Hitstat

25 March 2009

Lukas Volume 7 - Minggu 2 Kamis

Petrus Menyangkal Tuhan Tiga Kali
Lukas 22:59-60a
Dan kira-kira sejam kemudian seorang lain berkata dengan tegas: “Sungguh, orang ini juga bersama-sama dengan Dia, sebab ia juga orang Galilea.” Tetapi Petrus berkata: “Bukan, aku tidak tahu apa yang engkau katakan.”

Ayat Bacaan: Luk. 22:54-61; 12:9

Setelah Tuhan Yesus ditangkap, ternyata “Petrus mengikut dari jauh” (Luk. 22:54b). Ini adalah satu petunjuk bahwa Petrus akan menyangkal Tuhan. Petrus kemudian duduk bersama sejumlah orang dekat api yang menyala di tengah-tengah halaman rumah itu (ay. 55). Ini adalah petunjuk lainnya bahwa ia akan menyangkal Tuhan.
Lukas 22:56-57 mengatakan, “Seorang hamba perempuan melihat dia duduk dekat api; ia mengamat-amatinya, lalu berkata: Orang ini juga bersama-sama dengan Dia.” Tetapi Petrus menyangkal, katanya, “Bukan, aku tidak kenal Dia!” Setelah Petrus menyangkal Tuhan dua kali lagi, berkokoklah ayam, “Lalu berpalinglah Tuhan memandang Petrus.... Lalu Petrus pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya” (Luk. 22:61-62).
Sebelum penyaliban Tuhan, Petrus sangat yakin akan dirinya bahwa ia bersedia masuk penjara dan mati bersama-sama dengan Tuhan (Luk. 22:33). Maka, Tuhan di dalam kedaulatan-Nya mengatur lingkungan bagi Petrus sehingga ia menyangkal-Nya tiga kali, bahkan di depan wajah Tuhan (Luk. 22:55-61). Petrus telah menyangkal Tuhan di hadapan manusia, di hadapan seorang hamba perempuan rendahan yang diremehkan oleh orang-orang pada masa itu, suatu dosa besar yang membuat Tuhan Yesus tidak dapat mengakuinya di hadapan malaikat-malaikat Bapa (Luk. 12:9). Melalui pengalaman-pengalaman itu, Petrus yang alamiah benar-benar ditaklukkan.
Kalau kita memandang Tuhan Yesus, kita nampak sukses yang sempurna, tetapi kalau kita memandang Petrus kita nampak kegagalan total. Sebab itu, janganlah mengandalkan diri sendiri. Petrus itulah wakil kita. Dikatakan mengenai hayat alamiah kita, kita semua adalah Petrus. Jika Petrus tidak berhasil mengikuti Tuhan, siapakah yang dapat? Bahkan Petrus sendiri pun tidak menyangka bahwa ia akan berbuat demikian. Ini membuktikan bahwa tidak seorang pun mampu hidup bagi Kerajaan dengan hayat alamiahnya. Oleh sebab itu kita perlu merendahkan diri dan berkata, “Tuhan, aku semata-mata tak mampu. Aku seorang Petrus. Jika Petrus saja tak mampu; siapakah aku ini sehingga berani mengira aku mampu? Tuhan, aku tidak mampu.”

No comments: