Hitstat

02 October 2008

Lukas Volume 1 - Minggu 1 Jumat

Keselamatan yang Tanpa Syarat
Roma 3:23-24
Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus.

Ayat Bacaan: Rm. 4:4; 3:23-24; Ef. 2:8-9; Yoh. 15:25

Keselamatan adalah anugerah, bukan diberikan Allah kepada manusia karena ia layak menerimanya. Dikatakan dalam Roma 4:4, ”Tetapi kalau ada orang yang bekerja, upahnya tidak diperhitungkan sebagai hadiah (anugerah), tetapi sebagai haknya.” Sebaliknya anugerah berarti telah memperoleh apa yang tidak selayaknya diperoleh. Kalau itu selayaknya diperoleh, maka itu bukan lagi anugerah. “Sebab karena anugerah kamu diselamatkan” (Ef. 2:8). Karena tadinya kita tidak layak beroleh selamat, tetapi kini telah beroleh selamat, maka itulah anugerah. Seluruh pemikiran ini tergambar dengan jelas dalam Injil Lukas (Luk. 10:33-35; 23:40-43).
Roma 3:24 mengatakan, ”…..oleh anugerah telah dibenarkan dengan cuma-cuma…”. Kata “cuma-cuma” dalam bahasa aslinya sama dengan kata “tanpa alasan” seperti dalam Yohanes 15:25. Jadi anugerah Allah menghendaki manusia dibenarkan dengan cuma-cuma, berarti Allah menghendaki manusia dibenarkan tanpa alasan. Tiada seorang-pun yang dapat diselamatkan oleh perbuatan baik, dan setiap orang harus bersandar pada anugerah, baru dapat diselamatkan. Bagaimana Paulus dapat beroleh selamat? Dia bersaksi bahwa dia diselamatkan oleh anugerah. Anugerah berarti Allah menyelamatkan kita secara tanpa alasan.
Anugerah bukan diberikan sebagai imbalan atas usaha manusia. Di dalam Efesus 2:9 mengatakan, ”itu bukan hasil pekerjaanmu; jangan ada orang yang memegahkan diri.“ Sebagai manusia, kita memang sudah seharusnya berbuat baik, tetapi untuk diselamatkan di hadapan Allah bukanlah bersandar pada perbuatan. Andai kata manusia diselamatkan karena 30 persen saja bersandar pada perbuatan, maka Allah akan kehilangan kemuliaan-Nya sebanyak 30 persen. Mengapa? Sebab manusia akan memegahkan perbuatannya yang 30 persen itu. Allah tidak dapat membagi-bagikan kemuliaan-Nya kepada manusia. Allah benci akan manusia yang memegahkan dirinya. Allah ingin agar diri-Nya sendiri yang beroleh kemuliaan. Karena itu anugerah Allah bukanlah semacam imbalan atas usaha manusia, melainkan pemberian tanpa syarat. Mungkin Anda akan berkata, “Oh, inilah kasih!” Sebenarnya, tidaklah memadai menyebut hal itu kasih. Itu adalah standar moralitas yang tertinggi.

No comments: