Pembacaan Alkitab: 1 Ptr. 3:14-15
Doa baca: 1 Ptr. 3:14
Tetapi sekalipun kamu
harus menderita juga karena kebenaran, kamu akan berbahagia. Sebab itu
janganlah kamu takuti apa yang mereka takuti dan janganlah gentar.
Jika kita takut dan cemas
karena penganiayaan, itu menyatakan sepertinya kita tidak memiliki Tuhan di dalam
hati kita (ay. 14-15). Karena itu, ketika kita menderita aniaya, kita harus memperlihatkan
kepada orang lain bahwa kita memiliki Kristus sebagai Tuhan di dalam kita.
Inilah yang dimaksud dengan menguduskan Dia, memisahkan Dia dari ilah-ilah,
tidak merendahkan Dia sehingga Dia terlihat seperti berhala yang tidak
berhayat.
Pengharapan yang dikatakan
dalam ayat 15 adalah pengharapan yang hidup dari warisan hayat kekal. Ini
adalah satu pengharapan untuk kelak dalam pengembaraan kita hari ini; bukan pengharapan
akan hal-hal yang obyektif, melainkan pengharapan hayat, yaitu hayat yang kekal
dengan segala berkat ilahi yang tidak ada habisnya. "Rasa takut" (hormat,
LAI) yang dimaksudkan oleh Petrus dalam ayat 15 adalah rasa takut yang ibadah, yang
kudus. Petrus membicarakan rasa takut beberapa kali dalam surat ini, sebab
pengajaran surat ini menyinggung pemerintahan Allah.
Dalam penderitaan-penderitaan
yang berasal dari penentangan dan penganiayaan, kita harus menguduskan Kristus
sebagai Tuhan di dalam hati kita. Dalam penderitaan penganiayaan, kita harus
mengkhususkan Kristus; kita harus memperlihatkan bahwa Dia cemerlang, mutlak berbeda
dari berhala-berhala. Menguduskan Kristus sebagai Tuhan di dalam hati kita
bukanlah satu masalah aktivitas lahiriah untuk menyisihkan Dia dari hal-hal
yang biasa atau umum. Ini adalah masalah yang batiniah. Menguduskan Kristus
sebagai Tuhan di dalam hati kita berarti ketika kita berada di bawah
penganiayaan, kita memiliki Tuhan di dalam hati kita. Jika kita membiarkan Tuhan
menjadi Tuhan di dalam hati kita ketika kita menderita penganiayaan, kita akan mengekspresikan-Nya.
Pengekspresian ini dengan spontan akan menguduskan Kristus dan menyisihkan-Nya
dari berhala-berhala.
Dulu saya pernah memberi tahu
Anda kisah yang saya dengar tentang seorang wanita muda yang mati martir saat
"Pemberontakan Boxer" di China. Peristiwa itu terjadi di Beijing. Karena
pergerakan Boxer, semua perdagangan di kota ditutup. Seorang pemuda yang baru belajar
berdagang tidak berani membuka pintu rumahnya. Sambil mengintip lewat
celah-celah pintu, dia melihat para Boxer berparade di jalan. Dia mendengar
tangisan dan teriakan. Dia melihat beberapa Boxer dengan pedang di tangan mereka
sedang mengancam seorang wanita muda. Wanita itu adalah seorang Kristen. Dia
duduk di dalam sebuah kereta yang akan membawa dia ke tempat di mana dia akan dihukum
mati. Walaupun para Boxer mengelilinginya, berteriak, menggertak, dan
mengancam, dia tidak takut. Wajahnya bercahaya dan dia bergembira di dalam
Tuhan dan memuji-Nya. Orang muda ini sangat terkesan dengan apa yang
dilihatnya. Sebagai orang yang belum percaya pada saat itu, dia lalu memutuskan
bahwa dia akan mempelajari kepercayaan orang Kristen. Dia berkata kepada
dirinya sendiri, "Jika hal ini tidak lebih daripada agama orang Barat,
mengapa wanita muda ini tidak takut terhadap ancaman dan gertakan? Mengapa dia tidak
takut mati? Mengapa wajahnya bercahaya, dan mengapa dia bergembira?"
Pemuda ini tidak tahu bahwa wanita ini memuji Tuhan. Di kemudian hari, pemuda ini
percaya Tuhan dan menjadi seorang penginjil.
Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Petrus, Buku 2, Berita 24
No comments:
Post a Comment