Hitstat

22 November 2006

Kejadian Volume 8 - Minggu 4 Kamis

Tidak Mengambil Isteri dari Perempuan Kanaan (1)
Kejadian 28:1-2
“Kemudian Ishak memanggil Yakub, lalu memberkati dia serta memesankan kepadanya, katanya: ‘Janganlah mengambil isteri dari perempuan Kanaan. Bersiaplah, pergilah ke Padan-Aram, ke rumah Betuel, ayah ibumu, dan ambillah dari situ seorang isteri dari anak-anak Laban, saudara ibumu.’”

Sebelum Yakub pergi meninggalkan rumah, Ishak berpesan kepadanya dan memberkatinya, “Janganlah mengambil isteri dari perempuan Kanaan. Bersiaplah, pergilah ke Padan-Aram, ke rumah Betuel, ayah ibumu, dan ambillah dari situ seorang isteri dari anak-anak Laban, saudara ibumu. Moga-moga Allah Yang Mahakuasa memberkati engkau, membuat engkau beranak cucu dan membuat engkau menjadi banyak, sehingga engkau menjadi sekumpulan bangsa-bangsa. Moga-moga Ia memberikan kepadamu berkat yang untuk Abraham, kepadamu serta kepada keturunanmu, sehingga engkau memiliki negeri ini yang kaudiami sebagai orang asing, yang telah diberikan Allah kepada Abraham” (Kej. 28:1-4). Perkataan Ishak di sini mirip dengan apa yang dikatakan oleh Abraham kepada hambanya ketika ia hendak mencarikan seorang isteri bagi Ishak, anaknya (Kej. 24:3-4). Baik Abraham maupun Ishak menyadari benar akan bahaya bila anaknya menikah dengan perempuan dari bangsa yang tidak mengenal Allah. Bukan hanya anak laki-lakinya akan mendapatkan kesulitan, tetapi generasi berikutnya juga akan berada dalam masalah besar.
Paulus berkata dalam 1 Korintus 7:39, “ia bebas untuk kawin dengan siapa saja yang dikehendakinya, asal orang itu seorang yang percaya.” Jika orang yang percaya dengan orang tidak percaya bersama-sama menanggung kewajiban keluarga, akibatnya pasti sangat sulit. Bagi yang belum menikah, janganlah sekali-kali mencari orang kafir sekehendak hati. Jika kita dengan sekehendak hati mencari orang kafir, kelak pasti akan sangat menyulitkan kita.

Tidak Mengambil Isteri dari Perempuan Kanaan (2)
Kej. 28:5

Kejadian 28:5 mencatat, “Demikianlah Ishak melepas Yakub, lalu berangkatlah Yakub ke Padan-Aram, kepada Laban anak Betuel, orang Aram itu, saudara Ribka ibu Yakub dan Esau.” Jadi Yakub pergi ke Padan-Aram, ke rumah Laban, saudara ibunya. Ia pergi ke sana dengan beberapa tujuan yaitu mencari perlindungan dari amarah Esau, mempertahankan kelangsungan hidupnya, dan mencari seorang isteri dari rumah sanak keluarganya sendiri. Berkenaan dengan hal yang terakhir, kita bisa belajar sebuah prinsip bahwa Allah menghendaki umat pilihan-Nya tidak bercampur baur dengan bangsa-bangsa kafir, terlebih percampuran melalui ikatan pernikahan. Percampuran umat Allah dengan bangsa kafir akan mengakibatkan kerugian yang besar bagi kesaksian Allah.
Prinsip ini juga berlaku bagi kita, umat Allah dalam Perjanjian Baru. Kalau kita hendak menikah dengan orang yang tidak percaya, mata kita harus terbuka lebar-lebar, dan harus mengetahui bahwa kesulitannya sangat besar. Setelah seorang percaya Tuhan, kalau ia menikah dengan orang yang tidak percaya, maka kesulitannya akan luar biasa besarnya. Kesulitan itu jauh lebih besar dibanding dengan sepasang suami istri yang tidak percaya, dan kemudian ada salah seorang yang percaya.
Seorang kaum imani yang menikah dengan orang yang tidak percaya harus waspada, jangan sampai terbawa oleh pihak pasangan. Jika seseorang menikah dengan orang yang tidak percaya, begitu ia kurang hati-hati sedikit saja, sangat mudahlah ia terbawa oleh pasangannya. Memang orang yang telah menikah atau telah bertunangan juga harus waspada, tetapi yang satu ini harus luar biasa waspadanya. Dengan kata lain, ia harus luar biasa menjaga dan memelihara diri, dan harus luar biasa berdoa, agar tidak sampai tertawan oleh pihak pasangannya yang belum percaya.
Jika seorang kaum imani terpaksa harus menikah dengan orang yang tidak percaya, ia harus terlebih dulu membereskan persyaratannya. Ia harus berkata kepada orang yang tidak percaya itu demikian, “Aku sudah percaya Tuhan, kamu percaya atau tidak, aku tidak memaksa kamu, tetapi kamu tidak dapat mencampuri kepercayaanku, kamu harus memberiku kebebasan penuh. Dan kelak kepercayaan anak-anak pun, kamu harus memberiku kebebasan untuk membawa mereka percaya Tuhan. Aku menginginkan anak-anakku percaya Tuhan, tidak menginginkan mereka menyembah berhala, atau menuruti model orang dunia.” Jika perkataan-perkataan tersebut ia ucapkan dengan cukup memadai, mungkin dapat mengurangi persoalan di kemudian hari.

Penerapan:
Dalam masalah pernikahan, kita sebagai orang Kristen hanya dapat melompat ke dalam, tidak dapat melompat ke luar. Kalau orang dunia dapat melompat ke dalam dan dapat pula melompat ke luar, namun kita tidak dapat melompat ke luar. Sebab itu, sebelum kita melompat ke dalam, hendaklah kita dengan tenang mempertimbangkannya sebaik-baiknya.

Pokok Doa:
Ya Tuhan,terima kasih atas ketetapan-Mu berkenaan dengan masalah pernikahan. Biarlah melalui pengaturan-Mu, setiap keluarga di dalam gereja boleh menjadi berkat dan kesaksian yang hidup bagi tergenapinya kehendak kekal-Mu.

No comments: