Hitstat

12 November 2006

Kejadian Volume 8 - Minggu 3 Senin

Kelicikan Yakub
Kejadian 25:30-31
“Kata Esau kepada Yakub: ‘Berikanlah kiranya aku menghirup sedikit dari yang merah-merah itu, karena aku lelah.’ Itulah sebabnya namanya disebutkan Edom. Tetapi kata Yakub: ‘Juallah dahulu kepadaku hak kesulunganmu.’”

Pada suatu hari, Esau pulang dari berburu di padang. ia lelah, lalu berkata kepada Yakub, “Berikanlah kiranya aku menghirup sedikit dari yang merah-merah itu, karena aku lelah.” Yakub berkata, “Juallah dahulu kepadaku hak kesulunganmu.” Kebetulan Esau sangat lelah, lalu dengan sembarangan menjawab, “Sebentar lagi aku akan mati, apakah gunanya bagiku hak kesulungan itu!” Akhirnya Esau menjual hak kesulungannya kepada Yakub (Kej. 25:29-34). Hal ini menyatakan betapa liciknya Yakub. Cara Yakub untuk memperoleh hak kesulungan ini sangat tidak wajar. Dengan berbuat demikian, Yakub berdasarkan kekuatannya sendiri mendapatkan apa yang Allah kehendaki dia dapatkan. Di sini kita melihat ada satu orang yang licik, yang penuh tipu muslihat, yang bisa menipu orang. Dia memegang tumit kaki kakaknya, tetapi dia tetap sebagai adik dan dengan semangkok sup kacang merah dia menipu kakaknya.
Kita seharusnya tidak mengambil keuntungan dari orang lain dengan cara apapun. Seorang Kristen seharusnya menyadari bahwa mengambil keuntungan dari orang lain selama berada di bumi adalah memalukan. Mengambil keuntungan dari saudara-saudara adalah salah dan mengambil keuntungan dari siapapun adalah sama salahnya. Sikap dasar Tuhan adalah Ia tidak pernah bermaksud mengambil keuntungan dari manusia. Ia tidak membiarkan diri-Nya dilayani oleh manusia, tetapi justru melayani manusia, bahkan memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang (Mat. 20:28). Ia sama sekali tidak memiliki keinginan sedikitpun untuk mengambil keuntungan dari siapapun.

Kelicikan Hati Manusia
Mzm. 51:7; Kej. 8:21; Yer. 17:9; Rm. 7:20

Manusia diperanakkan dalam kesalahan, dalam dosa dikandung ibunya (Mzm. 51:7). Begitu lahir, manusia sudah berdosa, sifat alamiahnya jahat. Karena sifat alamiahnya jahat, maka manusia bisa berbuat dosa. Orang berbuat dosa tidak perlu belajar, karena sejak lahir sudah mempunyai kemampuan itu. Perbuatan dosa manusia bukan hasil belajar dari luar, melainkan bertumbuh dari dalam. Begitu dilahirkan, benih dosa sudah ada di dalam manusia. Sampai waktu tertentu, dosa itu tumbuh dari dalam manusia. Karena manusia diperanakkan dalam kesalahan, maka dari sejak kecil hatinya sudah penuh kejahatan (Kej. 8:21). Manusia tidak perlu menunggu sampai tua baru hatinya penuh kejahatan, dari sejak kecil, ketika masih polos, hatinya sudah mengandung angan-angan jahat.
Sejak kecil, hati manusia bukan saja sudah menjadi sumber pikiran jahat, bahkan lebih licik daripada segala sesuatu (Yer. 17:9). Di antara segala sesuatu tidak ada satu hal yang lebih licik daripada hati manusia. Hati manusia paling licik! Telah sedemikian rusak! Bukan rusak sedikit, melainkan rusak sekali sehingga tidak ada tandingannya. Bahkan kerusakan hati manusia ini bukan dari luar menjalar ke dalam, melainkan dari dalam menjalar ke luar. Sering kali secara luaran kelihatannya tidak rusak, tetapi dalamnya sudah rusak, sampai waktu tertentu akan muncul ke permukaan.
Lihatlah keadaan manusia di dalam dirinya sendiri! Dalam daging manusia tidak ada yang baik! Karena manusia dilahirkan di dalam kesalahan, hatinya lebih licik daripada segala sesuatu, sudah sangat rusak, bagaimana mungkin dalam daging manusia mengandung kebaikan? Siapa yang bisa berkata, aku mau berbuat baik, lalu ia bisa berbuat? Bukankah manusia sering dalam keadaan, “Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik”? Karena dalam daging manusia tidak ada kebaikan, sebab itu kebaikan yang dikehendakinya malah tidak dilakukan (Rm. 7:20).
Selain masalah di atas, kita juga harus tahu bahwa setiap orang yang licik akan diganjar menurut kelicikannya. Alkitab mengatakan bahwa Allah akan memperlakukan orang seperti ia memperlakukan orang lain; menanggulangi dengan kejam orang-orang yang kejam. Orang yang menipu orang lain akhirnya akan menyakiti dirinya sendiri. Hasil dari kelicikan adalah diganjar dengan kelicikan. Tidak seorang pun yang mendapatkan hasil dari kelicikan dapat bertahan lama. Ganjaran kelicikan ada pada masa kini, sedangkan kebinasaan itu kekal. Kiranya kita nampak keadaan manusia alamiah kita yang sesungguhnya dan berpaling kepada Kristus.

Penerapan:
Disadari atau tidak, setiap orang memiliki kecenderungan untuk mengambil keuntungan bagi diri sendiri, tanpa mempertimbangkan kerugian yang akan diderita oleh orang lain. Inilah ekspresi dari kelicikan manusia. Di antara anak-anak Allah, kita harus menanggulangi motivasi yang demikian, sebaliknya harus belajar saling melayani satu dengan yang lain. Inilah teladan yang ditinggalkan oleh Tuhan Yesus.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, murnikanlah aku dari setiap motivasi yang jahat, yang mencari keuntungan di atas kerugian orang lain. Tuhan, aku mau belajar mengasihi dan melayani sesamaku manusia, sebagaimana Engkau juga telah mengasihi dan melayani semua manusia.

No comments: