Hitstat

24 May 2016

1 Petrus - Minggu 12 Selasa



Pembacaan Alkitab: 1 Ptr. 3:1-3
Doa Baca: 1 Ptr. 3:1
Demikian juga kamu, hai istri-istri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan istrinya.


Sekarang mari kita melihat 3:1-7. Ayat 1 mengatakan, "Demikian juga kamu, hai istri-istri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan istrinya." Seperti hamba taat kepada tuannya, istri seharusnya tunduk kepada suaminya. Hal ini bertentangan dengan gerakan emansipasi wanita. Gerakan emansipasi itu berlawanan dengan Alkitab, karena gerakan itu menyalahi ketetapan Allah dalam menciptakan laki-laki dan perempuan. Menurut pernyataan Petrus (3:7), Allah menciptakan perempuan sebagai bejana yang lemah. Negara mana yang menggunakan perempuan sebagai pasukan tempur utama dalam militer? Perempuan lebih lemah secara jasmani dan jiwani. Karena itu, perempuan mudah menangis, dan menangis adalah tanda kelemahan; selain itu pikiran dan emosi perempuan mudah terpengaruh. Semua ini menyatakan bahwa perempuan adalah bejana yang lemah.

Dalam ayat 1 Petrus berkata kepada para istri, jika mereka tunduk kepada suaminya, para suami akan dimenangkan tanpa perkataan melalui kelakuan istrinya. "Perkataan" di sini mengacu kepada firman Allah (1 Ptr. 1:23, 25; Rm. 10:8; Ef. 1:13). Karena kelakuan istrinya, seorang suami bisa didapatkan (dimenangkan) karena kelakukan istrinya yang menggugah orang. Saudari-saudari, tidak ada seorang pun yang dapat menggugah suami kalian seperti kalian. Kalian perlu memiliki cara hidup yang sedemikian rupa sehingga suami kalian tergugah olehnya. Kalau suami Anda tidak taat kepada firman, sang suami akan didapatkan oleh cara hidup Anda, bukan oleh khotbah.

Dalam ayat 2 Petrus melanjutkan, "Jika mereka melihat bagaimana murni dan salehnya hidup istri mereka itu." Kata "murni" di sini juga berarti polos, suci. Dalam bahasa aslinya seakar dengan kata "kudus" dalam ayat 5 dan 1:15. Cara hidup yang polos dan suci tentu adalah cara hidup yang kudus (1:15), cara hidup yang unggul (2:12) dan cara hidup yang baik (3:16). Di sini Petrus mengatakan bahwa suami-suami akan mengamati cara hidup yang murni dari istri mereka.

Kata "saleh" secara harfiah berarti "dalam rasa takut", menjelaskan kemurnian cara hidupnya. Rasa takut dalam ayat ini mengacu kepada rasa takut yang kudus (lihat Flp. 2:12). Ini adalah peringatan yang sehat, serius, agar kita berperilaku kudus. Rasa takut ini beberapa kali disebutkan dalam surat ini, karena ajaran Petrus dalam surat ini terutama mengenai pemerintahan Allah. Cara hidup saudari yang sudah menikah harus memiliki rasa takut yang kudus dan saleh.

Ayat 3 mengatakan, "Perhiasanmu janganlah secara lahiriah, yaitu dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah." Rambut perempuan oleh Allah dimaksudkan sebagai kemuliaan mereka dan tanda ketaatan mereka (1 Kor. 11:15; Kid. 4:1; 6:5; 7:5). Tetapi rambut itu telah disalahgunakan oleh banyak orang, khususnya mereka yang pada masa surat ini ditulis menempuh hidup dengan mewah dan cemar dalam Kekaisaran Romawi, untuk mempercantik daging mereka yang penuh nafsu dengan menghiasinya secara berlebihan, memakai emas dan barang-barang mahal lainnya. Istri-istri Kristen, sebagai perempuan-perempuan yang kudus, harus mutlak terpisah dari praktek yang disalahkan oleh Allah ini.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Petrus, Buku 1, Berita 22

No comments: