Hitstat

29 October 2008

Lukas Volume 2 - Minggu 1 Kamis

Pengalaman Atas Ujian Mengenai Penghidupan
Lukas 4:3-4
Lalu berkatalah Iblis kepada-Nya: “Jika Engkau Anak Allah, suruhlah batu ini menjadi roti.” Jawab Yesus kepadanya: “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja.”

Ayat Bacaan: Luk. 4:3-4; 2 Tim. 2:4

Banyak keluarga Kristen, khususnya para istri, tidak tahan akan ujian mengenai masalah penghidupan atau kebutuhan pokok sehari-hari. Biasanya para istri akan sangat memperhatikan jaminan hidup seperti makanan yang baik, pakaian yang layak, dan rumah yang baik. Walau hal ini kedengarannya wajar, namun seringkali merupakan suatu problema bagi para suami Kristen yang ingin melayani Tuhan secara total.
Seorang pelayan Tuhan bernama Witness Lee pernah bersaksi demikian, “Ketika pada tahun 1933 aku dipanggil oleh Tuhan untuk melayani Dia dengan meninggalkan pekerjaanku, iparku berkata, “Kau telah mempunyai pekerjaan yang baik. Kau mampu membiayai keluargamu serta membantu yang lain. Kau pun dapat berkhotbah pada hari Minggu. Mengapa harus melepaskan mata-pencaharianmu? Bagaimana kau mampu menempuh hidup? Bagaimana dengan istri dan anak-anakmu?’ Namun mereka tidak dapat mencegahku untuk melayani Tuhan sepenuhnya. Sering kali iparku bahkan menyuruh anak perempuannya yang kecil menyelinap ke dapur untuk melihat apakah kami ada makanan.”
Banyak orang Kristen yang mungkin tergerak untuk melayani Tuhan sepenuhnya. Namun begitu mereka menyadari bahwa jalan ini sempit, mereka lalu khawatir akan apa yang bakal terjadi dengan penghidupan mereka dan memutuskan untuk melupakan minat itu. Untuk mengambil jalan sempit ini, kita harus hidup bersandar iman di dalam Allah. Walau mungkin hampir setiap hari kita diuji akan apa yang akan kita makan, namun pada saat bersamaan kita justru menikmati makanan yang rohani, yakni firman Allah.
Godaan dari Iblis adalah agar kita selalu mandiri terhadap Allah. Dia tidak selalu menggoda kita untuk berbuat jahat. Mengubah batu menjadi roti memang dapat memuaskan kebutuhan tubuh, tetapi semua itu dapat membuat manusia meninggalkan Allah dan mengikuti Iblis. Demi kehendak Allah, Tuhan Yesus rela melupakan keperluan diri-Nya sendiri. Saudara saudari terkasih, adakah kita memiliki pengalaman yang demikian? “Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya” (2 Tim. 2:4).

No comments: