Hitstat

01 May 2006

Kejadian Volume 3 - Minggu 1 Senin

Supaya Ada Tumbuh-Tumbuhan Di Bumi (1)
Kejadian 1:11
“Berfirmanlah Allah: ‘Hendaklah tanah menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuh-tumbuhan yang berbiji, segala jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan buah yang berbiji, supaya ada tumbuh-tumbuhan di bumi.’ Dan jadilah demikian.”

Pada hari ketiga, daratan muncul. Kita telah berada dalam kebangkitan, maka sekarang adalah perkara menghasilkan buah (Kej. 1:11-12). Kebangkitan dan menghasilkan buah adalah dua perkara yang berhubungan langsung. Dalam Roma 7:4 dikatakan “... yaitu milik Dia, yang telah dibangkitkan dari antara orang mati, agar kita berbuah bagi Allah”.
Setelah ketiga pemisahan, yaitu pemisahan terang dari gelap, lalu pemisahan air yang ada di bawah cakrawala dari air yang ada di atasnya, dan terakhir pemisahan daratan dari air yang ada di bawah cakrawala, maka berbagai jenis hayat muncul dari daratan. Mula-mula yang tumbuh adalah tunas-tunas muda (deshe’ - bahasa Ibrani) yang berarti lumut (rumput) hijau yang lembut. Setelah lumut, lalu tumbuh-tumbuhan berbiji, dan pohon buah-buahan yang menghasilkan buah. Pada dasarnya buah yang dihasilkan bukan untuk kegunaannya sendiri, tetapi untuk Tuhan (Rm. 7:4).
Berkenaan dengan masalah berbuah, kita perlu perhatikan bahwa setiap jenis pohon buah mampu berbuah menurut jenisnya sendiri. Dengan demikian hanya kasih yang dapat melahirkan kasih, hanya sukacita yang dapat melahirkan sukacita, dan seterusnya. Jika kita menginginkan kasih, maka kita harus menunjukkan kasih. Jika kita menginginkan sukacita, maka kita harus menunjukkan sukacita. Apa yang dituai adalah seturut apa yang ditaburkan.
Selain itu, jangan takut menghadapi masalah, sebab buah yang tumbuh di bawah panas matahari akan menjadi buah yang paling lebat dan akan menjadi kesukaan bagi tuannya.

Supaya Ada Tumbuh-Tumbuhan Di Bumi (2)
Yoh. 12:24

Allah menyebut tanah yang kering sebagai “darat”. Akar kata dari bahasa aslinya adalah “hancur atau remuk”. Kita semua tahu bahwa tanah yang subur selalu telah melalui proses dihancurkan (dicangkul). Jika tidak dicangkul, tidak bisa menjadi subur. Semakin tanah itu dicangkul semakin baik hasil penuaiannya kelak. Hanya dengan cara inilah tanah memberikan perawatan kepada benih.
Kita harus menyadari bahwa kemampuan diri kita selalu menjadi penghalang dari manifestasi kemampuan Allah. Yohanes 12:24, “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.” Jika kita tidak membenci hayat jiwa, alamiah, kemampuan, talenta, hikmat, dan kebajikan kita, kita tidak bisa menghasilkan banyak buah. Ketika kita melepaskan hayat alamiah dan kemampuan yang diwariskan dari daging kita dan menerima tangan Allah dengan hati yang hancur, maka kita bisa memperoleh buah dari Allah.
Masalah kita, sekalipun kuasa dari daging hilang, hayat alamiah tetap mempertimbangkan dirinya sebagai yang ‘baik’ dengan segala kemampuan alamiahnya dan menolak untuk menyerah. Hayat jiwa yang hancur dari kaum saleh adalah tanah yang subur di tangan Bapa Surgawi. Allah tidak meminta kemampuan kita, tetapi ketidakmampuan kita. Dia tidak meminta kekuatan kita, tetapi kelemahan kita. Dia tidak meminta kita dipenuhi tetapi justru meminta kita dikosongkan. Dia tidak menginginkan kita untuk bertahan tetapi justru menginginkan kita menyerah. Menghasilkan buah tidak bisa melalui mengembangkan diri sendiri, tetapi melalui dihancurkan, direndahkan, dan menjadi lemah.
Kita sering berpikir bahwa daging yang berdosa harus dilenyapkan. Tetapi kita seharusnya menyadari bahwa untuk menghasilkan buah, harus mengesampingkan kebaikan, kejujuran, dan kebenaran jiwa (diri sendiri) kita. Kita mungkin diisi dengan pekerjaan kita sendiri. Namun Allah berpikir bahwa pekerjaan tersebut harus dihancurkan. Kita menilai diri kita terlalu besar. Jarang sekali kita menyadari bahwa diri kita sudah terinfeksi oleh dosa Adam. Semua kebaikan dan maksud yang kita hasilkan seperti gelembung sabun.
Ketika kita lemah, kosong, dan menjadi tanah liat di tangan tukang tembikar, maka hayat Kristus akan tinggal di dalam kita dan kuat kuasa-Nya akan termanifestasi di dalam tubuh kita. Semakin kita mengenal salib dan realitas kebangkitan, semakin kita mengenal arti dari diremukkannya hayat jiwa kita.

Penerapan:
Hari ini kita perlu dengan serius menimbang keadaan kita di hadapan Tuhan. Apakah hayat kita masih mirip lumut yang tidak tahan panas matahari ataukah kita sudah bertumbuh menjadi pohon yang bisa menghasilkan buah? Apakah “sinar matahari” justru membuat kita berbuah lebat ataukah justru mematikan kita?

Pokok Doa:
Tuhan, Engkau sungguh agung tak terbatas. Ampunilah aku yang kurang mengalami Engkau dalam hidupku. Aku cukup puas dengan pengalamanku yang lampau. Tuhan, aku mau mengalami Engkau yang baru hari ini.

No comments: