Pembacaan Alkitab: Mat. 4:1-4
Doa baca: Mat. 4:4
Tetapi Yesus menjawab, “Ada tertulis:
Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari
mulut Allah.”
Dalam berita ini kita tiba pada masalah ujian
terhadap Raja yang baru dilantik (4:1-11). Setelah diurapi, Tuhan dicobai.
Urutan dalam administrasi Allah selalu pemilihan, pengurapan, dan pengujian.
Setelah sang Raja Surgawi diurapi dan dilantik, Dia dibawa oleh Roh Kudus ke
padang gurun untuk diuji. Dia pergi ke padang gurun bukan atas maksud-Nya
sendiri, melainkan dibawa oleh Roh Kudus yang turun di atas-Nya. Dalam
kehidupan pernikahan, Allah juga membawa kita ke dalam ujian. Ada sejumlah
saudara saudari muda yang mengeluh kepada Allah, “Tuhan, sebelum aku menikah,
aku telah banyak berdoa kepada-Mu. Akhirnya Engkau memberi tahu aku bahwa
kehendak-Mu ialah supaya aku menikah dengan dia; dia adalah orang yang Engkau
sediakan bagiku. Tuhan, Engkau tahu pada mulanya aku tidak tertarik, namun
dalam kuasa kedaulatan-Mu, Engkau mengatur kami bersama. Namun lihatlah situasi
hari ini. Lihatlah pada orang yang Engkau berikan kepadaku. Engkau yang salah
atau aku yang salah?” Baik Tuhan maupun Anda tidak melakukan kesalahan. Ini
adalah ujian Tuhan.
Pertama-tama, Roh membawa Raja yang telah
diurapi untuk dicobai oleh Iblis. Pencobaan ini adalah suatu ujian untuk
membuktikan bahwa Dia bersyarat menjadi Raja Kerajaan Surgawi. Iblis dalam
bahasa Yunaninya diterjemahkan diabolos,
artinya pendakwa, pemfitnah (Why. 12:9-10). Iblis, yaitu Satan, mendakwa kita
di hadapan Allah dan memfitnah kita di hadapan manusia.
Ujian pertama adalah masalah penghidupan
insani, yaitu masalah nafkah. Tuhan dibawa berpuasa selama empat puluh hari
empat puluh malam. Setelah empat puluh hari empat puluh malam ini, Ia lapar,
dan si pencoba datang kepada-Nya sambil berkata, “Jika Engkau Anak Allah,
perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti” (ayat 3). Terhadap usul ini
Tuhan menjawab, “Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman
yang keluar dari mulut Allah.” Banyak orang Kristen mengira bahwa selama Tuhan
berpuasa, Dia tentu tidak makan apa-apa. Namun ayat ini mewahyukan bahwa selama
Tuhan Yesus berpuasa, Dia pun makan. Secara lahiriahnya Ia berpuasa, namun
secara rohaninya Ia makan.
Di sini kita nampak satu prinsip penting.
Dalam ministri dan ekonomi Tuhan, jika kita tidak tahu bagaimana merendahkan
keperluan jasmani kita dan memperhatikan keperluan rohani, kita tidak bersyarat
bagi ministri-Nya. Agar bersyarat dalam ministri Tuhan, kita harus diuji. Kita
harus mengorbankan keperluan jasmani kita. Tempat tinggal yang baik, makanan
yang lezat, dan pakaian yang indah, semuanya tak lain hanyalah keperluan
sekunder. Makan makanan rohani itulah yang primer. Begitu dibaptis, Tuhan Yesus
dibawa ke dalam situasi di mana Dia bisa mendeklarasikan kepada seluruh alam
semesta bahwa Dia bukan untuk kebutuhan jasmani, melainkan hanya untuk
kebutuhan rohani. Selama empat puluh hari empat puluh malam Dia mengabaikan
semua makanan jasmani, melupakan tuntutan jasmani. Sebaliknya, Dia
memperhatikan keperluan rohani. Meskipun Dia tidak makan untuk mempertahankan
tubuh jasmani-Nya, tetapi Ia makan banyak untuk memelihara roh-Nya. Perkiraan
setan tentang Tuhan Yesus tidak makan selama hari-hari di padang gurun itu
mutlak salah. Sementara Dia berpuasa terhadap makanan jasmani, Dia makan
makanan rohani. Inilah ujian dalam masalah penghidupan kita.
Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 1, Berita 11
No comments:
Post a Comment