Hitstat

13 November 2017

Matius - Minggu 7 Senin

Pembacaan Alkitab: Mat. 4:12
Doa baca: Mat. 4:12
Tetapi waktu Yesus mendengar bahwa Yohanes telah ditangkap, menyingkirlah Ia ke Galilea.


Menurut konsepsi manusia, Yesus seharusnya memulai ministri-Nya dari Bait Suci di kota suci, yaitu Yerusalem. Tetapi datanglah berita yang mengatakan bahwa pendahulu-Nya, yaitu Yohanes Pembaptis, telah dipenjarakan. Ini merupakan tanda bagi Raja baru bahwa Yerusalem telah menjadi tempat penolakan. Karena itu, Ia tidak seharusnya memulai ministri kerajaan-Nya di sana.

Atas ekonomi-Nya, Allah menghendaki suatu perubahan yang mutlak, yakni perubahan dari ekonomi yang lama ke ekonomi yang baru. Ekonomi yang lama telah menghasilkan agama luaran, Bait Suci luaran, kota luaran, dan sistem penyembahan luaran. Segala sesuatu dalam ekonomi yang lama disusun secara luaran. Dalam ekonomi-Nya yang baru Allah membuang semuanya itu dan memulai suatu permulaan yang baru. Situasi di bawah kedaulatan Allah sesuai dengan perubahan dalam ekonomi Allah ini. Karena Yerusalem telah menolak pengenal Raja baru itu, maka Tuhan Yesus sadar bahwa Ia tidak seharusnya memulai ministri-Nya di sana. Di Yerusalem tidak ada sambutan bagi-Nya.

Dalam bergerak bersama-sama dengan Tuhan, kita harus menghindari dua macam ekstrem. Ekstrem pertama ialah ekstrem adikodrati. Beberapa orang mengatakan bahwa mereka tidak perlu memperhatikan keadaan sekitar mereka, karena mereka memiliki Roh. Sedangkan ekstrem lainnya terlalu banyak memperhatikan sejarah dan kecenderungan alamiah. Namun dalam Matius 4, Raja baru tidak semata-mata bergerak sesuai dengan apa yang disebut pimpinan rohani, juga tidak menurut sejarah atau kecenderungan alamiah. Sebaliknya, Ia bergerak bersama-sama dengan ekonomi Allah sesuai dengan petunjuk-petunjuk dalam suasana sekitar-Nya. Ia pergi ke Galilea, ke tanah Zebulon dan tanah Naftali untuk bersinar sebagai Terang yang besar bagi bangsa yang diam dalam kegelapan dan negeri yang dinaungi maut (4:15-16).

Raja baru ini memulai ministri-Nya bukan di kota kudus ataupun Bait Suci, melainkan di Galilea, bahkan di Laut (LAI: Danau) Galilea. Pendahulu-Nya melayani di tepi sungai, di padang gurun, tetapi Ia memulai ministri-Nya di dekat Laut Galilea. Galilea adalah tempat dengan penduduk campuran, orang Yahudi dan orang bukan Yahudi. Karena itu, tempat ini disebut “Galilea, wilayah bangsa-bangsa lain”, dan diremehkan oleh orang-orang Yahudi ortodoks (Yoh. 7:41, 52). Raja baru yang diangkat memulai ministri rajani-Nya untuk Kerajaan Surga di tempat yang diremehkan seperti itu, jauh dari ibukota negara, Yerusalem yang terhormat dengan Bait Suci, pusat agama ortodoks. Ini menyiratkan bahwa ministri Raja yang baru diurapi adalah untuk Kerajaan Surgawi yang berbeda dengan kerajaan Daud yang bumiah (Kerajaan Mesias). Yohanes Pembaptis melayani di tepi sungai, karena ia dipersiapkan untuk menguburkan setiap orang yang datang kepadanya untuk bertobat. Raja baru melayani di sekitar Laut Galilea. Dalam Alkitab, Sungai Yordan melambangkan penguburan dan kebangkitan, yaitu pengakhiran dan pertumbuhan. Tetapi Laut Galilea melambangkan dunia yang telah dirusak oleh Iblis. Jadi, Yordan adalah tempat penguburan, sedangkan Laut Galilea adalah dunia yang telah rusak.



Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 1, Berita 12

No comments: