Hitstat

23 June 2011

1 Korintus - Minggu 15 Kamis

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 6:1-3


Beban Paulus dalam menulis Surat Kiriman ini adalah menanggulangi hal-hal yang menggantikan Kristus. Kaum beriman di Korintus menggantikan Kristus dengan kebudayaan Yunani, filsafat Yunani, dan hikmat Yunani; semuanya ini adalah hal-hal yang baik, hasil-hasil utama dari masyarakat. Bila tidak memiliki kebudayaan, kita akan menjadi tidak terkendali. Tanpa filsafat dan hikmat, kita akan menjadi tolol. Setiap manusia memerlukan kebudayaan, hikmat, dan filsafat. Problem di antara kaum beriman di Korintus adalah: hal-hal yang baik ini menggantikan Kristus. Karena itu, beban dalam roh Paulus adalah membawa kaum beriman kembali kepada Kristus, inti unik Allah.

Maksud Allah ialah menggarapkan Kristus ke dalam umat pilihan-Nya, sehingga Kristus bisa menjadi hayat mereka dan segala sesuatu mereka, dan mereka bisa memperhidupkan Kristus dan dalam pengalaman mereka menjadi anggota-anggota Kristus. Dengan cara inilah Kristus akan memiliki Tubuh, gereja. Sewaktu menulis 1 Korintus, visi inilah yang ada dalam roh Paulus. Dalam Surat Kiriman ini, pertama-tama Paulus menanggulangi problem perpecahan. Perpecahan bersumber dari dalam jiwa, khususnya dalam pikiran. Dengan alasan inilah Paulus menanggulangi pikiran filosofis kaum beriman di Korintus. Kemudian ia maju lagi untuk menanggulangi suatu dosa kotor. Urutan ini menunjukkan bahwa jika orang-orang Kristen hidup oleh jiwa dan kebudayaan, dan bukannya hidup oleh Kristus, pintu akan terbuka bagi nafsu daging.

Setelah menanggulangi jiwa dan daging yang penuh nafsu, Paulus beralih kepada masalah mencari keadilan di antara kaum beriman. Ini adalah masalah menuntut hak dan ketidakrelaan menderita kerugian. Bila kita jiwani dan bersifat daging, kita selalu menuntut hak-hak kita. Kita tidak sudi dipersalahkan oleh siapa pun. Karena alasan inilah Paulus menuliskan penanggulangan ketiga dalam Surat Kirimannya, yakni mengenai penuntutan hak-hak pribadi seseorang. Problem ini terdapat di antara kaum beriman di Korintus.

Problem menuntut hak-hak diri sendiri tidak hanya terdapat dalam masyarakat dan dalam gereja, tetapi juga dalam kehidupan pernikahan. Jika sepasang suami istri hidup dalam jiwa mereka dan menurut hawa nafsu mereka, keduanya akan menuntut hak-hak mereka. Tidak seorang pun dari mereka yang sudi mengalah kepada yang lain. Bila kita hidup di dalam roh, barulah kita rela mengalah dan tidak mempertahankan hak-hak kita. Jika kita memiliki hayat yang berasal dari roh perbauran, kita tidak akan menuntut hak apa pun bagi diri kita sendiri. Seolah-olah kita tidak mempunyai hak apa pun untuk dituntut. Sebab musabab kita menuntut hak-hak kita adalah karena kita tidak hidup oleh roh perbauran, melainkan hidup di dalam jiwa dan di dalam daging. Karena hayat jiwani yang berperan dan karena pintu terbuka bagi hawa nafsu daging, maka ada tuntutan-tuntutan di antara kaum beriman Korintus. Jadi urutannya: pertama-tama memiliki kehidupan jiwani, lalu nafsu daging, dan kemudian penuntutan atas hak-hak diri sendiri.

Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 2, Berita 37

No comments: