Hitstat

02 May 2009

Yohanes Volume 1 - Minggu 4 Minggu

Yesus Menyucikan Bait Allah
Yohanes 2:13-14
Ketika hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat, Yesus berangkat ke Yerusalem. Dalam Bait Suci didapati-Nya pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar uang duduk di situ.

Ayat Bacaan: Yoh. 2:13; Kel. 12:2; Ul, 16:1-3; 1 Kor. 11:24-25; 3:16

Yohanes 2:12-22 membentangkan dua aspek penanggulangan Tuhan terhadap Bait Allah, yakni aspek penyucian dan aspek pembangunan. Iblis, musuh Allah, selalu berusaha merusak atau meruntuhkan Bait Allah. Iblis bermaksud mencemarinya dengan banyak hal kedosaan dan keduniawian. Inilah sebabnya rumah Allah perlu dibersihkan. Yesus membersihkan bait Allah pada saat ketika “hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat” (Yoh. 2:13). Hari raya Paskah merupakan sebuah perayaan untuk memperingati penyelamatan Allah atas umat Israel (Kel. 12:2-11, Ul. 16:1-3).
Dalam perayaan Paskah, orang-orang Yahudi datang menyembah Allah di dalam Bait Suci mereka. Namun, ketika Tuhan Yesus pergi ke Yerusalem, Bait Suci penuh dengan lembu, kambing domba, merpati dan penukar-penukar uang. Pemandangan di sana lebih mirip sebuah pasar daripada suatu tempat penyembahan. Itulah sebabnya Bait itu perlu dibersihkan.
Pemandangan yang ada di Bait Suci itu membuat Tuhan tidak dapat berkompromi. Sejak usia 12 tahun, Dia sudah menegaskan bahwa Dia sangat peduli dengan rumah Allah. Lukas 2:49 mengatakan, “Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?” Rumah Allah seharusnya menjadi rumah doa, tempat di mana orang dapat datang kepada Allah, berkontak dengan Allah. Namun pedagang-pedagang telah memanfaatkan situasi saat itu dengan menjadikan ibadah sebagai sumber mencari keuntungan.
Apa yang dilakukan oleh pedagang-pedagang itu kelihatannya adalah untuk mempermudah orang yang ingin mempersembahkan kurban. Orang-orang tidak perlu mempersiapkan atau membawa ternak kurban dari rumah, tetapi cukup membawa sejumlah uang dan membeli ternak kurban di halaman Bait Suci, lalu dipersembahkan sebagai kurban. Bukankah cara ini lebih praktis? Ya. Namun kita harus sangat jelas bahwa dalam perkara rohani, tidak ada jalan pintas, tidak boleh mengambil cara yang gampangan. Mereka yang bersungguh-sungguh ingin mempersembahkan kurban, seharusnya sudah baik-baik mempersiapkannya dari rumah, bukan dadakan atau sambil lalu. Prinsip ini juga berlaku bagi kita yang ingin melayani Dia di dalam rumah-Nya.

No comments: