Hitstat

24 May 2006

Kejadian Volume 2 - Minggu 2 Rabu

Sungai Mengalir Dari Eden
Kejadian 2:10a
“Ada suatu sungai mengalir dari Eden untuk membasahi taman itu.”

Sesudah menyinggung mengenai pohon, maka Kejadian pasal dua menyebut tentang sungai. Di dalam Alkitab, peranan sungai sangat besar, sebab perihal manusia menerima Allah sebagai hayat, menikmati kelimpahan Allah untuk meleraikan dahaga, didiris, bertumbuh, dan bersukacita, banyak dihubungkan dengan sungai (bd. Mzm. 36:8-9; 46:5; 65:10; Kel.17:1-7; Yl. 3:18; Za. 14:8; Yoh. 4:14; 7:37-38; Why. 22:1-2).
Pohon dan sungai yang mengalir menunjukkan bahwa selain perlu makan, menerima Tuhan sebagai makanan, kita juga perlu menerima-Nya sebagai aliran sungai hayat yang mendiris dan menyegarkan agar kita dapat bertumbuh. Aliran ini mengerjakan banyak hal di dalam kita.
Dalam kehidupan jasmani kita, kita harus minum air yang cukup untuk mempertahankan peredaran darah kita. Kehidupan jasmani kita bergantung pada air. Demikian pula hari demi hari, kita harus menyesap air hayat ilahi ini untuk mempertahankan kehidupan rohani kita.
Dalam Kitab Hakim-Hakim pasal 15, kita melihat bagaimana Simson memukul 1000 orang Filistin dengan tulang rahang keledai. Kemudian, Simson merasa sangat haus, maka berserulah ia kepada Tuhan (Hak. 15:18) dan Allah “membelah liang batu yang di Lehi itu, dan keluarlah air dari situ. Ia minum, lalu menjadi kuat dan segar kembali. Sebab itu dinamailah mata air itu Mata Air Penyeru, yang sampai sekarang masih ada di Lehi” (ay. 19). Karena itu, ketika kita berseru kepada Tuhan, memanggil nama-Nya, kita minum air hidup dan disegarkan.

Sungai Air Hayat Dan Rumah Allah
Yl. 3:18; Yeh. 47:1

Banyak catatan mengenai air yang tercantum dalam Alkitab. Dalam Keluaran 15 ada kayu yang dilempar ke dalam sungai yang berair pahit sehingga air tersebut menjadi manis. Dalam Keluaran pasal 17 ada batu karang yang dipukul hingga terbelah dan mengalirkan air untuk memberi minum banyak orang. Dalam Bilangan pasal 20, kita berjumpa dengan batu karang yang sama, yang telah terbelah, tetapi sekarang kita perlu memerintahkannya untuk mengeluarkan air. Dalam Bilangan pasal 21, kita melihat bahwa di dalam diri kita ada sumur, tetapi kita perlu menggali segala batu dan kotoran dari sumur itu agar air dapat mengalir dengan lancar. Dalam Hakim-Hakim pasal 15, Simson berseru kepada Tuhan karena ia sangat haus (hampir mati kehausan - TL.), karenanya Allah menyediakan baginya air untuk minum hingga ia disegarkan.
Kelima kasus di atas menunjukkan kepada kita bahwa air hidup (air hayat) meleraikan dahaga kita dan menyelesaikan masalah kita. Namun, dalam Kejadian pasal dua, sungai air hayat bukan hanya meleraikan dahaga kita dan menyelesaikan masalah kita, tetapi juga membuat kita dapat ditransformasi dan dibangunkan menjadi tempat kediaman kekal Allah. Itulah sebabnya dalam Kejadian pasal dua ini selain ada sungai juga disebutkan bahan-bahan pembangunan rumah Allah (emas, damar bedolah, dan batu krisopras). Semakin kita minum air hayat ini, semakin kita diubah (ditransformasi) dan dibangunkan menjadi tempat kediaman kekal Allah.
Sebelum tempat kediaman Allah terbangun, kita perlu air hayat untuk mentransformasi kita menjadi bahan pembangunan tempat kediaman Allah. Namun, begitu tempat kediaman Allah terbangun, air hayat juga mengalir keluar darinya. Yoel 3:18 memberi tahu kita bahwa sebuah aliran akan memancar keluar dari rumah Allah. Yehezkiel pasal 47 juga memberi tahu kita bahwa ada air keluar dari bawah ambang pintu Bait Suci (ay. 1). Ini sesuai dengan pengalaman kita. Begitu diselamatkan, kita memiliki perasaan bahwa ada sesuatu di dalam kita yang mengalir. Tetapi jika kita ingin menikmati aliran ini terus menerus, maka kita harus ada dalam kehidupan gereja.
Begitu kita masuk ke dalam penghidupan gereja, aliran sungai hayat mengalir terus menerus. Jika aliran air hayat di dalam kita hanya sesekali dan tidak terus menerus, ini berarti bahwa kita tidak sedang berada di dalam rumah Allah tetapi di padang belantara. Kita perlu masuk ke dalam rumah Allah untuk menikmati aliran hayat yang terus menerus. Kita tidak seharusnya puas dengan aliran yang hanya sesekali dan terputus-putus di padang belantara, tetapi kita semua perlu mengalami aliran yang terus menerus di dalam rumah Allah. Aliran yang demikian adalah lebih dalam, lebih luas, dan lebih kaya.

Penerapan:
Kapan saja kita berkata, “Tuhan Yesus, aku cinta kepada-Mu” atau tatkala kita berdoa kepada-Nya, maka kita akan menerima Allah ke dalam kita. Kita akan merasakan hayat-Nya membasahi diri kita. Akibatnya, hal-hal yang usang yang ada di dalam diri kita akan terkikis sedikit demi sedikit.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, basahilah, dirislah diriku setiap saat. Tuhan, aku mau segala yang usang terhapus dari diriku. Segarkanlah aku dengan air hidup-Mu agar aku bertumbuh dewasa di hadapan-Mu.

No comments: