Pembacaan Alkitab: 1 Ptr. 3:4-6
Doa Baca: 1 Ptr. 3:5
Sebab demikianlah caranya
perempuan-perempuan kudus dahulu berdandan, yaitu perempuan-perempuan yang
menaruh pengharapannya kepada Allah; mereka tunduk kepada suaminya.
Dalam ayat 4 Petrus melanjutkan, "Tetapi perhiasanmu
ialah manusia batiniah (dalam hati) yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak
binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat
berharga di mata Allah." Manusia
batiniah (dalam hati) yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal
dari roh yang lemah lembut dan tenteram ini menunjukkan bahwa roh yang lemah
lembut dan tenteram di dalam kita adalah manusia batiniah yang tersembunyi.
Hati kita tersusun dari semua bagian jiwa kita, yaitu pikiran, emosi, dan tekad,
ditambah bagian utama dari roh kita, yakni hati nurani (Ibr. 4:12). Di antara
semua bagian itu, roh kita berada di pusat. Karena itu, roh kita adalah manusia
batiniah yang tersembunyi. Sebagai istri, saudari-saudari di dalam Tuhan
seharusnya memiliki manusia batiniah sebagai perhiasan mereka di hadapan Allah,
yaitu apa adanya batiniah mereka yang tersembunyi, yang dihias dengan roh yang
lemah lembut dan tenteram. Perhiasan rohani sedemikian ini sangat berharga dalam
pandangan Allah, dan tidak dapat binasa, tidak seperti perhiasan materi dengan
mengepang-mengepang rambut atau mengenakan emas dan pakaian yang dapat binasa.
Sering kali roh saudari
sebagai istri Kristen tidak lemah lembut. Saudari-saudari, ketika kalian sedang
bertengkar dengan suami, apakah roh kalian itu lemah lembut dan tenteram? Suami
istri bertengkar adalah suatu perkara yang umum, bahkan keadaan semacam ini
terdapat di mana-mana. Misalnya, suami mempunyai usul, tetapi istri tidak menyetujui.
Suami ingin pergi ke tempat tertentu, tetapi istri malah berjalan ke tempat
lain. Akibat ketidakcocokan ini adalah pertengkaran.
Bagi istri ada satu pelajaran
yang serius yaitu jangan berdebat, jangan bertengkar dengan suami.
Saudari-saudari perlu mengetahui, ketika bertengkar dengan suami, mereka tidak
memiliki roh yang lemah lembut dan tenteram. Tetapi jika seorang saudari sebagai
istri terus mempertahankan roh yang lemah lembut dan tenteram, ia tidak akan
marah-marah, bahkan tidak bertengkar dengan suaminya. Dari pengalaman dan
pengamatannya, Petrus mengenal keadaan yang riil dalam kehidupan penikahan,
maka ia berpesan agar para istri berhias diri dengan roh yang lemah lembut dan
tenteram.
Seperti telah kita tunjukkan,
roh yang lemah lembut dan tenteram adalah manusia batiniah yang tersembunyi. Kita
kaum beriman sesungguhnya mempunyai dua manusia. Yang pertama ada di dalam jiwa
kita dengan tubuh kita, inilah manusia lahiriah. Yang kedua adalah manusia batiniah
yang tersembunyi. Fakta bahwa manusia batiniah yang tersembunyi adalah roh yang
lemah lembut dan tenteram menyatakan bahwa roh kita adalah inti dari diri kita,
tersembunyi dalam hati kita. Hati ini tersusun dari pikiran, emosi, tekad, dan
hati nurani. Karena itu, roh kita dikelilingi oleh pikiran, emosi, dan tekad.
Jika roh kita lemah lembut dan tenteram, pikiran, emosi, dan tekad kita pasti terpengaruh
olehnya. Tentu saja kalau roh kita lemah lembut, maka pikiran, emosi, dan tekad
kita pasti juga lemah lembut. Ketika kita lemah lembut, kita tenteram. Roh yang
lemah lembut dan tenteram adalah perhiasan yang indah di hadapan Allah.
Yang dikatakan dalam 1 Petrus
3:1-6 bukan hanya ajaran atau alasan manusia, melainkan sebuah gambaran tentang
penetapan Allah bagi laki-laki dan perempuan. Pengalaman kelahiran kembali kita
pun tidak dapat mengubah ketetapan Allah ini. Dalam hidup gereja hari ini,
Allah tetap menjaga aturan yang ditetapkan-Nya dalam penciptaan-Nya. Allah
menetapkan bahwa istri harus taat kepada suaminya. Selain itu, seperti telah kita
nampak, perhiasan seorang istri seharusnya "janganlah secara lahiriah,
yaitu dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan
mengenakan pakaian yang indah-indah, . . . melainkan manusia batiniah yang tersembunyi,"
perhiasan semacam ini "sangat berharga di mata Allah".
Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Petrus, Buku 1, Berita 22
No comments:
Post a Comment