Hitstat

24 June 2011

1 Korintus - Minggu 15 Jumat

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 6:4-10


Sekali lagi hendak saya ungkapkan bahwa yang ditanggulangi dalam pasal 6 ini berkaitan dengan penuntutan terhadap hak-hak kita. Penuntutan atas hak-hak terbit dari nafsu daging dan nafsu daging berasal dari hidup dalam jiwa. Jadi, bila kita hidup dalam jiwa, nafsu daging akan masuk, dan bila nafsu masuk, kita akan menuntut hak-hak kita. Tidak diragukan, Paulus dengan teliti menanggulangi ketiga problem yang pertama dengan urutan yang khusus. Pertama-tama, ia menanggulangi perpecahan yang berasal dari hayat jiwani. Kedua, ia menanggulangi dosa yang kotor yang berasal dari nafsu daging. Yang ketiga, ia menanggulangi hal penuntutan hak-hak.

Baik di dalam kehidupan gereja maupun dalam kehidupan keluarga, kita mempunyai problem penuntutan hak-hak diri sendiri ini. Dua orang saudara boleh jadi mempunyai problem satu dengan yang lain dan masing-masing menuntut hak-haknya dalam masalah ini. Dalam pasal 6:1-11 Paulus dibebani oleh penuntutan atas hak-hak pribadi ini. Perihal ini tersembunyi di dalam kita masing-masing. Kita masing-masing cenderung menuntut hak-hak kita dalam hal-hal tertentu. Boleh jadi ada sebagian orang menyangkal bahwa mereka tidak pernah membawa siapa pun ke pengadilan atau kepada penatua-penatua gereja. Walaupun mereka tidak berbuat demikian, di dalam mereka ada maksud untuk menuntut hak-hak mereka. Sebagai contoh, dalam batin mereka berkata, "Mengapa saudara ini memperlakukan aku demikian?" Berkata demikian membuktikan adanya penuntutan hak-hak diri sendiri. Dalam pandangan Allah, menuntut hak dalam hati sama dengan membawa seorang saudara ke pengadilan. Penuntutan atas hak perlu dicabut dan ditanggulangi secara tuntas. Inilah tujuan Paulus menulis ayat-ayat ini.

Sewaktu Paulus membicarakan tentang orang-orang yang tidak benar (ay. 9), siapakah yang ia maksudkan -- orang yang menyalahi orang lain atau orang yang disalahi? Menurut saya, yang ia maksudkan adalah orang yang menyalahi orang lain. Jika kita menyalahi seorang saudara, kita tidak benar. Kaum beriman yang tidak benar tidak akan mewarisi Kerajaan Allah. Menurut perkataan Tuhan dalam Injil Matius, kita harus mutlak benar jika kita ingin mewarisi Kerajaan Allah yang akan datang sebagai pahala kita. Bahkan Tuhan juga mengatakan bahwa kebenaran kita haruslah melebihi kebenaran orang-orang Farisi. Karena Kerajaan Allah dibangun di atas kebenaran, maka kita harus benar untuk bisa mewarisinya. Sebab itu, janganlah kita menyalahi atau menipu saudara kita. Jika kita tidak benar, kita akan kehilangan warisan Kerajaan.

Sangat bermakna, dalam ayat 9 Paulus berbicara mengenai mewarisi Kerajaan. Kata mewarisi menyiratkan kenikmatan. Mewarisi sesuatu berarti menikmati sesuatu. Jadi, mewarisi Kerajaan yang akan datang berarti menikmati Kerajaan itu. Kerajaan yang akan datang akan menjadi satu warisan yang menyenangkan bagi para pemenang. Menurut Matius, penyataan Kerajaan akan menjadi pahala bagi orang kudus pemenang sebagai kenikmatan mereka bersama Tuhan. Mewarisi Kerajaan bukan hanya masuk Kerajaan; tetapi juga menerima Kerajaan sebagai pahala bagi kenikmatan kita. Hal ini akan menjadi perangsang bagi kita untuk menempuh hidup yang menang, hidup yang tidak berdosa dan hidup yang benar. Jika kita ingin menempuh hidup yang demikian ini, kita perlu mengadakan hari raya Roti Tidak Beragi. Kemudian kita semua akan memiliki hidup tanpa ragi, hidup tanpa dosa. Dengan menempuh hidup yang benar, kita akan layak mewarisi Kerajaan yang akan datang.

Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 2, Berita 37

No comments: