Hitstat

09 November 2017

Matius - Minggu 6 Kamis

Pembacaan Alkitab: Mat. 4:1-4
Doa baca: Mat. 4:4
Tetapi Yesus menjawab, “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.”


Dalam berita ini kita tiba pada masalah ujian terhadap Raja yang baru dilantik (4:1-11). Setelah diurapi, Tuhan dicobai. Urutan dalam administrasi Allah selalu pemilihan, pengurapan, dan pengujian. Setelah sang Raja Surgawi diurapi dan dilantik, Dia dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun untuk diuji. Dia pergi ke padang gurun bukan atas maksud-Nya sendiri, melainkan dibawa oleh Roh Kudus yang turun di atas-Nya. Dalam kehidupan pernikahan, Allah juga membawa kita ke dalam ujian. Ada sejumlah saudara saudari muda yang mengeluh kepada Allah, “Tuhan, sebelum aku menikah, aku telah banyak berdoa kepada-Mu. Akhirnya Engkau memberi tahu aku bahwa kehendak-Mu ialah supaya aku menikah dengan dia; dia adalah orang yang Engkau sediakan bagiku. Tuhan, Engkau tahu pada mulanya aku tidak tertarik, namun dalam kuasa kedaulatan-Mu, Engkau mengatur kami bersama. Namun lihatlah situasi hari ini. Lihatlah pada orang yang Engkau berikan kepadaku. Engkau yang salah atau aku yang salah?” Baik Tuhan maupun Anda tidak melakukan kesalahan. Ini adalah ujian Tuhan.

Pertama-tama, Roh membawa Raja yang telah diurapi untuk dicobai oleh Iblis. Pencobaan ini adalah suatu ujian untuk membuktikan bahwa Dia bersyarat menjadi Raja Kerajaan Surgawi. Iblis dalam bahasa Yunaninya diterjemahkan diabolos, artinya pendakwa, pemfitnah (Why. 12:9-10). Iblis, yaitu Satan, mendakwa kita di hadapan Allah dan memfitnah kita di hadapan manusia.

Ujian pertama adalah masalah penghidupan insani, yaitu masalah nafkah. Tuhan dibawa berpuasa selama empat puluh hari empat puluh malam. Setelah empat puluh hari empat puluh malam ini, Ia lapar, dan si pencoba datang kepada-Nya sambil berkata, “Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti” (ayat 3). Terhadap usul ini Tuhan menjawab, “Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.” Banyak orang Kristen mengira bahwa selama Tuhan berpuasa, Dia tentu tidak makan apa-apa. Namun ayat ini mewahyukan bahwa selama Tuhan Yesus berpuasa, Dia pun makan. Secara lahiriahnya Ia berpuasa, namun secara rohaninya Ia makan.

Di sini kita nampak satu prinsip penting. Dalam ministri dan ekonomi Tuhan, jika kita tidak tahu bagaimana merendahkan keperluan jasmani kita dan memperhatikan keperluan rohani, kita tidak bersyarat bagi ministri-Nya. Agar bersyarat dalam ministri Tuhan, kita harus diuji. Kita harus mengorbankan keperluan jasmani kita. Tempat tinggal yang baik, makanan yang lezat, dan pakaian yang indah, semuanya tak lain hanyalah keperluan sekunder. Makan makanan rohani itulah yang primer. Begitu dibaptis, Tuhan Yesus dibawa ke dalam situasi di mana Dia bisa mendeklarasikan kepada seluruh alam semesta bahwa Dia bukan untuk kebutuhan jasmani, melainkan hanya untuk kebutuhan rohani. Selama empat puluh hari empat puluh malam Dia mengabaikan semua makanan jasmani, melupakan tuntutan jasmani. Sebaliknya, Dia memperhatikan keperluan rohani. Meskipun Dia tidak makan untuk mempertahankan tubuh jasmani-Nya, tetapi Ia makan banyak untuk memelihara roh-Nya. Perkiraan setan tentang Tuhan Yesus tidak makan selama hari-hari di padang gurun itu mutlak salah. Sementara Dia berpuasa terhadap makanan jasmani, Dia makan makanan rohani. Inilah ujian dalam masalah penghidupan kita.



Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 1, Berita 11

No comments: