Pembacaan Alkitab: Mat. 5:19-22
Doa baca: Mat. 5:20
Aku berkata kepadamu: Jika kamu tidak
melakukan kehendak Allah melebihi ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi,
sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga.
Umat kerajaan bukan hanya menggenapi hukum
Taurat, tetapi juga melengkapinya. Karena itu, sebenarnya mereka tidak
meniadakan perintah yang mana pun dari hukum Taurat, bahkan yang terkecil sekalipun (ay. 19). Apakah kita akan menjadi besar atau
kecil dalam Kerajaan Surga tergantung pada apakah kita memelihara atau tidak
perintah hukum Taurat, bahkan yang terkecil sekalipun. Dalam ayat 19 Kristus menekankan fakta bahwa jika kita
tidak memelihara semuanya bahkan yang terkecil sekalipun, melainkan
meniadakannya dan mengajarkan orang lain untuk meniadakannya, kita akan menjadi
yang terkecil dalam Kerajaan Surga. Tidak ada moral orang lain yang setinggi
moral umat kerajaan. Janganlah mengira bahwa kita hanya memperhatikan hayat dan
tidak memperhatikan moral. Hayat harus memiliki ekspresinya dan hayat yang
tertinggi mempunyai ekspresi yang tertinggi. Moral tidak lain adalah ekspresi
hayat. Jadi, bila Anda mempunyai hayat yang tertinggi, Anda pasti akan memiliki
moral yang tertinggi sebagai ekspresi hayat ini. Kita perlu berdoa, “Tuhan
berilah aku ekspresi hayat yang tertinggi. Berilah aku moral taraf tertinggi.
Tuhan, aku bukan hanya orang bermoral, tetapi juga orang kerajaan.” Butir yang paling penting dan menentukan yang dititikberatkan
Kristus dalam ayat-ayat ini ialah bahwa umat kerajaan harus mempunyai standar
moral yang tertinggi. Jika kita nampak hal ini, kita dapat memahami Matius
5:17-48. Kita memiliki hukum Taurat yang tertinggi, hayat tertinggi, dan
standar tertinggi. Melalui hayat yang tertinggi kita menggenapi hukum Taurat
tertinggi dan memiliki standar yang tertinggi.
Hukum Taurat Perjanjian Lama menanggulangi
perbuatan pembunuhan, tetapi hukum Taurat baru kerajaan menanggulangi amarah, yaitu
motivasi pembunuhan (ay. 21-22). Karena
itu, permintaan hukum Taurat baru kerajaan lebih dalam daripada permintaan
hukum Taurat Lama.
Tidak memandang rendah atau mengatai orang
lain juga sangat sulit bagi kita. Dalam ayat 22 Tuhan mengatakan tentang
mengatai saudara kita “raka” (LAI: mencaci maki) atau “moreh” (LAI: jahil).
“Raka” berarti bodoh, tolol, tidak ada gunanya. Suatu ungkapan yang
merendahkan. “Moreh” berarti bloon, dungu. Ungkapan Ibrani yang bersifat
menghakimi, menunjukkan suatu pemberontakan (Bil. 20:10). Ungkapan ini lebih
serius daripada “Raka”, suatu ungkapan yang merendahkan. Betapa sulit untuk
tidak memandang rendah seorang saudara atau tidak mengatai saudara! Seakan-akan
hampir setiap hari kita kalau bukan mengatai tentu memandang rendah. Ketika
Anda membaca ini, dapatkah Anda tetap mengatakan bahwa Anda itu pemenang, umat
Kerajaan Surga? Janganlah putus asa. Sebaliknya lebih terdorong. Ingatlah, kita
memiliki hayat pemenang. Bukankah Anda mempunyai Raja di dalam Anda? Kita
adalah umat kerajaan, dan kita memiliki Raja di dalam kita. Raja ini ialah
hayat rajani, hayat pemenang. Janganlah menengok kepada diri Anda sendiri. Jika
Anda memandang diri sendiri, Anda akan kecewa. Lupakanlah diri Anda dan
pandanglah hayat rajani yang di dalam Anda. Hayat inilah yang menjadikan kita
umat Kerajaan Surga. Lupakanlah hayat alamiah Anda dan ikutilah hayat rajani
ini.
Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 2, Berita 17
No comments:
Post a Comment