Hitstat

02 November 2006

Kejadian Volume 8 - Minggu 1 Kamis

Diam Dekat Sumur Lahai-Roi
Kejadian 25:11
“Setelah Abraham mati, Allah memberkati Ishak, anaknya itu; dan Ishak diam dekat sumur Lahai-Roi.”

Menikmati memang adalah takdir kita. Namun kita harus pula memperhatikan tempat di mana kita memperoleh kenikmatan itu. Ishak dibesarkan di Bersyeba dekat sumur dan pohon Tamariska. Kejadian 25:11 mencatat bahwa setelah Abraham meninggal, Ishak tinggal di dekat sumur Lahai-Roi. Beer-Lahai-Roi secara literal berarti “Sumur Sang Hidup yang Memelihara Aku” atau “Dia yang Mewahyukan Diri-Nya” (Kej. 24:62; 25:11). Jadi Beer-Lahai-Roi berarti Allah mengunjungi kita dan mewahyukan diri-Nya kepada kita.
Hari ini banyak orang bertekun siang dan malam dalam kegiatan agama namun tidak memperoleh sesuatu yang berarti Mengapa demikian? Karena mereka telah kehilangan satu hal yang terpenting, yaitu satu Persona yang hidup. Kekristenan itu dibangun di atas Kristus sendiri, bukan di atas doktrin-doktrin dan pengajaran-pengajaran tentang Kristus. Karena itu fokus kita seharusnya bukan pada tata cara penyembahan atau pada doktrin-doktrin tentang kebajikan melainkan pada diri Allah sendiri, Persona hidup ini. Dia harus masuk ke dalam kita. Kehendak Allah ialah mengunjungi kita dan mewahyukan diri-Nya ke dalam kita. Inilah keperluan kita hari ini.
Kehidupan orang Kristen adalah kehidupan yang mendapatkan Kristus. Sudah berapa banyak kita mendapatkan Kristus? Kita bertumbuh dalam hayat melalui mendapatkan Kristus. Sampai tingkat mana kita mendapatkan Kristus, sampai tingkat itu pula kita bertumbuh dalam Kristus. Kita semua perlu mendapatkan Kristus, agar hayat kita bertumbuh. Pertumbuhan rohani kita diukur dengan berapa banyak Kristus yang kita dapatkan.

Ditakdirkan untuk Menikmati
Kej. 26:23-24; 16:14

Kita perlu mempunyai gambaran yang jelas tentang riwayat hidup Ishak. Ia tidak menurun sejauh Mesir, ia hanya pergi ke selatan, ke Filistia, yaitu negeri orang-orang Filistin. Menurut cantuman Kejadian bahwa umat Allah selalu terbentur kesulitan apabila mereka menuju ke selatan. Abraham sendiri mengalami kesulitan di Mesir dan di negeri orang Filistin. Ishak, anaknya tidak luput juga menemui kesulitan ketika ia pergi ke Filistia. Ia bertengkar dan bermusuhan dengan orang-orang Filistin. Ia menikmati jalan lebar di Rehobot, tetapi Allah tidak menampakkan diri kepadanya di sana. Di Lahai-Roi, Esek, Sitna, dan Rehobot tidak ada penampakan Allah. Allah tidak menampakkan diri kepada Ishak sampai ia pulang ke Bersyeba. Malam itu juga, ketika Ishak dari Rehobot balik ke Bersyeba, Allah menampakkan diri kepadanya (Kej. 26:23-24).
Di sini kita harus nampak suatu butir yang menentukan, butir yang mana banyak orang Kristen tidak jelas. Sebagai orang Kristen, kita ditakdirkan untuk menikmati. Di mana saja kita berada, betul ataupun salah, kita telah ditakdirkan untuk menikmati. Bahkan ketika Ishak pergi menurun ke Lahai-Roi, ia tetap menikmati sebuah sumur di mana Sang hidup kekal itu memelihara kita dan mewahyukan diri-Nya kepada kita. Sementara orang mungkin berkata, “Baik sekali, asalkah aku mempunyai Sang hidup kekal itu dan Ia memelihara aku serta mewahyukan diri-Nya kepadaku, itu sudahlah cukup.” Lahai-Roi yang pertama disebutkan dalam Kejadian 16:14 adalah tempat di mana Hagar melarikan diri dari Sara. Sara mewakili anugerah, maka Hagar lari meninggalkan Sara berarti ia telah meninggalkan kedudukan anugerah. Ketika ia ada di padang belantara, tempat penderitaan, Allah mengunjunginya. Jadi, Lahai-Roi adalah tempat di mana seseorang meninggalkan kedudukan anugerah dan masih dapat menikmati sedikit kunjungan Allah.
Dari satu pihak kita ditakdirkan untuk menikmati, tetapi kenikmatan mungkin berada di atas kedudukan yang salah. Mungkin kita tidak berada di tempat yang benar, melainkan di tempat di mana Hagar melarikan diri dari anugerah. Lahai-Roi itulah tempat di mana seseorang yang melarikan diri dari anugerah masih bisa menikmati kunjungan Allah. Kita semua hampir mempunyai pengalaman ini. Kita meragukan posisi kita, namun masih mengalami beberapa kenikmatan, sehingga dapat menghibur diri kita. Jangan sekali-kali menentukan kenikmatan ini sebagai suatu pembenaran. Kenikmatan memang benar adalah takdir kita, akan tetapi mungkin kita mengalaminya di atas kedudukan yang tidak benar, di sumur Lahai-Roi bukan di Bersyeba.

Penerapan:
Banyak orang hanya menuntut berkat-berkat Allah, tetapi tidak banyak yang memperhatikan tujuan Allah. Walau banyak orang yang giat dalam kegiatan keagamaan, tetapi sedikit sekali yang memperhatikan Kristus. Kalau kehidupan kristiani kita hanya demikian adanya, sulit bagi Allah untuk menggarapkan diri-Nya ke dalam kita. Kalau kita memperhatikan tujuan Allah, Allah pasti akan memperhatikan keperluan kita.

Pokok Doa:
Ya Tuhan, wahyukan diri-Mu lebih banyak agar aku makin mengenal Engkau dan kehendak-Mu. Tuhan, jadikan aku seorang yang memperhatikan kepentingan-Mu di bumi hari ini.

No comments: