jika kita ingin berbagian dalam keimaman yang sejati, kita harus dipisahkan dari semua kesenangan bumiah. Begitu kita “meminum” sesuatu yang duniawi, maka fungsi keimaman kita pun terusak.
Meskipun Yohanes Pembaptis adalah anak imam, namun ia melayani Allah bukan menurut kelahiran, tetapi menurut prinsip nazir. Di satu pihak, sebagai seorang imam, ia dipilih oleh Allah; di pihak lain, sebagai seorang nazir, ia merelakan dirinya untuk melayani Allah. Dia pun dipenuhi dengan Roh Kudus, sehingga dapat melaksanakan amanat yang ditanggungkan kepadanya.
Melalui kelahiran kembali, semua orang Kristen telah menjadi imam dan raja, tetapi hampir semua telah dirusak oleh anggur kenikmatan duniawi. Ini adalah perkara yang sangat serius. Kita semua harus menyadari bahwa kekristenan hari ini telah merosot. Untuk mengambil kedudukan keimaman, kita harus dengan sukarela dipisahkan sepenuhnya dari anggur dunia, terpisah dari kesenangan bumiah dan kenikmatan duniawi.

05 October 2008

Lukas Volume 1 - Minggu 2 Senin

Buah dari Pengabulan Doa
Lukas 1:13
Tetapi malaikat itu berkata kepadanya: “Jangan takut, hai Zakharia, sebab doamu telah dikabulkan dan Elisabet, isterimu, akan melahirkan seorang anak laki-laki bagimu dan haruslah engkau menamai dia Yohanes.”

Ayat Bacaan: Luk. 1:7, 13; Ef. 3:20

Keterkandungan Yohanes bukanlah buah dari usaha manusia, melainkan tangan kedaulatan Allah yang bekerja melalui doa manusia. Hal itu dapat kita lihat dalam Lukas 1:7 “Tetapi mereka tidak mempunyai anak, sebab Elisabet mandul dan keduanya telah lanjut umurnya.” Menurut akal sehat kita, Zakharia dan Elisabet ini tidak mungkin dapat melahirkan anak dengan kondisi seperti itu. Akan tetapi Alkitab mencatat bahwa Allah telah mengabulkan doa Zakharia.
Lukas 1:13 mengatakan, “Jangan takut, hai Zakharia, sebab doamu telah dikabulkan. Elisabet, istrimu, akan melahirkan seorang anak laki-laki bagimu dan haruslah engkau menamai dia Yohanes”. Dari ayat ini kita seharusnya menyadari bahwa melalui doa kita, Allah dapat melakukan sesuatu yang melampaui pemahaman akal budi kita (Ef. 3:20). Yohanes terlahir di keluarga Zakharia, sepenuhnya adalah karena doa. Bila Zakharia dan Elisabet tidak berdoa, tentu Allah tidak dapat memakai mereka untuk melahirkan seorang Yohanes Pembaptis, pembuka jalan bagi Tuhan.
Selama hidupnya di dunia, orang Kristen mempunyai satu hak utama, yaitu hak memperoleh pengabulan doa. Begitu Anda dilahirkan kembali, Anda dapat berdoa kepada Allah dan Allah mau mendengarkan doa Anda; itulah satu hak utama yang Allah karuniakan kepada Anda. Injil Yohanes 16 menerangkan kepada kita, bila kita berdoa demi nama Tuhan, Allah akan mengabulkan doa kita, agar sukacita kita menjadi penuh.
Kapankah terakhir kali doa Anda dikabulkan Allah? Bila kita sering berdoa, namun doa kita jarang dikabulkan; atau setelah menjadi orang Kristen beberapa tahun, doa kita tidak pernah Allah kabulkan satu kali pun, itu berarti kita telah mengidap suatu “penyakit” yang parah. Kalau setelah kita menjadi orang Kristen tiga atau lima tahun, namun doa kita satu pun belum pernah Allah kabulkan, itu membuktikan hidup kekristenan kita tidak beres. Tujuan berdoa ialah agar doa itu dikabulkan. Doa-doa yang tidak dikabulkan adalah doa-doa yang sia-sia. Kita harus berdoa terus sampai doa kita dikabulkan. Berdoa tidak saja untuk pembinaan rohani, bahkan untuk beroleh pengabulan Allah.

04 October 2008

Lukas Volume 1 - Minggu 2 Minggu

Hidup Benar di Hadapan Allah
Lukas 1:6
Keduanya adalah benar di hadapan Allah dan hidup menurut segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat.

Ayat Bacaan: Luk. 1:5-6.

Dalam Lukas 1:5-6 kita dapat mengetahui bahwa pada zaman Herodes, ada seorang imam yang bernama Zakharia. Zakharia mempunyai seorang istri bernama Elisabet. Keduanya hidup benar di hadapan Allah dan menuruti segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat. Mereka adalah umat pilihan Allah yang berada dalam pengawalan hukum Taurat Perjanjian Lama. Karena mereka hidup benar dan menuruti segala perintah dan ketetapan Tuhan inilah maka Allah memperhatikan mereka.
Lukas 1:6 dikatakan bahwa “keduanya hidup benar di hadapan Allah”,(TL.) ini menunjukkan bahwa mereka berdua, Zakharia dan Elisabet memiliki kehidupan yang sesuai dengan Allah. Lalu selanjutnya juga memberitahukan kepada kita bahwa mereka menuruti “segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat”. Alkitab tidak menyebut bahwa mereka adalah orang yang menuruti peraturan dan ketetapan Tuhan dengan sebagian atau setengah. Ini berarti bahwa mereka adalah orang yang mutlak terhadap Allah.
Dipakai atau tidaknya seseorang oleh Allah tergantung pada kemutlakkannya. Dengan adanya kehidupan yang benar, dan ketaatan yang mutlak kepada Allah yang demikian maka Tuhan mempercayakan kepada mereka untuk membuka jalan bagi kelahiran sang pelopor Manusia-Penyelamat. Kiranya apa yang dialami oleh Zakharia dan Elisabet juga menjadi pelajaran bagi kita. Orang yang mau dipakai oleh Allah adalah orang yang memiliki kehidupan yang benar dan mutlak terhadap Allah. Dengan jalan ini barulah kita bisa mempersiapkan jalan bagi Manusia-Penyelamat.
Misalnya, ketika Tuhan menyuruh kita pergi memberitakan Injil, jika kita adalah orang yang taat maka dengan spontan kita akan pergi memberitakan. Namun jika kita tidak benar dan tidak taat, maka kita akan mengajukan segudang alasan untuk tidak memberitakan Injil. Mungkin kita akan berkata, “Tuhan, minggu-minggu ini saya masih sibuk. Bagaimana kalau bulan depan?” Bagi kita, umat Perjanjian Baru, hidup benar di hadapan Allah berarti taat dan mutlak terhadap pimpinan Tuhan di batin kita. Ketaatan dan kemutlakan yang demikian akan membuka jalan bagi Tuhan untuk melaksanakan kehendak-Nya.

03 October 2008

Lukas Volume 1 - Minggu 1 Sabtu

Menerima Sumber Moralitas yang Tertinggi
Kolose 1:21
Juga kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah dan yang memusuhi-Nya dalam hati dan pikiran seperti yang nyata dari perbuatanmu yang jahat.

Ayat Bacaan: Kej. 1:26; 2:9; Kol. 1:21

Walaupun manusia diciptakan oleh Allah menurut gambar dan rupa-Nya (Kej. 1:26), namun manusia telah gagal menempuh suatu kehidupan dalam standar moralitas yang tertinggi. Mengapa? Sebab manusia hanya memiliki gambar Allah, belum memiliki realitas Allah sebagai kasih, terang, kudus, dan benar. Realitas dari atribut-atribut ilahi ini sebenarnya adalah Allah sendiri. Inilah sebabnya Allah dalam Kejadian pasal dua meletakkan manusia di depan diri-Nya sendiri seperti yang ditandai oleh pohon hayat, yang menunjukkan bahwa Allah menghendaki manusia menerima Dia sebagai hayatnya, sehingga manusia dapat memiliki realitas kasih, terang, kudus, dan kebenaran (Kej. 2:9). Ini akan membuat manusia mampu menempuh suatu kehidupan dalam standar moralitas yang tertinggi.
Jadi, moralitas yang tertinggi bukanlah hasil pengembangan budi pekerti manusia seperti yang banyak di ajarkan di sekolah-sekolah, melainkan berasal dari menerima Allah sebagai hayat kita. Manusia gagal menampilkan moralitas yang tertinggi di lingkungan mereka bukan karena kurangnya pendidikan atau pengajaran, melainkan kekurangan Allah. Bila Allah belum masuk ke dalam kita, tidak satu pun dari kita yang sanggup memiliki kehidupan dengan standar moralitas yang tertinggi. Hal ini sudah pasti dan sudah terbukti (Kol. 1:21).
Pada suatu kali, ketika Watchman Nee memberitakan Injil di Universitas Kim-Leng, China, dia berkata, “Semua orang ateis adalah orang yang tidak bermoral.” Saat itu banyak mahasiswa ateis yang sangat tidak puas setelah mendengar perkataan itu. Hari berikutnya, mereka hadir lagi mendengarkan Injil. Ketika Watchman Nee memberitakan Injil, mereka di bawah menggosok-gosokkan sepatu di lantai, dengan tujuan agar Watcman Nee tidak bisa memberitakan Injil dengan baik. Hari ketiga mereka datang lagi, bukan saja menggosok sepatu, ditambah mengacung-acungkan tangan, mulutnya dicibirkan ke kanan ke kiri, terus mengganggu, mengacau. Melihat situasi itu, ada seorang berkata, “Tuan Nee berkata bahwa orang yang tidak mempunyai Allah adalah orang yang tidak bermoral, perkataan ini benar, memang benar! Orang yang tidak mempunyai Allah, sungguh-sungguh tidak bermoral!”

02 October 2008

Lukas Volume 1 - Minggu 1 Jumat

Keselamatan yang Tanpa Syarat
Roma 3:23-24
Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus.

Ayat Bacaan: Rm. 4:4; 3:23-24; Ef. 2:8-9; Yoh. 15:25

Keselamatan adalah anugerah, bukan diberikan Allah kepada manusia karena ia layak menerimanya. Dikatakan dalam Roma 4:4, ”Tetapi kalau ada orang yang bekerja, upahnya tidak diperhitungkan sebagai hadiah (anugerah), tetapi sebagai haknya.” Sebaliknya anugerah berarti telah memperoleh apa yang tidak selayaknya diperoleh. Kalau itu selayaknya diperoleh, maka itu bukan lagi anugerah. “Sebab karena anugerah kamu diselamatkan” (Ef. 2:8). Karena tadinya kita tidak layak beroleh selamat, tetapi kini telah beroleh selamat, maka itulah anugerah. Seluruh pemikiran ini tergambar dengan jelas dalam Injil Lukas (Luk. 10:33-35; 23:40-43).
Roma 3:24 mengatakan, ”…..oleh anugerah telah dibenarkan dengan cuma-cuma…”. Kata “cuma-cuma” dalam bahasa aslinya sama dengan kata “tanpa alasan” seperti dalam Yohanes 15:25. Jadi anugerah Allah menghendaki manusia dibenarkan dengan cuma-cuma, berarti Allah menghendaki manusia dibenarkan tanpa alasan. Tiada seorang-pun yang dapat diselamatkan oleh perbuatan baik, dan setiap orang harus bersandar pada anugerah, baru dapat diselamatkan. Bagaimana Paulus dapat beroleh selamat? Dia bersaksi bahwa dia diselamatkan oleh anugerah. Anugerah berarti Allah menyelamatkan kita secara tanpa alasan.
Anugerah bukan diberikan sebagai imbalan atas usaha manusia. Di dalam Efesus 2:9 mengatakan, ”itu bukan hasil pekerjaanmu; jangan ada orang yang memegahkan diri.“ Sebagai manusia, kita memang sudah seharusnya berbuat baik, tetapi untuk diselamatkan di hadapan Allah bukanlah bersandar pada perbuatan. Andai kata manusia diselamatkan karena 30 persen saja bersandar pada perbuatan, maka Allah akan kehilangan kemuliaan-Nya sebanyak 30 persen. Mengapa? Sebab manusia akan memegahkan perbuatannya yang 30 persen itu. Allah tidak dapat membagi-bagikan kemuliaan-Nya kepada manusia. Allah benci akan manusia yang memegahkan dirinya. Allah ingin agar diri-Nya sendiri yang beroleh kemuliaan. Karena itu anugerah Allah bukanlah semacam imbalan atas usaha manusia, melainkan pemberian tanpa syarat. Mungkin Anda akan berkata, “Oh, inilah kasih!” Sebenarnya, tidaklah memadai menyebut hal itu kasih. Itu adalah standar moralitas yang tertinggi.

01 October 2008

Lukas Volume 1 - Minggu 1 Kamis

Manusia Kristus: Ekspresi Allah yang Sempurna
Kolose 1:15
Dialah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan.

Ayat Bacaan: Kol. 1:15; Yoh. 1:18; 1 Ptr. 1:3; Rm. 8:28; 1 Kor. 3:22-23

Kristus adalah gambar Allah yang tidak kelihatan (Kol. 1:15). Gambar Allah menunjukkan ekspresi Allah, seperti gambar seseorang menunjukkan ekspresi orang tersebut. Jika kita tidak memiliki gambar, tidak mungkin kita mengekspresikan diri kita. Kristus adalah ekspresi Allah, gambar Allah. Selaku gambar Allah, Kristus sepenuhnya mengekspresikan apa adanya Allah. Yohanes 1:18 berkata, “Tidak seorang pun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya.” Ini memberi tahu kita bahwa Kristus, sebagai Putra tunggal Allah, adalah ekspresi Allah. Tidak seorang pun yang pernah melihat Allah, namun Dia menyatakan Allah. Bapa adalah Allah yang tidak terlihat, Allah yang tersembunyi; Kristus adalah Allah yang dinyatakan.
Melalui kematian dan kebangkitan-Nya, Kristus telah membuat kita menjadi anak-anak Allah (1 Ptr. 1:3). Ini perkara yang ajaib dan mulia. Kita ini orang berdosa, hina, najis, tak berarti, tetapi kematian dan kebangkitan Tuhan membuat kita menjadi anak-anak Allah. Kita memiliki hayat Allah, sifat Allah dan kelimpahan Allah. Menjadi anak-anak Allah, berarti menjadi pernyataan dan ekspresi Allah. Dengan kata lain, Kristus adalah Anak Allah, Dia mempunyai hayat dan sifat Allah, ekspresi Allah yang sejati. Inilah kemuliaan yang Allah Bapa berikan kepada Putra, juga kemuliaan yang Tuhan berikan kepada kita melalui kematian dan kebangkitan-Nya.
Kehidupan macam apakah yang kita miliki sekarang? Apakah kita memperhidupkan Kristus ataukah hidup menurut kebudayaan? Tentu saja di dunia tidak ada seorang pun yang mengajarkan kita untuk memperhidupkan Kristus, menerima Kristus sebagai hayat dan isi kita. Semuanya ini adalah perkara yang asing bagi kebanyakan orang, bahkan bagi kebanyakan orang Kristen sekalipun. Allah mempergunakan segala sesuatu untuk menyempurnakan kita (Rm. 8:28). Karena itu, segala sesuatu adalah bagi kita, kita bagi Kristus, dan Kristus bagi Allah (1 Kor. 3:22b-23). Allah mempergunakan segala sesuatu untuk menyempurnakan kita supaya kita dapat mengekspresikan Kristus. Haleluya!