Hitstat

17 April 2007

Matius Volume 1 - Minggu 3 Rabu

Cara Allah untuk Mencapai Manusia Berdosa
1 Timotius 3:16
Dan sesungguhnya agunglah rahasia ibadah kita: “Dia, yang telah menyatakan diri-Nya dalam rupa manusia, dibenarkan dalam Roh;..., diberitakan di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah; yang dipercayai di dalam dunia, diangkat dalam kemuliaan.”

Kelahiran Kristus merupakan penggenapan besar atas nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama, termasuk nubuat dalam Kejadian 3:15. Kristus adalah keturunan perempuan. Kristus datang bukan hanya untuk menggenapkan hukum Taurat, tetapi terlebih menggenapkan janji tentang keturunan perempuan yang akan meremukkan kepala ular – Satan, musuh Allah. Kristus adalah Allah juga manusia. Sebagai manusia, Ia adalah seorang manusia yang sempurna yang tidak mempunyai sifat dosa, juga tidak pernah melakukan dosa. Dia berani berkata kepada penentang-Nya, “Siapa di antaramu yang membuktikan bahwa Aku berbuat dosa?” (Yoh. 8:46). Dia tidak berdosa, sebaliknya kita adalah orang berdosa.
Dalam dunia ini, cukup banyak orang yang berjuang melepaskan orang lain dari penindasan, kemiskinan, dan masalah sosial lainnya. Namun selain Yesus, tidak ada seorang pun yang bisa menjadi Juruselamat orang dosa. Tuhan Yesus datang ke dunia, untuk orang berdosa; untuk menyelamatkan orang berdosa. Dia mengatakan: “Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Mat. 20:28).
Bagaimanakah seharusnya sikap kita terhadap Sang Juruselamat ini? Sikap kita haruslah seperti perempuan yang dikisahkan dalam Markus 5:24-34. Perempuan itu demi iman menjamah ujung jubah Yesus dan penyakitnya sembuh. Sementara orang banyak yang berdesak-desakan tidak menerima apa-apa, perempuan yang sakit pendarahan itu justru mendapatkan kesembuhan. Kisah ini menegaskan kepada kita bahwa untuk menikmati keselamatan Tuhan, kita perlu dengan sungguh-sungguh menjamah Dia, bukan sekedar berdesak-desakan di tengah kerumunan orang.

Mat. 1:22-23; Yes. 7:14; Ibr. 4:15; Kol. 1:19

Allah hendak mewahyukan diri-Nya kepada manusia. Untuk itu, Allah harus melakukannya melalui sarana yang dapat dimengerti oleh manusia, yaitu melalui bahasa yang tertulis dan bahasa lisan. Seluruh Perjanjian Lama merupakan sarana Allah untuk menyatakan diri-Nya kepada manusia melalui tulisan. Kini, melalui kelahiran Kristus, Allah akan menyatakan diri-Nya kepada manusia secara lisan. Pengenalan yang sempurna terhadap seseorang tidak dapat dicapai hanya melalui tulisan. Komunikasi lisan lebih akrab dan lebih tuntas daripada komunikasi tulisan. Bila bahasa lisan ditambahkan kepada bahasa tulisan, komunikasi menjadi lebih berhasil.
Bagaimanakah cara Allah mewahyukan diri-Nya kepada kita secara lisan? Tidak ada jalan lain, Allah harus datang menjadi manusia, menjadi sama seperti manusia, dan berbicara dalam bahasa manusia (Kol. 1:19). Misalkan kita hendak memberi makan burung-burung liar yang hinggap di pekarangan rumah kita, tentu tidak mudah. Walau kita bermaksud baik, tetapi begitu kita mendekati mereka, mereka segera terbang menjauh. Burung-burung itu tidak bisa mengerti maksud kita. Satu-satunya kemungkinan untuk berkomunikasi dengan mereka adalah dengan menjadi seperti salah satu dari burung-burung itu. Kalau Allah tetap Allah, selamanya kita takkan pernah mengenal Dia. Kalau Ia berkata kepada kita dengan bahasa-Nya, kita tidak akan mengerti. Kalau Allah ingin mewahyukan diri-Nya melalui bahasa lisan dan bersekutu dengan manusia, maka Ia harus “menyusutkan” diri-Nya sedemikian rupa sehingga menjadi sama seperti kita. Lalu, Ia akan mampu berbicara kepada kita, memberi tahu tentang diri-Nya dan tujuan kekal-Nya kepada kita.
Untuk mewahyukan diri-Nya kepada kita, Allah harus menjadi manusia yang terlahir ke dunia ini. Karena Dia adalah Allah, maka Ia harus datang ke dalam dunia dengan cara yang sangat berbeda dari manusia umumnya. Kita terlahir ke dunia melalui ibu bapa kita, dan dikandung oleh ibu kita. Tetapi kelahiran Yesus orang Nazaret itu berbeda. Yesus lahir dari anak dara Maria. Pikiran manusia mungkin sulit menerima fakta ini, tetapi kita tahu bahwa bagi Allah tidak ada yang mustahil. Itulah fakta yang tertulis dalam kitab suci.

Doa:
Tuhan Yesus, kepada-Mu aku percaya; janganlah kiranya aku mendapat malu; janganlah musuh-musuhku beria-ria atas aku. Jadikanlah aku seperti pohon zaitun yang menghijau di dalam rumah Allah; aku percaya akan kasih setia Allah untuk seterusnya dan selamanya. Peliharalah hidupku, sebab aku orang yang Kaukasihi, selamatkanlah hamba-Mu yang menaruh percaya kepada-Mu.

No comments: