Hitstat

24 April 2017

Wahyu - Minggu 12 Senin



Pembacaan Alkitab: Why. 5:6
Doa baca: Why. 5:6
Lalu aku melihat di tengah-tengah takhta dan keempat makhluk itu dan di tengah-tengah tua-tua itu berdiri seekor Anak Domba seperti telah disembelih, bertanduk tujuh dan bermata tujuh: Itulah ketujuh Roh Allah yang diutus ke seluruh bumi.


Mengatakan Anak Domba itu layak karena Ia telah menebus dan membeli kita, mutlak alkitabiah. Namun, menurut Wahyu 5, kelayakan Anak Domba itu terutama bukan karena penebusan-Nya, melainkan karena Ia mampu membuka rahasia ekonomi Allah. Kristus layak membuka meterai ekonomi Allah, karena Ia telah mengalahkan musuh dan telah menebus kita. Sebagai Yang membawa kuasa Allah ke bumi, Ia adalah Singa pemenang dari suku Yehuda dan Anak Domba yang telah menggenapkan penebusan yang sempurna bagi umat pilihan Allah. Karena itu, Ia benar-benar memenuhi syarat dan berhak membuka rahasia ekonomi Allah. Inilah salah satu butir penting dalam Wahyu 5.

Butir besar lainnya dalam Wahyu 5, yaitu Kristus sebagai Singa-Anak Domba "bermata tujuh: Itulah ketujuh Roh Allah" (ayat 6). Ketujuh mata ini juga adalah ketujuh pelita (LAI: obor) yang menyala-nyala di hadapan takhta Allah (4:5). Karena itu, dalam pasal-pasal ini kita memiliki tujuh pelita, tujuh mata, dan tujuh Roh. Kitab Wahyu merupakan satu-satunya kitab dalam Alkitab yang menyebutkan tujuh Roh. Tetapi di sini kita nampak bahwa ketujuh Roh ini adalah ketujuh mata Kristus, dan ketujuh mata Kristus adalah tujuh pelita di hadapan takhta Allah.

Sebutan pertama terhadap tujuh pelita terdapat dalam Keluaran 25. Dalam Kitab Zakharia kita melihat sesuatu yang lebih maju lagi mengenai ketujuh pelita ini, karena dalam Zakharia 3 dan 4 kita melihat bahwa ketujuh pelita ini adalah ketujuh mata (Za. 3:9; 4:2, 10). Dalam Kitab Wahyu kita melihat ketujuh pelita, ketujuh mata, dan ketujuh Roh. Kaki pelita merupakan lambang Allah Tritunggal. Emas melambangkan hakiki ilahi Bapa; kaki pelita, yang merupakan perwujudan emas itu, melambangkan Kristus sebagai perwujudan Bapa; dan ketujuh pelita melambangkan Roh itu sebagai ekspresi Kristus yang adalah perwujudan Bapa. Karena itu, kita mempunyai Bapa (emas) sebagai hakiki, mempunyai Anak (kaki pelita) sebagai perwujudan, dan mempunyai Roh (pelita) sebagai ekspresi. Kita memiliki hakiki, perwujudan, dan ekspresi.

Ketujuh pelita dalam Zakharia 3 dan 4 adalah untuk pemulihan pembangunan Allah. Prinsip pembangunan kembali Bait Allah sama seperti prinsip pembangunan Kemah Pertemuan. Demikian juga dengan Kitab Wahyu. Jika kita membaca kitab ini dengan pandangan jarak pendek, kita tidak akan mampu melihat bahwa ketujuh Roh, yang adalah ketujuh mata Anak Domba dan ketujuh pelita di hadapan takhta Allah, adalah untuk pembangunan Allah. Tetapi jika kita mempunyai wawasan yang jauh, kita akan nampak bahwa ketujuh Roh mutlak untuk pembangunan Allah. Kitab Wahyu diawali dengan ketujuh gereja lokal, dan berakhir dengan Yerusalem Baru. Sekalipun kitab ini juga mencakup penghakiman Allah, penghakiman itu sendiri bukanlah tujuan akhir. Penghakiman bukan untuk penghakiman, melainkan untuk pembangunan Allah. Yerusalem Baru, tempat kediaman kekal Allah, keluar dari penghakiman tersebut. Jadi, ketujuh pelita, ketujuh mata, dan ketujuh Roh adalah untuk pembangunan Allah. Kita di sini adalah untuk mewujudkan tujuan kekal Allah dalam pembangunan ilahi-Nya.


Sumber: Pelajaran-Hayat Wahyu, Buku 2, Berita 22

No comments: