Hitstat

06 November 2006

Kejadian Volume 8 - Minggu 2 Selasa

Dipilih Menurut Kesukaan Allah
Kejadian 25:23
“Firman TUHAN kepadanya: ‘Dua bangsa ada dalam kandunganmu, dan dua suku bangsa akan berpencar dari dalam rahimmu; suku bangsa yang satu akan lebih kuat dari yang lain, dan anak yang tua akan menjadi hamba kepada anak yang muda.’”

Yakub dipilih oleh Allah bukan karena pergumulannya sendiri (Kej. 25:22-23, 26). Sama halnya kita dipilih bukan karena kita berjuang. Roma 9:11 yang mengenai Yakub dan Esau mengatakan, “Sebab waktu anak-anak itu belum dilahirkan dan belum melakukan yang baik atau yang jahat, — supaya rencana Allah tentang pemilihan-Nya diteguhkan, bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan panggilan-Nya.” Dalam ayat ini kita menemukan bahwa terpilihnya Yakub bukan hasil daya upayanya. Sebelum anak-anak itu melakukan sesuatu yang baik atau yang jahat, Allah telah berkata kepada Ribka, ibunya bahwa “anak yang tua akan menjadi hamba anak yang muda” (Rm. 9:12). Ini membuktikan bahwa pemilihan Allah bukan tergantung pada pekerjaan-pekerjaan kita. Dalam pemilihan Allah, baik atau jahatnya kelakuan kita, tidaklah berarti.
Roma 9:13 mengatakan, “Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau.” Janganlah kita mengatakan Allah itu tidak adil. Dia itu Allah. Dia itu Penyelenggara, Dia itu Pencipta. Pemilihan-Nya tidaklah tergantung pada kita, melainkan secara mutlak tergantung kepada-Nya. Bukan tergantung pada perjuangan atau pekerjaan kita, melainkan pada Dia yang memanggil. Kita ini bukan Pencipta — Dialah sang Pencipta. Dalam Roma 9, Paulus menjawab para penentangnya, seolah-olah berkata, “Tidakkah kalian tahu bahwa kalian hanyalah segumpal tanah liat, dan Allah itulah sang Penjunannya? Bukankah sang Penjunan memiliki hak untuk membuat sesuatu benda yang diinginkan dari gumpalan tanah liat ini?” Dari sini kita tahu bahwa terpilihnya kita adalah mutlak dari Allah yang memanggil.

Dipilih Menurut Belas Kasihan Allah
Rm. 9:14-16; 8:29; Ef. 1:4-5

Pemilihan Allah juga berdasarkan belas kasihan Allah (Rm. 9:14-16). Allah berfirman kepada Musa, “Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati” (Rm. 9:15). Kita semua menjadi sasaran belas kasihan Allah. Betapa kita berterima kasih kepada-Nya, karena Ia telah membelaskasihani kita! Jadi, itu bukan tergantung pada siapa yang menghendaki atau siapa yang mengejar, melainkan dari Allah yang menyatakan kemurahan hati (Rm. 9:16).
Pemilihan Allah juga dari anugerah-Nya (Rm. 11:5). Memang agak sukar untuk memahami kaitan antara belas kasihan dan anugerah dengan pemilihan Allah. Sekalipun kita telah dipilih dan dikenal oleh Allah dalam kekekalan yang azali, namun ketika Allah datang memanggil kita, kita berada dalam situasi yang menyedihkan, keadaan yang membutuhkan belas kasihan Allah. Apakah anugerah itu? Anugerah adalah sesuatu yang Allah garapkan ke dalam diri kita. Meskipun kita kasihan, namun Allah tidak menolak kita. Malahan Ia menaruh belas kasihan-Nya ke atas kita tanpa menghiraukan dakwaan Iblis. Begitu Allah tergarap ke dalam kita, itulah anugerah. Kita bukan melulu menjadi sasaran belas kasihan Allah; juga menjadi sasaran anugerah-Nya. Kita berada di bawah belas kasihan Allah, dan anugerah-Nya berada di batin kita.
Kita semua dapat bersaksi, walaupun keadaan kita sangat menyedihkan dan mengerikan, namun Allah mau masuk, dan mengaruniakan belas kasihan-Nya kepada kita, sehingga kita bertobat. Pada saat itu, sesuatu yang ilahi — anugerah Allah — tergarap ke dalam kita. Sekarang kita bukan sekadar di bawah belas kasihan Allah; kita pun mempunyai anugerah-Nya, yaitu persona Kristus yang hidup, yakni Roh itu, ada di dalam kita. Inilah seleksi Allah. Pencantuman riwayat Yakub memperlihatkan sesuatu yang dapat disebut belas kasihan dan sesuatu yang dapat disebut anugerah.
Pemilihan Allah dalam kekekalan yang azali adalah diikuti oleh penakdiran-Nya (Rm. 8:29; Ef. 1:5). Menurut bahasa Yunani, kata ini berarti dibubuhi tanda terlebih dulu. Sebelumnya Allah telah menandai kita. Sebelum kita dilahirkan, Allah telah nampak dan mengenal kita duluan. Bukan saja kita telah dipilih Allah dalam kekekalan yang azali; kita pun telah ditandai sebelumnya, dan tanda-Nya sekarang di atas diri kita. Bahkan malaikat-malaikat pun mengetahui bahwa kita telah ditandai sebelumnya. Jadi, penakdiran berarti Allah sebelumnya telah menandai kita untuk nasib tertentu — menjadi putra-putra-Nya. Ia telah memilih dan menakdirkan kita ke dalam keputraan (Ef. 1:4-5).

Penerapan:
Setelah kita mengetahui bahwa Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, apakah yang harus kita lakukan? Kita seharusnya bersikap seperti segumpal tanah liat di tangan seorang penjunan, taat sepenuhnya kepada Allah bahwa Ia sedang membentuk kita menjadi bejana yang terhormat yang dipersiapkan bagi tujuan yang mulia. Walau dalam proses ini ada penderitaan, tetapi akhir dari proses ini adalah kemuliaan.

Pokok Doa:
Ya Allah, Engkau tidak saja memilih aku di masa lampau, tetapi juga membentuk aku di jaman ini agar menjadi bejana yang cocok bagi keperluan-Mu. Karuniakanlah sebuah hati yang taat atas tangan penggarapan-Mu atas ku.

No comments: