Hitstat

25 November 2017

Matius - Minggu 8 Sabtu

Pembacaan Alkitab: Mat. 5:3-12
Doa baca: Mat. 5:3
Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang punya Kerajaan Surga.


Anda juga akan menjadi orang yang suka damai. Orang yang serius dan ketat terhadap dirinya sendiri, berbelas-kasihan terhadap orang lain, dan suci hati terhadap Allah, adalah pembawa damai. Mereka tidak senang menyakiti atau melukai perasaan orang. Sebaliknya, mereka suka berdamai dengan orang lain. Menjadi seorang pembawa damai bukan berarti menjadi orang yang bermain politik. Meskipun kita jujur, kita tetap berbelas-kasihan terhadap orang lain. Ini memungkinkan kita menjadi suci hati di hadapan Allah, dan melihat Allah. Jika kita menjadi orang yang sedemikian, secara spontan kita akan menjadi orang yang membawa damai. Kita tidak bertengkar dengan orang lain dan melukai mereka, tetapi kita selalu memelihara perdamaian dengan mereka. Inilah yang dimaksud dengan menjadi seorang pembawa damai.

Mereka yang membawa damai akan disebut anak-anak Allah. Ini berarti bahwa orang-orang yang berada di sekitar kita akan berkata, “Orang-orang ini tidak hanya anak-anak manusia, melainkan juga anak-anak Allah.” Semua anak manusia berperang satu sama lain, tetapi anak-anak Allah, seperti Bapa Surgawi mereka, penuh perdamaian dan selalu berdamai dengan orang lain. Roma 12:18 mengatakan, “Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam damai dengan semua orang!” Tetapi, pemeliharaan perdamaian ini tidak hanya merupakan perilaku yang di luar. Itu politik. Perdamaian kita harus berasal dari hakiki kita. Kita memiliki hakiki yang membuat kita serius dan ketat terhadap diri sendiri, berbelas-kasihan terhadap orang lain, dan suci hati terhadap Allah. Karena kita memiliki hakiki ini, maka secara spontan kita akan memelihara perdamaian dengan orang lain. Ini bukanlah perdamaian yang politis; melainkan perdamaian yang mengalir keluar secara spontan dari sifat kita. Ini akan menyebabkan orang lain berkata, “Inilah anak-anak Allah.”

Jika kita memiliki hakiki yang sesuai dengan apa yang diwahyukan dalam ayat-ayat ini, beberapa orang dalam masyarakat akan menganiaya kita. Penganiayaan ini terjadi karena dua alasan: karena kebenaran dan karena Kristus. Mengapa orang lain akan menganiaya kita karena kebenaran dan karena Kristus? Semua itu hanya karena kita miskin di dalam roh, memperhatikan situasi negatif dari dunia hari ini dan berdukacita karenanya, lemah lembut terhadap lawan dan penentang, serius dan ketat terhadap diri sendiri, dan berdamai dengan semua orang. Karena itu, masyarakat yang jahat akan menganiaya kita karena kebenaran. Karena kita mau setia dan jujur, maka mereka menganiaya kita.

Jika kita menderita aniaya karena kebenaran, kitalah yang punya Kerajaan Surga. Menderita karena kebenaran merupakan syarat berbagian dalam Kerajaan Surga. Jika kita tidak tinggal dalam kebenaran, kita akan berada di luar kerajaan. Tetapi jika kita tinggal dalam kebenaran, kita akan berada dalam kerajaan, karena kerajaan secara mutlak adalah masalah kebenaran. Di dalam kerajaan tidak terdapat kesalahan, ketidakadilan, maupun perkara kegelapan; segala sesuatunya benar dan terang. Inilah hakiki kerajaan. Ketika kita miskin di dalam roh, Kerajaan Surga akan masuk ke dalam kita; dan ketika kita tinggal dalam kebenaran, Kerajaan Surga akan berdiam di dalam kita. Dalam dua keadaan ini, kitalah yang punya Kerajaan Surga. Jika kita ingin menerima Kerajaan Surga, kita harus miskin di dalam roh kita, dan jika kita ingin Kerajaan Surga tinggal di dalam kita, kita harus tinggal dalam kebenaran. Tetapi jika Anda ingin tinggal dalam kebenaran, bersiaplah menghadapi penganiayaan. Anda akan dianiaya karena kebenaran.



Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 1, Berita 15

No comments: