Hitstat

20 January 2008

Matius Volume 9 - Minggu 2 Senin

Di Taman Getsemani
Matius 26:39
Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: “Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.”

Setelah menetapkan perjamuan bersama-sama dengan murid-murid-Nya, Tuhan Yesus kemudian memperingatkan mereka, “Malam ini kamu semua akan tergoncang imanmu karena Aku. Sebab ada tertulis: Aku akan membunuh gembala dan kawanan domba itu akan tercerai-berai. Akan tetapi sesudah Aku bangkit, Aku akan mendahului kamu ke Galilea” (Mat. 26:31-32). Namun, semua murid berkata bahwa mereka takkan menyangkal Dia. Mereka semua, terutama Petrus, tegas, yakin, dan percaya bahwa mereka akan ikut Tuhan sampai akhir, tak peduli jalan sesempit apa pun. Tuhan lalu menubuatkan, bahwa pada malam Ia dikhianati, Petrus akan menyangkal-Nya tiga kali (Mat. 26:34).
Setelah memperingatkan murid-murid, Tuhan pergi bersama mereka ke Getsemani (Mat. 26:36). Getsemani berarti tempat pemerasan minyak. Tuhan diperas di sana untuk mengalirkan minyak, yaitu Roh. Setelah membawa Petrus, Yakobus, dan Yohanes, Tuhan pergi berdoa sendirian. Di taman Getsemani, Tuhan sujud dan berdoa, “Ya BapaKu, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu daripada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki” (Mat. 26:39). Meskipun Dia nampak bahwa cawan itu sangat menakutkan, tetapi Dia tidak berani dengan maksud diri sendiri memutuskan sesuatu. Di Getsemani, Tuhan khusus memilih kehendak Allah dan menolak kehendak yang bukan dari Allah. Inilah ekspresi dari ketaatan yang sempurna terhadap Allah dan kehendak-Nya.
Doa di taman Getsemani, pada prinsipnya sama dengan 1 Samuel 15:22. Doa Tuhan Yesus di taman Getsemani menyatakan ketaatan terhadap kekuasaan Allah yang tertinggi; Tuhan menaati kekuasaan Allah melebihi kurban persembahan salib-Nya. Doa-Nya yang sungguh-sungguh itu adalah untuk mengenal bagaimana kehendak Allah. Jika kita tidak berdoa, tidak ada hati mengenal kehendak Allah, bagaimana kita bisa taat kepada kuasa Allah?

Mat. 26:31-42; Flp. 2:8; Ef. 1:7-9; Ibr. 9:14; 10:9-10

Bila tidak ada ketaatan di Getsemani, maka dapat dipastikan tidak ada pula ketaatan di salib. Ketaatan selalu mendahului salib. Tuhan Yesus telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib (Flp. 2:8). Dalam Matius 26:42, Tuhan untuk kedua kalinya berdoa, “Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!” Kehendak Allah itu mutlak, cawan (tersalib) bukan yang mutlak. Jika Allah tidak menghendaki Tuhan mati tersalib, Tuhan Yesus tidak perlu disalibkan. Ketika Tuhan dalam keadaan “tidak mengenal” kehendak Allah, maka “cawan” dan “kehendak Allah” merupakan dua perkara. Tetapi setelah Dia jelas akan kehendak Allah, maka “cawan” itu menjadi “cawan” yang diberikan Allah kepada-Nya; cawan dan kehendak Allah telah menjadi satu. Di sini kita dapat melihat tiga hal besar: ketaatan, kehendak Allah, dan doa. Agar bisa taat kepada kekuasaan Allah, kita perlu mengenal dengan jelas kehendak Allah. Untuk dapat mengenal dengan jelas akan kehendak Allah, kita perlu berdoa dalam kesungguhan.
Apakah kehendak Allah bagi Raja Penyelamat? Allah Tritunggal dalam rencana ilahinya di dalam kekekalan yang lampau telah menetapkan Kristus harus berinkarnasi dan mati di kayu salib untuk menggenapkan penebusan kekal-Nya bagi penggenapan tujuan kekal-Nya (Ef. 1:7-9). Karena itu, sebelum dunia dijadikan, yaitu dalam kekekalan yang lampau (1 Ptr. 1:19-20), Kristus telah ditentukan untuk menjadi Anak Domba Allah (Yoh. 1:29), yang telah tersembelih sejak dunia dijadikan (Why. 13:8). Ketika waktunya genap, Kristus datang berinkarnasi, mengenakan tubuh insani (Ibr. 10:5), supaya Dia dapat dipersembahkan kepada Allah di kayu salib (Ibr. 9:14; 10:12) untuk melakukan kehendak Allah (Ibr. 10:7), yaitu menggantikan kurban dan persembahan yang merupakan lambang-lambang dengan diri-Nya sendiri dalam keinsanian-Nya sebagai kurban dan persembahan yang unik bagi pengudusan umat pilihan Allah (Ibr. 10:9-10).
Ketika Tuhan sudah jelas bahwa minum cawan (yaitu tersalib menebus dosa) adalah kehendak Allah, segera Dia berkata, “Marilah kita pergi!” (Mat. 26:46). Tuhan telah taat. Karena salib menggenapkan kehendak Allah, maka kematian Tuhan adalah pernyataan ketaatan kepada kekuasaan yang tertinggi.

Doa:
Ya Tuhan, Engkaulah teladan dalam hal ketaatan. Kau taat kepada Bapa, bahkan taat sampai mati di atas kayu salib. Tuhan, Kau lebih menaati kehendak Bapa, melebihi kehendak-Mu sendiri. Tuhan Yesus, ajarku untuk memiliki ketaatan yang sedemikian dalam hidupku, tidak mencari kesenangan maupun kehendakku, melainkan kehendak-Mu.

No comments: