Hitstat

01 December 2017

Matius - Minggu 9 Jumat

Pembacaan Alkitab: Mat. 5:19-22
Doa baca: Mat. 5:20
Aku berkata kepadamu: Jika kamu tidak melakukan kehendak Allah melebihi ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga.


Umat kerajaan bukan hanya menggenapi hukum Taurat, tetapi juga melengkapinya. Karena itu, sebenarnya mereka tidak meniadakan perintah yang mana pun dari hukum Taurat, bahkan yang terkecil sekalipun (ay. 19). Apakah kita akan menjadi besar atau kecil dalam Kerajaan Surga tergantung pada apakah kita memelihara atau tidak perintah hukum Taurat, bahkan yang terkecil sekalipun. Dalam ayat 19 Kristus menekankan fakta bahwa jika kita tidak memelihara semuanya bahkan yang terkecil sekalipun, melainkan meniadakannya dan mengajarkan orang lain untuk meniadakannya, kita akan menjadi yang terkecil dalam Kerajaan Surga. Tidak ada moral orang lain yang setinggi moral umat kerajaan. Janganlah mengira bahwa kita hanya memperhatikan hayat dan tidak memperhatikan moral. Hayat harus memiliki ekspresinya dan hayat yang tertinggi mempunyai ekspresi yang tertinggi. Moral tidak lain adalah ekspresi hayat. Jadi, bila Anda mempunyai hayat yang tertinggi, Anda pasti akan memiliki moral yang tertinggi sebagai ekspresi hayat ini. Kita perlu berdoa, “Tuhan berilah aku ekspresi hayat yang tertinggi. Berilah aku moral taraf tertinggi. Tuhan, aku bukan hanya orang bermoral, tetapi juga orang kerajaan.” Butir yang paling penting dan menentukan yang dititikberatkan Kristus dalam ayat-ayat ini ialah bahwa umat kerajaan harus mempunyai standar moral yang tertinggi. Jika kita nampak hal ini, kita dapat memahami Matius 5:17-48. Kita memiliki hukum Taurat yang tertinggi, hayat tertinggi, dan standar tertinggi. Melalui hayat yang tertinggi kita menggenapi hukum Taurat tertinggi dan memiliki standar yang tertinggi.

Hukum Taurat Perjanjian Lama menanggulangi perbuatan pembunuhan, tetapi hukum Taurat baru kerajaan menanggulangi amarah, yaitu motivasi pembunuhan (ay. 21-22). Karena itu, permintaan hukum Taurat baru kerajaan lebih dalam daripada permintaan hukum Taurat Lama.

Tidak memandang rendah atau mengatai orang lain juga sangat sulit bagi kita. Dalam ayat 22 Tuhan mengatakan tentang mengatai saudara kita “raka” (LAI: mencaci maki) atau “moreh” (LAI: jahil). “Raka” berarti bodoh, tolol, tidak ada gunanya. Suatu ungkapan yang merendahkan. “Moreh” berarti bloon, dungu. Ungkapan Ibrani yang bersifat menghakimi, menunjukkan suatu pemberontakan (Bil. 20:10). Ungkapan ini lebih serius daripada “Raka”, suatu ungkapan yang merendahkan. Betapa sulit untuk tidak memandang rendah seorang saudara atau tidak mengatai saudara! Seakan-akan hampir setiap hari kita kalau bukan mengatai tentu memandang rendah. Ketika Anda membaca ini, dapatkah Anda tetap mengatakan bahwa Anda itu pemenang, umat Kerajaan Surga? Janganlah putus asa. Sebaliknya lebih terdorong. Ingatlah, kita memiliki hayat pemenang. Bukankah Anda mempunyai Raja di dalam Anda? Kita adalah umat kerajaan, dan kita memiliki Raja di dalam kita. Raja ini ialah hayat rajani, hayat pemenang. Janganlah menengok kepada diri Anda sendiri. Jika Anda memandang diri sendiri, Anda akan kecewa. Lupakanlah diri Anda dan pandanglah hayat rajani yang di dalam Anda. Hayat inilah yang menjadikan kita umat Kerajaan Surga. Lupakanlah hayat alamiah Anda dan ikutilah hayat rajani ini.



Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 2, Berita 17

No comments: