Hitstat

05 June 2009

Yohanes Volume 2 - Minggu 4 Sabtu

Agama Berlawanan Dengan Hayat
Yohanes 5:16-17
... Orang-orang Yahudi berusaha menganiaya Yesus, karena Ia melakukan hal-hal itu pada hari Sabat. Tetapi Ia berkata kepada mereka: “Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga.”

Ayat Bacaan: Yoh. 5:16-20; Kej. 2:1-3; 3:6; Rm. 3:23; Mat. 11:28

Para pemimpin agama Yahudi sangat menekankan perihal memelihara hari Sabat. Mereka tidak mempedulikan hayat. Mereka juga tidak mempedulikan penderitaan umat Allah yang sedang sakit (buta, timpang, dan lumpuh). Namun, Tuhan justru bersikap sebaliknya. Tuhan tidak memperhatikan apakah hari itu Sabat atau bukan. Yang Dia perhatikan adalah membebaskan umat-Nya yang menderita di bawah naungan agama. Selama ada umat-Nya yang menderita, bagi Tuhan tidak ada hari Sabat.
Hari Sabat adalah hari perhentian, hari di mana Allah dan manusia seharusnya mendapatkan perhentian. Namun, Tuhan berkata kepada para pemimpin agama Yahudi, “Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga” (Yoh. 5:17). Perkataan ini berarti Sabat yang sejati belum ada, sebab Bapa dan Putra masih harus bekerja. Bila Sabat yang dipelihara oleh orang-orang Yahudi itu adalah sabat yang sejati, tentulah Bapa dan Putra tidak perlu bekerja lagi. Faktanya, Bapa dan Putra masih harus bekerja sampai sekarang, sebab umat-Nya telah jatuh ke dalam dosa (Kej. 3:6; Rm. 3:23).
Pekerjaan apakah yang sedang dikerjakan oleh Bapa dan Putra? Meskipun karya penciptaan Allah sudah rampung (Kej. 2:1-3), namun Bapa dan Putra tetap masih bekerja untuk penebusan dan pembangunan (Yoh. 5:17, 19-20). Bapa dan Putra bekerja untuk menebus manusia yang telah jatuh, demi mencapai tujuan Allah yang semula, yaitu membangun tempat kediaman yang kekal. Dalam Kejadian pasal satu dan dua, yang Allah kerjakan adalah ciptaan lama, sedangkan pekerjaan yang tengah dikerjakan oleh Bapa dan Putra dalam Yohanes 5:17 adalah ciptaan baru. Jadi, selama ciptaan baru belum dihasilkan dan dirampungkan, Bapa dan Putra akan terus bekerja.
Sebenarnya, Sabat yang sejati bukanlah suatu hari tertentu, melainkan seorang Persona. Tuhan Yesus berkata, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Mat. 11:28). Inilah Sabat yang sejati. Tatkala kita datang kepada-Nya, semua letih lesu, beban berat, sakit penyakit, bahkan maut, berubah menjadi hayat. Di mana ada hayat yang berlimpah, di sana ada perhentian yang sejati!

No comments: