Hitstat

02 March 2009

Lukas Volume 6 - Minggu 3 Selasa

Membersihkan Bait Suci dan Mengajar di Dalamnya
Lukas 19:45-46
Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mulailah Ia mengusir semua pedagang di situ, kata-Nya kepada mereka: “Ada tertulis: Rumah-Ku adalah rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun.”

Ayat Bacaan: Luk. 19:45-47; Yoh. 12:24; 1 Kor. 10:17; Ef. 1:22-23; 2:21; 1 Kor. 3:16

Setibanya Tuhan di kota Yerusalem, hal pertama yang dilakukan-Nya adalah masuk ke dalam Bait Allah dan membersihkannya (Luk. 19:45-46). Tahukah Anda apa yang ada di dalam Bait Allah saat itu? Bait itu penuh dengan Mamon dan hal-hal materi, penuh dengan perihal jual beli. Inilah sebabnya Tuhan membersihkan Bait itu. Pada perjalanan-Nya dari Galilea ke Yerusalem, Tuhan menekankan perlunya menanggulangi Mamon dan harta kekayaan. Karena apa yang dituntut-Nya terhadap murid-murid-Nya untuk meninggalkan segalanya itu sangat penting, maka Dia masuk ke Bait itu untuk membersihkannya. Setelah itu, barulah Dia mengajar di sana (Luk. 19:47).
Tuhan membersihkan Bait Allah itu menunjukkan bahwa Dia mempersembahkan diri-Nya sendiri di atas salib kepada Allah adalah untuk menghasilkan sebuah Bait yang dibersihkan. Ini berarti kematian-Nya memiliki khasiat menghasilkan gereja yang adalah sebuah Bait yang dibersihkan, dimurnikan. Perjanjian Baru mewahyukan bahwa Tuhan Yesus mati untuk menghasilkan banyak butir yang akan dibentuk menjadi satu roti, yang adalah Tubuh-Nya (Yoh. 12:24; 1 Kor. 10:17). Tubuh ini adalah gereja (Ef. 1:22-23), dan gereja adalah Bait Allah (Ef. 2:21; 1 Kor. 3:16). Bait ini, yang berlawanan dengan sarang penyamun, adalah satu rumah yang dimurnikan dan dibersihkan bagi tempat kediaman Allah.
Ketika Tuhan Yesus berumur dua belas tahun, Dia ditemukan di Bait Allah (Luk. 2:46), dan ketika Dia keluar untuk melayani pada umur tiga puluh tahun, Dia membersihkan Bait itu (Yoh. 2:14-16). Ini menunjukkan bahwa Dia sangat memperhatikan tempat kediaman Allah yang tersusun dari umat pilihan-Nya menurut rencana kekal-Nya. Secara pengalaman, sebagai Bait Allah yang rohani, kita memang masih perlu dimurnikan dari banyak hal, perkara, dan benda, yang masih menduduki kita sedemikian rupa sehingga kita tidak dapat berfungsi sebagai rumah doa. Memang Allah telah berhuni di dalam kita, namun seberapa besarkah “ruang gerak” yang kita berikan kepada-Nya di dalam kita? Jika kita mau menjadi suatu tempat kediaman yang bersih dan murni bagi Allah, maka kita harus membiarkan Dia menanggulangi tiap bagian jiwa kita.

No comments: