Hitstat

23 January 2008

Matius Volume 9 - Minggu 2 Kamis

Kegagalan Petrus
Matius 26:75
Maka teringatlah Petrus akan apa yang dikatakan Yesus kepadanya: “Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.” Lalu ia pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya.

Petrus adalah orang yang sangat tidak stabil. Meskipun namanya mengindikasikan bahwa ia adalah sebuah batu, karakternya seperti air; saat ini mengalir ke arah sini dan saat berikutnya mengalir ke arah lainnya. Ia sepenuhnya dikendalikan oleh lingkungan. Sewaktu ia sedang membanggakan dirinya ia menyatakan dirinya tidak akan terguncang, bahkan jika semua orang terguncang. Namun di Taman Getsemani ia jatuh tertidur sama seperti yang lainnya.
Petrus berkata bahwa ia tidak akan pernah terguncang, dan menurut perasaannya, ia dengan tulus percaya bahwa ia tidak akan pernah terguncang. Namun bahkan sebelum ia menghadapi penentangan dari manusia, ia sudah jatuh tertidur di Taman Getsemani. Rohnya penurut, tetapi dagingnya lemah (Mat. 26:41). Tidak lama kemudian, ia mengumpulkan segenap tenaganya, menghunus pedangnya dan menetakkannya kepada hamba Imam Besar sehingga putus telinganya (Mat. 26:51). Ia dengan gagah berani berbuat demikian. Ia sangat mengasihi Tuhan sehingga ia mengesampingkan pertimbangan pribadinya dan bertindak sejauh ini. Namun tidak lama kemudian ia tergelincir kembali. Inilah Petrus, seorang murid Tuhan yang mewakili keadaan kebanyakan kita hari ini.
Hayat alamiah kita mustahil mampu masuk ke dalam kerajaan. Karena kita semua sama seperti Petrus, jangan berusaha menapaki jalan yang sempit ke dalam kerajaan dengan hayat alamiah kita. Tak peduli kita memiliki mental atau kehendak macam apa pun, kita takkan berhasil. Ujian yang akan datang akan menyingkapkan kita sepenuhnya. Tetapi puji Tuhan bahwa masih ada jalan pertobatan, menangis, dan pengakuan yang mendatangkan pengampunan Tuhan serta kunjungan-Nya lebih lanjut. Hanya setelah kita melalui semua ujian dan telah menderita semua kegagalan serta kekalahan, barulah kita menyadari keperluan kita akan hayat lain, hayat yang unggul dan melampaui segala keadaan.

Mat. 26:69-75; Mrk. 14:54

Matius 26:69-75 memberikan kita catatan tentang penyangkalan Petrus terhadap Tuhan. Pada mulanya, “Petrus mengikuti Dia dari jauh, sampai ke dalam halaman Imam Besar, dan di sana ia duduk di antara pengawal-pengawal sambil berdiang dekat api” (Mrk. 14:54). “Maka datanglah seorang hamba perempuan kepadanya, katanya: ‘Engkau juga selalu bersama-sama dengan Yesus, orang Galilea itu.’ Tetapi ia menyangkalnya di depan semua orang, katanya: ‘Aku tidak tahu, apa yang engkau maksud’” (Mat. 26:69b-70). Di sini ada seseorang yang telah mengikuti Tuhan selama tiga setengah tahun. Tidakkah ia mengenal siapa Tuhan itu? Pada suatu saat ia dapat menghunus pedangnya dan melukai seseorang, namun di saat lainnya ia kehilangan keberaniannya sama sekali. Petrus tidak mampu bertahan bahkan terhadap perempuan kecil yang rapuh pun. Penyangkalan Petrus terhadap Tuhan merupakan suatu penyingkapan atas keadaannya yang alamiah.
Ketika Tuhan sedang diadili dan semua orang mencemooh Dia, keberanian Petrus hilang tak berbekas. Matius 26:71-72 mengatakan bahwa “Ketika ia pergi ke pintu gerbang, seorang hamba lain melihat dia dan berkata kepada orang-orang yang ada di situ, ‘Orang ini bersama-sama dengan Yesus, orang Nazaret itu.’ Ia menyangkal lagi dengan bersumpah, ‘Aku tidak kenal orang itu.’” Tidak lama kemudian orang-orang yang ada di situ datang kepada Petrus dan berkata, “Pasti engkau juga salah seorang dari mereka, itu nyata dari bahasamu” (Mat. 26:73). Maka mulailah Petrus mengutuk dan bersumpah: “Aku tidak kenal orang itu” (Mat. 26:74).
Dalam penyangkalan pertama, Petrus hanya berkata-kata, dalam penyangkalan yang kedua kali, ia menjawab dengan sumpah, dan dalam penyangkalan yang ketiga kali, ia mengutuk dan bersumpah. Setelah menyangkal Tuhan ketiga kalinya ia mendengar ayam berkokok, Petrus ingat perkataan Tuhan dan ia pergi keluar, menangis dengan sedihnya (Mat. 26:75). Ketika Tuhan sedang menderita aniaya dan penghukuman yang tidak adil, Petrus menyangkal-Nya. Dengan menyangkal Dia, apa adanya Petrus yang alamiah telah tersingkap sejelas-jelasnya.

Doa:
Tuhan Yesus, aku tidak lebih baik daripada Petrus. Terhadap situasi yang terjadi sering menyingkapkan kegagalanku. Namun Engkau tidak pernah berputus asa ya Tuhan dan selalu menyediakan pengampunan setiap kali aku datang pada-Mu. Garapkan diri-Mu dan sifat-Mu lebih banyak sehingga aku bisa melewati semua ujian ini.

No comments: