Hitstat

10 May 2009

Yohanes Volume 2 - Minggu 1 Senin

Keperluan Orang Luhur
Yohanes 3:3
Yesus menjawab, kata-Nya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah.”

Ayat Bacaan: Yoh. 3:2-3

Ketika Nikodemus pada suatu malam datang kepada Tuhan Yesus, sebenarnya apakah yang dia harapkan? Dari perkataannya kepada Tuhan, dapat kita ketahui bahwa Nikodemus berharap Tuhan Yesus akan memberikan suatu pengajaran. Dalam Yohanes 3:2, Nikodemus memanggil Tuhan sebagai “Rabi”, juga menyebut-Nya sebagai “guru yang diutus Allah”. Mungkin dia berpendapat dirinya memerlukan suatu pengajaran yang lebih baik dari Tuhan Yesus agar bisa memperbaiki diri.
Konsepsi Nikodemus juga mewakili konsepsi kebanyakan orang hari ini. Hari ini banyak orang berpikir tentang bagaimana caranya memperbaiki diri. Berbagai metode ditawarkan bagi mereka yang ingin memperbaiki diri. Ada yang mengajarkan metode positive thinking (berpikir secara positif), ada yang mengajarkan yoga dan meditasi, ada pula yang menawarkan kursus kepribadian dan sebagainya. Mereka berpikir kalau seseorang dapat berperilaku dengan baik, itu sudah cukup. Namun benarkah demikian? Tidak!
Pandangan kebanyakan orang biasanya dititikberatkan pada perubahan kelakuan. Namun, kita perlu nampak bahwa persoalan pokok pada manusia bukan terletak pada perbuatan yang lahiriah atau tingkah lakunya, melainkan pada hayat. Hayat manusia adalah hayat yang fana, hayat yang telah tercemar oleh dosa, hayat yang tidak sempurna. Pengajaran yang sehebat apa pun tidak dapat mengubah atau memperbaiki hayat seseorang. Itulah sebabnya Tuhan Yesus berkata kepada Nikodemus, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah” (Yoh. 3:3). Yang diperlukan Nikodemus (juga kita semua) bukanlah lebih banyak pengajaran, melainkan dilahirkan kembali.
Kelahiran kembali merupakan jawaban atas keperluan kita yang paling utama. Melalui kelahiran kembali, kita mendapatkan hayat yang baru, hayat yang sempurna dan kekal, yakni hayat Allah sendiri. Ini jauh lebih penting dan lebih hakiki daripada sekedar mendapatkan pengajaran. Walau memiliki banyak pengetahuan dan budi pekerti, tanpa memiliki hayat Allah yang kekal ini, tidak mungkin seseorang dapat melihat Kerajaan Allah.

No comments: