Hitstat

30 November 2017

Matius - Minggu 9 Kamis

Pembacaan Alkitab: Mat. 5:17-48
Doa baca: Mat. 5:18
Karena sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu huruf kecil atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.


Dalam berita ini kita akan melihat bagian ketiga firman Raja di atas gunung, yaitu Matius 5:17-48, mengenai hukum Taurat umat Kerajaan Surga. Konstitusi Kerajaan Surga pasti mencakup masalah hukum Taurat. Sebelum zaman Tuhan Yesus, anak-anak Israel mempunyai hukum Taurat Musa. Mereka juga memiliki nabi-nabi. Nubuat selalu membantu hukum Taurat. Ketika orang lemah dalam menaati hukum Taurat, nabi-nabi perlu datang menguatkan mereka untuk memelihara hukum Taurat. Jadi untuk menaati hukum Taurat perlu penguatan dari nabi. Sebab itu, dalam Perjanjian Lama terdapat hukum Taurat dan nabi-nabi. Inilah sebabnya Tuhan membicarakan hukum Taurat dan nabi-nabi dalam ayat 17.

Banyak orang Kristen tidak paham arti sebenarnya “menggenapi” dalam ayat 17. Melalui pelajaran, pengamatan, dan pengalaman bertahun-tahun, kita nampak bahwa kata “menggenapi” dalam ayat ini mempunyai tiga pengertian: Pertama, arti “menggenapi” di sini ialah Kristus datang untuk memelihara hukum Taurat di aspek positif. Ketika Ia hidup di bumi, Ia memelihara setiap aspek hukum Taurat lama. Ia memelihara hukum Taurat Perjanjian Lama dengan amat positif.

Karena Kristus telah memelihara hukum Taurat, Ia menjadi Yang sempurna. Kesempurnaan-Nya membuat Dia bersyarat mati di atas salib bagi kita. Inilah pemeliharaan hukum Taurat dalam arti negatif. Inilah cara kedua Kristus menggenapi hukum Taurat. Kita semua telah merusak dan melanggar hukum Taurat. Tetapi pelanggaran kita telah ditanggulangi melalui kematian penggantian Tuhan. Di atas salib Ia adalah pengganti kita, mati bagi kita untuk menggenapi tuntutan hukum Taurat di pihak negatif.

Menggenapi hukum Taurat juga berarti Kristus menyempurnakan hukum Taurat yang lama dengan hukum Taurat-Nya yang baru. Ini diekspresikan oleh firman “Tetapi Aku berkata kepadamu” (ayat 22, 28, 32, 34, 39, 44). Karena Kristus menggenapi tuntutan hukum Taurat melalui kematian penggantian-Nya di salib, dia mendatangkan hayat kebangkitan untuk melengkapi hukum Taurat, sepenuhnya menggenapi hukum Taurat. Hukum Taurat lama, hukum yang lebih rendah dengan permintaan yang harus dituruti dan tuntutan yang menghukum manusia, sudah berlalu. Umat kerajaan, sebagai anak-anak Bapa, kini hanya perlu menuruti hukum Taurat baru, hukum yang lebih tinggi, dengan hayat kebangkitan, yaitu hayat kekal Bapa.

Kematian penggantian Kristus membawa masuk hayat kebangkitan. Ketika hayat kebangkitan ini masuk ke dalam kita, hayat ini mampu melakukan pekerjaan ajaib yang merampungkan hukum Taurat. Dia memungkinkan kita untuk menggenapi hukum yang lebih tinggi. Bersandar hayat kebangkitan yang ada di dalam kita, memungkinkan kita tidak hanya mampu untuk tidak membunuh orang lain, bahkan mampu untuk tidak memarahi orang atau membenci orang. Hayat kebangkitan jauh lebih tinggi daripada hayat alamiah, sebab hayat kebangkitan ini sesungguhnya adalah hayat ilahi, hayat abadi, hayat pada taraf tertinggi. Hayat tertinggi yang di dalam kita ini mampu menggenapi tuntutan hukum tertinggi.


Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 2, Berita 17

29 November 2017

Matius - Minggu 9 Rabu

Pembacaan Alkitab: Mat. 5:13-16
Doa baca: Mat. 5:16
Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga.


Penyinaran terang itu ada dua aspek. Di aspek pertama terang itu diibaratkan sebagai kota yang menyinari orang luar. Di aspek kedua, terang itu seperti pelita di atas kaki pelita menyinari semua yang ada di dalam rumah. Butir yang terutama menjelaskan bahwa penyinaran terang mempunyai dua aspek: aspek lahiriah dan aspek batiniah. Terang sebagai kota di atas gunung menyinari orang luar, sedangkan pelita yang menyala di atas kaki pelita menerangi mereka yang berada dalam rumah. Sebagai kota, terang menyinari orang, tetapi sebagai lampu dalam rumah, terang menyinari ke dalam orang. Ini menunjukkan bahwa pengaruh kita atas orang lain tidak boleh hanya di lahir, tetapi juga di batin. Untuk menyinari orang lain secara lahiriah, kita perlu dibangun, sedangkan menyinari orang secara batiniah, kita perlu tanpa selubung apa pun. Seperti sebuah kota di atas gunung, terang tidak dapat disembunyikan dan sebagai pelita di atas kaki pelita, terang tidak seharusnya disembunyikan.

Dengan hikmat Tuhan mengatakan agar pelita itu tidak ditutup oleh gantang. Pada zaman dahulu gantang adalah suatu takaran untuk biji-bijian, sesuatu yang berhubungan dengan makanan, yang sudah tentu menyangkut masalah nafkah. Jadi, menutup pelita di bawah gantang menunjukkan kekhawatiran tentang nafkah kita. Jika kita sebagai orang Kristen khawatir akan nafkah kita dan akan banyaknya uang yang kita peroleh, kekhawatiran ini akan menjadi suatu gantang yang menutupi terang kita.

Pada akhirnya, kedua aspek penyinaran kita akan memuliakan Bapa (ay. 16). Sebutan Bapa membuktikan bahwa murid-murid, para pendengar Raja baru, dilahirkan kembali menjadi anak-anak Allah (Yoh. 1:12; Gal. 4:6). Pekerjaan baik di sini adalah perilaku umat kerajaan. Melalui perilaku ini, orang-orang dapat melihat Allah dan dibawa kepada-Nya. Penyinaran kita akan memuliakan Bapa, sebab penyinaran ini mengekspresikan apa adanya Allah. Memuliakan Allah Sang Bapa adalah memberi-Nya kemuliaan. Kemuliaan adalah Allah yang terekspresi. Ketika umat kerajaan mengekspresikan Allah dalam perilaku dan perbuatan baik mereka, orang-orang melihat Allah dan memuliakan Allah. Allah yang tersembunyi adalah Allah sendiri. Tetapi ketika Allah diekspresikan, itulah kemuliaan Allah. Jika sebagai umat kerajaan kita memiliki terang yang bersinar, Allah akan diekspresikan dalam penyinaran ini, dan semua orang yang di sekeliling kita akan nampak kemuliaan sehingga Allah terekspresikan. Bila orang lain nampak Allah dalam penyinaran kita, itulah suatu kemuliaan bagi Allah.

Kita sebagai umat kerajaan, adalah terang dunia. Sebagai terang, kita seperti kota di atas gunung dan seperti pelita yang bercahaya dalam rumah. Dari luar dan dalam kita bercahaya mengekspresikan Allah, membiarkan Allah mempunyai kemuliaan dalam pandangan orang lain. Kiranya kita memancarkan pengaruh yang sedemikian kepada mereka yang berada di sekitar kita.



Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 1, Berita 16

28 November 2017

Matius - Minggu 9 Selasa

Pembacaan Alkitab: Mat. 5:13-16
Doa baca: Mat. 5:14
Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.


Bila kita mengatakan bahwa kita adalah garam, berarti kita melakukan pengaruh kita atas bumi yang diciptakan Allah untuk melestarikan dalam kondisi semula. Bumi yang diciptakan Allah telah jatuh. Dalam suatu arti, bumi telah membusuk dan rusak. Garam membunuh kuman-kuman dan menyingkirkan kerusakan ini. Dalam hakikinya, garam merupakan unsur yang membunuh kuman-kuman perusak dan menyingkirkannya. Jadi, melalui fungsi pembunuh dan pelindung, garam memulihkan bumi kepada kondisi semula atau melestarikannya dalam kondisi semula. Jadi, fungsi garam ialah memelihara apa yang telah diciptakan oleh Allah. Seluruh bumi menjadi semakin rusak. Kita wajib menggunakan pengaruh kita atas bumi yang rusak ini. Terhadap bumi yang rusak, umat Kerajaan Surga adalah unsur yang mencegah bumi dari kerusakan penuh.

Bagi umat kerajaan, menjadi tawar berarti mereka kehilangan fungsi mengasinkan. Mereka menjadi sama seperti orang dunia dan tidak berbeda dengan orang yang tidak percaya. Menjadi sama seperti orang dunia itu berlawanan dengan hakiki yang diwahyukan dalam ayat 3-12. Ini berarti kita tidak lagi miskin dalam roh, berdukacita karena situasi yang negatif, lemah lembut, lapar, dan dahaga akan kebenaran, berbelaskasihan, suci hati dalam mencari Allah, pembuat damai, mau teraniaya demi kebenaran, dan mau dicela karena Kristus. Ini berarti bahwa kita hidup, berjalan, dan berperilaku seperti orang dunia. Jika keadaan kita demikan, kita menjadi tawar dan garam itu kehilangan fungsinya.

Terang adalah sinar pelita yang menerangi orang yang berada dalam kegelapan. Bagi dunia yang gelap, umat Kerajaan Surga sepertilah terang, mengenyahkan kegelapan dunia (ay. 4). Dalam hakikinya, umat kerajaan adalah garam yang menyembuhkan; dalam perilakunya, mereka adalah terang yang memancar. Sebagai terang yang memancar, umat kerajaan seperti sebuah kota yang terletak di atas gunung; kota yang tidak dapat disembunyikan. Akhirnya, ini akan rampung dalam kota kudus, Yerusalem Baru (Why. 21:10-11, 23-24). Hanya dengan cara dibangunkan bersama, barulah umat kerajaan dapat menjadi kota yang terletak di atas gunung. Kota ini menjadi terang yang memancar. Di Anaheim, kaum saleh berkelompok saling bertetangga. Jika praktek-praktek ini menjadi umum dan kaum saleh dalam kelompok-kelompok ini dibangun bersama, maka setiap kelompok akan menjadi bagian kota terang yang terletak di atas puncak gunung.

Dalam ketiga pasal ini Tuhan Yesus tidak menggunakan istilah “gereja”. Tetapi istilah “kerajaan” banyak kali digunakan dalam pasal-pasal ini, yang sesungguhnya menunjukkan gereja. Kerajaan yang disebutkan dalam Matius 5, 6, 7 ialah aspek gereja mengenai pemerintahan dan pelatihan. Gereja ialah aspek karunia dan hayat untuk kerajaan, dan kerajaan ialah aspek pemerintahan dan pelatihan bagi gereja. Sebab itu, firman Tuhan dalam pasal-pasal ini mengenai kerajaan sesungguhnya menunjukkan pemerin-tahan dan pelatihan dalam gereja.



Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 1, Berita 16

27 November 2017

Matius - Minggu 9 Senin

Pembacaan Alkitab: Mat. 5:13-16
Doa baca: Mat. 5:13
Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang


Setelah mewahyukan hakiki umat kerajaan, selanjutnya membicarakan mengenai pengaruh mereka. Urutannya di sini sangat bermakna. Jika umat kerajaan tidak mempunyai hakiki yang dikiaskan dalam Matius 5:3-12, mereka tidak akan berpengaruh terhadap dunia. Pengaruh umat kerajaan berasal dari hakiki mereka, berasal dari apa adanya mereka. Apabila kita, umat kerajaan, umat gereja, miskin dalam roh kita, maka Kerajaan Surga akan mempunyai tempat dalam batin kita. Kemudian kita bisa berdukacita, lemah lembut, lapar serta dahaga akan kebenaran, berbelaskasihan, suci dalam hati, pendamai, menderita aniaya, dan mendapat celaan karena Kristus. Kalau kita adalah umat yang demikian, kita pasti akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap umat di sekeliling kita. Dengan spontan kita akan mempengaruhi bumi yang rusak dan dunia yang gelap.

Karena kekurangan pengaruh kehidupan gereja yang wajar, maka seluruh dunia rusak dan berada dalam kegelapan. Hari ini, sebagai persiapan kedatangan Tuhan, sungguh sangat perlu bagi semua negara yang gelap dan rusak ini dibawa ke dalam pengaruh kehidupan gereja yang wajar.

Dalam ayat 13 Tuhan mengatakan, “Kamu adalah garam dunia (bumi)”, dan dalam ayat 14 Ia mengatakan, “Kamu adalah terang dunia.” Menurut teks bahasa Yunaninya, kata ganti di sini berbentuk jamak. “Kamu” dalam dua ayat ini tidak mengacu kepada individu, melainkan umat yang korporat. Mereka yang mempunyai sembilan berkat yang dikatakan dalam ayat 3-12 adalah umat korporat, bukan individual. Sebab itu, firman Tuhan tentang garam dan terang bukan mengenai individu. Tuhan tidak mengatakan, “Kamu adalah terang-terang dunia.” Ia menyatakan, “Kamu adalah terang dunia.” “Kamu” yang jamak hanyalah satu terang.

Janganlah mengira pengaruh umat kerajaan atas dunia ini suatu perkara individual. Kalau Anda berusaha menjadi rohani secara individual, Anda tidak akan berhasil. Bahkan kalaupun Anda dapat mencapai suatu taraf kerohanian, Anda akan menjadi kanker. Semua kerohanian yang individualistis ialah kanker yang menyerap gizi seluruh tubuh bagi diri sendiri. Kanker bukan disebabkan oleh hama penyakit, melainkan disebabkan oleh sel-sel dalam tubuh yang memisahkan diri dari sel-sel tubuh lainnya dan hanya memperhatikan diri sendiri. Bila Anda ingin menjadi rohani individualistik, Anda akan menjadi kanker. Kita semua perlu mendengar peringatan ini.

Dalam ayat 13 Tuhan mengatakan tentang bumi dan dalam ayat 14 Ia mengatakan tentang dunia. Ada perbedaan antara bumi dan dunia, dua kata ini bukan sinonim. Yang diciptakan oleh Allah ialah bumi dan yang muncul dari hasil perusakan Iblis ialah dunia. Bagi bumi yang diciptakan Allah, umat kerajaan ialah garam. Tetapi bagi dunia yang telah di-rusak Iblis, mereka adalah terang. Kita adalah garam bumi dan terang dunia.


Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 1, Berita 16

25 November 2017

Matius - Minggu 8 Sabtu

Pembacaan Alkitab: Mat. 5:3-12
Doa baca: Mat. 5:3
Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang punya Kerajaan Surga.


Anda juga akan menjadi orang yang suka damai. Orang yang serius dan ketat terhadap dirinya sendiri, berbelas-kasihan terhadap orang lain, dan suci hati terhadap Allah, adalah pembawa damai. Mereka tidak senang menyakiti atau melukai perasaan orang. Sebaliknya, mereka suka berdamai dengan orang lain. Menjadi seorang pembawa damai bukan berarti menjadi orang yang bermain politik. Meskipun kita jujur, kita tetap berbelas-kasihan terhadap orang lain. Ini memungkinkan kita menjadi suci hati di hadapan Allah, dan melihat Allah. Jika kita menjadi orang yang sedemikian, secara spontan kita akan menjadi orang yang membawa damai. Kita tidak bertengkar dengan orang lain dan melukai mereka, tetapi kita selalu memelihara perdamaian dengan mereka. Inilah yang dimaksud dengan menjadi seorang pembawa damai.

Mereka yang membawa damai akan disebut anak-anak Allah. Ini berarti bahwa orang-orang yang berada di sekitar kita akan berkata, “Orang-orang ini tidak hanya anak-anak manusia, melainkan juga anak-anak Allah.” Semua anak manusia berperang satu sama lain, tetapi anak-anak Allah, seperti Bapa Surgawi mereka, penuh perdamaian dan selalu berdamai dengan orang lain. Roma 12:18 mengatakan, “Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam damai dengan semua orang!” Tetapi, pemeliharaan perdamaian ini tidak hanya merupakan perilaku yang di luar. Itu politik. Perdamaian kita harus berasal dari hakiki kita. Kita memiliki hakiki yang membuat kita serius dan ketat terhadap diri sendiri, berbelas-kasihan terhadap orang lain, dan suci hati terhadap Allah. Karena kita memiliki hakiki ini, maka secara spontan kita akan memelihara perdamaian dengan orang lain. Ini bukanlah perdamaian yang politis; melainkan perdamaian yang mengalir keluar secara spontan dari sifat kita. Ini akan menyebabkan orang lain berkata, “Inilah anak-anak Allah.”

Jika kita memiliki hakiki yang sesuai dengan apa yang diwahyukan dalam ayat-ayat ini, beberapa orang dalam masyarakat akan menganiaya kita. Penganiayaan ini terjadi karena dua alasan: karena kebenaran dan karena Kristus. Mengapa orang lain akan menganiaya kita karena kebenaran dan karena Kristus? Semua itu hanya karena kita miskin di dalam roh, memperhatikan situasi negatif dari dunia hari ini dan berdukacita karenanya, lemah lembut terhadap lawan dan penentang, serius dan ketat terhadap diri sendiri, dan berdamai dengan semua orang. Karena itu, masyarakat yang jahat akan menganiaya kita karena kebenaran. Karena kita mau setia dan jujur, maka mereka menganiaya kita.

Jika kita menderita aniaya karena kebenaran, kitalah yang punya Kerajaan Surga. Menderita karena kebenaran merupakan syarat berbagian dalam Kerajaan Surga. Jika kita tidak tinggal dalam kebenaran, kita akan berada di luar kerajaan. Tetapi jika kita tinggal dalam kebenaran, kita akan berada dalam kerajaan, karena kerajaan secara mutlak adalah masalah kebenaran. Di dalam kerajaan tidak terdapat kesalahan, ketidakadilan, maupun perkara kegelapan; segala sesuatunya benar dan terang. Inilah hakiki kerajaan. Ketika kita miskin di dalam roh, Kerajaan Surga akan masuk ke dalam kita; dan ketika kita tinggal dalam kebenaran, Kerajaan Surga akan berdiam di dalam kita. Dalam dua keadaan ini, kitalah yang punya Kerajaan Surga. Jika kita ingin menerima Kerajaan Surga, kita harus miskin di dalam roh kita, dan jika kita ingin Kerajaan Surga tinggal di dalam kita, kita harus tinggal dalam kebenaran. Tetapi jika Anda ingin tinggal dalam kebenaran, bersiaplah menghadapi penganiayaan. Anda akan dianiaya karena kebenaran.



Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 1, Berita 15

24 November 2017

Matius - Minggu 8 Jumat

Pembacaan Alkitab: Mat. 5:3-12
Doa baca: Mat. 5:3
Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang punya Kerajaan Surga.


Meskipun kita harus adil, serius terhadap diri sendiri, tetapi kita harus belajar berbelas-kasihan terhadap orang lain dan tidak menuntut mereka. Sangatlah keliru bila orang Kristen menuntut orang lain. Jika Anda benar-benar serius dan ketat terhadap diri sendiri, Anda akan mengetahui bagaimana berbelas-kasihan terhadap orang lain. Tanpa terlebih dulu benar terhadap diri Anda sendiri, jangan berpikir untuk membelaskasihani orang lain. Setiap orang yang kendur selalu berbelas-kasihan terhadap orang lain, karena mereka telah berbelas-kasihan terhadap diri mereka sendiri. Jika seseorang bangun kesiangan setiap pagi, maka ia akan berbelas-kasihan terhadap orang lain yang bangun siang hari. Belas kasihan sedemikian ini bukan berbelas-kasihan yang benar, melainkan mutlak keliru. Tidak seorang pun yang kendur mengetahui bagaimana cara berbelas-kasihan terhadap orang lain. Hanya orang yang serius dan ketat, yaitu orang yang benar, yang mengetahui bagaimana cara berbelas-kasihan. Jika Anda ingin berbelas-kasihan terhadap orang lain sesuai dengan berkat yang kelima di atas, pertama-tama Anda harus benar terhadap diri Anda sendiri sesuai dengan berkat yang keempat.

Kita harus benar (adil) dan serius (ketat) terhadap diri sendiri, dan jangan sekali-kali memberi celah kepada diri sendiri. Tetapi bila orang lain melukai perasaan kita, dan dengan demikian menyingkapkan kekurangan mereka sendiri, kita harus berbelas-kasihan terhadap mereka. Semua orang yang membenarkan diri sendiri selalu menghakimi orang lain dan tidak membiarkan orang lain lewat. Perkataan yang dikatakan oleh Tuhan di atas gunung sama sekali berbeda dengan hal tersebut. Terhadap diri sendiri kita harus benar dan ketat, serius, dan jernih. Tetapi, terhadap orang lain, kita harus berbelas-kasihan. Terhadap diri-Nya sendiri Allah adalah benar. Tetapi jika Dia memperlakukan kita dengan sepenuh-nya benar (adil), kita akan mati terbunuh. Sebagai manusia berdosa yang telah jatuh, kita sungguh-sungguh memerlukan hati belas kasihan Allah. Kita juga harus belajar bersikap benar terhadap diri sendiri, dan berbelas-kasihan terhadap orang lain. Masalah benar terhadap diri sendiri dan berbelas-kasihan terhadap orang lain terutama bukanlah masalah kelakuan yang di luar; melainkan sikap yang di dalam, yaitu insan batiniah kita.

Berdasarkan rangkaian berkat dalam Matius 5, suci hati datang setelah pernyataan belas kasihan terhadap orang lain. Hal ini juga sesuai dengan pengalaman kita. Jika Anda tidak adil (benar) terhadap diri sendiri, tidak berbelas-kasihan terhadap orang lain, Anda akan merasa sulit menjadi orang yang suci hati terhadap Allah. Untuk menjadi suci hati di hadapan Allah, Anda harus serius dan ketat dalam memperlakukan diri sendiri, dan berbelas-kasihan dalam memperlakukan orang lain. Secara logika, hal ini sepertinya tidak beralasan. Tetapi, pengalaman riil kita membuktikan hal ini. Jika Anda tidak adil (benar) terhadap diri Anda sendiri, tidak berbelas-kasihan terhadap orang lain, Anda tidak akan suci hati terhadap Allah. Ketika kita adil (benar) terhadap diri sendiri, berbelas-kasihan terhadap orang lain, kita akan melihat Allah. Tetapi jika kita kendur terhadap diri sendiri dan menghakimi orang lain, kita akan buta, dan kita tidak dapat melihat Allah. Jika Anda memaafkan diri sendiri, tetapi menghakimi orang lain, hati Anda tidaklah suci. Hati yang suci terhadap Allah hanya datang dari perlakuan yang adil (benar) terhadap diri sendiri, dan perlakuan yang berbelas-kasihan terhadap orang lain.


Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 1, Berita 15

23 November 2017

Matius - Minggu 8 Kamis

Pembacaan Alkitab: Mat. 5:3-12
Doa baca: Mat. 5:3
Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang punya Kerajaan Surga.


Kesembilan berkat (bahagia) dalam 5:3-12 berhubungan dengan hakiki umat kerajaan. Bagaimana manusia kita tergantung pada hakiki kita. Setiap aspek dari kesembilan berkat ini terutama bukan berhubungan dengan hal-hal materi luaran, melainkan dengan apa adanya batiniah kita. Di samping apa adanya batiniah kita, ayat-ayat ini juga sedikit menyinggung tentang ekspresi yang di luar. Sebagai contoh, mengenai kebenaran. Jika Anda membaca ayat-ayat ini dengan saksama, Anda akan nampak bahwa kebenaran di sini bukan hanya merupakan masalah kelakuan yang di luar. Sebaliknya, kebenaran adalah mengalirnya apa adanya batiniah kita, yaitu ekspresi batiniah kita. Jadi, bagian pertama dari konstitusi ini (5:1-12) berhubungan dengan apa adanya batiniah umat kerajaan.

Jika kita miskin di dalam roh dan berdukacita atas situasi orang lain yang kasihan, secara spontan kita akan menjadi lemah lembut. Bahkan jika ibu mertua Anda berada dalam keadaan yang kasihan, janganlah Anda mengatainya. Bahkan keadaan istri Anda yang tercinta pun mungkin tidak positif dalam pandangan Tuhan. Jika hati dan minatnya tidak tertuju kepada Tuhan, dan ia tidak memperhatikan Kerajaan Tuhan, maka keadaannya sangatlah kasihan. Anda memiliki Tuhan Yesus dengan Kerajaan Surgawi-Nya di dalam roh Anda, tetapi bagaimana dengan istri Anda? Mungkin Anda berada dalam surga yang tertinggi, tetapi ia berada dalam neraka yang terendah. Demikian pula, perhatikanlah anak-anak Anda. Mungkin Anda mengasihi Tuhan secara penuh, tetapi anak-anak Anda sama sekali tidak mengasihi Tuhan. Karena itu, Anda harus berdukacita atas ibu mertua Anda, istri Anda, dan anak-anak Anda. Anda juga harus berdukacita atas keluarga Anda, rekan Anda, dan tetangga-tetangga Anda. Di manakah ada orang yang benar-benar bagi Tuhan? Lihatlah keadaan dunia yang kasihan hari ini, termasuk agama Kristen. Para pedagang hanya memperhatikan uang, para pelajar hanya memperhatikan pendidikan mereka, dan para pekerja hanya memperhatikan jabatan serta kedudukan mereka. Ketika kita miskin di dalam roh, kita akan berdukacita atas seluruh situasi ini. Kita akan berdukacita atas suasana dan orang-orang di sekitar kita.

Karena kita berdukacita atas orang lain, maka kita tidak akan pernah berebut dengan mereka. Karena tidak berebut dengan mereka, secara spontan kita akan menjadi lemah lembut terhadap mereka. Jika Anda belum lemah lembut terhadap istri Anda, ini menunjukkan bahwa Anda belum menjadi milik Kerajaan Surga, dan hal-hal lain masih mendiami Anda. Jika Anda telah didiami sepenuhnya oleh Kerajaan Surgawi, Anda akan berduka atas istri Anda dan menjadi lemah lembut terhadap setiap orang yang keadaannya kasihan. Jika Anda adalah seorang pelajar, Anda akan lemah lembut terhadap guru-guru dan teman-teman sekelas Anda. Anda akan lemah lembut terhadap orang lain, karena Anda memiliki perasaan yang dalam mengenai situasi Anda yang kasihan. Karena Anda telah berdoa bagi mereka dengan berduka sedemikian, maka ketika Anda berkontak dengan mereka, Anda akan menjadi lemah lembut.

Kapan kala kita lemah lembut terhadap orang lain, kita harus lapar dan haus akan kebenaran. Kita sendiri harus benar terhadap semua orang. Kita harus benar terhadap orang tua kita, suami atau istri kita, anak-anak kita, mertua dan saudara ipar kita, keluarga kita, dan tetangga-tetangga kita. Umat Kerajaan Surgawi memiliki kebenaran sedemikian ini. Jangan beranggapan bahwa jika kita berduka dan lemah lembut, kita boleh kendur. Tidak, kita harus lapar dan haus akan kebenaran.



Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 1, Berita 15

22 November 2017

Matius - Minggu 8 Rabu

Pembacaan Alkitab: Mat. 5:6-12
Doa baca: Mat. 5:12
Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di surga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.


Kebenaran dalam 5:6 menyatakan tingkah laku kita yang benar. Kebenaran ini berhubungan dengan apa adanya batiniah kita. Hal ini ditunjukkan oleh fakta bahwa kita diberi tahu agar lapar dan haus akan kebenaran, sehingga kita dipuaskan. Kebenaran di sini adalah Kristus. Kebenaran ini adalah kebenaran yang unggul, yaitu kebenaran yang berada pada taraf yang paling tinggi, yang hanya dapat dicapai oleh Kristus. Karena Tuhan adalah Dia yang menghasilkan kebenaran yang paling tinggi, maka kita harus menuntut-Nya. Kita perlu berdoa, “Tuhan, buatlah aku menjadi lapar. Berilah aku nafsu makan atas Dikau. Berilah aku hasrat untuk menuntut kebenaran yang unggul.” Jika Anda menuntut kebenaran seperti itu, Anda akan dipuaskan. Anda akan memperoleh apa yang Anda tuntut.

Berbelas-kasihan (ay. 7) adalah memberi seseorang apa yang tidak sepatutnya ia dapatkan. Demi Kerajaan Surga, kita bukan hanya perlu bersikap adil atau benar, melainkan juga berbelas-kasihan. Menerima belas kasihan adalah menerima apa yang tidak sepatutnya kita dapatkan. Jika kita berbelas-kasihan kepada orang lain, Tuhan akan membelaskasihani kita (2 Tim. 1:16, 18), terutama di takhta penghakiman-Nya (Yak. 2:12-13).

Benar adalah terhadap diri sendiri; berbelas-kasihan adalah terhadap orang lain; sedangkan suci hati (murni) adalah terhadap Allah. Terhadap diri sendiri, kita harus serius dan ketat. Terhadap orang lain, kita harus berbelas-kasihan, memberikan lebih banyak daripada yang layak mereka terima. Terhadap Allah, kita harus suci hati, tidak menuntut apa pun selain Dia. Pahala bagi orang yang suci hatinya ialah melihat Allah (ay. 8). Allah itu pahala kita. Tidak ada pahala yang lebih besar daripada Allah sendiri. Kita memperoleh pahala ini melalui serius dan ketat terhadap diri sendiri, berbelas-kasihan terhadap orang lain, dan suci hati terhadap Allah.

Jika kita lapar dan haus akan kebenaran, kita akan dianiaya karena kebenaran (ay. 10). Demi Kerajaan Surga kita perlu membayar harga karena kebenaran yang kita cari. Jika kita benar, kita akan mengalami penghakiman, tentangan, dan dianiaya. Karena itu, kita akan menderita aniaya. Jika kita mencari kebenaran dengan membayar harga, Kerajaan Surga akan menjadi milik kita: kita berada di dalam realitasnya sekarang, dan kita diberi pahala berupa manifestasinya dalam zaman yang akan datang.

Ketika kita hidup untuk Kerajaan Surga berdasarkan sifat rohaninya dan menurut prinsip surgawinya, kita akan dicela, dianiaya, dan difitnah, terutama oleh kaum agamawan, yang berpegang pada konsepsi-konsepsi agama tradisional mereka. Kaum agamawan Yahudi melakukan hal-hal itu terhadap para rasul pada masa awal Kerajaan Surga (Kis. 5:41; 13:45, 50; 2 Kor. 6:8; Rm. 3:8). Demikian pula hari ini. Jika Anda benar-benar menuntut Kristus, banyak orang dalam “denominasi” akan bangkit melawan Anda. Inilah yang kita derita hari ini. Kita menderita celaan, aniaya, dan fitnahan.

Dalam ayat 12 Tuhan Yesus mengatakan kata-kata hiburan kepada mereka yang dianiaya karena Dia. Upah bahagia yang kesembilan ini menunjukkan bahwa hasil dari delapan bahagia yang di atas juga merupakan upah. Upah ini besar dan berada di surga; ini adalah upah surgawi, bukan upah bumiah.



Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 1, Berita 14

21 November 2017

Matius - Minggu 8 Selasa

Pembacaan Alkitab: Mat. 5:4-5
Doa baca: Mat. 5:5
Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.


Meskipun kita harus sangat gembira karena mendengar bahwa hari ini kita telah berada dalam Kerajaan Surga, namun dalam ayat berikutnya Tuhan Yesus menyuruh kita untuk berdukacita. Ayat 4 mengatakan, “Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.” Seolah-olah tidak logis jika dikatakan bahwa orang yang berdukacita itu diberkati dan bahagia. Tetapi, jika kita berdoa selama beberapa waktu dengan Roh yang penuh oleh Raja dan kerajaan, kita akan mulai berdukacita karena situasi yang negatif hari ini. Seluruh suasana dunia bersifat negatif terhadap ekonomi Allah. Iblis, dosa, diri, kegelapan, dan keduniawian, mendominasi semua orang di bumi. Kemuliaan Allah dihina, Kristus ditolak, Roh Kudus terhalang, gereja menjadi terlantar, diri menjadi bobrok, dan seluruh dunia jahat. Karena itu, Allah menghendaki kita berduka atas suasana seperti itu. Karena kerajaan ada di dalam kita, maka kita tunduk, dikendalikan, dan diatur oleh Raja yang di dalam. Jika kita berada di bawah pengaturan ini, ketika kita melihat situasi dan kondisi dunia hari ini, kita akan berkeluh kesah dan berdukacita.

Tetapi, dukacita ini merupakan suatu berkat, karena Tuhan berkata bahwa siapa yang berdukacita “akan dihibur”. Jika kita berduka menurut Allah dan ekonomi-Nya, kita akan dihibur dengan jalan diberi upah Kerajaan Surga. Kita akan nampak pemerintahan surgawi Allah atas seluruh suasana yang negatif. Sering kali saya mengalami berduka dan dihibur. Janganlah kecewa. Kita harus berduka, tetapi kita penuh dengan pengharapan. Raja segera datang, musuh akan dikalahkan, dan bumi akan direbut kembali oleh Kristus. Cepat atau lambat, kita akan dihibur. Bukankah merupakan suatu hiburan ketika kita melihat demikian banyaknya orang dalam Pemulihan Tuhan yang menuntut Tuhan dan kerajaan-Nya? Sungguh hal ini merupakan suatu hiburan bagi saya! Jika Anda tidak pernah mengalami berduka dalam roh Anda, maka Anda tidak akan dapat merasakan bagaimana manis dan nikmatnya melihat demikian banyak orang yang hanya memperhatikan Kerajaan Tuhan. Karena alasan inilah kita mengasihi semua orang saleh yang terkasih dalam Pemulihan Tuhan. Semua gereja dengan semua orang salehnya yang menuntut merupakan hiburan yang nyata bagi setiap roh yang berduka.

Urutan dalam ayat-ayat ini sangat bermakna. Pertama-tama kita miskin di dalam roh untuk menerima Raja beserta kerajaan dan diisi oleh-Nya. Kemudian kita berdukacita atas situasi yang menyedihkan dan kita dihibur. Setelah itu, kita memperoleh perkataan tentang lemah lembut. Ayat 5 mengatakan,“Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.” Hari ini bumi merupakan kerajaan duniawi yang berada di bawah kekuasaan Iblis. Tetapi saatnya akan tiba, Tuhan, Sang Raja, akan memperoleh kembali dunia ini.

Lemah lembut bukan hanya berarti ramah, rendah hati, dan patuh. Lemah lembut di sini juga berarti tidak melawan penentangan dunia, melainkan menanggungnya dengan rela. Lemah lembut berarti tidak meronta, tidak melawan. Jika kita lemah lembut, rela menanggung penentangan dunia zaman ini, kita akan mewarisi bumi dalam zaman yang akan datang, seperti yang diwahyukan dalam Ibrani 2:5-8 dan Lukas 19:17, 19.



Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 1, Berita 14

20 November 2017

Matius - Minggu 8 Senin

Pembacaan Alkitab: Mat. 4:17; 5:3
Doa baca: Mat. 4:17
Sejak itu Yesus mulai memberitakan, “Bertobatlah, sebab Kerajaan Surga sudah dekat!”


Ketika Tuhan Yesus naik ke puncak gunung, murid-murid-nya datang kepada-Nya dan berada pada lingkaran yang di dalam, menjadi pendengar langsung dari pengumuman Raja baru. Hal pertama yang Ia katakan ialah, “Berbahagialah orang yang miskin di dalam roh” (5:3, Tl.). Perkataan ini merupakan kelanjutan dari pemberitaan Tuhan dalam 4:17. Dalam pemberitaan-Nya, Tuhan menanggulangi angan-angan, pikiran. Ia seolah-olah berkata, “Kalian harus bertobat. Kalian harus memiliki perubahan dalam pikiran kalian, yaitu dalam mentalitas kalian. Pikiran kalian perlu diubah.” Tentu saja Petrus, Andreas, Yakobus, dan Yohanes memiliki perubahan yang sejati dalam pengertian mereka. Pada waktu mereka menjadi pendengar langsung dari pengumuman Raja baru di lingkaran bagian dalam, tidak terdapat masalah yang berkaitan dengan pikiran mereka. Pikiran mereka telah mengalami perubahan.

Pengubahan pikiran kita membuat kita bisa masuk ke dalam kerajaan, dan kerajaan masuk ke dalam kita. Pikiran bukanlah penerima maupun ruang yang di dalam batiniah, melainkan pintu gerbang. Penerima, yaitu ruang batiniah, adalah roh kita. Jadi, pikiran kita adalah pintu gerbang, dan roh kita adalah ruang yang di dalam. Kita harus menanamkan perkataan Tuhan dalam 4:17 dengan perkataan-Nya dalam 5:3. Pikiran yang telah berubah merupakan pintu gerbang yang melaluinya Kerajaan Surga masuk ke dalam kita. Ketika kerajaan masuk, kerajaan tertanam ke dalam roh kita. Kerajaan masuk melalui pintu gerbang, yaitu pikiran kita, dan sampai pada roh kita. Jadi, yang menerima dan menyimpan kerajaan adalah roh kita, bukan pikiran kita. Karena itu, roh kita adalah penerima dan wadah Kerajaan Surga.

Tuhan Yesus, yang telah masuk ke dalam roh kita melalui pikiran, itulah Raja. Kerajaan ada bersama Dia. Ketika Raja masuk ke dalam roh seseorang, berarti kerajaan juga masuk ke dalam roh orang tersebut. Mulai saat ini, baik Raja maupun kerajaan tinggal di dalam rohnya. Dalam ajaran agama Kristen yang telah merosot hari ini, sedikit sekali ditunjukkan bahwa Kristus yang masuk ke dalam roh kita adalah Raja beserta kerajaan. Ketika Ia masuk ke dalam roh Anda, kerajaan datang bersama Dia. Sekarang kita tidak hanya memiliki Juruselamat di dalam roh kita; kita juga memiliki Raja beserta kerajaan.

Perhatikanlah keterangan waktu dari predikat dalam ayat 3: “Berbahagialah orang yang miskin di dalam roh, karena merekalah yang punya Kerajaan Surga” (Tl.). Kita harus mengubah kata gantinya dan mengatakan, “Berbahagialah kita yang miskin di dalam roh, karena kitalah yang punya Kerajaan Surga.” Sekali kita memahami makna dari ayat ini, kita akan nampak bahwa tidaklah benar jika diajarkan bahwa kerajaan ditangguhkan sampai masa seribu tahun. Kata “punya” dalam ayat ini membuktikan bahwa Kerajaan Surga adalah hak kita saat ini. Alangkah bahagianya miskin di dalam roh! Jika kita miskin di dalam roh, maka kitalah yang punya Kerajaan Surga. Jika Anda menerima perkataan ini ke dalam Anda, maka Anda tidak akan seperti yang dulu. Ayat yang satu ini lebih baik daripada seratus berita. Haleluya, kitalah yang punya Kerajaan Surga! Kita benar-benar bahagia dan diberkati. Diberkati dan berbahagialah kita yang miskin di dalam roh, karena kitalah yang punya Kerajaan Surga.


Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 1, Berita 14

18 November 2017

Matius - Minggu 7 Sabtu

Pembacaan Alkitab: Mat. 5:3
Doa baca: Mat. 5:3
Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang punya Kerajaan Surga.


Ayat 3 mengatakan bahwa orang-orang yang miskin di dalam roh akan berbahagia, karena merekalah yang punya Kerajaan Surga. Banyak orang Kristen yang ingin masuk surga, tetapi hampir tidak seorang pun yang ingin berada dalam Kerajaan Surga. Sungguh suatu hal yang keliru jika kita ingin masuk surga. Hati Allah bukan tertuju kepada surga, melainkan pada Kerajaan Surga. Berbahagialah mereka yang miskin di dalam roh, karena merekalah yang punya Kerajaan Surga.

Kerajaan Surga adalah istilah khusus yang digunakan oleh Matius, menunjukkan bahwa Kerajaan Surga berbeda dengan Kerajaan Allah. Kerajaan Allah disebutkan dalam ketiga kitab Injil lainnya. Kerajaan Allah menunjukkan pemerintahan umum Allah dari zaman azali sampai zaman abadi, meliputi kekekalan tanpa awal sebelum dunia dijadikan, nenek moyang yang terpilih (termasuk Adam saat masih di Taman Eden), bangsa Israel dalam Perjanjian Lama, gereja dalam Perjanjian Baru, Kerajaan Seribu Tahun yang akan datang (termasuk bagian surgawinya, manifestasi Kerajaan Surga, dan bagian bumiahnya, Kerajaan Mesias), dan langit baru dan bumi baru dengan Yerusalem Baru dalam kekekalan tanpa akhir. Kerajaan Surga adalah bagian khusus dalam Kerajaan Allah, bagian yang hanya terdiri atas gereja hari ini dan bagian surgawi dari Kerajaan Seribu Tahun yang akan datang. Karena itu, dalam Perjanjian Baru, khususnya dalam ketiga Injil yang lain, Kerajaan Surga, sebagai bagian dari Kerajaan Allah, juga disebut “Kerajaan Allah”. Dalam Perjanjian Lama secara umum, Kerajaan Allah sudah ada bersama bangsa Israel (21:43); secara khusus, Kerajaan Surga masih belum datang dan hanya sudah dekat ketika Yohanes Pembaptis datang (31:1-2; 11:11-12).

Kerajaan Surga terdiri atas dua bagian. Bagian pertama yaitu gereja, dan bagian kedua yaitu bagian atas Kerajaan Seribu Tahun. Semua orang Kristen hari ini berada dalam gereja. Tetapi hanya para pemenanglah yang akan berada pada bagian atas, yaitu bagian surgawi dari Kerajaan Seribu Tahun. Apa yang kita miliki dalam gereja hari ini ialah realitas Kerajaan Surga, yaitu manifestasi. Manifestasi kerajaan tidak akan terjadi sebelum masa seribu tahun. Manifestasi Kerajaan Surga akan tertampak pada bagian atas Kerajaan Seribu Tahun.

Berbahagialah orang-orang yang miskin di dalam roh, karena merekalah yang punya Kerajaan Surga (perhatikanlah bahwa Tuhan tidak mengatakan “karena merekalah yang punya Kerajaan Allah.”) Ketika kita menjadi miskin di dalam roh kita, berarti kita telah siap untuk menerima Raja Surgawi. Ketika ia masuk, ia membawa Kerajaan Surga bersama-Nya. Segera setelah menerima Raja Surgawi, kita berada di dalam gereja, tempat realitas Kerajaan Surga. Jika kita adalah para pemenang, pada kedatangan-Nya kembali Tuhan akan membawa kita ke dalam manifestasi Kerajaan Surga. Untuk memiliki Kerajaan Surga pertama-tama kita harus berpartisipasi dalam hidup gereja yang layak, normal; dan kedua kita mewarisi manifestasi Kerajaan Surga dalam bagian atas dari Kerajaan Seribu Tahun. Inilah makna dari perkataan, “karena merekalah yang punya Kerajaan Surga.” Orang-orang Kristen yang mundur, mereka akan kehilangan realitas Kerajaan Surga pada masa kini dan manifestasi Kerajaan Surga pada masa yang akan datang. Alangkah bahagianya menjadi orang yang miskin di dalam roh! Jika kita miskin di dalam roh, kitalah yang mempunyai Kerajaan Surga. Haleluya atas berkat utama dan Kerajaan Surga ini! Betapa baiknya jika kita miskin di dalam roh kita!



Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 1, Berita 13

17 November 2017

Matius - Minggu 7 Jumat

Pembacaan Alkitab: Mat. 5:3
Doa baca: Mat. 5:3
Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang punya Kerajaan Surga.


Matius 5:1-12 menggambarkan sembilan aspek hakiki umat kerajaan. Mereka adalah orang-orang yang miskin di dalam roh, yang berduka atas keadaan saat ini, yang lemah lembut dalam menanggung tentangan, yang lapar dan haus akan kebenaran, yang bermurah hati, yang suci (murni) hatinya, yang membawa damai, yang menderita aniaya karena kebenaran, dan yang dicela serta difitnah. Setiap aspek dimulai dengan kata “diberkati” (berbahagialah). Kata “diberkati” ini dalam bahasa Yunaninya memiliki arti “diberkati dan berbahagia”. Berkat dan bahagia di sini bukanlah suatu hal yang remeh, melainkan suatu hal yang berbobot. Ketika Anda mendengar perkataan, “Berbahagialah orang yang miskin dalam roh”, Anda tidak seharusnya bersorak dan melompat-lompat. Berbahagia dalam ayat ini adalah sesuatu yang dalam.

Dalam ayat 3 Raja baru berkata, “Berbahagialah orang yang miskin di dalam roh, karena merekalah yang punya Kerajaan Surga” (Tl.). Kerajaan Surga pertama-tama berhubungan dengan roh kita. Roh ini bukan mengacu kepada Roh Allah, melainkan roh insani kita, bagian yang paling dalam dari diri kita, yaitu organ untuk berkontak dengan Allah dan memahami hal-hal rohani. Miskin di dalam roh bukan berarti memiliki roh yang miskin. Memiliki roh yang miskin sangatlah menyedihkan. Tetapi jika kita miskin di dalam roh, kita bahagia. Miskin di dalam roh bukan hanya mengacu kepada rendah hati, tetapi juga dikosongkan di dalam roh, dalam kedalaman diri manusia kita, tidak berpegang pada hal-hal lama dari zaman yang lama, tetapi dibongkar untuk menerima hal-hal yang baru, hal-hal Kerajaan Surga. Kita perlu menjadi miskin, dikosongkan, dan dibongkar dalam bagian apa adanya kita yang satu ini, sehingga kita dapat memahami dan memiliki Kerajaan Surga. Ini menyiratkan bahwa Kerajaan Surga bersifat rohani, bukan bersifat materi.

Kita harus mengosongkan roh kita dari semua hal usang yang memenuhinya. Roh orang-orang Yahudi juga penuh; roh mereka sepenuhnya terisi dengan perkara-perkara agama mereka. Orang-orang Yunani penuh dengan filsafat mereka. Pernah saya bekerja dengan seorang Yunani yang sangat membanggakan bahasa dan filsafat Yunani. Meskipun pikiran dan roh orang-orang Yunani telah terisi, tetapi berdasarkan pengalaman saya bersama mereka, orang-orang Yunani agak mudah dihampakan. Mereka tidak keras kepala. Hari ini banyak juga orang Kristen yang rohnya terisi. Jika Anda berbicara dengan mereka yang berada dalam denominasi, Anda akan merasakan bahwa roh mereka terisi. Hampir semua macam orang Kristen hari ini rohnya terisi oleh hal-hal lain selain Allah. Ketika Tuhan Yesus memberitakan, “Bertobatlah, sebab Kerajaan Surga sudah dekat!” (4:17), tidak banyak orang yang dapat menerima perkataan-Nya, karena roh mereka telah terisi hal-hal lain. Minuman yang terbaik diberikan, tetapi bejana mereka telah terisi. Jadi, mereka tidak dahaga. Kapan kala roh kita terisi, kita tidak mempunyai daya muat dalam bejana kita, bahkan untuk minuman yang terbaik sekalipun. Karena itu, ketika Tuhan berbicara kepada murid-murid-Nya di atas gunung, kata pembuka dari pengumuman-Nya ialah kita harus miskin di dalam roh, yaitu roh kita harus dihampakan dari segala sesuatu.



Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 1, Berita 13

16 November 2017

Matius - Minggu 7 Kamis

Pembacaan Alkitab: Mat. 5:1
Doa baca: Mat. 5:1
Ketika Yesus melihat orang banyak itu, naiklah Ia ke atas bukit dan setelah Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya.


Matius 5, 6, dan 7 boleh disebut sebagai konstitusi Kerajaan Surga. Setiap bangsa memiliki konstitusi. Tentu saja Injil Matius, kitab mengenai Kerajaan Surga, pasti juga memiliki konstitusi. Dari perkataan yang dikatakan oleh Raja baru sebagai konstitusi Kerajaan Surga dalam ketiga pasal ini, kita nampak wahyu tentang kehidupan rohani dan prinsip-prinsip surgawi mengenai Kerajaan Surga. Sifatnya tunggal, tetapi prinsipnya jamak. Konstitusi Kerajaan Surga terdiri atas tujuh bagian: hakiki umat kerajaan (5:1-12); pengaruh umat kerajaan (5:13-16); hukum umat kerajaan (5:17-48); perbuatan benar umat kerajaan (6:1-18); kekayaan materi umat kerajaan (6:19-34); prinsip umat kerajaan dalam memperlakukan orang lain (7:1-12); dan dasar kehidupan dan pekerjaan umat kerajaan (7:13-29). Bagian pertama (Mat. 5:3-12), menggambarkan sifat dasar (hakiki) umat Kerajaan Surga yang berada di bawah sembilan berkat. Bagian ini membentangkan orang-orang yang hidup dalam Kerajaan Surga. Umat kerajaan juga harus mempunyai pengaruh atas dunia. Hakiki orang-orang kerajaan, hakiki kerajaan, mempunyai pengaruh atas dunia. Orang-orang kerajaan juga memiliki hukum. Hukum ini bukanlah hukum yang lama, hukum Musa, sepuluh perintah; hukum ini adalah hukum Kerajaan Surga yang baru. Orang-orang kerajaan adalah orang-orang yang melakukan perbuatan-perbuatan benar dan memiliki sikap yang tepat berkaitan dengan kekayaan materi. Karena umat kerajaan masih berada di bumi dalam masyarakat manusia, konstitusi Kerajaan Surga tersebut mewahyukan prinsip bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain. Akhirnya, pada bagian terakhir dari konstitusi ini, kita nampak dasar kehidupan dan pekerjaan sehari-hari umat kerajaan. Semua aspek umat kerajaan tersebut tercakup dalam ketujuh bagian konstitusi Kerajaan Surga ini.

Raja baru ini memanggil pengikut-pengikut-Nya di tepi laut, tetapi untuk menyampaikan konstitusi Kerajaan Surga, Dia naik ke atas gunung (5:1). Ini menunjukkan bahwa demi realisasi Kerajaan Surga, kita perlu pergi ke tempat yang lebih tinggi bersama-Nya. Pengumuman konstitusi Kerajaan Surga di atas gunung ini sangat bermakna. Laut melambangkan dunia yang telah dirusak oleh Iblis. Ketika kita ditangkap oleh Tuhan, kita berada di dunia yang telah dirusak oleh Iblis dan sedang berusaha mencari nafkah. Tetapi setelah Tuhan menangkap kita, Ia memimpin kita ke gunung yang tinggi, yang melambangkan Kerajaan Surga. Ini menunjukkan bahwa Kerajaan Surga bukan didirikan di tepi laut, tetapi di atas gunung. Dalam Alkitab gunung melambangkan kerajaan, khususnya Kerajaan Surga.

Tidak hanya demikian, dibawa naik ke atas gunung menunjukkan bahwa jika kita hendak mendengarkan pengumuman konstitusi Kerajaan Surga, kita tidak seharusnya berada pada dataran yang rendah, melainkan naik ke gunung yang tinggi. Untuk mendengarkan konstitusi ini kita harus berada pada dataran yang tinggi. Di tepi laut Tuhan berkata, “Ikutlah Aku.” Tetapi untuk mengumumkan konstitusi Kerajaan Surga, Ia membawa mereka ke puncak gu-nung. Mengikuti Tuhan mungkin agak mudah, tetapi mendengarkan konstitusi bagi berdirinya Kerajaan Surga menuntut kita naik ke puncak gunung yang tinggi.



Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 1, Berita 13

15 November 2017

Matius - Minggu 7 Rabu

Pembacaan Alkitab: Mat. 4:17-23
Doa baca: Mat. 4:23
Yesus pun berkeliling di seluruh Galilea; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Surga serta menyembuhkan orang-orang di antara bangsa itu dari segala penyakit dan kelemahan mereka.


Ketika Petrus dan Andreas dipanggil oleh Tuhan, mereka sedang menebarkan jala ke laut. Tuhan memanggil mereka untuk mengikuti-Nya dan berjanji akan menjadikan mereka penjala manusia. Mereka meninggalkan jala mereka, dan mengikuti Raja Kerajaan Surga untuk menjadi penjala manusia. Akhirnya, Petrus menjadi penjala besar pertama untuk mendirikan Kerajaan Surga pada hari Pentakosta (Kis. 2:37-42; 4:4). Hal yang sama juga terjadi pada Yakobus dan Yohanes (Mat. 4:21-22). Ketika mereka dipanggil oleh Tuhan, mereka sedang menambal jala mereka di dalam perahu. Begitu Tuhan memanggil mereka, mereka meninggalkan perahu dan ayah mereka serta mengikuti Dia. Yohanes dan saudaranya, sebagaimana Petrus dan Andreas, tertarik oleh Tuhan dan mengikuti Dia. Akhirnya, Yohanes menjadi penambal yang sejati, menambal lubang dalam gereja dengan ministri hayatnya.

Panggilan kepada keempat murid itu merupakan permulaan dari ministri kerajaan Raja baru yang telah diurapi. Ini merupakan dasar bagi berdirinya Kerajaan Surga. Keempat murid ini menjadi empat orang yang utama dari kedua belas rasul. Petrus dan Andreas adalah pasangan yang pertama, Yakobus dan Yohanes adalah pasangan yang kedua. Jadi, keempat murid pertama yang ditangkap oleh Tuhan Yesus menjadi keempat batu fondasi utama Kerajaan Allah, yaitu empat dari dua belas fondasi Yerusalem Baru (Why. 21:14).

Dari permulaan ministri-Nya, Raja Surgawi memberitakan Injil Kerajaan Allah. Injil dalam kitab ini disebut “Injil Kerajaan”. Ini tidak hanya mencakup pengampunan dosa (Luk. 24:47) dan penyaluran hayat (Yoh. 20:31), tetapi juga mencakup Kerajaan Surga (Mat. 24:14) dengan kuasa zaman yang akan datang (Ibr. 6:5), kuasa untuk mengusir setan dan menyembuhkan penyakit (Yes. 35:5-6; Mat. 10:1). Pengampunan dosa dan penyaluran hayat adalah untuk kerajaan.

Sewaktu Tuhan berkeliling di seluruh Galilea, Ia menyembuhkan berbagai penyakit di antara banyak orang. Tuhan Yesus memperluas ministri-Nya dengan melakukan keempat perkara ini: berkeliling, mengajar, memberitakan, dan menyembuhkan. Dalam pekerjaan Injil hari ini kita juga harus berkeliling, mengajar, memberitakan, dan menyembuhkan. Kita memerlukan keempat perkara ini; kita tidak boleh mengabaikan maupun memandang rendah penyembuhan. Kita tidak boleh mengikuti pelaksanaan kekristenan fundamental yang hanya memiliki sedikit sekali penyembuhan, ataupun kekristenan Pentakosta yang terlalu banyak menekankan hal ini, bahkan memiliki penyembuhan yang keliru, yang hanya berupa pertunjukan. Kita harus berjalan pada langkah Tuhan Yesus yang berkeliling, mengajar, memberitakan, dan menyembuhkan. Janganlah beranggapan bahwa kita tidak mempercayai mukjizat. Kita percaya sepenuhnya pada mukjizat. Kita mengikuti pimpinan Tuhan untuk berkeliling, memberitakan, dan menyembuhkan.

Dengan bercahaya sebagai terang yang besar, Tuhan menawan keempat nelayan muda itu untuk menjadi murid-murid-Nya. Keempat murid ini berkeliling bersama Raja ke seluruh Galilea sebagaimana Ia mengajar, memberitakan, dan menyembuhkan. Hasilnya ialah banyak orang yang mengikuti-Nya (ayat 25) bagi Kerajaan Surga. Inilah permulaan berdirinya Kerajaan Surga.


Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 1, Berita 12

14 November 2017

Matius - Minggu 7 Selasa

Pembacaan Alkitab: Mat. 4:16
Doa baca: Mat. 4:16
Bangsa yang diam dalam kegelapan, telah melihat Terang yang besar dan bagi mereka yang diam di negeri yang dinaungi maut, telah terbit Terang.


Ketika Tuhan datang kepada kita di Laut Galilea kita, ada sesuatu yang berbeda mengenai Dia. Dalam Yohanes 1, pengenal Kristus menyatakan, “Lihatlah Anak Domba Allah!” Ketika Yohanes menyatakan bahwa Kristus adalah Anak Domba Allah, dua orang dari murid-muridnya, yaitu Andreas dan Yohanes, mengikuti Tuhan Yesus. Akhirnya, sebagaimana kita tahu, saudara Andreas, yaitu Petrus, dan saudara Yohanes, yaitu Yakobus, juga dibawa kepada Tuhan dan beroleh selamat. Meskipun demikian, Raja memiliki tujuan dan Ia memerlukan Anda sebagaimana Ia memerlukan Petrus, Andreas, Yakobus, dan Yohanes. Karena itu tiba-tiba Anak Domba Allah menampakkan diri di tempat keempat orang itu bekerja mencari nafkah. Tetapi saat ini Ia tidak datang sebagai Anak Domba — Ia datang sebagai Terang yang besar (ay. 16).

Yohanes Pembaptis adalah pelita yang menyala dan bercahaya (Yoh. 5:35). Tetapi Raja ini adalah Terangnya. Pada faktanya, Ia bukan hanya Terang, tetapi juga Terang yang besar. Petrus, Andreas, Yakobus, dan Yohanes tidak menyadari bahwa mereka berada dalam kegelapan ketika bekerja di dekat Laut Galilea mencari nafkah. Mereka berada dalam naungan maut. Inilah gambaran mengenai situasi hari ini. Banyak orang Kristen yang bertemu dengan Tuhan Yesus di tepi-tepi sungai dan beroleh selamat. Tetapi kemudian mereka tidak memperhatikan pengalaman mereka itu; sebaliknya, mereka lebih memperhatikan pekerjaan. Karena itu, mereka pergi ke Laut Galilea untuk mencari nafkah. Mereka tidak mengetahui bahwa dengan pergi ke Laut Galilea untuk mencari nafkah, mereka telah masuk ke dalam kegelapan dan naungan maut. Puji Tuhan, Raja baru tidak tinggal di Yerusalem! Ia datang ke tepi Laut Galilea, dan Ia masih datang ke tepi Laut Galilea hari ini, berjalan menyusur pantai untuk mendapatkan kita. Saat ini Ia datang bukan sebagai Anak Domba yang kecil, melainkan sebagai Terang yang besar. Ketika Petrus dan Andreas sedang menjala ikan, terang besar ini bercahaya atas mereka. Ketika Tuhan berdiri dan bercahaya atas mereka, mungkin Ia berkata, “Petrus dan Andreas, apa yang sedang kalian lakukan di sini? Tidak ingatkah kalian bahwa Aku pernah bertemu kalian di dekat Sungai Yordan? Petrus, tidak ingatkah kamu bagaimana Aku mengubah namamu?” Hari itu di tepi Laut Galilea, Terang yang besar bercahaya atas mereka.

Ministri Raja baru untuk Kerajaan Surga bukan dimulai dengan kuasa bumiah, melainkan dengan terang surgawi, yaitu Raja itu sendiri sebagai terang hayat yang memancar dalam naungan maut. Ketika Tuhan yang sebagai terang memulai ministri-Nya, Ia tidak menggunakan kekuatan dan kekuasaan. Ia sama dengan manusia pada umumnya, yaitu berjalan menyusur pantai. Tetapi sewaktu Ia datang kepada keempat murid itu di Laut Galilea, Ia bercahaya atas mereka sebagai Terang yang besar, yang bercahaya dalam kegelapan dan negeri yang dinaungi maut. Pada saat itu, Petrus, Andreas, Yakobus, dan Yohanes, diterangi dan ditarik. Telah kita tunjukkan bahwa Yohanes Pembaptis adalah magnet yang besar. Tetapi Tuhan Yesus adalah magnet yang paling besar daripada semuanya. Ketika Ia bercahaya atas keempat murid itu, mereka tertarik dan tertawan. Mereka segera meninggalkan pekerjaan mereka dan mengikuti Orang Nazaret kecil ini.

Tidak hanya demikian, Tuhan Yesus memanggil keempat murid ini bukannya untuk memulai suatu pergerakan maupun revolusi. Sebaliknya, Ia menarik murid-murid ini kepada diri-Nya sendiri bagi berdirinya Kerajaan Surga.


Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 1, Berita 12

13 November 2017

Matius - Minggu 7 Senin

Pembacaan Alkitab: Mat. 4:12
Doa baca: Mat. 4:12
Tetapi waktu Yesus mendengar bahwa Yohanes telah ditangkap, menyingkirlah Ia ke Galilea.


Menurut konsepsi manusia, Yesus seharusnya memulai ministri-Nya dari Bait Suci di kota suci, yaitu Yerusalem. Tetapi datanglah berita yang mengatakan bahwa pendahulu-Nya, yaitu Yohanes Pembaptis, telah dipenjarakan. Ini merupakan tanda bagi Raja baru bahwa Yerusalem telah menjadi tempat penolakan. Karena itu, Ia tidak seharusnya memulai ministri kerajaan-Nya di sana.

Atas ekonomi-Nya, Allah menghendaki suatu perubahan yang mutlak, yakni perubahan dari ekonomi yang lama ke ekonomi yang baru. Ekonomi yang lama telah menghasilkan agama luaran, Bait Suci luaran, kota luaran, dan sistem penyembahan luaran. Segala sesuatu dalam ekonomi yang lama disusun secara luaran. Dalam ekonomi-Nya yang baru Allah membuang semuanya itu dan memulai suatu permulaan yang baru. Situasi di bawah kedaulatan Allah sesuai dengan perubahan dalam ekonomi Allah ini. Karena Yerusalem telah menolak pengenal Raja baru itu, maka Tuhan Yesus sadar bahwa Ia tidak seharusnya memulai ministri-Nya di sana. Di Yerusalem tidak ada sambutan bagi-Nya.

Dalam bergerak bersama-sama dengan Tuhan, kita harus menghindari dua macam ekstrem. Ekstrem pertama ialah ekstrem adikodrati. Beberapa orang mengatakan bahwa mereka tidak perlu memperhatikan keadaan sekitar mereka, karena mereka memiliki Roh. Sedangkan ekstrem lainnya terlalu banyak memperhatikan sejarah dan kecenderungan alamiah. Namun dalam Matius 4, Raja baru tidak semata-mata bergerak sesuai dengan apa yang disebut pimpinan rohani, juga tidak menurut sejarah atau kecenderungan alamiah. Sebaliknya, Ia bergerak bersama-sama dengan ekonomi Allah sesuai dengan petunjuk-petunjuk dalam suasana sekitar-Nya. Ia pergi ke Galilea, ke tanah Zebulon dan tanah Naftali untuk bersinar sebagai Terang yang besar bagi bangsa yang diam dalam kegelapan dan negeri yang dinaungi maut (4:15-16).

Raja baru ini memulai ministri-Nya bukan di kota kudus ataupun Bait Suci, melainkan di Galilea, bahkan di Laut (LAI: Danau) Galilea. Pendahulu-Nya melayani di tepi sungai, di padang gurun, tetapi Ia memulai ministri-Nya di dekat Laut Galilea. Galilea adalah tempat dengan penduduk campuran, orang Yahudi dan orang bukan Yahudi. Karena itu, tempat ini disebut “Galilea, wilayah bangsa-bangsa lain”, dan diremehkan oleh orang-orang Yahudi ortodoks (Yoh. 7:41, 52). Raja baru yang diangkat memulai ministri rajani-Nya untuk Kerajaan Surga di tempat yang diremehkan seperti itu, jauh dari ibukota negara, Yerusalem yang terhormat dengan Bait Suci, pusat agama ortodoks. Ini menyiratkan bahwa ministri Raja yang baru diurapi adalah untuk Kerajaan Surgawi yang berbeda dengan kerajaan Daud yang bumiah (Kerajaan Mesias). Yohanes Pembaptis melayani di tepi sungai, karena ia dipersiapkan untuk menguburkan setiap orang yang datang kepadanya untuk bertobat. Raja baru melayani di sekitar Laut Galilea. Dalam Alkitab, Sungai Yordan melambangkan penguburan dan kebangkitan, yaitu pengakhiran dan pertumbuhan. Tetapi Laut Galilea melambangkan dunia yang telah dirusak oleh Iblis. Jadi, Yordan adalah tempat penguburan, sedangkan Laut Galilea adalah dunia yang telah rusak.



Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 1, Berita 12

11 November 2017

Matius - Minggu 6 Sabtu

Pembacaan Alkitab: Mat. 4:8-11
Doa baca: Mat. 4:10
Lalu berkatalah Yesus kepadanya, “Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!”


Karena pertama kali Tuhan Yesus telah mengalahkannya dengan jalan mengutip Alkitab, si pencoba meniru cara-Nya dan dalam pencobaannya yang kedua, ia mencobai Dia juga dengan mengutip Alkitab, namun secara licik. Mengutip ayat Alkitab mengenai satu aspek dari suatu hal menuntut kita memperhitungkan aspek lainnya juga, untuk diselamatkan dari tipuan si pencoba. Inilah yang dilakukan Raja baru di sini untuk menghadapi pencobaan kedua dari si pencoba. Sering kali kita perlu memberi tahu si pencoba, “Ada pula tertulis.”

Setelah kalah dalam pencobaannya mengenai agama, Iblis mengajukan pencobaannya yang ketiga kepada Raja baru, kali ini mengenai kemuliaan dunia ini. Iblis telah memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dan kemegahannya. Urutan pencobaan si licik selalu datang secara demikian: pertama, berhubungan dengan penghidupan manusia; kedua, berhubungan dengan agama; dan ketiga, berhubungan dengan kemegahan duniawi. Dalam banyak pencobaan, ketiga perkara ini pasti ada. Pencobaan ketiga adalah masalah kemegahan dunia, promosi, ambisi kedudukan, dan cita-cita hari depan. Semuanya ini adalah kemegahan dunia.

Lukas 4:6 mengatakan bahwa kerajaan dunia beserta kemegahannya telah diserahkan kepada Iblis; karena itu, Iblis dapat memberikannya kepada siapa saja yang dikehendakinya. Sebelum kejatuhannya, Iblis adalah penghulu malaikat yang ditunjuk oleh Allah sebagai penguasa dunia (Yeh. 28:13-14). Karena itu, dia disebut “penguasa dunia ini” (Yoh. 12:31), yang menguasai semua kerajaan dunia ini dan kemegahannya. Karena ingin disembah, dia memamerkan semua ini untuk mencobai Raja yang baru diurapi. Raja yang Surgawi mengalahkan pencobaan ini, tetapi antikristus yang akan datang tidak demikian (Why. 13:2, 4).

Raja baru menghardik Iblis atas apa yang dipamerkannya dan mengalahkan dia dengan berdiri pada kedudukan manusia untuk menyembah dan melayani Allah semata. Menyembah atau melayani apa pun selain Allah untuk mendapatkan keuntungan merupakan pencobaan dari Iblis, agar dia bisa mendapatkan penyembahan. Tuhan seolah-olah berkata kepada Iblis, “Iblis, sebagai seorang manusia, Aku, Yesus, menyembah Allah dan hanya berbakti kepada-Nya saja. Kau adalah musuh Allah, dan Aku tidak pernah menyembahmu. Aku tidak mengharapkan kemegahan dunia ataupun kerajaan dunia. Iblis, enyahlah dari hadapan-Ku!”

Betapa perlunya kita mengatasi ketiga macam pencobaan ini: pencobaan penghidupan, pencobaan kekuatan agama, dan pencobaan kemuliaan yang sia-sia. Jika kita mengalahkan hal-hal ini, kita benar-benar adalah umat kerajaan yang mengikuti Raja Surgawi kita. Jika kita membunuh ketiga pencobaan ini dengan berkata, “Aku tidak peduli penghidupanku, kekuatan agama, ataupun kedudukan duniawi”, maka setan tidak dapat berbuat sesuatu terhadap kita. Haleluya, Raja Surgawi kita telah mengalahkan si pencoba, mengalahkannya dalam ketiga pencobaan ini!



Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 1, Berita 11

10 November 2017

Matius - Minggu 6 Jumat

Pembacaan Alkitab: Mat. 4:5-7
Doa baca: Mat. 4:7
Yesus berkata kepadanya, “Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!”


Sekarang kita tiba pada butir ujian yang pertama. Pada saat pembaptisan Kristus, Bapa membuka surga sambil mendeklarasikan, “Inilah Anak-Ku yang terkasih” (3:17). Segera setelah deklarasi ini, Roh Kudus membawa manusia ini ke padang gurun untuk diuji dan melihat apakah Dia memperhatikan kehidupan jasmani-Nya ataukah kehidupan rohani-Nya. Kemudian, berdasarkan deklarasi Allah Bapa, si pencoba datang untuk mencobai manusia ini dengan berkata, “Jika engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti” (ayat 3). Tetapi Dia menjawab dengan perkataan Alkitab, “manusia ... ,” yang menunjukkan bahwa Dia berdiri pada kedudukan manusia untuk menanggulangi musuh. Setan-setan menyebut Yesus sebagai Anak Allah (8:29), tetapi roh-roh jahat tidak mengakui bahwa Yesus datang dalam tubuh daging (1 Yoh. 4:3), karena dengan mengakui Yesus sebagai manusia, mereka menyatakan bahwa mereka sudah kalah. Meskipun setan-setan mengakui Yesus sebagai Anak Allah, Iblis tidak akan membiarkan manusia mempercayai Dia sebagai Anak Allah, karena dengan berbuat demikian, manusia akan beroleh selamat (Yoh. 20:31).

Raja yang baru diurapi menghadapi pencobaan musuh bukan hanya dengan perkataan-Nya sendiri, tetapi dengan firman Alkitab, yang dikutip dari Ulangan 8:3. Perkataan ini menunjukkan bahwa Tuhan Yesus mengambil firman Allah dalam Alkitab sebagai makanan-Nya dan Dia hidup berdasarkan firman itu.

Pencobaan pertama Iblis terhadap Raja baru berhubungan dengan perkara penghidupan manusia. Setelah kalah dalam hal ini, Iblis beralih ke pencobaan yang kedua, perkara agama, dengan mencobai Raja baru untuk memamerkan bahwa Dia adalah Anak Allah, melalui menjatuhkan diri-Nya dari bubungan Bait Allah (ay. 6). Tuhan Yesus tidak perlu melakukan hal ini. Ini hanyalah suatu pencobaan yang membujuk Dia untuk memamerkan bahwa sebagai Anak Allah, Dia mampu bertindak dengan mukjizat. Pikiran untuk melakukan hal-hal yang berbau mukjizat dalam agama adalah pencobaan Iblis.

Ujian kedua mengenai keagamaan. Hal-hal mencengangkan dalam agama adalah mukjizat-mukjizat. Menurut konsepsi manusia, agama yang tidak memiliki mukjizat itu tidak memiliki kekuatan. Agama yang sangat kuat adalah agama yang penuh dengan mukjizat. Sebab itu Iblis membawa Raja yang baru ke bubungan bait dan mencobai Dia untuk menjatuhkan diri, dan berkata bahwa malaikat-malaikat akan melindungi Dia. Jangan mengira bahwa Anda tidak pernah mempunyai pikiran untuk melakukan hal semacam ini. Dalam kehidupan sehari-hari saya sering berpikir ingin melakukan perkara-perkara untuk menunjukkan kepada khalayak ramai bahwa saya adalah seorang yang ajaib dan saya memiliki kekuatan-kekuatan gaib. Tidakkah Anda mempunyai konsepsi demikian dalam kehidupan kristiani Anda? Kadang-kadang kita diuji pada saat perlu melakukan sesuatu, dan di saat lain kita diuji ketika tidak ada keperluan untuk melakukan sesuatu. Dalam perkara ini, Yesus tidak perlu menjatuhkan diri-Nya dari bubungan bait.



Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 1, Berita 11